Anda di halaman 1dari 195

Modul 2

Kel 24 D
MODUL II
Skenario 2: Mengapa bayi Nina kejang?
Pada suatu kegiatan BST (bedsite teaching) mahasiswa kedokteran UNAND,
sekelompok mahasiswa beserta preseptornya sedang memeriksa Bayi Nina, perempuan,
umur 3 hari dirujuk dari RSUD karena kejang. Pada anamnesis ibu mengatakan bayinya
terlihat tenang kemudian menangis (high pitch cry), sesudah itu bibir dan tangan kanannya
bergerak sendiri. Ketika diperiksa bayi ini tampak letargi, tidak ada reflex isap. Mahasiswa
menanyakan mengapa kejangnya tidak sama dengan anak yang besar? Bukankah pada anak
besar kejangnya tonik atau klonik. Sehingga mahasiswa dan preseptor asik dengan diskusi
tentang beda kejang pada neonatus dengan kejang pada anak besar.
Dalam diskusi selanjutnya dibicarakan pula tentang apa saja kemugkinan penyebab
kejang pada bayi tersebut, antara lain ditanyakan tentang kemungkinan si ibu terifeksi
TORCH, hepatitis dan HIV /AIDS. Mahasiswa berebut untuk menjawab tentang penyebab
dan mekanisme terjadinya kejang pada bayi maupun anak besar, apakah hipoglikemia,
hiponatremia, ensefalitis, meningitis dan lainnya. Dalam diskusi ini juga dibicarakan apakah
mungkin dilakukan infanticide jika kelainan ini diketahui sejak dalam kehamilan. Selain itu
group ini juga membahas tentang kejang pada anak besar, seba, mekanisme dan
tatalaksananya.
Pada diskusi ini juga dibahas tentang penyakit-penyakit yang sering dialami bayi
dan anak, serta skrining awal penyakit tersebut harus dikuasai semua praktisi kesehatan dan
dibimbingkan terhadap semua mahasiswa kesehatan melalui MTBS dan MTBM.
Jika Anda adalah dokter yang sedang bertugas ketika itu bagaimana menjelaskan semua di
atas?
STEP 1 TERMINOLOGI
• High pitch cry: a symptom of a few different kinds of other birth injuries, some very
serious (chronic or severe illness) Atau salah satu bentuk tangisan bayi yang tidak normal
yang merupakan tanda bahwa ia sedang mengalami masalah pada tubuhnya/kondisi
yang tidak baik (sakit) ex : masalah pada nafas, masalah pada saraf,
• Kejang tonik: kekakuan kontraktur pada otot-otot, termasuk otot pernafasan  spasme.
Bentuk klinis kejang ini yaitu pergerakan tungkai yang menyerupai sikap deserberasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.
• Kejang klonik: berupa gemetar yang bersifat lebih lama. Bentuk klinis kejang klonik fokal
berlangsung 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran, dan
biasanya tidak diikuti oleh fase tonik.
• Bentuk kejang ini sebagai manifestasi akibat trauma fokal pada
kontusio cerebri pada bayi besar atau bayi cukup bulan, atau
pada kelainan ensefalopati metabolik.
• TORCH: infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II)
pada wanita hamil.
• Hipoglikemia: kondisi gula darah yang lebih rendah dari
normal
• Hiponatremia: kondisi kandungan natrium pada darah yang
lebih rendah dari normal biasanya dikatakan hipernatremia jika
<130  136 –145 mEq/L
• Ensefalitis: nfeksi jaringan otak oleh berbagai macam
mikroorganisme, misalnya viral, bakteri, Spirochaeta, fungus,
protozoa,dan metazoa ( cacing )
• Meningitis: peradangan yang mengenai sebagian atau seluruh
selaput otak (meningen) yang ditandai dengan peningkatan
jumlah sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
• Infaticide: Pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang ibuatas anak kandungnya pada saat
lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah
melahirkan anak.
• MTBS: Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) adalah suatu
pendekatan yang terpadu yang tata pelaksanaanya dilakukan
pada balita sakit dengan fasilitas rawat jalan dengan
pengetahuan pelayanan kesehatan.
• MTBM : Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan
suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1
hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang
datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh
tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
STEP 2 RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa bayi Nina, perempuan, umur 3 hari kejang ? Apa
kemungkinan penyebabnya ?
2. Bagaimana interpretasi anamnesis ibu mengatakan bayinya terlihat
tenang kemudian menangis (high pitch cry), sesudah itu bibir dan
tangan kanannya bergerak sendiri?
3. Mengapa bayi ini tampak letargi, tidak ada reflex isap ?
4. Mengapa kejangnya tidak sama dengan anak yang besar?
5. Apakah mungkin kejang disebabkan oleh ibu
terifeksi TORCH, hepatitis dan HIV /AIDS?
6. Bagaimana mekanisme kejang karena apakah
hipoglikemia, hiponatremia, ensefalitis, meningitis
dan lainnya ?
7. Apakah mungkin dilakukan infanticide jika kelainan
ini diketahui sejak dalam kehamilan ?
8. Bagaimana sebab, mekanisme dan tatalaksana
kejang pada anak besar ?
9. Apa saja penyakit yang sering dialami bayi dan anak
serta skrining awal penyakit tersebut dengan MTBS
dan MTBM ?
STEP 3 BRAINSTORMING
1. Mengapa bayi Nina, perempuan, umur 3 hari kejang ? Apa kemungkinan penyebabnya ?
• Asfiksia perinatal menyebabkan ensefalopati hipoksia iskemik (HIE) (biasanya kejang timbul dalam
24 jam )
• Trauma dan perdarahan intrakranial
• Infeksi
• Gangguan metabolik
2. Bagaimana interpretasi anamnesis ibu mengatakan bayinya terlihat tenang kemudian
menangis (high pitch cry), sesudah itu bibir dan tangan kanannya bergerak sendiri?
• High pitvh cry menunjukkan bayi sedang dalam kondisi sakit atau tidak nyaman
• Bibir dan tangan kanannya bergerak sendiri menunjukkan manifestasi kejang pada neonatus yang
tidak berupa kejang umum. Melainkan oral buccal lingual movements
3. Mengapa bayi ini tampak letargi, tidak ada reflex isap ?
• Letargi dapat menunjukkan adanya meningitis, hipoglikemia, cedera kepala,
dan syok
• Tidak ada reflex isap juga manifes kejang neonatus.
o sebelumnya diperiksa dulu apakah bayi lahir prematur/BBLR 
kemungkinan memang pada usia itu memang refleks hisap menelan juga
belum sempurna
o diperiksa apakah ada masalah pada saluran pencernaan (dari mulut,
tenggorokan) karena bisa menghambat refleks menghisap
o kondisi2 yang menyebabkan bayi tidak mau menyusu (masalah sal nafas,
ikterik, pada hipoglikemia juga menyebabkan bayi tidak ada reflex hisap),
o ada masalah pada pada refleks akibat masalah saraf
4. Mengapa kejangnya tidak sama dengan anak yang besar?
Hal ini disebabkan karena ketidak matangan kortek pada bayi baru lahir.
Manifestasi kejang pada bayi lahir dapat berupa tremor, hiperaktif,
kejang,tiba)tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak
dengan hilangnya kesadaran, pergerakan yang tidak terkendali (involuntary
movements), nistagmus atau mata mengedip) ,mengedip paroksismal,
gerakan seperti mengunyah dan menelan,fenomena oral atau bukal , bahkan
apnea. Pada prinsipnya setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berlangsung berulang)ulang dan periodik, harusdipikirkan
kemungkinan adanya manifestasi kejang
5. Apakah mungkin kejang disebabkan oleh ibu terifeksi TORCH, hepatitis
dan HIV /AIDS?
Infeksi (ensefalitis dan meningitis): Pada bayi baru lahir infeksi dapat terjadi di
dalam rahim, selama persalinan, atau segera sesudah lahir. Infeksi dalam
rahim terjadi karena infeksi primer dari ibu seperti toxoplasmosis, rubella,
sitomegalovirus, dan herpes.
Terpapar oleh infeksi ibu  berkoloni pada bayi  sampai di SSP 
mengenai SSP  menetap  terjadi inflamasi  merangsang sitokin
proinflamasi  rusak SSP  menimbulkan kejang
Ibu hiv : memungkinkan bayinya juga bisa terinfeksi hiv jika tidak diberikan
pengobatan arv selama hamil  maka bisa mengurangi imunitas bayi 
memudahkan risiko bayi terkena infeksi  bisa menyerang ssp  meningitis
7. Apakah mungkin dilakukan infanticide jika kelainan ini
diketahui sejak dalam kehamilan ?
Di Indonesia dilarang kerena termasuk melanggar hak asasi
manusia. Tetapi di negara lain ada yang diperbolehkan karena
kecacatannnya sangat berat
8. Bagaimana sebab, mekanisme dan tatalaksana kejang pada anak besar ?
Penyebab kejang itu multifactorial : idiopatik (tanpa penyebab tetapi
menimbulkan aliran aktivitas litrik neuron yang abnormal), malformasi otak
congenital, factor genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit
demam, gangguan metabilisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan
sirkulasi, dan penyakit degeneratif susunan saraf.
Secara fisiologis, suatu kejang merupakan akibat dari serangan muatan listrik
terhadap neuron yang rentan di daerah fokus epileptogenik. Diketahui bahwa
neuron-neuron ini sangat peka dan untuk alasan yang belum jelas tetap
berada dalam keadaan terdepolarisasi. Neuron-neuron di sekitar fokus
epileptogenik bersifat GABA-nergik dan hiperpolarisasi, yang menghambat
neuron epileptogenik. Pada suatu saat ketika neuron-neuron epileptogenik
melebihi pengaruh penghambat di sekitarnya, menyebar ke struktur korteks
sekitarnya dan kemudian ke subkortikal dan struktur batang otak.
Dalam keadaan patofisiologik neuron melepaskan muatan listriknya oleh
karena potensial membrannya direndahkan oleh potensial postsinaptik yang
tiba pada dendrit. Pada keadaan patologik, gaya yang bersifat mekanik atau
toksik dapat menurunkan potensial membran neuron, sehingga neuron
melepaskan muatan listriknya dan terjadi kejang.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah
focus kejangatau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Aktivitas kejangsebagian bergantung pada lokasi lepas muatan
yang berlebihan tersebut. Lesi diotak tengah,thalamus, dan korteks
serebellum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Tatalaksana :
• Periksa keselamatan, lingkungan harus hangat
• Lihat jalan napas bayi (beri alat bantu O2 atau CPAP)
• Infus intravena
• Obat kejang IM dengan diazepam atau fenobarbital
9. Apa saja penyakit yang sering dialami bayi dan anak serta skrining awal
penyakit tersebut dengan MTBS dan MTBM ?
• Pneumonia
• Diare
• Demam
• Infeksi
LEARNING OBJECTIVE
Kejang Pada Neonatus
Definisi

• Adalah manifestasi klinis dari lepas muatan listrik


berlebihan dari selsel neuron di otak yang terganggu
fungsinya
• Gangguan tersebut bisa disebabkan oleh kelainan
fisiologis,anatomis,biokimia atau gabungan dari ketiga
kelainan tersebut.
• Terjadi pada masa neonatus ( 0-28 hari )
Patofisiologi

Kejang dapat terjadi akibat adanya depolarisasi (penurunan muatan


negatif dari keadaan potensial istirahat)
Penyebab depolarisasi adalah
Jumlah neurotransmiter eksitatori ( As Glutamat ) yang
berlebihan
Berkurangnya neuro transmitter inhibisi (GABA).
Gangguan pada pompa NA K ATP Ase
Gangguan pada membran sel neuron
Tipe kejang pada neonatus

1. Subtle ( tersamar, tidak terlihat )


 Pergerakan muka,mulut, lidah
menyeringai,menghisap,mengunyah,menelan,menguap
 Pergerakan bola mata
Kedip kedip, deviasi bola mata
 Pergerakan anggota gerak
Mengayuh,berenang, melangkah
 Manifestasi pernafasan
Apne,
2. Klonik
• Fokal atau multifokal
3. Tonik
4. Myoklonik
• Buku ajar neurologi anak
Kejang VS Bukan Kejang

