Anda di halaman 1dari 71

ASSALAMU’ALAIKUM

WAROHMATULLOHI
WABAROKATU
KELOMPOK 3!
Andi Besse Adya Febryana (05)
Andi Muh. Ilham Nur F. (07)
Dzaqiyyah Rezky Amaliah (13)
Muhammad Diazulhaj KR. (24)
Noor Aliyah (28)
Saskia Ramadhani (34)
3
4

Bulungan
1
5

Latar Belakang

2 Proses Masuknya

3 Pengaruh Islam
Di kerajaan islam kalimantan
6
Latar belakang lahirnya Kerajaan Paser

Ajaran agama Islam masuk ke Kerajaan Pasir


bersamaan dengan pernikahan antara Putri Adjie
Meter dengan seorang keturunan Arab dari
Mempawah, Kalimantan Barat. Suami dari Putri
Adjie Meter inilah yang kemudian membawa
pengaruh bahkan menyebarkan ajaran agama
Islam ke Kerajaan Pasir sekitar tahun 1600 M.
Proses masuknya Islam di Kerajaan Paser

1. Jalur Perkawinan
2. Jalur Perdagangan
3. (Cerita Rakyat)
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Paser

Ketika Sayyid Ahmad Khairuddin yang menjadi guru dari


raja Paser Aji Mas Anom Indra diangkat menjadi imam di
kerajaan Paser, Sareat Islam pun diperlakukan dalam
kerajaan Paser, sehingga Islam masuk dalam struktur
kekuasaan kerajaan Paser, sehingga islam menyebar
dikalangan rakyat Paser. Setelah Sayyid Ahmad
Khairuddin menunaikan ibadah haji, rupanya takdir Allah
menghendaki Sayyid Ahmad Khairuddin di Makatul
Musyarrafah. Siar Islam dilanjutkan keturunan dia, Imam
Sayyid Abdurrahman bin Sayyid Ahmad Khairuddin.
10
Latar belakang lahirnya Kerajaan Banjar

Islam lahir di Kerajaan Banjar setelah Kerajaan Daha


berhasil direbut oleh Pangeran Samudera bersamaan
dengan pasukan militer Kerajaan Islam Demak. Pangeran
Samudra menjadi raja pertama Kerajaan banjar dengan
gelar Sultan Suriansyah. Ia pun menjadi raja pertama yang
masuk islam dibimbing oleh Khatib Dayan.
Proses masuknya Islam di Kerajaan Banjar

Awal masuknya pengaruh agama Islam di


Banjarmasin pada abad ke XV melalui jalur
perdagangan.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Banjar

Islam kemudian berkembang dengan pesat dibawah


pemerintahan Sultan Suriansyah, perkembangan ini
meliputi struktur organisasi pemerintahan, sosial
budaya dan penyebaran pengaruh agama Islam ke
wilayah kekuasaan Kerajaan Banjarmasin.
Perkembangnya yang sama juga terjadi pada masa
Sultan Tahmidullah II dengan berdirinya tempat
pendidikan pengajian pertama.
14

Kerajaan Kotawaringin
Latar belakang lahirnya Kerajaan Kotawaringin

Pada mulanya Kotawaringin merupakan keadipatian yang


dipimpin oleh Dipati Ngganding. Menurut perjanjian VOC-
Belanda dengan Kesultanan Banjar, negeri Kotawaringin
merupakan salah satu Negara dependensi (negara bagian) di
dalam "negara Banjar Raya". Kotawaringin secara langsung
menjadi bagian dari Kesultanan Banjar, sehingga sultan-
sultan Kotawaringin selalu memakai gelar Pangeran jika
mereka berada di Banjar. Tetapi di dalam lingkungan
Kotawaringin sendiri, para Pangeran (Pangeran Ratu) yang
menjadi raja juga disebut dengan "Sultan".
Proses masuknya Islam di Kerajaan Kotawaringin

