20130320\tsunami 3.wmv Elemen Sistem Manajemen Bencana Geologi Dr. Muchlis Pedahuluan • Manajemen bencana geologi harus dilaksanakan secara terencana dan sistematis. Penerapannya tidak sederhana tetapi membutuhkan membutuhkan aktivitas yang saling terkait. • Sistem manajemen bencana geologi merupakan kesatuan dari berbagai elemen. Semua elemen tersebut harus baik untuk menghasilkan sistem yang baik. Semua elemen sama pentingnya. • Semua elemen harus mendapatkan perhatian yang seimbang Elemen manajemen bencana geologi 1. Kebijakan Manajemen 2. Identifikasi dan Penilaian Resiko Bencana 3. Perencanaan Awal 4. Prosedur Tanggap Darurat 5. Organisasi Tanggap Darurat 6. Sumberdaya dan Sarana 7. Pembinaan dan Pelatihan 8. Komunikasi 9. Inspeksi dan Audit 10. Investigasi dan Pelaporan 1. Kebijakan Manajemen Kebijakan manajemen sangat diperlukan dalam manajemen bencana geologi Kebijakan manajemen menjadi landasan penerapan manajemen bencana geologi di masing-masing daerah Kebijakan manajemen bencana geologi tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, untuk tingkat daerah adalah kepala daerah setempat Kebijakan ini menjadi bukti komitmen pimpinan terhadap penerapan manajemen bencana geologi di daerah Perda DIY_8_2010 ttg bencana.pdf 2. Identifikasi dan Penilaian Resiko Bencana • Resiko Bencana adalah Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu (PP no. 21 tahun 2008) • Contoh resiko bencana adalah kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. • Resiko = Kemungkinan x Keparahan Identifikasi Resiko Bencana Identifikasi resiko bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada di suatu daerah seperti kondisi geografis, keadaan alam (morfologi, litologi), cuaca (curah hujan, angin) dll Identifikasi dapat juga didasarkan kepada pengalaman bencana geologi yang pernah terjadi Tujuan identifikasi resiko bencana adalah untuk mengetahui dan menilai resiko dari suatu kondisi yang dapat menimbulkan bencana Penilaian Resiko Bencana
Resiko = kemungkinan x keparahan
Penilaian resiko bencana berkaitan dengan kemungkinan dan keparahan.
Kemungkinan bencana (likelihood) adalah
perkiraan kemungkinan suatu bencana dapat terjadi yang digambarkan dalam bentuk peringkat misalnya dengan memberi angka 1 sd 5 Menurut BNPB, kemungkinan terjadinya bencana diberi peringkat sbb:
Nilai Arti Keterangan
1 Kemungkinan sangat kecil 0-20% terjadi 2 Kemungkinan kecil terjadi 20-40% dalam 100 tahun 3 Kemungkinan terjadi 40-60% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 100 tahun 4 Kemungkinan besar terjadi 60-80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun mendatang 5 Pasti terjadi Hampir dipastikan 80-90% Keparahan bencana (severity) adalah perkiraan dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh suatu bencana baik terhadap manusia, aset lingkungan dan sosial. Secara sederhana dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Keparahan dapat dibuat peringkat dari 1 (sangat ringan) sd 5 (sangat parah). Menurut pedoman BNPB, keparahan bencana diberi bobot sbb:
Nilai Arti Keterangan
1 Sangat ringan Kurang dari 20% wilayah terkena rusak 2 Ringan 20-40% wilayah terkenarusak 3 Sedang 40-60% wilayah terkena rusak 4 Parah 60-80% wilayah hancur 5 Sangat parah 80-90% wilayah hancur dan lumpuh total Pengendalian Resiko Bencana Pengendalian resiko bencana dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan dan mengurangi keparahan. Bencana geologi tidak mungkin mengurangi kemungkinan, maka yang dapat adalah mengurangi keparahan dari bencana geologi tersebut. Mengurangi keparahan dapat dilakukan dengan: Membangun rumah tahan gempa Membuat jalur penyelamat Membangun sistem peringatan dini Pembatasan penggunaan lahan pada daerah katagori rawan Mempersiapkan sarana medis dan resque yang lengkap • Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, penilaian resiko dan langkah pengendalian maka dapat disusun analisis resiko bencana yang terperinci dan mendasar. • Hasil analisis tersebut dibuat dalam bentuk daftar resiko bencana. • Daftar resiko bencana harus terdokumentasi dengan baik dan disimpan. • Daftar resiko bencana dikomunikasikan kepada semua pihak khususnya masyarakat yang terkena resiko sehingga masyarakat tahu resiko bencana apa saja di lingkungannya dan apa langkah pengendalian yang ditetapkan. 