 Jitteriness Vs Kejang

Manifestasi klinik Jitteriness Kejang


Gerakan bola mata - +
Peka rangsang + -
Bentuk gerakan Tremor klonik
dominan
Gerakan dapat + -
berhenti dengan fleksi
pasif
Perubahan fungsi - +
otonom
Perubahan pada tanda - +
vital penurunan
saturasi oksigen
Spasme

 Kontraksi otot yang tidak terkendali detik - menit


 Dipicu sentuhan, suara dan cahaya
 Bayi tetap sadar
 Trismus
 Opistotonus
 Gerakan tangan seperti mengepal atau meninju

IDAI (UKK perinatologi) ,


Bk panduan manajemen masalah BBLuntuk
dokter,bidan, perawat RS
Etiologi Kejang (1)

 Kelainan pada SSP


1. Asfiksia : HIE ( Hypoxic Ischemic Encephalopathy )
2. Trauma : Perdarahan
3. Infeksi : Meningitis, ensefalitis
4. Kelainan Bawaan : Malformasi otak
 Kelainan Sistemik yang berpengaruh pada SSP
1. Gangguan Metabolik (glukosa,Calsium,Natrium,Mg)
2. Kelainan metabolisme ( inborn error of metabolism )
3. Kelainan yang berhubungan dengan obat (putus obat)
4. Hiperbilirubinemia ( Kern Ikterus)
5. Infeksi : TORCH, Sepsis
Etiologi Kejang

 Idiopatik
1. Benign Familial neonatal
2. The Fifth Day Fit
 Sindrom Epilepsi

Buku ajar neurologi


anak
Etiologi Kejang (2)

Etiologi Awitan kejang Frekuensi


0-3 hari > 3 hari Preterm Aterm
HIE + +++ +++
Perd Intrakranial + + ++ +
Infeksi SSP + + ++ ++
Malformasi otak + + ++ ++
Hipoglikemi + + +
Hipokalsemi + + + +
Kel Metabolik + +
Sindrom epilepsi + + +

Buku ajar
neurologi anak
Catatan

 Hipokalsemia : kadar calcium < 7,5 mg/dl (< 1,87mmol/L)


 Hipoglikemia : kadar glukosa darah < 45 mg/dl (< 2,6
mmol/L )
 Hiponatremia : kadar natrium < 120 mg/dl
 Hipernatremia : kadar natrium > 150 mg/dl
Hypoxic Ischemic encephalopathy
 Merupakan penyebab kejang pada bayi baru lahir yang terbanyak
 Kejang biasanya terjadi dalam 24 jam setelah lahir dan berhubungan
dengan keadaan asfiksia pada bayi baru lahir
 Ada tiga derajad HIE
 HIE derajad ringan : bayi tampak iritabel, lethargy hiperaktif dan tonus otot
meningkat
 HIE derajad sedang : penurunan kesadaran, hipotonus, kejang
 HIE derajad berat : koma, tonus otot sangat nmenurun dan tidak bereaksi
terhadap rangsangan
Infeksi susunan syaraf pusat

• Meningitis
• Biasanya terjadi pada minggu pertama setelah lahir
• Penyebab terbanyak adalah Streptokokus group B, E. Coli, kuman gram
negatif
• Kurang lebih 25% bayi dengan sepsis berkembang menjadi meningitis
• Ensefalitis
• Herspes Simplek dan enterovirus
• Infeksi kongenital : toxoplasma dan Cytomegalovirus.
Gangguan metabolik

• Hipoglikemia
• Banyak terjadi pada bayi lahir dengan ibu menderita diabetes, bayi berat
badan lahir rendah
• Dapat juga terjadi pada bayi dengan asfiksia atau menderita infeksi
• Hipokalsemia
• banyak terjadi pada bayi dengan asfiksia, bayi prematur dan gangguan
endokrin
Perdarahan intra kranial

 Perdarahan subarakhnoid
 Terjadi karena robekan vena akibat partus lama
 UUB membonjol, tangis bayi melengking
 Perdarahan Intraventrikuler
 Bayi dengan asfiksia, trauma kepala
 Perdarahan subdural
 Terjadi karena robekan tentorium di dekat falk serebri
 Penyebab
 Trauma kepala, gangguan pembekuan darah (def vit K )
asfiksia
 Pemeriksaan Penunjang : CT Scan Kepala
Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik dan neurologi
3. Pemeriksaan penunjang
1. Darah, elektrolit dan metabolik
2. Pungsi lumbal
3. Skreening sepsis ; kultur darah; TORCH
4. USG kepala /CT scan kepala
5. EEG
Anamnesis

• Riwayat kehamilan dan persalinan


• Riwayat kejang pada keluarga
• Obat –obatan yang diminum ibu
• Riwayat infeksi antenatal dan intrapartum
• Asfiksia
• Trauma kelahiran
Pemeriksaan Fisik dan neurologis

• Tanda vital
• Tingkat kesadaran
• Lingkar kepala, UUB
• Pemeriksaan fisik lengkap
• Pemeriksaan Syaraf kranial
• Refleks primitif
• Tonus otot, kekuatan otot
Pengelolaan

 Tujuan
 Menghentikan kejang dan mencegah berulangnya kejang
 Mencari dan mengobati penyebab kejang
 Menghindari seminimal mungkin kerusakan otak
 Mencegah komplikasi
 Umum
 Pertahankan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi sistemik baik
 Oksigenasi adekuat
 Pemasangan akses vena
 Pada kejang yang sering pemberian minum dihentikan
 Koreksi kelainan yang ada ; hipoglikemia, hipokalsemia
Pengelolaan

• Khusus

Terapi awal Terapi rumatan

Hipoglikemia Glukose 10% 2ml/kg Glukose 10 %


bb iv 8 mg/kg BB
Hipokalsemia Kalsium Glukonas 5%
4 ml/kg iv
Pyridoksin (Vit B6 ) 50 -100 mg iv
Pengelolaan

 Obat anti kejang

 Terapi standart :

1. Lini pertama : Phenobarbital


2. Lini kedua : Phenitoin
3. Lini ketiga : Midazolam
Dosis obat anti kejang

Obat Dosis awal Dosis rumat

Phenobarbital 20-40 mg/kg BB IV 3-4 mg/kgBB/hr IM,po


Kec IV 1-2mg/kgBB/mnt 12 jam stlh dosis awal
Phenitoin 15 -20 mg/kgBB IV 3-4 mg/kg BB/hr IV.po
Kec max 1mg/kgBB/mnt
Midazolam 0,15- 0,2 mg/kgBB IV 0,1 – 0,4 mg/kg BB/ jam IV
Phenobarbital
Bekerja pada reseptor GABA
Waktu paruh 3-7 hari
Onset terapi 10-20 menit
Efek terapi 1-3 hari
Dosis 20 mg/kg BB, max
600mg
Kec pemberian 1 mg/kg
Bb/menit
Efeksamping depresi
pernafasan
Sediaan 1ml=100mg
Phenitoin
Memblok pintu kanal natrium
Onset 10-30 menit
Efek terapi 12-24 jam
Waktu paruh 24 jam
Dosis 20mg/kg bb, max
1000mg
Kec pemberian 1
mg/kgbb/menit
Efek samping hipotensi
Sediaan 1ml = 50 mg
Pengenceran dengan
 Phenitoin menggunakan Na Cl
Midazolam
1. Onset 2-5 menit
2. Efek terapi 30 -60 menit
3. Waktu paruh 1,8 -6,4 jam
4. Dosis 0,2 mg /kgBB
5. Efek samping depresi
pernafasan
6. 1ml= 5 mg, 1ml = 1mg
ALUR PENATALAKSANAAN KEJANG PADA NEONATUS (1)

Bayi baru lahir dengan Kejang


1. Tentukan tipe dan karakteristik kejang
2. Pastikan jalan nafas, pernafasan , sirkulasi sistemik dan
temperatur baik
3. Beri Oksigen
4. Cari akses vena dan ambil sampel darah dan periksa kadar gula
drah, kalsium, magnesium, natrium, kalium, analisa gas darah,
dhematulogi lengkap, skreening sepsis.
• Jika Hipoglikemia  Obati
• Jika hipokalsemia  Obati
5. Anamnesa dan pemeriksaan fisik
6. Jika masih kejang - Mulai pemberian anti kejang
Prognosis

 Penyebab
 Malformasi otak, HIE sedang berat : Buruk
 Karakteristik kejang
 Awitan dini, lama,berulang, intractable : Buruk
 Gambaran EEG
 Isoelektrik,voltase rendah, burst suppression : Buruk

Volpe JJ, Neurology of the newBorn 2008


Mizrahi &Kellaway, diagnosis of neonatal seizure 1997
DAMPAK TORCH TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
Toxoplasmosis
• Disebabkan oleh protozoa an parasit obligat intraseluler yakni
toxoplasma gondii.
• Rute infeksi: T gondii disebarkan melalui rute fekal-oral. Oosit
diekskresikan melalui feses kucing dan dicerna manusia melalui
makanan tidak matang, air dan tanah yang terkontaminasi dan susu
kambing yang tidak dipasteurisasi.
• Manifestasi Klinis:
• Dapat ditularkan ke janin selama infeksi pada ibu atau jika ibu yang
immunocompromised dan terkena infeksi kronis. Resiko janin untuk
tertular meningkat dengan umur gestasi. Namun semakin awal
terkena, infeksi lebih berat. 1. trimester 1: kematian, gejala sisa sistem
saraf pusat/mata
• 2. trimester 2: efek yang multipel (hidrosepalus, kalsifikasi
intrakranial, korioretinitis), ikterik, hepatosplenomegali, anemia,
lymphadenopati, microcepali, gangguan penglihatan/pendengaran,
kejang,
• 3. trimester 3: biasa asimptomatik
Rubella
• Penyebab virus rubella
Cara penularan:Kontak pernafasan/rubella akuisita(droplet)
Melalui plasenta/rubella kongenital
Rubella kongenital:
Ibu hamil yang terinfeksi rubella-janinnya berisiko terinfeksi
Bila ibu terinfeksi rubella saat kehamilan 8-10 minggu-90% janin yg
terinfeksi akan mengalami sindrom rubella:katarak,tuli,dan kelainan
jantung bawaan
Pencegahan:vaksinasi
CMV
• Penyebab virus CMV(keluarga herpes)
• 50-80% orang dewasa mempunyai antibodi CMV
• Infeksi pada anak sehat dan dewasa sehat umumnya tidak menimbulkan
salah
• Virus CMV aktif bila inang mengalami penurunan fisik,misalnya saat wanita
hamil,orang yang menjalani cangkok organ tubuh
• Cara penularan:
• Infeksi kongenital dari ibu yang terinfeksi saat hamil(infeksi primer)-risiko
janin terinfeksi 30-40%
• Infeksi sesudah lahir
• Kelainan utama:mikrosefalus,tuli
CMV
• Pencegahan CMV:Ibu hamil-menjaga kebersihan diri dan
lingkungan,menghindari kontak dengan penderita CMV
akut(penularan melalui cairan tubuh)mencegah transfusi dari donor
yang terinfeksi CMV,pemeriksaan TORCH
CMV
• Obat-obat infeksi virus yaitu acyclovir, gancyclovir dapat diberikan
untuk infeksi CMV
• Pada AIDS :Berat : ganciclovir iv 5mg/kgBB 2x 10 hari dilanjutkan
6mg/kgBB 1x 5 hari setiap minggu
• Tidak berat: oral Valganciclovir
HSV(Herpes Simpleks Virus)
• Penyebab:virus herpes simpleks(HSV 1 dan HSV 2)
• HSV1:kulit,selaput lendir,(mukosa)mata,mulut ,hidung,telinga
• HSV 2:kulit dan mukosa alat kelamin dan sekitar anus
• Cara penularan:
• Infeksi HSV kongenital:dari ibu hamil ke janin melalui plasenta
• Infeksi pasca natal:saat bayi lahir melalui jalan lahir ibu yang terinfeksi
HSV
• Infeksi HSV dewasa:kontak kulit/melalui hubungan sex
HSV
• Kelainan akibat infeksi HSV:mikrosefalus,bayi lesu,gangguan
pernafasan,hepatitis,retardasi psikomotor,korioretinitis,kelainan
jantung bawaan
• Pencegahan:skrining dengan pemeriksaan TORCH ibu sebelum dan
selama kehamilan,menghindari persalinan melalui jalan lahir untuk
ibu yang menderita herpes genitalis
• Menghindari kontak dg penderita dan alat alat yang dipakainya
Manifestasi klinis
Clinical Toxo Rubella CMV
Petechie + + ++
microcep + ++ ++
hydrocep ++ - +
IUGR ++ ++ ++
HEPATO + + ++
SPLENOM + + ++
CORONARY - ++ -
HEART
DISEASE
HYPERBIL ++ ++ ++
DIRECT
clinical toxo rubella CMV
Corioretinitis ++ - ++
cataract - ++ -
seizure + - +
Sudden hearing loss + ++ ++
pneum ++ ++ ++
Calsificasi serebral ++ ++ ++
Lesion mucosa - - -
• Program imunisasi untuk mencegah campak dan rubella (MR) yang
digelar pada Agustus-September 2017
• Subuh memaparkan hingga 18 September 2017 cakupan imunisasi
MR sudah 88,18% di seluruh pulau Jawa atau sekitar 30 juta 831 jiwa
yang telah mendapatkan vaksin MR. Adapun daerah yang terendah
cakupannya adalah Provinsi DKI Jakarta 72,23%. Adapun daerah
tertinggi, Provinsi Jawa Timur dengan 96,67% artinya sudah
melampaui target, disusul Jawa Tengah 96,61% dan Yogyakarta 87%.
• Kemenkes menargetkan, lebih dari 95 persen dari 34 juta sasaran
imunisasi di tahun 2017, yang dilakukan di enam provinsi, 119
kabupaten/kota di Pulau Jawa.
EPILEPSI
definisi

