Anda di halaman 1dari 21

SISTEM PENILAIAN

NO URAIAN NILAI
1 Kehadiran > 75 % 10
2 Problem Set 20
3 UTS 35
4 UAS 35
JUMLAH 100
By Js. Patunrangi File: Jurusan Sipil
1
SISTIM TRANSPORTASI MAKRO

2
File: Jurusan Sipil
2
1 • PENDEKATAN PERENCANAAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
TRANSPORTASI
PERENCANAAN

2 • KONSEP PERENCANAAN TRANSPORTASI

3 • TRIP GENERATION

4 • TRIP DISTRIBUTION

5
• TRIP ASSIGMENT

I. PENDEKATAN PERENCANAAN TRANSPORTASI PERKOTAAN:


 SISTEM TRANSPORTASI MAKRO
 AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS

File: Jurusan Sipil


3
SISTEM TRANSPORTASI MAKRO
Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah
dan lokasi kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan, baik angkutan
umum maupun kendaraan pribadi) pada masa yang akan datang “tahun
rencana” untuk kepentingan kebijaksanaan perencanaan transportasi.

DESAIN UMUR PERENCANAAN


– Jangka Pendek (Operasional)
PENDEK (5 TAHUN) » Denah persimpangan, penyeberangan pejalan kaki, lokasi
parkir, halte bus, ticketing dsb.
MENEGAH (10 TAHUN) – Jangka Menengah (Taktis)
» Pola manajemen lalu lintas, pengendalian parkir, pengor-
ganisasian angkutan umum, kawasan pejalan kaki dsb.
PANJANG (25 TAHUN) – Jangka Panjang (Strategis)
» Struktur dan kapasitas jaringan jalan utama dan
transportasi umum, kaitan transportasi dan tata guna lahan,
keseimbangan demand – supply, kaitan tujuan transportasi
dan ekonomi dsb.

File: Jurusan Sipil


4
PENDEKATAN “SISTEM” UNTUK PERENCANAAN TRANSPORTASI
Pendekatan Sistem adalah suatu pendekatan umum untuk perencanaan dan
teknik dimana suatu usaha dilakukan untuk menganalisa seluruh faktor yang
berhubungan dengan topik yang ada, contoh:
Kemacetan lokal yang disebabkan oleh bottle neck
(penyempitan lebar jalan)
hal ini dapat diselesaikan dengan melakukan perbaikan secara lokal,
akan tetapi mungkin menimbulkan problem yang sama ditempat lain.
Pendekatan secara “sistem” akan mempertanyakan problem yang ada,
seperti:
apakah ini disebabkan oleh banyaknya lalulintas di tempat tersebut?
Jika ya,
kenapa lalulintas tersebut terlalu banyak?
Hal ini mungkin karena terlalu banyak kantor yang berdekatan, atau
mungkin karena ruang yang sangat sempit disediakan untuk lalulintas.

File: Jurusan Sipil


5
Pemecahan dapat berupa : manajemen lalulintas secara lokal, jalan
baru atau angkutan umum, atau perencanaan tata guna tanah yang baru.
Pendekatan secara “sistem” mencoba menghasilkan pemecahan yang
“terbaik” dari beberapa alternatif pemecahan dengan batasan-batasan
tertentu (waktu dan biaya)
Apakah “SISTEM” tersebut
Sistem adalah gabungan dari beberapa komponen, atau obyek, yang
saling berkaitan satu dengan lainnya. Jika terjadi perubahan pada satu
komponen akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya,
Seperti:
Hubungan tata guna tanah dan transportasi jika salah satu
komponen mengalami perubahan akan mengakibatkan perubahan pada
komponen lainnya.

File: Jurusan Sipil


6
KOMPONEN TUJUAN
Menetapkan tujuaan perencanaan; identifikasi
Formulasi Tujuan dan Sasaran permasalahan; menentukan problem dan batasan

Pengumpulan Data Melaksanakan survai

Analisa data : mengembangkan metoda kuantitatif


Metoda Analisis yang sesuai untuk mengerti sistem

Forecasting Mendapatkan perkiraan situasi; persyaratan


dimasa datang

Formulasi alternatif perencanaan Prinsip dan standar desain

Evaluasi Menentukan rencana yang paling sesuai metoda


evaluasi

Merekomendasikan tindakan yang paling cocok;