Masuknya agama Islam ke Kotawaringin Timur tak bisa


dilepaskan dari pengaruh Kerajaan Banjarmasin.
Seperti diketahui, Kerajaan Sungai Sampit adalah vazal
dari Kerajaan banjarmasin (lihat Traktat Karang Intan
pada 1 Januari 1817). Bahkan, pada 1844, diketahui
cukup banyak penduduk Kotawaringin Timur yang
sudah memeluk agam Islam.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Kotawaringin

Pada masa pemerintahan Pangeran Ratu Anum


Kesumayuda Tuha (1767-1805 M), pihak kerajaan
sudah memperhatikan pendidikan terutama untuk
kerbat kesultanan. Wujud dari perhatian tersebut
adalah dengan didirikannya pondok pesantren di
Danau Gatal Kanan dan Danau Gatal Kiri ( desa
Rungun sekarang).
18

Kerajaan Pagatan
Latar belakang lahirnya Kerajaan Pagatan

Pagatan baru disebut sekitar tahun 1750, dibangun oleh


seoran hartawan asal Tanah Bugis, tepatnya dari Wajo
(Sulawesi Selatan) bernama Puanna Dekkè. Beliau mulanya
berlayar menuju tanah Pasir (Kalimantan Timur). Hatinya tak
berkenan disana, sehingga berlayar lagi menyusuri Tanah
Bumbu. Akhirnya Beliau menemukan sungai yang termasuk
dalam wilayah kuasa Kesultanan Banjar. Selanjutnya Puanna
Dekkè bertolak ke Bandarmasih (Banjarmasin) untuk
membuka pemukiman kepada Sultan Banjar VII yaitu
Panembahan Batu (1734).
Proses masuknya Islam di Kerajaan Pagatan

Islam di Kerajaan Pagatan memang sudah ada sebelum


Kerajaan Pagatan lahir. Kerajaan Pagatan menjunjung tinggi
adat budaya suku bugis, sangat erat dengan ritual religi islami,
yang dikemas dalam sajian kesenian tradisional Masukkiri atau
pelantunan riwayat Maulid Nabi Muhammad S.A.W, Shalat
hingga Asmaul Husna dengan menggunakan alat rebbana jenis
Terbang berukuran besar secara kolosal. Kemudian tradisi
Silelung Botting, Mapanre Dewata dalam upacara pernikahan
tradisional adat bugis, dan beragam adat budaya bugis lainnya
yang selalu lestari di Tanah Bumbu.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Pagatan

Islam di wilayah Pagatan sudah ada bermula dari


Kerajaan Banjar, namun untuk wilayah Pagatan sendiri
sangat erat dengan kebudayaan Bugis yang sangat erat
dengan nilai-nilai keislaman.
22

Kerajaan SAMbAS
Latar belakang lahirnya Kerajaan Sambas

Secara otentik Kerajaan Sambas telah eksis sejak abad ke


13 M yaitu sebagaimana yang tercantum dalam kitab
Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada masa
Majapahit. Kemungkinan besar bahwa Kerajaan Sambas
saat itu rajanya bernama Nek Riuh.
Proses masuknya Islam di Kerajaan Sambas

Asal usul Panembahan Sambas ini dimulai ketika satu


rombongan besar Bangsawan Jawa hindu yang melarikan
diri dari Pulau Jawa bagian timur karena diserang dan
ditumpas oleh pasukan Kesultanan Demak dibawah
pimpinan Sultan Trenggono (Sultan Demak ke-3) pada
sekitar tahun 1525 M.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Sambas

Masa Pemerintahan Kesultanan Sambas inilah yang


datanya jauh lebih jelas dan lengkap dibandingkan
dengan masa-masa Kerajaan-Kerajaan Sambas
sebelumnya.
26

Kerajaan kutai
Kartanegara ing martadipura
Latar belakang lahirnya Kerajaan Kutai Kartanegara

Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada awal abad ke-13 di


daerah yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (kini
menjadi sebuah desa di wilayah Kecamatan Anggana)
dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa
Sakti (1300-1325). Kerajaan ini disebut dengan nama
Kerajaan Tanjung Kute dalam Kakawin Nagarakretagama
(1365), yaitu salah satu daerah taklukan di negara bagian
Pulau Tanjungnagara oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit.
Proses masuknya Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara

Pada abad ke-17, agama Islam yang disebarkan Tuan


Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Kerajaan
Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin Aji Raja Mahkota
Mulia Alam. Setelah beberapa puluh tahun, sebutan Raja
diganti dengan sebutan Sultan. Sultan Aji Muhammad Idris
(1735-1778) merupakan sultan Kutai Kartanegara pertama
yang menggunakan nama Islami.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Kutai

Pengaruh Islam sudah ada sejak pemerintahan Aji Raja


Mahkota. Undang-Undang Dasar Kerajaan saat itu
adalah “Panji Salaten” dan “Beraja Nanti”. Kedua
Undang-Undang tersebut peraturannya disandarkan
pada hukum Islam.
30

Kerajaan Berau
Latar belakang lahirnya Kerajaan Berau

Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau


terpisah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan
Kesultanan Sambaliung. Sebelumnya daerah-daerah milik
Berau yang telah memisahkan diri dan berdiri sendiri adalah
Bulungan dan Tidung (kemudian ditaklukan Sultan Sulu).
Proses masuknya Islam di Kerajaan Berau

Ajaran Islam mulai masuk dan berkembang di lingkungan


Kerajaan Berau, diperkirakan pada era pemerintahan raja ke-
6, yakni Aji Temanggung Barani (1557-1589). Pada masa
tersebut, penerapan beberapa hukum islam mulai
diberlakukan, meskipun Islam belum menjadi agama wajib
Kerajaan. Ajaran Hindu dan Budha, yang merupakan bawaan
dari kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, masih sangat kuat
dianut oeh sebagian besar penduduk Berau.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Berau

Pada pemerintahan Sultan Muhammad Hasanuddin (1731-


1767) dan Sultan Zainal Abidin (1779-1800), Islam menjadi
agama mayoritas penduduk Berau. Gelar “Sultan” yang
disandang raja (sebagai pengganti “Aji”) merupakan
penanda bahwa Islam menjadi agama resmi kerajaan.
34

Kerajaan SAMBALIUNG
Latar belakang lahirnya Kerajaan Sambaliung

Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang


mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810.
(Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung).
Proses masuknya Islam di Kerajaan Sambaliung

Masuknya Islam di Sambaliung sejak Kesultanan Berau


karena Kesultanan Sambaliung adalah kesultanan hasil dari
pemecahan Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah
menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur pada
sekitar tahun 1810-an.
37

Kerajaan GUNUNG TABUR


Latar belakang lahirnya Kerajaan Gunung Tabur

Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di


wilayah Kabupaten Berau (Kalimantan Timur) sekarang ini.
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14 dengan raja pertama yang
memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden
Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan
dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat pemerintahannya berada di
Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur.
Proses masuknya Islam di Kerajaan Gunung Tabur

Masuknya Islam di Gunung Tabur sejak Kesultanan Berau


karena Kesultanan Gunung Tabur adalah kesultanan hasil
dari pemecahan Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah
menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur pada
sekitar tahun 1810-an.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Gunung Tabur

Sebagaimana Kerajaan Islam di Nusantara, Kesultanan


Gunung Tabur pun tidak melepaskan cirinya sebagai
kerajaan Islam. Dan, Masjid raya Imanuddin yang berada
dalam kompleks Kesultanan Gunung Tabur ini adalah
bukti konkret mesranya hubungan agama dengan
kekuasaan.
Kerajaan PONTIANAK
41
Latar belakang lahirnya Kerajaan Pontianak