• epilepsi :
- gangguan SSP yang ditandai dg
terjadinya bangkitan (seizure, fit,
attack, spell) yang bersifat spontan
(unprovoked) dan berkala
- kejadian kejang yang terjadi
berulang (kambuhan)
• Kejang : manifestasi klinik dari
aktivitas neuron yang berlebihan di
dalam korteks serebral
• Manifestasi klinik kejang sangat
bervariasi tergantung dari daerah
otak fungsional yang terlibat
epidemiologi
• Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai
negara dengan variasi yang luas, sekitar 4-6 per 1000 anak
• Di Indonesia terdapat paling sedikit 700.000-1.400.000
kasus epilepsi dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus
baru setiap tahun dan diperkirakan 40%-50% terjadi pada
anak anak.
• Sebagian besar epilepsi bersifat idiopatik, tetapi sering
juga disertai gangguan neurologi seperti retardasi mental,
palsi serebral, dan sebagainya yang disebabkan kelainan
pada susunan saraf pusat.
• Di samping itu, dikenal pula beberapa sindrom epilepsi
pada anak antara lain Sindrom Ohtahara, spasme infantil
(Sindrom West), Sindrom Lenox-Gestaut, benign rolandic
epilepsy,dan juvenile myoclonic epilepsy.
Profil EEG pada penderita epilepsi
Prognosis
• Prognosis umumnya baik, 70 – 80% pasien yang mengalami epilepsy akan
sembuh, dan kurang lebih separo pasien akan bisa lepas obat
• 20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi kronis  pengobatan
semakin sulit  5 % di antaranya akan tergantung pada orang lain dalam
kehidupan sehari-hari
• Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami retardasi mental, dan
gangguan psikiatri dan neurologik  prognosis jelek
• Penderita epilepsi memiliki tingkat kematian yg lebih tinggi daripada
populasi umum
Etiologi
• Epilepsi mungkin disebabkan oleh:
• aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang
mempengaruhi otak
• gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di
otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain
• pada bayi  penyebab paling sering adalah asfiksi atau
hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir,
gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak, atau
infeksi
• pada anak-anak dan remaja  mayoritas adalah epilepsy
idiopatik, pada umur 5-6 tahun  disebabkan karena febril
Patogenesis
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan eksitatori
pada otak
Ketidakseimbangan bisa terjadi
karena :
• Kurangnya transmisi inhibitori
• Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori 
meningkatnya aksi glutamat atau
aspartat
Central transmitter substances
Diagnosis
• Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan
kejang secara berulang
• Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala,
diperlukan berbagai alat diagnostik :
• EEG
• CT-scan
• MRI
• Lain-lain
Klasifikasi epilepsi

• Berdasarkan tanda klinik


dan data EEG, kejang
dibagi menjadi :
• kejang umum (generalized
seizure)  jika aktivasi
terjadi pd kedua hemisfere
otak secara bersama-sama
• kejang parsial/focal  jika
dimulai dari daerah
tertentu dari otak
Kejang umum terbagi atas:
• Tonic-clonic convulsion = grand mal
• merupakan bentuk paling banyak terjadi
• pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar
air liur
• bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
• terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur
• Abscense attacks = petit mal
• jenis yang jarang
• umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja
• penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulai
• kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak
disadari
• Myoclonic seizure
• biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
• pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
• jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada
pasien normal
• Atonic seizure
• jarang terjadi
• pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot  jatuh, tapi bisa
segera recovered
Petit mal
Kejang parsial terbagi menjadi :
• Simple partial seizures
• pasien tidak kehilangan kesadaran
• terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh
• Complex partial seizures
• pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan
mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran
Obat-obat anti epilepsi
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
• Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
• Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
• agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh: benzodiazepin, barbiturat
• menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA meningkat 
contoh: Vigabatrin
• menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA  contoh:
Tiagabin
• meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien 
mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool 
contoh: Gabapentin
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya

Kejang Umum (generalized seizures)


Kejang
parsial Tonic-clonic Abscense Myoclonic,
atonic
Drug of Karbamazepin Valproat Etosuksimid Valproat
choice Fenitoin Karbamazepin Valproat
Valproat Fenitoin

Alternatives Lamotrigin Lamotrigin Clonazepam Klonazepam


Gabapentin Topiramat Lamotrigin Lamotrigin
Topiramat Primidon Topiramat
Tiagabin Fenobarbital Felbamat
Primidon
Fenobarbital
ALGORITMA Diagnosa positif
TATALAKSANA
EPILEPSI Mulai pengobatan dg satu AED
Pilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping

Ya Sembuh ? Tidak

Efek samping dapat ditoleransi ? Efek samping dapat ditoleransi ?

Ya Tidak Ya Tidak

Tingkatkan dosis Turunkan dosis


Kualitas hidup Turunkan dosis Tambah AED 2
optimal ?

Pertimbangkan,
Sembuh?
Ya Tidak Hentikan AED1
Atasi dg tepat Tetap gunakan Ya Tidak
AED2
Lanjutkan
terapi
lanjut
lanjut
lanjutan

Lanjutkan Tidak sembuh


terapi
Efek samping dapat ditoleransi ?
Tidak kambuh
Selama > 2 th ? Tidak Ya

ya tidak Hentikan AED yang tdk efektif, Tingkatkan dosis


Tambahkan AED2 yang lain AED2, cek interaksi,
Cek kepatuhan
Hentikan Kembali ke
pengobatan Assesment Sembuh ?
awal
Ya Tidak

Lanjutkan terapi Rekonfirmasi diagnosis,


Pertimbangkan pembedahan
Atau AED lain
Status epileptikus
• = kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih
atau kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa
pemulihan kesadaran di antara dua kejadian tersebut
• Merupakan kondisi darurat yg memerlukan
pengobatan yang tepat untuk meminimalkan
kerusakan neurologik permanen maupun kematian
Etiologi
Tipe 1 Tipe 2
(tidak ada lesi ( Ada lesi struktural)
struktural) • Anoksia/hipoksia
• Infeksi • Tumor CNS
• Infeksi CNS • CVA
• Gangguan metabolik • Overdose obat
• Turunnya level AED • Hemoragi
• Alkohol • Trauma
• Idiopatik
Algoritma tatalaksana pada status epileptikus
Profil obat
• Karbamazepin (carbamazepin)
Dimetabolisme di liver carbamazepin – 10, 11 – epoxide (metabolit
aktif) 
Antikonvulsan
Neurotoksisitas  ES : mual, bingung, mengantuk, pandangan kabur,
ataksia
ES jarang : agranulositosis
Kons serum meningkat linier dg dosis (beda dg fenitoin)
• Fenitoin
Terhidroksilasi di liver mell sistem penjenuhan enzim,
kec metab bervariasi antar individu
Diperlukan sampai 20 hari u mencapai kadar level
stabil sesudah perub dosis shg perlu dicegah ↑
dosis secara gradual atau sampai tjd tanda gangg
serebral (nistagmus, ataksia, pergerakan involuntar)
Perlu monitoring kons serum scr ketat  ↑ dosis
kecil menghasilkan kadar toksik obat dlm serum
ES lain : hipertrofi gusi, jerawat, kulit berlemak,
gambaran muka kasar dan hirsutism
• Lamotrigin
Dapat digunakan dlm btk tunggal, spt fenitoin dg ES <
ES : pandangan kabur, bingung, mengantuk
Reaksi kulit serius terutama pd anak kecil
• Fenobarbital
Kmk sama efektifnya dg karbamazepin & fenitoin pd
pengobatan kejang tonik-klonik dan parsial, ttp ES
sedatif >
Toleransi tjd pd pemakaian jangka panjang dan
withdrawl scr tiba2 yg dpt memicu status epileptikus.
ES : simptom serebral (sedasi, ataksia, nistagmus),
mengantuk (pd dws), dan hiperkinesia pd anak2
Primidon dimetab mjd metabolit aktif antikonvulsan,
salah satunya adl fenobarbital
• Vigabatrin, gabapentin, dan topiramat
Digunakan sbg : “ add-on” drugs pd penderita epilepsi
yg tdk mencapai efek baik dg obat antiepilepsi lain
Vigabatrin sedikit / jarang digunakan krn dpt
mengurangi daerah pandang (visual fields) sampai
1/3 penderita
Gabapentin & karbamazepin juga digunakan utk
mengobati nyeri neuropatik (shooting & stabbing) yg
krg berespon thdp analgesik konvensional
• Ethosuximide
Hanya efektif pd pengobatan kejang mioklonik (tanpa
efek kehilangan kesadaran)
• Valproat
Keuntungan : risiko sedatif <, spektrum aktivitas luas &
ES mual, peningkatan BB, perdarahan & rambut
rontok relatif kecil
Kerugian utama : kdg2 respon idiosinkratik
menyebabkan toksisitas hepatik parah / fatal
• Benzodiazepin : Clonazepam
Antikonvulsan poten, efektif pd absences, tonic-clonic
seizures & myoclonic seizures
Bersifat sedatif dan toleransi kuat dimana tjd pada
pemberian oral yg lama
Pemberian obat antiepilepsi pada anak
• Terjadi defisiensi kognitif spesifik akibat : bangkitan epilepsi, faktor etiologi,
munculnya bangkitan pada usia dini, sering mengalami bangkitan, dan obat
antiepilepsi
• Pengaruh beberapa obat antiepilepsi :
• Fenobarbital →hiperaktif
• Fenitoin (dosis tinggi)→enselofati progresif, retardasi mental dan penurunan
kemampuan membaca
• Karbamazepin dan asam valproat →gangguan kognitif ringan
• Valproat (dosis tinggi)→mengganggu fungsi motorik
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus lentivirus yang menginfeksi, merusak, atau menggangu
fungsi sel sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuhmanusia tersebut
menjadi melemah.

Penularan Virus HIV


Secara umum, HIV dapat ditularkan melalui 3 cara yakni:
a. Melalui hubungan seksual.
Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umumditemukan. Virus dapat ditularkan dari
seseorang yang sudah terkenaHIV kepada mitra seksualnya (pria ke wanita, wanita ke pria, pria ke
pria) melalui hubungan seksual tanpa pengaman (kondom).

b. Parenteral (produk darah)


Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk darah, ataupenggunaan alat – alat yang sudah
dikotori darah seperti jarum suntik,jarum tato, tindik, dan sebagainya.
c. Perinatal
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya,penularan melalui ibu kepada anaknya. Transmisi
vertikal dapat terjadisecara transplasental, antepartum, maupun postpartum. Mekanisme transmisi intauterin
diperkirakan melalui plasenta. Hal inidimungkinkan karena adanya limfosit yang terinfeksi masuk
kedalamplasenta. Transmisi intrapartum terjadi akibat adanya lesi pada kulitatau mukosa bayi atau tertelannya
darah ibu selama proses kelahiran.Beberapa faktor resiko infeksi antepartum adalah ketuban pecah dini,lahir per
vaginam. Transmisi postpartum dapat juga melalui ASI yaknipada usia bayi menyusui, pola pemberian ASI,
kesehatan payudara ibu,dan adanya lesi pada mulut bayi. Seorang bayi yang baru lahir akan membawa antibodi
ibunya, begitupun kemungkinan positif dan negatifnya bayi tertular HIV adalah tergantung dari seberapa parah tahapan
perkembangan AIDS pada diri sang ibu.
Faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke anak
Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik.