Implementasi
perencanaan dan program

File: Jurusan Sipil


7
Sistem Transportasi Makro
Merupakan sistem transportasi secara menyeluruh (makro), yang terdiri dari
beberapa sistem transportasi mikro, dimana memiliki saling keterkaitan dan saling
mempengaruhi. Sistim mikro terdiri dari:
 Sistem Kegiatan (transport demand)
 Sistem Jaringan (prasarana transportasi/transport supply)
 Sistem Pergerakan (lalulintas/traffic)
 Sistem Kelembagaan (instituti)

Ad1. Setiap tata guna tanah atau sistem kegiatan (SK) memiliki tipe kegiatan
yang dapat membangkitkan pergerakan (traffic generation) dan akan menarik
pergerakan (traffic attraction). Sistem tersebut merupakan sistem kegiatan
tata guna tanah (land use) yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial,
ekonomi, kebudayaan dan lain-lain.
Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan adanya pergerakan
sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang tidak didapatkan pada tata guna
tanah tersebut. Besarnya pergerakan yang ditimbulkan sangat berkaitan erat
dengan jenis/tipe dan intensitas kegiatan yang dilakukan.

File: Jurusan Sipil


8
Ad2. Pergerakan tersebut baik berupa pergerakan manusia dan atau barang
jelas membutuhkan suatu moda transportasi berupa sarana dan
prasarana (SJ) tempat moda transportasi bergerak. (SJ) ini sebagai alat
pemenuhan kebutuhan yang tidak didapatkan pada tata guna tanah tersebut.
Besarnya pergerakan yang ditimbulkan sangat berkaitan erat dengan
jenis/tipe dan intensitas kegiatan yang dilakukan.

Ad3. Interaksi antara (SK) dan (SJ) akan menghasilkan suatu pergerakan manusia
dan atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan atau orang (pejalan
kaki). Sistem pergerakan (SP) yang aman, cepat, nyaman, murah dan
sesuai dengan lingkungannya akan tercipta jika pergerakan diatur oleh
suatu sistem rekayasa dan manajemen lalulintas yang baik.

File: Jurusan Sipil


9
File: Jurusan Sipil
10
File: Jurusan Sipil
11
Ketiga sistem mikro tersebut akan saling berinteraksi antara satu dengan lainnya yang
terkait dalam suatu sistem transportasi makro, sedangkan untuk menjamin pergerakan
yang aman, nyaman, lancar sesuai dengan lingkungannya diperlukan suatu tambahan
sistem mikro yaitu sistem kelembagaan yang terdiri dari individu, kelompok, lembaga,
instansi pemerintah maupun swasta.
sistem kelembagaan (instansi) yang berkaitan dengan masalah transportasi adalah:
 Sistem Kegiatan: BAPPENAS, BAPPEDA, BANGDA, PEMDA
 Sistem Jaringan: DEPHUB. (Darat, Laut, Udara), Bina Marga
 Sistem Pergerakan: DLLAJR, ORGANDA, POLANTAS
Secara umum keterlibatan Pemerintah, Swasta dan masyarakat dalam mengatasi
permasalahan sistem transportasi sangat diharapkan.

SK SJ DEPHUB
(DARAT, LAUT,
UDARA) & BM
SP
BAPPENAS,
BAPPEDA, BANGDA & DLLAJR, ORGANDA,
PEMDA POLANTAS
File: Jurusan Sipil
12
Sistem Tata Guna Tanah – Transportasi
Berbagai aktifitas di perkotaan seperti : belajar, bekerja, belanja, dll. Aktifitas ini mengambil tempat pada
sepotong tanah (sekolah, kantor, pasar/swalayan, dll). Potongan tanah ini disebut tata guna tanah.
Pergerakan manusia, kendaraan dan barang akan mengakibatkan berbagai macam interaksi
seperti:
 interaksi antara mahasiswa dengan tempat kuliah (kampus)
 interaksi antara ibu rumah tangga dengan pasar
 interaksi antara pabrik dengan lokasi bahan mentah
Hampir semua interaksi memerlukan perjalanan, dan oleh sebab itu akan menghasilkan arus
lalulintas.