3. Perencanaan Awal Rencana awal dibuat berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian resiko bencana Dari Perencanaan Awal dapat diketahui/disusun rencana strategi penanganan bencana, sumberdaya yang dibutuhkan dll Penanganan bencana berbeda di setiap daerah. Perka BNPB 4-2008_Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.pdf 4. Prosedur Manajemen Bencana Perencanaan awal selanjutnya dikembangkan menjadi prosedur penanganan bencana yang memuat mengenai tata cara penanganan, tugas dan tanggung jawab, sistem komunikasi, sumberdaya yang diperlukan, prosedur pelaporan dll. Prosedur manajemen bencana harus ditetapkan untuk setiap level organisasi baik insiden, darurat atau nasional yang mencakup aspek teknis dan strategis. Prosedur manajemen bencana harus disyahkan dan ditetapkan oleh manajemen tertinggi dalam organisasi, misalnya kepala daerah. • Perka BNPB 9-2008_Protap Tim Reaksi Cepat BNPB.pdf 5. Organisasi dan Tanggung jawab • Penanganan bencana tidak akan berhasil dengan baik jika tidak didukung oleh pengorganisasian yang baik pada level teknis atau strategis. • Organsasi dan tanggungjawab menyangkut siapa mengerjakan apa. misalnya tugas A itu tanggung jawab organisasi/Bidang B. Tugas C tanggung jawan organisasi/bidang D dll • Di setiap level perlu di buat organisasi/tim tanggap darurat. Organisasi tanggap darurat sekurangkurangnya mengandung unsur: • Unsur Komando • Tim Inti • Tim penunjang Unsur Komando Unsur komando yang bertanggung jawab mengkoordinir seluruh fungsi manajemen bencana yang ditetapkan Tim Inti • Tim inti terdiri dari: Unsur Penanggulangan yang bertugas dan bertanggung jawab menangani kejadian bencana. Misalnya dalam penanganan bencana gempa maka tim penanggulangan bertugas mengatasi bencana yang terjadi sebagai ikutan dari gempa misalnya kebakaran dan keruntuhan bangunan. Dalam tim ini terlibat antara lain fungsi pemadaman dan safety Unsur Penyelamatan dan Evakuasi (Search and Resque) yang bertugas menyelamatkan korban bencana baik yang hidup atau mati menuju ke tempat yang aman. Unsur penyelamatan material (salvage) yang bertugas menyelamatkan harta benda atau aset yang tedampak dari suatu bencana geologi Unsur medis yang bertugas memberikan bantuan medis bagi korban bencana yang dapat diselamatkan oleh tim penyelamat. Unsur Penunjang Merupakan tim yang memberikan dukungan terhadap tim inti. Unsur penunjang antara lain: Tim logistik Timtransportasi Tim keamanan Tim komunikasi Tim Humas Tim teknis Tim lainnya sesuai kebutuhan Perka BNPB 10-2008_Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana-1.pdf 6. Sumberdaya Penanganan Bencana • Penanganan bencana memerluka sumberdaya yang memadai sesuai dengan tingkat dan jenis bencana yang dihadapi. • Ada 3 sumberdaya yang diperlukan 1. Sumberdaya manusia 2. Sumberdaya prasarana dan material 3. Sumberdaya finansial Sumberdaya prasarana dan material 7. Pembinaan dan Pelatihan • Penanganan bencana membutuhkan SDM yang terampil dan terlatih • Pelatihan yang diperlukan misalnya: a. Pemahaman tentang manajemen resiko Pemahaman ini diberikan kepada petugas, pejabat dan pengawas sehingga mengerti tentang analisa resiko bencana. b. Pemahaman penanganan bencana menurut jenisnya misalnya gempa bumi, erupsi gunung berapi, tsunami dll c. Pemahaman umum mengenai bencana sehingga meningkatkan kesadaran dan kepeduliaan. • Pelatihan tim teknis seperti teknik melakukan pertolongan, P3K • Masyarakat umum juga perlu pelatihan dan pembinaan misalnya pemahaman tentang potensi bencana di lingkungan, cara penyelamatan jika ada bencana, peralatan keselamatan dll 8. Komunikasi • Komunikasi diperlukan pada bencana pada tingkat perencanaan, mitigasi, tanggap darurat dampai ke rehabilitasi • Komunikasi dapat dikatagorikan kepada: • Komunikasi kepada sesama anggota • Komunikasi kepada masyarakat umum • Komunkasi kepada organisasi eksternal baik nasional maupun internasional. • Misalnya bagaimana cara mengkomunikasikannya? Siapa yang berwenang untuk melakukan komunikasi? Bagaimana salurannya? 9. Investigasi dan Pelaporan • Tujuan investigasi bencana: Untuk mengetahui penyebab bencana Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan penanganan bencana Untuk mengetahui efektivitas organisasi penanganan bencana Untuk menentukan langkah perbaikan dan pencegahan terjadinya bencana atau pengurangan korban Untuk penyempurnaan dan perbaikan dalam manajemen bencana 10. Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana • Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau berkala untuk memeriksa kesiapan dalam penanganan bencana dalam organisasi baik teknis maupun non teknis sehingga dapat diadakan perbaikan.
• Audit adalah suatu upaya untuk mengevaluasi
penerapan manajemen bencana dalam suatu organsasi, apakah sudah sesuai standart dan memenuhi tolak ukur. Terima kasih Diskusi 1. Buatlah suatu konsep manajemen bencana tahap saat terjadi bencana? 2. Sebutkan 7 stoke holder (pemangku kepetingan) dan tugasnya secara umum pada pelaksanaan penanggulangan bencana baik pra, saat maupun pasca 3. Sebutkan 10 jenis peralatan dan fungsinya yang diperlukan oleh BNPB