Faktor Ibu

a. Jumlah virus (viral load)


Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saatpersalinan dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusui
bayinya sangat mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah
(kurang dari 1.000 kopi/ml) dan sebaliknya jika kadar HIV di atas 100.000 kopi/ml.

b. Jumlah Sel CD4


Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV ke bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko penularan HIV
semakin besar.

c. Status gizi selama hamil


Berat badan rendah serta kekurangan asupan seperti asam folat, vitamin D, kalsium, zat besi, mineral selama hamil berdampak bagi
kesehatan ibu dan janin akibatntya dapat meningkatkan risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi yang dapat meningkatkan jumlah virus
dan risiko penularan HIV ke bayi.

d. Penyakit infeksi selama hamil


Penyakit infeksi seperti sifilis, infeksi menular seksual,infeksi saluran reproduksi lainnya, malaria,dan tuberkulosis, berisiko meningkatkan jumlah
virus dan risiko penularan HIV ke bayi.

e. Gangguan pada payudara


Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis, abses, dan luka di puting payudara dapat meningkatkan risiko
penularan HIV melalui ASI sehingga tidak sarankan untuk memberikan ASI kepada bayinya dan bayi dapat disarankan diberikan susu formula
untuk asupan nutrisinya.
Faktor Bayi Faktor obstetrik
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu
a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir di jalan lahir. Faktor obstetrik yang dapat meningkatkan
Bayi lahir prematur dengan berat badan lahir risiko penularan HIV dari ibu ke anak selama persalinan
rendah (BBLR) lebih rentan tertular HIV karena adalah
sistem organ dan sistem kekebalan tubuhnya a. Jenis persalinan
belum berkembang dengan baik. Risiko penularan persalinan per vagina lebih besar
daripada persalinan melalui bedah sesar (seksio sesaria).
b. Periode pemberian ASI
Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV b. Lama persalinan
ke bayi akan semakin besar. Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko
penularan HIV dari ibu ke anak semakin tinggi, karena
c. Adanya luka dimulut bayi semakin lama terjadinya kontak antara bayi dengan
Bayi dengan luka di mulutnya lebih berisiko tertular darah dan lendir ibu.
HIV ketika diberikan ASI.
c. Ketuban pecah lebih dari 4 Jam sebelum persalinan
meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat
dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam.

d. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forceps


meningkatkan risiko penularan HIV karena berpotensi
melukai ibu
Hepaitis B pada Anak
sehubungan dengan Ibu
menderita Hepatitis B
• Faktor resiko terbesar terjadinya infeksi HBV pada anak-anak
adalah melalui transfer perinatal dari ibu dengan status HBsAg
positif.
• Resiko akan menjadi lebih besar apabila sang ibu juga berstatus
HbeAg positif. 7
• 0-90% dari anak-anak mereka akan tumbuh dengan infeksi HBV
kronis apabila tidak diterapi.
• Virus yang terdapat dalam cairan amnion, kotoran, dan darah
ibu dapat merupakan sumber. Meskipun umumnya bayi yang
lahir dari ibu yang terinfeksi menjadi antigenemis sejak usia 2-5
tahun, adapula bayi-bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif tidak terpengaruh hingga dewasa
Diagnosis
• Tes serologis antigen komersil tersedia untuk mendeteksi HBsAg dan
HBeAg, dimana Hepatitis B surface antigen akan terdeteksi selama masa
infeksi akut. Jika infeksi yang terjadi bersifat self-limited, maka HBsAg telah
hilang sebelum serum anti-HBs terdeteksi (menandakan window period
dari infeksi).
• Jika seorang wanita yang akan melahirkan memiliki riwayat Hepatitis B akut
tepat sebelum atau saat kehamilannya, maka wanita tersebut akan dites
segera saat melahirkan, jika tes dilakukan 6 bulan atau lebih dari sejak
wanita tersebut sakit, maka tes dibutuhkan untuk menentukan status
HBsAg yang terakhir (imun atau karier), terutama jika tes sebelumnya
belum lengkap. Wanita hamil dengan status HBsAg negatif, namun dicurigai
memiliki riwayat kontak Hepatitis B, maka status HBsAg wanita tersebut
harus diperiksa segera setelah melahirkan. Radioimmunoassay dapat
digunakan untuk memeriksa anti-HBs, HBsAg, dan anti-HBc. Jika kadar anti-
HBs lebih besar dari 100mIU/mL, maka orang tersebut dinyatakan imun.
Konsentrasi antara 10-100 mIU/mL dinyatakan memiliki titer rendah.
Seseorang dinyatakan sebagai karier jika status HBsAg nya tetap positif
dalam 6 bulan.
Diagnosis serologis
• Adanya HBsAg dalam serum tanpa adanya gejala klinik menunjukkan bahwa
penderita adalah pembawa HBsAg, yang merupakan sumber yang penting untuk
penularan.
• Adanya HbeAg dalam serum memberi petunjuk adanya daya penularan yang
besar. Bila ia menetap lebih dari 10 minggu, merupakan petunjuk terjadinya
proses menahun atau menjadi pembawa virus.
• Adanya anti HBc IgM dapat kita pakai sebagai parameter diagnostik adanya HBV
yang akut, jadi merupakan stadium infeksi yang masih akut.
• Adanya anti HBc IgG dapat dipakai sebagai petunjuk adanya proses penyembuhan
atau pernah mengalami infeksi dengan HBV.
• Adanya anti HBsAg menunjukkan adanya penyembuhan dan resiko penularan
menjadi berkurang dan akan memberi perlindungan pada infeksi baru.
• Adanya anti HbeAg pertanda prognosis baik.
Kriteria ibu mengidap Hepatitis B kronis:
• Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan
dan tetap positif selama masa kehamilan dan melahirkan.
• Bila status HBsAg positif disertai dengan peningkatan SGOT/SGPT,
,maka status ibu adalah pengidap Hepatitis B.
• Bila diseertai dengan peningkatan SGOT/SGPT pada lebih dari lebih
dari 3 kali pemeriksaan dengan interval pemeriksaan antara 2-3
bulan, maka status ibu adalah penderita Hepatitis B kronis.
• Status HBsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau tanpa HbeAg
positif.
Penatalaksanaan bayi dengan ibu HbsAg positif

• Pada umumnya bayi dengan ibu HBsAg + memiliki nilai Apgar 1 menit
dan 5 menit yang lebih rendah dibandingkan bayi normal. Hal ini
dimungkinkan karena adanya kecenderungan bahwa bayi dengan ibu
HBsAg+ lahir prematur sebelum 34 minggu.
Status Maternal Bayi dgn berat >= 2000 gram Bayi dengan berat < 2000 gram
HbsAg (+) positif Vaksin Hepatitis B dan HBIG dalam 12 jam setelah Vaksin Hepatitis B dan HBIG dalam 12 jam
kelahiran setelah kelahiran
Vaksinasi sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0, 2, dan 6 Vaksinasi sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 0,
bulan 1, 2-3 bulan, dan 6-7 bulan
Periksa kadar anti HBs dan HBsAg pada usia 9 dan 15 Periksa kadar anti HBs dan HBsAg pada usia
bulan 9 dan 15 bulan
Jika HBsAg dan anti HBs pada bayi negatif (-), berikan Jika HBsAg dan anti HBs pada bayi negatif (-
vaksinasi ulang 3 kali dengan interval 2 bulan, ), berikan vaksinasi ulang 3 kali dengan
kemudian kembali periksa. interval 2 bulan, kemudian kembali periksa

Jika kadar HBsAg tidak diketahui Vaksin Hepatitis B (dalam 12 hari) dan HBIG (dalam 7 Vaksin Hepatitis B dan HBIG dalam 12 jam.
hari) jika hasil tes menunjukkan ibu HBsAg +.

Segera periksa kadar HBsAg ibu Jika hasil tes HbsAg ibu belum diketahui
dalam 12 jam, berikan bayi vaksin HBIG.
HBsAg negatif (-) Sebaiknya tetap lakukan vaksinasi Hepatitis B segera Vaksinasi Hepatitis B pertama dalam 30 hari
setelah lahir setelah kelahiran jika keadaan klinis baik.

Vaksinasi 3 kali pada usia 0-2 bulan, 1-4 bulan, dan 6- Vaksinasi 3 kali pada usia 1-2 bulan, 2-4
18 bulan. bulan, dan 5-18 bulan.
Vaksinasi kombinasi Hepatitis B lainnya dapat Vaksinasi kombinasi Hepatitis B lainnya
diberikan dalam waktu 6-8 minggu. dapat diberikan dalam waktu 6-8 minggu

Tidak diperlukan tes ulang terhadap kadar anti HBs Tidak diperlukan tes ulang terhadap kadar
dan HbsAg anti HBs dan HbsAg
Imunoprofilaksis untuk Hepatitis B
• Imunisasi sesuai jadwal pada anak-anak dengan suspek kontak positif adalah cara
preventif utama untuk mencegah transmisi. Untuk mengurangi dan menghilangkan
terjadinya transmisi Hepatitis B sedini mungkin, maka dibutuhkan imunisasi yang sifatnya
universal. Secara teoritis, vaksinasi Hepatitis B dianjurkan pada semua anak sebagai
bagian dari salah satu jadwal imunisasi rutin, dan semua anak yang belum divaksinasi
sebelumnya, sebaiknya divaksin sebelum berumur 11 atau 12 tahun.
• Imunoprofilaksis dengan vaksin Hepatitis B dan Imunoglobulin Hepatitis B segera setelah
terjadinya kontak dapat mencegah terjadinya infeksi setelah terjadi kontak dengan virus
Hepatitis B. Sangat penting dilakukan tes serologis pada semua wanita hamil untuk
mengidentifikasi apakah bayi yang dikandung membutuhkan profilaksis awal, tepat
setelah kelahirannya untuk mencegah infeksi Hepatitis B yang terjadi melalui transmisi
perinatal.
• Bayi yang menjadi karier HBV kronis karena imunoprofilaksis yang tidak sempurna,
kemungkinan besar terinfeksi saat berada dalam kandungan, atau ibu bayi tersebut
memiliki jumlah virus yang sangat banyak atau terinfeksi oleh virus yang telah bermutasi
dan lolos dari vaksinasi. Apabila infeksi telah terjadi transplasenta, vaksin HBIg dan HBV
tidak dapat mencegah infeksi.
MTBS
Sinonim

MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit)
=
IMCI
(Integrated management of
Childhood Illness)
Penyebab Utama Kematian Balita, di
negara anggota WHO, 1998
• Seluruh kematian:10.8 juta balita setiap tahun
• Malnutrisi menyumbang sekitar 50 %
kematian anak
• Penyakit lain:
Malnutrisi 54%
ISPA 19% *
Diare* 19%
Campak* 7%
Malaria* 5%
Perinatal 18%
MTBS
Merupakan suatu pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas
kesehatan tingkat dasar

Strategi KUNCI untuk meningkatkan


kesehatan anak
MTBS
• Kombinasi tatalaksana kasus (kuratif) dengan perbaikan gizi,
imunisasi dan konseling (promotif, preventif)

• Penyakit anak yang dipilih merupakan penyebab utama


kematian dan kesakitan anak.
Tujuan MTBS
• Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang
terkait penyakit tersering pada balita.
• Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak.
Program Komponen I :
MTBS meningkatkan
ketrampilan
petugas
kesehatan dalam
tatalaksana kasus
balita sakit

3 komponen
dalam
penerapan
Komponen III : strategi
Memperbaiki MTBS
Komponen II :
praktek keluarga
memperbaiki
dan masyarakat
sistem kesehatan
dalam perawatan di
agar penanganan
rumah dan upaya
penyakit pada
pencarian
balita lebih efektif
pertolongan kasus
balita sakit
Proses manajemen kasus
pada MTBS bayi
Menilai anak usia 2-5 bulan atau
muda usia 1 minggu sampai 2
bulan dan melakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.

Membuat klasifikasi kategori


untuk melaksanakan tindakan.

Mengobati dengan memberikan


resep, cara memberi obat dan
tindakan lain yang perlu
dilakuakn.