Tujuan umum atau sasaran dari Perencanaan Transportasi adalah membuat interaksi
menjadi mudah dan seefisien mungkin. Salah satu cara perencana transportasi untuk
mendapatkan tujuan umum adalah membuat kebijakan atas:
 Tata Guna Tanah
Perencanaan tata guna tanah yang baik (lokasi toko, sekolah, perumahan, perkantoran, dll.
yang cocok) dapat mengurangi perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi lebih
gampang.
 Transport Supply
Dapat berupa teknik dan manajemen lalulintas (jangka pendek), fasilitas ang-kutan umum
yang lebih baik (jangka pendek dan menengah) atau pembangunan jalan (jangka panjang)

File: Jurusan Sipil


13
Tiga komponen utama (variabel) dari sistem tata guna tanah perkotaan dengan sistem
transportasi adalah:
 Tata guna tanah (Transport Demand)
 Prasarana Transportasi (Transport Supply)
 Lalulintas (Traffic)
Perencanaan Transportasi secara analitis terbentuk dari ketiga komponen diatas.

Tata Guna Tanah (Transport Demand)


Menjelaskan untuk apa sebidang tanah digunakan (perumahan, industri, toko dll.) dan
bagaimana intensitas dari aktifitas yang terjadi pada sebidang tanah tersebut. Untuk
memudahkan analisa biasanya dibagi berdasarkan “zona”

Prasarana Transportasi (Transport Supply)


Merupakan jaringan transportasi dalam suatu kota, jalan (dan tempat parkir), tempat pejalan
kaki dan fasilitas serta route angkutan umum. Juga termasuk karakteristik operasi dari
jaringan jalan, kapasitas jalan, rute, tarif serta frekwensi pelayanan angkutan umum. Semua
karakteristik ini harus dihitung.
Lalulintas (Traffic)
Lalulintas sebagai hasil interaksi antara tata guna tanah dan prasarana transportasi. Arus
lalulintas, kendaraan dan barang yang bergerak di jaringan jalan, yang bisa dihitung dengan kendaraan
(smp), orang atau ton/jam.

File: Jurusan Sipil


14
Analisa Sistem Tata Guna Tanah dengan Transportasi
Perencana Tranportasi menganalisa sistem ini dengan tujuan:
 Mengerti bagaimana sistem bekerja, dan
 Menggunakan hubungan analisa antara komponen-komponen sistem untuk memprediksi efek
lalu lintas dari beberapa tata guna tanah atau kebijaksanaan transportasi yang berbeda.
Konsep Analisa Sistem Tata Guna Tanah dan Transportasi
Hubungan dasar antara tata guna tanah, tranportasi dan lalulintas disatukan dalam
beberapa urutan konsep sebagai berikut:
• Aksesibilitas
Suatu ukuran potensial atau kesempatan untuk melakukan perjalanan.
• Pembangkit Lalu lintas (perjalanan)
Bagaimana perjalanan dapat dibangkitkan oleh tata guna tanah
• Trip Distribusi
Bagaimana perjalanan tersebut didistribusikan secara geografis di dalam daerah perkotaan.
• Pemilihan Moda Tranportasi
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda tranportasi untuk suatu tujuan
perjalanan tertentu.
• Pemilihan Rute
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan rute antara zona asal ke zona tujuan.
Hal ini diperuntukkan untuk kendaraan pribadi.
• Hubungan antara Waktu, Kapasitas dan arus Lalulintas
Waktu perjalanan dipengaruhi oleh kapasitas rute yang ada dan jumlah arus lalu lintas yang
menggunakannya.
File: Jurusan Sipil
15
Bagian – bagian yang terlibat.
Profesi/Keahlian yang terlibat dalam suatu perencanaan tranportasi:
Profesi/Keahlian Variabel yang dipengaruhi
Perencana Kota Tata guna tanah
Pengelola Angkutan Umum Tranportasi (melayani bus dan KA)
Ahli Lalulintas Tranportasi (manajemen Lalulintas)
Ahli Jalan Raya Tranportasi (Perbaikan jalan dan
pembuatan jalan baru

 Perencana Kota mengatur lokasi aktifitas tata guna tanah. Sehingga aksesibilitas
pergerakan dapat berlangsung dengan baik, hal ini akan mempunyai efek terhadap
bangkitan lalulintas dan trip distribusinya.
 Pengelola Angkutan Umum harus memiliki kemampuan untuk bisa mengatur Pemilihan
Moda, dengan mengatur operasi bus atau kereta api yang lebih cepat dan mempunyai
frekwensi yang lebih tinggi.
 Ahli Lalulintas mencoba meningkatkan kecepatan lalulintas dalam waktu singkat dan
membuat perjalanan lebih aman dengan menyediakan beberapa sarana seperti marka,
pengaturan simpang dan lain-lain. Perubahan sistem transport ini akan mempunyai efek
baik untuk tata guna tanah (dengan merubah aksesibilitas) dan arus lalulintas.
 Ahli Jalan Raya membangun jaringan jalan baru, dan harus mewaspadai terhadap pengaruh
jalan yang dibangun terhadap semua bagian dari sistem tersebut termasuk seluruh sistem
kota di masa mendatang. Karena pembangunan jalan baru akan menghasilkan perubahan
yang besar terhadap distribusi perjalanan, pemilihan moda dan rute serta tata guna tanah
(aksesibilitas).
File: Jurusan Sipil
16
1.2. AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS

Apa Aksesibilitas tersebut ???