Kesultanan ini didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie,


seorang putra ulama keturunan Arab Hadramaut dari
Kerajaan Mempawah, pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14
Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di
persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan
Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah
sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1778 (1192 H), Syarif
Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak.
Proses masuknya Islam di Kerajaan Pontianak

Sultan Syarif Yusuf dikenal sebagai satu-satunya sultan yang


paling sedikit mencampuri urusan pemerintahan. Sultan
Syarif Yusuf lebih aktif dalam bidang keagamaan, sekaligus
merangkap sebagai penyebar agama Islam.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Pontianak

Kesultanan Kadriah merupakan kerajaan terbesar di


wilayah Kalimantan. Kesultanan Kadriah berkembang
pesat karena didukung dengan adanya jalur pelayaran
dan perdagangan. Proses ini juga berpengaruh terhadap
kehidupan sosial masyarakat. Tidak sedikit dari para
pendatang yang kemudian bermukim di daerah ini.
45

Kerajaan TIDUNG
Latar belakang lahirnya Kerajaan Tidung

Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan


Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah
Suku Tidung di utara Kalimantan Timur, yang berkedudukan
diPulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.
Proses masuknya Islam di Kerajaan Tidung

Setelah suku Tausug dari sulu menduduki tarakan dan bersekutu


dengan bulungan, saudara perempuan raja tidung tarakan menikah
dengan seorang pangeran bulungan dan membawa tidung berada di
bawah kuasa bulungan.
Anak mereka yang bernama, Baginda, adalah yang pertama
masuk islam. Dengan demikian itu adalah suatu perubahan yang
hampir secara langsung dari kepemimpinan kepala adat dayak ke
pemerintahan muslim. Namun bagaimanapun, koversi tersebut hanya
terbatas pada kalangan bangsawan, sehingga sampai akhir tahun
1700an populasi Tidung belum mayoritas islam.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Tidung

Masyarakat suku Tidung mayoritas beragama Islam dan


memiliki corak budaya Melayu, tetapi kehidupan suku
Tidung masih memiliki unsur-unsur agama leluhurnya
masuk didalam ritus dan adatnya baik itu dalam aspek
perkawinan, kelahiran, atau pengobatan.
49

Kerajaan Bulungan
Latar belakang lahirnya Kerajaan Bulungan

Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang


pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan, Kota Tarakan dan Tawau,Sabah sekarang.
Proses masuknya Islam di Kerajaan Bulungan

Pada tahun 1380, seorang ulama keturunan Arab, Karim ul-


Makdum memperkenalkan Islam di Kepulauan Sulu. Kemudian
tahun 1390, Raja Bagindo yang berasal dari Minangkabau
melanjutkan penyebaran Islam di wilayah ini. Hingga akhir
hayatnya Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu
sampai ke Pulau Sibutu.
Pengaruh Islam pada masa Kerajaan Bulungan

Pada saat Kesultanan Bulungan ini terkenal dengan


perayaan Birau, yaitu pesta yang diadakan secara meriah
oleh seluruh masyarakat. Perayaan Birau awalnya
dilaksanakan pada masa Kesultanan Bulungan untuk
memperingati syukuran khitanan anak raja-rajanya.
Sebagai upaya untuk melestarikan adat istiadat, perayaan
Birau tetap terus diselenggarakan.
KESIMPULAN
Proses masuknya
islam ke kalimantan
Disebarkan pertama kali oleh

putra Syarif Husein, seorang juru dakwah dari Arab.


Penyebarannya melalui jalur air
Daerah penyebaranya meliputi

Pontianak (1741)
Matan (1743)
Mempawah (1750)
Barang yang di perdagangkan
Di kelompokan menurut
Agama Yang Berkembang
Kondisi Politik
dilaksanakandegan cara mengawini putri
bangsawan dan menjalin peradagangan
antar pulau
Peninggalan Kesultanan
Istana kasultanan Pontianak
TERIMA KASIH~

Anda mungkin juga menyukai