Memberi konseling bagi ibu.

Memberi pelayanan tidak


lanjut.
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Jakarta, 2015
PENILAIAN, KLASIFIKASI DAN TINDAKAN / PENGOBATAN BALITA
SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

TANYAKAN PADA IBU MENGENAI MASALAH ANAKNYA


Tanyakan apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut.
 Jika kunjungan pertama, lakukan penilaian sesuai bagan berikut.
 Jika kunjungan ulang, gunakan petunjuk pada pelayanan tindak lanjut

MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN


TANYAKAN: LIHAT dan DENGAR :
Terdapat salah satu atau lebih
 Apakah anak bisa minum atau  Apakah anak rewel atau Perlu tanda berikut :
menyusu ? gelisah, letargis atau tidak
penanganan
SEGERA
 Apakah anak memuntahkan sadar ?
 Tidak bisa minum atau - Bila sedang kejang beridiazepam
semua makanan dan/atau  Apakah anak mengalami
menyusu. - Bila ada stridor pastikan tidak ada sumbatan jalannapas
minuman ? kejang saat ini ?
 Memuntahkan semua PENYAKIT - Bila ada stridor, sianosis, dan ujung tangan dan kaki pucat dan dingin
 Apakah anak pernah kejang  Apakah terdengar stridor* ?
makanan dan/atau SANGAT berikan oksigen
selama sakit ini ?  Apakah anak tampak biru BERAT
(sianosis) ? minuman - Cegah agar gula darah tidak turun
 Apakah ujung tangan dan kaki  Pernah atau sedang
- Jaga anak tetap hangat
mengalami kejang
 Rewel atau gelisah. - RUJUK SEGERA
* Untuk memeriksa stridor, anak harus dalam keadaan tenang.
 Letargis atau tidak sadar
Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan SEGERA.
 Ada stridor
 Tampak biru (sianosis)

pucat dan dingin ?  Ujung tangan dan khaki pucat
dan dingin

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 01


02 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

TANYAKAN KELUHAN UTAMA : GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN

Apakah anak menderita batuk atau sukar


bernapas ?

JIKA YA, Klasifikasikan BATUK
Tarikan dinding dada ke dalam  Beri Oksigen maksimal 2-3 liter per menit  Beri dosis
atau SUKAR PNEUMONIA
TANYAKAN : LIHAT, DENGAR, dan BERNAPAS
BERAT pertama antibiotik yang sesuai  RUJUK SEGERA *
Berapa lama? PERIKSA : ATAU
 Saturasi Oksigen < 90%
 Hitung napas dalam 1 menit ANAK
 Lihat apakah ada tarikan HARUS
dinding dada ke dalam TENANG
 Lihat dan dengar adanya
wheezing
 Periksa dengan pulse
oxymeter (jika ada) untuk
menilai saturasi oksigen

Umur anak :  Beri Amoksisilin 2x sehari selama 3 hr **


Napas cepat apabila :
2 bulan - <12 bulan  50 kali atau lebih per menit  Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
12 bulan - <5 tahun  40 kali atau lebih per menit  PNEUMONIA
 Obati wheezing bila ada
Napas cepat
 Apabila batuk > 14 hari atau wheezing berulang, RUJUK
* Rujukan tidak memungkinkan, tangani anak sesuai dengan pedoman nasional rujukan pneumonia untuk pemeriksaan lanjutan
atau sebagaimana pada Buku Saku Tatalaksana Anak di RS  Nasihati kapan kembali segera
** Pemberian amoksisilin oral untuk 5 hari dapat digunakan pada pasien dengan napas cepat tanpa  Kunjungan ulang 3 hari
tarikan dinding dada ke dalam pada daerah HIV meluas / terkonsentrasi.
Dimaksud dengan RUJUK disini adalah ke Dokter Puskesmas, Puskesmas Perawatan atau Rumah
Sakit

 Beri peleda tenggorokan dan pereda batuk yang aman


 BATUK
Tidak ada tanda-tanda  Obati wheezing bila ada
Pneumonia Berat maupun BUKAN  Apabila batuk > 14 hari atau wheezing berulang, RUJUK
PNEUMONIA
Pneumonia untuk pemeriksaan lanjutan
 Nasihati kapan kembali segera
 Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan
Apakah anak menderita diare ?
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
JIKA YA Terdapat dua atau lebih tanda-  Jika Tidak ada klasifikasi berat lain :
TANYAKAN : LIHAT dan RABA :
Untuk
tanda berikut :  Beri cairan untuk dehidrasi berat dan tablet Zinc sesuai

 Lihat keadaan umum anak : DEHIDRASI rencana terapi C


 Sudah berapa lama ? DIARE
Apakah :  Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI  Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain :
 Adakah darah dalam tinja  Mata Cekung.
 Letargis atau tidak sadar ? BERAT  RUJUK SEGERA
?  Tidak bisa minum atau malas
 Gelisah dan rewel/mudah marah?  Jika masih bisa minum, berikan ASI danlarutan oralit selama
minum.
 Lihat apakah matanya cekung ? perjalanan.
 Cubitan kulit perut kembali
 Jika anak >2 Tahun dan ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotik
 Beri anak minum, Apakah : sangat lambat.
Klasifikasikan untuk kolera.
 Tidak bisa minum atau malas minum DIARE
Terdapat dua atau lebih tanda-  Beri cairan, tablet Zinc dan makanan sesuai Rencana Terapi B
?  Jika terdapat klasifikasi berat lain :
tanda berikut :
 Haus, minum dengan lahap ?  RUJUK SEGERA ke Rumah Sakit
DIARE
 Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor.  Gelisah, rewel / mudah DEHIDRASI  Jika masih bisa minum, berikan ASI danlarutan oralit selama
Apakah Kembalinya :

marah. RINGAN/ perjalanan.
Sangat lambat (> 2 detik) ?  Mata cekung. SEDANG


 Nasihati kapan kembali segera.
Lambat (masih sempat terlihat lipatan  Haus, minumdengan
 Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan.
lahap.
kulit)
 Cubitan kulitperut
kembali lambat

 Tidak cukup tanda-tanda untuk  Beri cairan, tablet Zinc dan makanan sesuai Rencana Terapi A
DIARE TANPA  Nasihati kapan kembali segera.
 Dengan dehidrasi. sebagai diare
diklasifikasikan DIARE
DEHIDRASI
 Kunjungan
Atasi ulangsebelum
dehidrasi 3 hari jikadirujuk,
tidak ada perbaikan.
kecuali adaklasifikasi berat lain.
PERSISTEN
dehidrasi berat atau  RUJUK
dan jika DIARE BERAT
14 HARI ATAU  ringan/sedang.
Tanpa dehidrasi.  Nasihati pemberian makan untuk Diare Persisten.
LEBIH DIARE
PERSISTEN  Beri tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
 Kunjungan ulang 3 hari.
 Ada darah dalam tinja  Beri antibiotik yang sesuai
dan jika ada
DARAH DALAM  Beri tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
DISENTRI
TINJA  Nasihati kapan kembali segera.
 Kunjungan ulang 3 hari.

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 03


04 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

Apakah anak demam ? GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN


(berdasarkan anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu ≥ 37,5◦C *
JIKA YA 
Beri dosis pertama artemeter injeksi atau kinin injeksi untuk malaria
 Tentukan Risiko Malaria : Tinggi atau rendah atau Tanpa Risiko Risiko Malaria  PENYAKIT
Ada tanda bahaya BERAT  berat
 Jika tanpa risiko, tanyakan : riwayat bepergian ke daerah malaria Tinggi atau
dalam 1-2 minggu terakhir, dan tentukan daerah risiko sesuai tempat Rendah ATAU DENGAN Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai Cegah agar

DEMAM
yang dikunjungi.  Kaku kuduk gula darah tidak turun

Berikan satu dosis parasetamol untuk demam ≥ 38,5 °C RUJUK SEGERA
TANYAKAN : LIHAT dan PERIKSA : 
 Sudah berapa lama anak  Lihat dan periksa adanya
demam? kaku kuduk
 Jika lebih dari 7 hari, apakah  Lihat adanya pilek
demam setiap hari ?  Lihat adanya penyebab Klasifikasikan
 Apakah pernah menderita demam oleh bakteri ** DEMAM 
malaria atau minum obat  Lihat adanya tanda-tanda  Demam (pada anamnesis Beri obat anti malaria oral pilihan pertama
malaria ? CAMPAK saat ini: atau teraba panas atau  Beri satu dosis parasetamol untuk demam ≥ 38,5 °C
- Ruam kemerahan dikulit MALARIA
 Apakah anak menderita campak suhu ≥ 37,5 °C  Nasihati ibu kapan kembali segera Kunjungan ulang
dalam jangka waktu 3 bulan yang menyeluruh DAN
DAN 3 hari jika tetap demam
terakhir? - Terdapat salah satu 
tanda berikut: batuk,  Mikroskopis RDT positif
Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian lebih
pilek, mata merah. 
lanjut.

LAKUKAN TES MALARIA *** jika tidak ada klasifikasi berat : PENYAKIT  Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
* pada semua kasus demam di daerah risiko tinggi atau  Ada tanda bahaya umum ATAU BERAT
* pada daerah risiko rendah jika tidak ditemukan penyebab pasti demam Tanpa Risiko DENGAN  Cegah agar gula darah tidak turun
Beri satu dosis parasetamol untuk demam ≥ 38,5 °C Beri antibiotik
 Kaku kuduk
Malaria dan tidak DEMAM
 DEMAM  Beri sesuai
yang satu dosis parasetamol
untuk untuk
penyebab lain demam
dari ≥ 38,5
demam yang°Cditemukan
ada riwayat RDT negatif, ATAU MUNGKIN
bepergian ke  BUKAN  RUJUKibu
Nasihati SEGERA
kapan harus kembali
Ditemukan penyebab
daerah malaria MALARIA
 Kunjungan ulang dalam
Beri satu dosis 3 hari jika
parasetamol demam≥ 38,5 °C
tetapdemam
untuk

demam lainnya
Tidak ada tanda bahaya umum DEMAM 
BUKAN  Jika
Beridemam berlanjut
antibiotik yanglebih dariuntuk
sesuai 7 hari,penyebab
RUJUK untuk penilaian
lain dari demam lebih
yang
DAN MALARIA 
lanjut
ditemukan
 Tidak ada kaku kuduk
 Nasihati ibu kapan harus kembali

 Beri vitamin
Kunjungan A dosispengobatan
ulang 2 hari jika tetap demam
Jika anak menderita campak sekarang atau dalam 3 bulan terakhir  Ada tanda bahaya umum
Klasifikasikan CAMPAK  Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
ATAU  Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian lebih
 Lihat adanya luka di mulut. Apakah dalam/luas ? CAMPAK
 Adanya kekeruhan pada DENGAN Jika
lanjutada kekeruhan pada kornea atau nanah pada mata berikan salep mata
 Lihat adanya nanah pada mata 
kornea mata ATAU KOMPLIKASI tetrasiklin
 Lihat adanya kekeruhan pada kornea 
 Ada luka di mulut yang BERAT**** Jika demam tinggi (≥ 38,5° C) beri dosis pertama parasetamol
* Suhu berdasarkan suhu aksila. dalam atau luas
RUJUK SEGERA
** Tanda-tanda demam oleh bakteri antara lain : luka pada mulut, pembengkakan/kemerahan pada kulit, nyeri perut bawah, atau nyeri 
saat buang air kecil
*** Jika tidak tersedia pemeriksaan malaria: Risiko malaria tinggi --> klasifikasikan sebagai MALARIA; Risiko rendah malaria
dan TIDAK ADA PENYEBAB DEMAM YANG JELAS --> klasifikasikan sebagai MALARIA
**** Komplikasi penting lain dari campak, pneumonia, stridor, diare, infeksi telinga, dan gizi buruk

 CAMPAK

Ada nanah pada mata, ATAU Beri vitamin A dosispengobatan
DENGAN
Ada luka pada mulut  Jika ada nanah pada mata, beri salep mata antibiotik Jika ada luka pada
KOMPLIKASI

 mulut oleskan antiseptik mulut Jika anak gizi buruk beri vitamin A sesuai
PADA MATA

dosis.