Aksebilitas adalah suatu konsep yang menggabungkan pengaturan tata gunah tanah
secara geografis dengan sistem transportasi yang menghubungkannya.
Aksesibilitas merupakan ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tata gunah tanah
berinteraksi satu sama lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut dicapai
melalui suatu sistem transportasi (Black, 1981).
Aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh aktifitas tata gunah tanah yang ter-distribusi
dalam ruang dan tidak merata dalam hal kuantitas (kapasitas) dan kualitas (frekwensi dan
pelayanan).
Skema klasifikasi aksesibilitas dapat dilihat pada tabel berikut (Black, 1981):

Jauh Aksesibilitas Rendah Aksesibilitas Menengah

Rendah Aksesibilitas Menengah Aksesibilitas Tinggi

KONDISI PRASARANA SANGAT JELEK SANGAT BAIK

File: Jurusan Sipil


17
Hubungan Transportasi
Tabel diatas menggunakan faktor “Hubungan Transportasi” yang dapat diartikan:
Dikatakan “Aksesibel” jika sangat dekat dengan tempat lainnya, dan “Tidak Aksesibel”
jika berjauhan, Hal ini dapat dinyatakan dalam jarak (km).
Jarak merupakan variabel yang tidak begitu cocok, sebab jika terjadi peningkatan jalan,
pembangunan jalan baru atau peningkatan pelayanan antara dua buah tempat maka
hubungan transportasi dikatakan lebih baik karena waktu tempuh, sehingga waktu tempuh
menjadi ukuran yang sering digunakan untuk aksesibilitas.
Juga sangat ditentukan oleh kemampuan orang - per-orang untuk membeli tiket, sehingga
biaya (Rp) menjadi ukuran aksesibilitas.
Jadi ukuran aksesibilitas Hubungan Transportasi merupakan gabungan antara waktu dan
biaya yang biasa disebut generalised cost.

File: Jurusan Sipil


18
Aksesibilitas berdasarkan tujuan dan group sosial
Group populasi yang berbeda akan tertarik pada aksesibilitas yang berbeda:
 Keluarga (aksesibilitas) pendidikan, kantor, belanja, dll
 Pedagang (aksesibilitas) pelanggan
 Industri (aksesibilitas) tenaga kerja dan bahan mentah
Pengukuran Aksesibilitas di daerah perkotaan.
Cara mengukur aksesibilitas di daerah perkotaan adalah:
Daerah kajian dibagi atas beberapa zona “n” zona, dan semua kegiatan/aktifitas berlokasi dipusat zona
 Aktifitas/kegiatan diberi notasi “A”
 Aksesibilitas diberi notasi “K”

Hansen mengembangkan konsep aksesibilitas:

n  A j  dimana :

Ki    
Ki = aksesibilitas dari zona i ke zona-zona lainnya (j)
Aj = ukuran aktifitas pada setiap zona j (mis: jumlah lapangan kerja)
j1 tij  tjj = ukuran waktu atau biaya dari zona ike zona j

File: Jurusan Sipil


19
Hubungan antara aksesibilitas dan jumlah perjalanan dapat digunakan untuk memprediksi arus
lalulintas antara zona dalam suatu kota.
Ringkasan:
Aksesibilitas adalah suatu alat untuk mengukur potensial untuk melakukan perjalanan selain
untuk menghitung jumlah perjalanan itu sendiri. Ukuran ini merupakan gabungan antara
distribusi geografis tata guna tanah dengan kualitas sistem transportasi yang
menghubungkannya.
 Dapat digunakan untuk mendefinisikan daerah dalam suatu kota atau group tertentu dari manusia
yang mempunyai problem aksesibilitas akan suatu aktifitas tertentu.
 Dapat digunakan untuk menentukan problem yang perlu dipecahkan.
 Dapat digunakan untuk mengevaluasi rencana dan kebijakan.

File: Jurusan Sipil


20
File: Jurusan Sipil
21

Anda mungkin juga menyukai