DAN/ATAU Kunjungan ulang 3 hari

MULUT

Campak sekarang atau dalam CAMPAK  Beri vitamin A
3 bulan terakhir
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
Klasifikasikan Demam untuk Demam LIHAT dan RABA : Klasifikasikan  Ada tanda tanda syok atau
Berdarah Dengue, hanya jika : demam 2 DEMAM
sampai dengan 7 hari Periksa tanda-tanda syok : BERDARAH gelisah
DENGUE  Jika ada syok, beri Oksigen 2-4 liter/menit dan beri segera cairan
 Ujung ekstremitas teraba ATAU
TANYAKAN :
Apakah demam mendadak tinggi dan dingin DAN nadi sangat intravena sesuai petunjuk
 Muntah bercampur
terus menerus? lemah/tidak teraba  Jika tidak ada syok tapi sering muntah atau malas minum, beri cairan
darah/seperti kopi DEMAM
 Apakah ada bintik merah di kulit infus Ringer laktat/RingerAsetat, jumlah cairan rumatan
Lihat adanya : ATAU BERDARAH
atau perdarahan dari hidung/gusi?
 Perdarahan dari hidung/gusi DENGUE (DBD)  Jika tidak ada syok, tidak muntah dan masih mau minum, beri oralit
 Apakah anak muntah ?  Berak berwarna hitam
Jika YA :  Bintik perdarahan di kulit atau cairan lain sebanyakmungkin dalam perjalanan ke rumah sakit
ATAU
- Apakah sering? (petekie)
 Beri dosis pertama parasetamol, jika demam tinggi (≥ 38,5 ° C), tidak
- Apakah muntah dengan darah  Jika sedikit dan tidak ada tanda  Perdarahan dari hidung atau
lain dari DBD : Lakukan uji boleh golongan salisilat dan ibuprofen
atau seperti kopi? gusi
 Apakah berak berwarna hitam? torniket, jika mungkin ATAU  RUJUK SEGERA
 Apakah ada nyeri ulu hati atau
 Bintik-bintik perdarahan di kulit
anak gelisah?
(petekie) dan uji torniket positif
ATAU
 Sering muntah

Jika ada sedikit petekie TANPA tanda lain dari DBD, DAN uji torniket tidak
dapat dilakukan, klasifikasikan sebagai DBD.  Demam mendadak tinggi
dan terus menerusATAU
 Beri dosis pertama parasetamol, jika demam tinggi
 Nyeri ulu hati atau MUNGKIN DBD
(≥ 38,5 ° C), tidak boleh golongan salisilat dan ibuprofen
gelisah ATAU
 Nasihati untuk lebih banyak minum: oralit/cairan lain.
 Bintik-bintik perdarahan
di kulit dan uji torniket (-)  Nasihati kapan kembali segera
 Kunjungan ulang 1 hari jika tetap demam

 Obati penyebab lain dari demam

DEMAM  Beri dosis pertama parasetamol, jika demam tinggi


 Tidak ada satupun gejala di atas
MUNGKIN (≥ 38,5 ° C), tidak boleh golongan salisilatdan ibuprofen
BUKAN DBD
 Nasihati kapan kembali segera
 Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 05


06 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

Apakah Anak Mempunyai Masalah Telinga?


GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
JIKA YA
TANYAKAN : LIHAT dan RABA :

Klasifikasikan Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
 Pembengkakan yang nyeri di
 Apakah ada nyeri telinga?  Lihat, adakah cairan/nanah MASALAH MASTOIDITIS 
TELINGA Beri dosis pertama parasetamol untuk mengatasi nyeri RUJUK SEGERA
 Adakah rasa penuh di telinga ? keluar dari telinga? belakang telinga
 Adakah cairan/nanah keluar dari 
 Raba, adakah pembengkakan
telinga? yang nyeri di belakang telinga?
Jika Ya, berapa lama?
Nyeri telinga, ATAU

Rasa penuh di telinga dan 
Beri antibiotik yang sesuai selama 5 hari Beri
dapat keluar cairan dari telinga
selama kurang dari 14 hari  parasetamol untuk mengatasi nyeri
INFEKSI
 Keringkan telinga dengan bahan penyerap setelah dicuci dengan H2O2 3%
TELINGAAKUT 
Kunjungan ulang 5 hari

 Tampak cairan/nanah 
INFEKSI Keringkan telinga dengan kain/kertas penyerap setelah dicuci dengan
keluar dari telinga dan 
TELINGA H2O2 3%
telah terjadi selama 14
KRONIS  Beri tetes telinga yang sesuai
hari atau lebih
Kunjungan ulang 5 hari

 TIDAKADA
Tidak ada nyeri telinga DAN
INFEKSI  Tidak perlu tindakan tambahan
tidak ada nanah keluar dari TELINGA
telinga
MEMERIKSA STATUS GIZI
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
Periksa tanda-tanda Gizi Buruk  
Klasifikasikan Terlihat sangat kurus ATAU Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai Tangani anak untuk
LIHAT dan RABA : STATUS GIZI
Edema pada kedua kaki ATAU  mencegah turunnya kadar gula darah
 BB/PB (TB) < - 3 SD  Hangatkan
 Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung kaki.
ATAU LiLA <11,5cm badan RUJUK
 Tentukan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau 
DAN salah satu dari : SEGERA
tinggi badan (TB) berdasarkan umur jenis kelamin. 
- ada tanda bahaya GIZI BURUK
BB/PB (TB) < - 3 SD DENGAN
umum atau KOMPLIKASI
BB/PB (TB) ≥ - 3 SD - < - 2 SD BB/PB
- ada klasifikasi berat atau
(TB) antara - 2 SD - + 2 SD
- ada masalah
 Ukur LiLA pada anak umur ≥ 6 bulan.
pemberianASI
Jika BB / PB (TB) < -3 SD ATAU LiLA < 11,5 cm,
maka :


 Periksa salah satu atau lebih dari tanda-tanda komplikasi Beri antibiotik yang sesuai selama 5 hari
medis berikut :  Tangani anak untuk mencegah turunnya kadar gula darah Hangatkan badan
 Apakah ada tanda bahaya umum 
 Apakah ada klasifikasi berat Terlihat sangat kurus  Berikan makanan rehabilitasi/pemulihan gizi sesuai kebutuhan anak gizi
 Edema minimal (kedua buruk yaitu 150-220 kkal/kgBB/hr, protein 4-6 g/kgBB/hr
GIZI BURUK 
 Jika tidak ada komplikasi medis, lakukan penilaian pemberian punggung tangan/kaki) TANPA Lakukan pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit penyerta
ASI pada anak umur < 6 bulan, apakah ada masalah
atau tidak tampak edema KOMPLIKASI (misalnya TB, malaria, HIV, cacingan dll) Nasihati kapan kembali segera
pemberian ASI? 
 BB/PB (TB) < - 3 SD Kunjungan ulang 7 hari
ATAU LiLA < 11,5 cm 

DAN tidak ada 


komplikasi medis


Lakukan Penilaian Pemberian Makan pada anak dan nasihati sesuai “Anjuran

BB/PB (TB) Makan Untuk Anak Sehat Maupun Sakit”. Bila ada masalah pemberian makan,
≥ - 3 SD - < - 2 SD ATAU GIZI kunjungan ulang 7 hari.

KURANG
LiLA antara 11,5 cm - Lakukan penilaian kemungkinan infeksi TB. Kunjungan

<12,5 cm ulang 30 hari.

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015  BB/PB (TB)antara  BUKU BAGAN
Jika anak berumur kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian pemberian makan
07
- 2 SD - + 2 SDATAU dan nasihati sesuai “anjuran Makan Untuk Anak sehat Maupun Sakit”.Bila ada
GIZI BAIK
LiLA ≥ 12,5cm masalah pemberian makan kunjungan ulang 7 hari
08 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

MEMERIKSAANEMIA
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
LIHAT : 
 ANEMIA
 Lihat kepucatan pada telapak tangan. Apakah Klasifikasikan Telapak tangan sangat pucat Bila masih menyusu, teruskan pemberianASI RUJUK SEGERA
ANEMIA BERAT
: 

- Sangat pucat?
- Agak pucat?

 Lakukan Penilaian Pemberian Makan pada anak. Bila ada masalah, beri konseling
pemberian makan dan kunjungan ulang 7 hari
Beri zat besi
Beri obat cacingan jika anak ≥ 1 tahun dan belum mendapatkan obat
 dalam 6 bulan terakhir
 Telapak tangan agak pucat
ANEMIA 
Jika daerah Risiko Tinggi Malaria: beri antimalaria oral
Nasihati kapan kembali segera
Kunjungan ulang 14 hari

 
Tidak ditemukan tanda kepucatan Jika anak < 2 tahun, nilai pemberian makanan pada anak. Jika ada masalah
pada telapak tangan TIDAK pemberian makan, kunjungan ulang 7 hari
ANEMIA
MEMERIKSA STATUS HIV
GEJALA/TANDA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN

MEMERIKSA ADANYA INFEKSIHIV Klasifikasikan INFEKSI HIV


STATUS HIV Anak usia 18 bulan keatas dan Tes HIV Positif TERKONFIRMASI
Bagan digunakan pada anak yang tidak dalam perawatan HIV
Anak usia < 18 bulan dan tes HIV Positif, ATAU
Tentukan risiko HIV, Apakah daerah epidemi HIV meluas, atau epidemi HIV terkonsentrari (lihat Tabel
daerah Epidemi HIV di Indonesia) Ibu HIV Positif dan anak HIV Negatif tapi masih mendapat ASI kurang dari 6
minggu sebelum anak di Tes HIV, ATAU
JIKA DAERAH EPIDEMI HIV MELUAS TERPAJAN HIV

TANYAKAN : LIHAT dan PERIKSA :


Ibu HIV Positif dan status HIV anak tidak diketahui

• Apakah ibu dan anak pernah tes HIV? • Lihat klasifikasi MTBS sebelumnya, apakah ada Anak usia kurang dari 18 Bulan tes HIV positif DAN terdapat
Jika Ya bagaimana hasilnya? Ibu salah satu dari klasifikasi MTBS Berat (selain DBD, Campak dengan komplikasi Rujuk ke Puskesmas/ RS
klasifikasi berat/merah (selain campak dengan
positif/negatif dan anak positif/ negatif Berat dan Mastoiditis) Positif Rujukan ARV
komplikasi, DBD, mastoiditis)

ATAU DIDUGA
• Apakah anak masih mendapat ASI • Periksa apakah ada bercak putih di mulut
TERINFEKSI
kurang dari 6 minggu sebelum anak di Anak usia kurang dari 18 bulan tes HIV positif DAN terdapat bercak putih di mulut
yang disertai dengan riwayat kematian ibu yang berkait dengan HIV atau Ibu HIV HIV
tes HIV • Jika hasil tes HIV dari anamnesa meragukan/hasilnya
Positif dengan gejala klinis berat
tidak dapat dibuktikan atau belum pernah dilakukan,
• Apakah ada kematian Ibu yang berkaitan maka lakukan tes HIV pada ibu dan anak dan KEMUNGKINAN Tangani Infeksi yang ada
Anak tes HIV negatif ATAU Ibu Tes HIV Negatif BUKAN INFEKSI
dengan HIV atau Ibu HIV positif dengan bagaimana hasilnya. Anak HIV positif/negatif, ibu HIV
HIV
gejala klinis berat positif/negatif

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 09


10 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

MEMERIKSASTATUS HIV
GEJALA/TANDA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
MEMERIKSA ADANYA INFEKSIHIV
Klasifikasikan INFEKSI HIV
Bagan digunakan pada anak yang tidak dalam perawatan HIV Anak usia 18 bulan keatas dan Tes HIV Positif
STATUS HIV
TERKONFIRMASI
Tentukan risiko HIV, Apakah daerah epidemi HIV meluas, atau epidemi HIV terkonsentrari (lihat Anak usia kurang dari 18 bulan, tes HIV positif DAN terdapat
halaman 78 - 80) terdapat salah satu dari klasifikasi MTBS Berat (selain DBD, Campak dengan
komplikasi Berat dan Mastoiditis)
JIKA DAERAH EPIDEMI HIV TERKONSENTRASI, anak dilakukan pemeriksaan adanya infeksi HIV hanya jika
ada klasifikasi berat pada saat pemeriksaan MTBS ATAU
DIDUGA
LIHAT dan PERIKSA : Anak usia kurang dari 18 bulan, tes HIV positif DAN terdapat bercak putih di mulut Rujuk ke Puskesmas/ RS
TANYAKAN : TERINFEKSI
yang disertai dengan riwayat kematian ibu yang berkait dengan HIV atau Ibu HIV Rujukan ARV
HIV
• Apakah ibu dan anak pernah tes HIV? Jika • Lihat klasifikasi MTBS sebelumnya, apakah Positif dengan gejala klinis berat

Ya bagaimana hasilnya? Ibu positif/negatif ada klasifikasi berat/ merah (selain campak
dan anak positif/ negatif dengan komplikasi, DBD, mastoiditis) Anak tes HIV negatif ATAU Ibu Tes HIV Negatif KEMUNGKINAN Tangani Infeksi yang ada

BUKAN INFEKSI HIV


• Apakah ada kematian Ibu yang berkaitan • Periksa apakah ada bercak putih di mulut
dengan HIV atau Ibu HIV positif dengan
gejala klinis berat • Jika ada jawaban YA dari pertanyaan disamping
dan/atau anak mempunyai klasifikasi berat atau
ada bercak putih di mulut maka lakukan tes HIV
pada ibu dan anak dan bagaimana hasilnya
apakah anak HIV positif/negatif, ibu HIV
positif/negatif
MEMERIKSA STATUS IMUNISASI
Umur Jenis Vaksin
0-7 Hari HB 0
1 Bulan BCG, Polio 1*
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
Imunisasi Dasar ** 3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
Jadwal Imunisasi 4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
IPV
9 Bulan Campak
18 Bulan DPT-HB-Hib
Imunisasi Lanjutan
24 Bulan Campak

* Bayi lahir di fasilitas kesehatan, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan
** Jika anak sehat atau sakit ringan dan belum lengkap imunisasi dasarnya maka segera lengkapi imunisasi
dasarnya, KECUALI ANAK AKAN DIRUJUK SEGERA
Nasehati ibu kapan harus kembali untuk mendapat imunisasi berikutnya

PEMBERIAN VITAMIN A
Jadwal suplementasi : Setiap Februari dan Agustus

Umur 6 bulan sampai 11 bulan : 100.000 IU (kapsul biru) Umur 12


bulan sampai 59 bulan : 200.000 IU (kapsul merah)

Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir, berikan satu dosis sesuai umur
MENILAI MASALAH / KELUHAN LAIN
Pastikan bahwa setiap anak dengan Tanda Bahaya Umum apapun harus dirujuk setelah mendapatkan dosis
pertama antibiotik dan tindakan pra rujukan lainnya.
Pengecualian : Upaya rehidrasi dengan Rencana Terapi C mungkin bisa menghilangkan tanda bahaya
umum sehingga rujukan tidak diperlukan lagi.

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 11


12 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

PENGOBATAN
LAKUKAN LANGKAH-LANGKAH DALAM TINDAKAN/PENGOBATAN YANG TELAH DITETAPKAN DALAM
BAGAN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI
UNTUK PNEUMONIA, INFEKSI TELINGA AKUT : BERI ANTIBIOTIK
AMOKSISILIN
AMOKSISILIN ORAL YANG SESUAI
2 X sehari selama 3 hari untuk Pneumonia
BERAT
MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL BADAN
2 X selama 7 - 10 hari untuk infeksi telinga akut
2 X selama 5 hari untuk Pneumonia di daerah HIV Meluas/Terkonsentrasi

DI RUMAH 4 - < 6 kg
TABLET (500 mg)
1/4
SIRUP per 5 ml (125 mg)
5 ml

Ikuti petunjuk di bawah ini untuk setiap obat oral yang 6 - < 10 kg 1/2 10 ml
10 - < 16 kg 2/3 12,5 ml
harus diberikan di rumah 16 - < 19 kg 3/4 15 ml

Ikuti juga petunjuk yang tercantum dalam tiap tabel dosis


obat
Tentukan jenis obat dan dosis yang sesuai UNTUK PROFILAKSIS PADA KASUS HIV TERKONFIRMASI ATAU ANAKTERPAJAN HIV
ANTIBIOTIK UNTUK PROFILAKSIS : KOTRIMOKSASOL ORAL
berdasarkan berat atau umur anak KOTRIMOKSASOL
BERAT
 Jelaskan alasan pemberian obat BADAN
TAB DEWASA (80mg TMP + TAB ANAK (20 mg TMP + SIRUP per 5 ml (40 mg
400 mgSMZ) 100 mgSMZ) TMP + 200mg
 Peragakan bagaimana cara membuat satu 4 - < 6 kg ¼ 2,5 ml (1/2 sendok

dosis 6 - < 10 kg ½ 2 5 ml (1 sendok takar)


10 - < 16 kg ¾ 2½ 7,5 ml (1 1/2 sendok
 Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri satu 16 - < 19 kg 1 3 10 ml (2 sendok takar)
UNTUK DISENTRI : BERIKAN ANTIBIOTIK YANG DIANJURKAN UNTUK SHIGELA ATIBIOTIK
dosis PILIHAN PERTAMA : KOTRIMOKSASOL
 Mintalah ibu memberikan dosis pertama pada ANTIBIOTIK PIIHAN KEDUA : SEFIKSIM
METRONIDAZOL
KOTRIMOKSASOL
Sefiksim 1,5 - 3 mg/KgBB 2x/hari
anak bila obat harus diberikan di klinik BERAT
BADAN 2 x sehari
selama 5 hari
tablet 500 mg
3 x sehari selama 10 hari (untuk
amuba)
 Terangkan dengan jelas cara memberi obat dan tab 100 mg Sirup 100mg/5ml

4 - <6 kg 1/16 0,5 ml 1/8 tab


tuliskan pada label obat 6 - <10 kg lihat dosis di atas 1/8 1 ml 1/4 tab

 Jika akan memberikan lebih dari satu obat, 10 - < 16 kg 1/4 2 ml 1/2 tab

16 - < 19 kgKOLERA : BERIKAN ANTIBIOTIK YANG 1/2


UNTUK 3 ml
DIANJURKAN UNTUK KOLERA SELAMA 3HARI 3/4 tab
bungkus setiap obat secara terpisah ANTIBIOTIK PILIHAN PERTAMA : TETRASIKLIN ANTIBIOTIK
PIIHAN KEDUA : KOTRIMOKSASOL
 Jelaskan bahwa semua obat harus diberikan KOTRIMOKSASOL 2 X sehari untuk 3 hari
TETRASIKLIN
BERAT
sesuai anjuran walaupun anak telah BADAN
Kapsul 250 mg TABLET DEWASA TABLETANAK SIRUP per 5ml (40

menunjukkan perbaikan 4 - <6 kg


4 x sehari untuk 3 hari

jangan diberi
( 80mg/400 mg) hari
1/4
(20 mg/100mg)
1
mg/200 mg)
2,5 ml
 Cek pemahaman ibu, sebelum ibu 6 - <10 kg 1/2 1/2 2 5 ml

meninggalkan klinik 10 - < 19 kg 1 1 3 10 ml


MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL DI RUMAH

Ikuti dengan teliti petunjuk dosis dan lamanya pemberian obat

Antimalaria Oral Untuk Malaria Falciparum


ANTI MALARIA PILIHAN PERTAMA :Dihydroartemisinin dan Piperakuin + Primakuin ATAU Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin ANTI MALARIA
PILIHAN KEDUA :KINA DAN PRIMAKUIN (ANAK < 1 TAHUN : HANYA KINA)

Pilihan Pertama Pilihan Kedua


Hari 1 Hari 2 dan 3 Hari 1 Hari 2 sampai Hari 7
Umur atau Berat Badan
DHP Primakuin DHP Kina Primakuin Kina
2 - < 12 Bulan
Tidak
atau 1/2 Tidak diberikan 1/2 3 X 1/2 3 X 1/2
diberikan
6 - <11 Kg
12 bulan - < 5 Tahun
atau 1 3/4 1 3X1 3/4 3X1
11 - < 18 Kg

ATAU
Pilihan Pertama Pilihan Kedua
Hari 2 dan 3 Hari 1 Hari 2 sampai Hari 7
Umur atau Berat Badan
Artesunat Hari
Amodiakuin 1 Primakuin Artesunat Amodiakuin Kina Primakuin Kina
2 - < 12 Bulan
atau 1/2 1/2 Tidak Diberikan 1/2 1/2 3 X 1/2 Tidak diberikan 3 X 1/2
6 - <11 Kg
12 bulan - < 5 Tahun
atau 1 1 3/4 1 1 3 X1 3/4 3X1
11 - < 18 Kg

Obat anti malaria harus diberikan sesudah makan

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 13


14 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL DI RUMAH


Antimalaria Oral untuk Malaria Non Falciparum (Vivax / Ovale)
ANTI MALARIA PILIHAN PERTAMA : Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP) + Primakuin ATAU Artesunate dan Amodiakuin + Primakuin ANTI
MALARIA PILIHAN KEDUA : Kina + Primakuin
Pilihan Pertama Pilihan Kedua
Hari 1 Sampai Hari 3 Hari 4 dan 14 Hari 1 Sampai Hari 7 Hari 8 sampai Hari 14
Umur atau Berat Badan
DHP Primakuin Primakuin Kina Primakuin Primakuin
2 - < 12 Bulan
Tidak
atau 1/2 diberikan Tidak diberikan 3 X 1/2 Tidak diberikan Tidak diberikan
6 - <11 Kg
12 bulan - < 5 Tahun
atau 1 1/4 1/4 3X1 1/4 1/4
11 - < 18 Kg

ATAU
Pilihan Pertama Pilihan Kedua
Hari 4 sampai Hari 14 Hari 1 Sampai Hari 7 Hari 8 sampai Hari 14
Umur atau Berat Badan
Artesunat
Hari 1 SampaiPrimakuin
Amodiakuin
Hari 3 Artesunat Primakuin Kina Primakuin Primakuin
2 - < 12 Bulan
atau 1/2 1/2 Tidak diberikan 1/2 Tidak diberikan 3 X 1/2 Tidak diberikan Tidak diberikan
6 - <11 Kg
12 bulan - < 5 Tahun
atau 1 1 1/4 1 1/4 3X1 1/4 1/4
11 - < 18 Kg

Obat anti malaria harus diberikan sesudah makan


MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL DI RUMAH
Antimalaria Oral Untuk Infeksi Campur P. falciparum + P.Vivaks/P.Ovale
ANTI MALARIA PILIHAN PERTAMA :Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP) + Primakuin ANTI
MALARIA PILIHAN KEDUA :Artesunate dan Amodiakuin + Primakuin

Pilihan Pertama Pilihan Kedua


Hari 1 Sampai Hari 3 Hari 4 dan 14 Hari 1 Sampai Hari 3 Hari 4 sampai Hari 14
Umur atau Berat Badan
DHP Primakuin Primakuin Artesunat Amodiakuin Primakuin Primakuin
2 - < 12 Bulan
1/2 Tidak diberikan Tidak diberikan 1/2 1/2 Tidak Tidak diberikan
atau
6 - <11 Kg diberikan
12 bulan - < 5 Tahun
1 1/4 1/4 1 1 1/4 1/4
atau
11 - < 18 Kg

Obat anti malaria harus diberikan sesudah makan

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 15


16 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL DI RUMAH


Parasetamol untuk Demam Tinggi ( 38,5 C) atau Sakit Telinga Pemberian Vitamin A Untuk Pengobatan ( Dosis sesuai umur )
PARASETAMOL Gejala Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 15
Setiap 6 jam sampai demam atau nyeri telinga hilang
Campak dengan komplikasi pada mata √ √ √
UMUR atau BERAT TABLET 500 mg TABLET 100 mg SIRUP 120 mg/5 ml dan/atau mulut
BADAN Campak √ - -

2 bulan - < 6 bulan 1/8 1/2 2,5 ml (1/2 Dosis Vitamin A Untuk (Pengobatan)
sdk takar) UMUR DOSIS
(4 - < 7 kg)

6 bulan - < 3 tahun 1/4 1 5 ml < 6 bulan 50.000 IU (½

(7 - < 14 kg) (1 sdk takar) kapsul biru)

7,5 ml (1½ 6 bulan - 11 bulan 100.000 IU


Obat 3Cacingan
tahun - < 5 tahun 1/2 2
Jika anak (14
ANEMIA, berumur ≥ 4 bulan, belum pernah mendapat obat ini dalam 6 bulan terakhir, beri
sdkobat
takar)cacingan (kapsul biru)
- < 19 kg)
dosis tunggal
12 bulan - 59 bulan 200.000 IU
PILIHAN PERTAMA : ALBENDAZOL PILIHAN KEDUA
: PIRANTELPAMOAT
ALBENDAZOL PIRANTEL PAMOAT (kapsul merah)

UMUR TABLET 400 mg UMUR atau BERAT BADAN TABLET 125 mg DOSIS TUNGGAL
4 bulan - 9 bulan (6 - < 8 kg) ½
1 tahun - < 2 tahun ½
9 bulan - < 1 tahun 3/4
1 tahun - < 3 tahun 1
2 tahun - < 5 tahun 1
3 tahun - < 5 tahun 1½

Zat Besi untuk pengobatan ANEMIA


Beri tiap hari selama 4 minggu untuk anak umur 6 bulan sampai 5 tahun
TABLET BESI (FOLAT) SIRUP BESI
UMUR atau BERAT BADAN (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) (setiap 5 ml mengandung 30 mg besi elemental)
1 x sehari 1 x sehari
6 bulan - < 12 bulan (7 - < 10 kg) ¼ 2,5 ml (½ sendok takar)
12 bulan - < 5 tahun (10 - < 19 kg) ½ 5 ml (1 sendok takar)
MENGAJARI IBU CARA MENGOBATI Mengeringkan Telinga dengan Bahan Penyerap
 Keringkan telinga sekurang-kurangnya 3 kali sehari
 Gulung selembar kain penyerap bersih dan lunak atau kertas tissu yang kuat,
INFEKSI LOKAL DI RUMAH menjadi sebuah sumbu. Jangan gunakan lidi kapas
 Masukkan sumbu tersebut ke dalam telinga anak
 Jelaskan alasan pemberian obat  Keluarkan sumbu jika sudah basah
 Ganti sumbu dengan yang baru dan ulangi langkah di atas sampai telinga anak
 Uraikan langkah-langkah pengobatan sebagaimana tercantum dalam kering
kotak yang sesuai Untuk INFEKSI TELINGA :
 Teteskan 3-5 tetes larutan H2O2 3% pada telinga yang sakit, lalu keringkan
dengan kertas tissu. Lakukan hal ini 3 kali sehari.
 Amati cara ibu melakukan pengobatan di klinik  Sesudah mengeringkan telinga, teteskan derivat Quinolon 2-3 tetes/kali dan
 Jelaskan berapa kali dia harus mengerjakannya di rumah biarkan selama 10 menit. Berikan 2x sehari, pagi dan malam selama 14 hari.

 Berikan obat yang telah digunakan dalam peragaan untuk dilanjutkan di Mengobati Luka di Mulut dengan antiseptik mulut
rumah
 Obati luka di mulut 2 kali sehari selama 5 hari
Mengobati
Cek pemahaman ibu. dengan tetes/Salep Mata  Cucilah tangan
Infeksi Mata
 Basuhlah mulut anak dengan jari yang dibungkus kain bersih yang telah
Bersihkan kedua mata, 3 kali sehari. dibasahi larutan garam
 Cucilah tangan  Oleskan antiseptik mulut
 Mintalah anak untuk memejamkan mata  Cuci tangan kembali
 Gunakan kapas basah untuk membersihkan nanah Meredakan Batuk dan Melegakan tenggorokan dengan Bahan yang Aman
Berikan obat tetes/salep mata kloramfenikol/tetrasiklin 3 kali sehari Bahan aman yang dianjurkan:
 Mintalah anak melihat ke atas. Tarik kelopak mata bawah perlahan ke  ASI eksklusif sampai umur 6 bulan
arah bawah  Kecap manis atau madu dicampur dengan air jeruk nipis (Madu tidak
 Teteskan obat tetes mata atau oleskan sejumlah kecil salep di bagian dianjurkan untuk anak umur < 1 tahun)
dalam kelopak mata
 Cuci tangan kembali Obat yang tidak dianjurkan:
Jangan menggunakan salep/tetes mata yang mengandung  Semua jenis obat batuk yang dijual bebas yang mengandung atropin, codein dan
kortikosteroid atau memberi
Obati sampai kemerahan hilangsesuatu apapun di mata derivatnya atau alkohol
 Obat-obatan dekongestan oral dan nasal

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 17


18 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

PEMBERIAN PENGOBATAN INI HANYA DI KLINIK Pemberian Diazepam untuk menghentikan kejang
 Jelaskan kepada ibu mengapa obat tersebut harus diberikan  Miringkan anak dan bersihkan jalan napas. Jangan masukkan apapun ke dalam mulut anak
 Tentukan dosis yang sesuai dengan berat badan dan umur anak  Berikan 0,5 mg/kg diazepam cairan injeksi per rektal menggunakan syringe kecil 1 cc tanpa jarum (seperti
 Gunakan jarum dan alat suntik steril. Ukur dosis dengan tepat syringe tuberkulin) atau dengan menggunakan kateter
 Berikan obat suntikan intramuskular
 Periksa gula darah, lalu lakukan tatalaksana atau cegah agar tidak turun
 Jika anak tidak dapat dirujuk, ikuti petunjuk yang diberikan
 Beri oksigen dan RUJUK
 Jika kejang tidak berhenti setelah 5 menit ulangi dosis diazepam (maksimal 2 kali),
Beri antibiotik intramuskular  Jika sudah terpasang akses vena maka diberikan diazepam 0,25-0,5 mg IV
UNTUK ANAK YANG HARUS DIRUJUK TAPI TIDAK DAPAT MENELAN OBAT ORAL  Jika kejang belum teratasi, dapat diberikan fenitoin 20 mg/kg IV atau fenobarbital 20 mg/kg IV (bila tidak
 Beri dosis pertama Ampisillin + Gentamisin intramuskular dan RUJUK SEGERA tersedia fenobarbital iv berikan sediaan im dalam dosis sama)

JIKA RUJUKAN TIDAK MEMUNGKINKAN UMUR atau BERAT BADAN DIAZEPAM (10 mg/2 ml) DIAZEPAM per rektum siap pakai

 Ulangi suntikan Ampisillin intramuskular setiap 6 jam selama 5 hari 2 - 6 bulan (5-7 kg) 0,5 ml
BB < 10 kg sediaan 5 mg
 Lanjutkan dengan pemberian antibiotik yang sesuai, untuk melengkapi 10 hari 6 - 12 bulan (7-<10 kg) 1 ml
pengobatan AMPISILIN GENTAMISIN 12 bulan - 3 tahun (10-<14 kg) 1,5 ml
BB > 10 kg sediaan 10 mg
3 - 5 tahun (14-19 kg) 2 ml
UMUR atau BERAT Dosis: 50 mg per kg BB Tambahkan 4,0 ml
Dosis: 7,5 mg per kg BB Sediaan
Suntikan Artemeter untuk malaria berat
BADAN aquadest dalam (ANTI MALARIA PILIHAN PERTAMA UNTUK MALARIA BERAT)
80 mg/2 ml
1000 mg sehingga menjadi 1000 mg/5
UNTUK ANAK YANG HARUS DIRUJUK KARENA PENYAKIT BERAT DENGAN
ml atau 200 mg/ml
DEMAM
2 bulan - < 4 bulan 1,25 ml = 250 mg 1 ml = 40 mg
 Berikan dosis pertama suntikan Artemeter sebelum dirujuk (dosis lihat di
bawah)
(4 - < 6 kg)  Jika rujukan tidak memungkinkan dan hasil pemeriksaan laboratorium dan
klinis menunjukkan malaria berat ikuti petunjuk berikut :
4 bulan - < 9 bulan 1,75 ml = 350 mg 1,25 ml = 50 mg
(6 - < 8 kg) Suntikan Artemeter intramuskular
Hari 1 : 3,2 mg/kg BB  Hari 2 :
9 bulan - < 12 bulan 2,25 ml = 450 mg 1,75 ml = 70 mg 1,6 mg/kg BB  Hari 3 : 1,6
(8 - < 10 kg) mg/kgBB
12 bulan - < 3 tahun 3 ml = 600 mg 2,5 ml = 100 mg Jika anak belum sadar dalam 3 hari, RUJUK SEGERA
(10 - < 14 kg)
Jika anak sudah bisa makan dan minum, gantikan dengan pemberian obat
3 tahun - < 5 tahun 3,75 = 750 mg 3 ml = 120 mg antimalaria oral untuk Malaria Falciparum pertama selama 3 hari
(14 - < 19 kg) Keterangan : setiap ml mengandung 80 mg Artemeter.
PENGOBATAN UNTUK WHEEZING
Pemberian Bronkodilatator Kerja Cepat (Inhalasi) : EPINEFRIN SUBKUTAN
 Salbutamol nebulisasi
 Salbutamol MDI (Metered Doses Inhaler) dengan Spacer
EPINEFRIN DOSIS
 Bila kedua cara tidak tersedia berikan dengan epinefrin (adrenalin) secara subkutan
1 : 1000 (0,1%) 0,01 ml/kg BB Dosis
Jika pengobatanNEBULASI
SALBUTAMOL inhalasi tidak mungkin diberikan, berikan Bronkodilator Oral maksimal 0,3 ml
SALBUTAMOL NEBULASI DOSIS  Berikan 0,01 ml/kg BB epinefrin subkutan dengan menggunakan spuit 1 ml
(spuit BCG)
2,5 mg/ 2,5 ml NaCL 2,5 mg + NaCL 0,9 % hingga 4 - 6ml (sesuai
 Jika setelah 20 menit pemberian tidak ada perbaikan ulangi pemberian

alat yang dipakai)
Tuangkan larutan bronkodilator dan 2-4 ml NaCl steril ke bagian dalam nebuliser epinefrin 1 dosis
 Berikan pada anak saat uap mulai muncul sampai larutan habis
 Berikan setiap 4 jam, lalu kurangi setiap 6-8 jam bila ada perbaikan Pemberian Bronkodilator Oral
Salbutamol Oral 3 Kali Sehari Selama 3 Hari
 Pada kasus berat dapat diberikan setiap jam dalam waktu yang singkat
Tablet Tablet
SALBUTAMOL MDI DENGAN SPACER Umur atau Berat badan
2 mg 4 mg
2 bulan - < 12 bulan (< 10 kg) ½ ¼
Berikan inhalasi salbutamol untuk wheezing
PENGGUNAAN SPACER* 12 bulan - < 5 tahun (10-19 kg) 1 ½
Penggunaan spacer adalah cara untuk mengantarkan bronkodilator secara efektif ke dalam paru-paru. Anak di bawah
5 tahun sebaiknya tidak diberikan inhaler tanpa spacer.
Bila digunakan dengan benar, spacer bekerja sebaik nebulizer
 Dari salbutamol metered inhaler (100 µg/puff). Berikan 2 puff
 Evaluasi 1 jam pertama setiap 15-20 menit

Spacer dapat dibuat dengan menggunakan cara sebagai berikut


 Gunakan botol minum kemasan 500 ml atau yang sejenis
 Buat lubang pada dasar botol dengan ukuran sama besar dengan mulut inhaler (gunakan pisau yang tajam)
 Potong botol antara 1/4 bagian atas dan 3/4 bagian bawah lalu pisahkan bagian atas botol
 Buat potongan berbentuk V kecil pada pinggiran bagian terbuka botol untuk menyesuaikan dengan hidung anak lalu
gunakan sebagai masker
 Bakar sudut pinggiran botol dengan lilin agar tidak tajam
 Pada bayi kecil, masker dapat dibuat dengan melubangi gelas plastik (bukan dari bahan polystyrene). Spacer komersil dapat
digunakan jika tersedia.

Menggunakan inhaler dengan spacer :


 Singkirkan tutup inhaler. Kocok inhaler
 Masukkan mulut inhaler melalui lubang dalam botol atau gelas plastik
 Letakkan bukaan botol pada mulut anak dan perintahkan anak untuk bernapas lewat mulut. Tekan inhaler dan semprotkan
* Jika spacer digunakan
salbutamol ke dalam untuk pertama kalinya,
botol sementara semprotkan
anak bernapas 4-5 semprot lebih banyak
normal
 Tunggu sampai 3 atau empat kali napas lalu ulangi
MANAJEMEN
 Untuk anak TERPADU
yang lebih kecilBALITA SAKIT
letakan gelas ( MTBS
menutupi mulut dan)gunakan
- 2015 spacer dengan cara yang sama BUKU BAGAN 19
20 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

Mencegah agar gula darah tidak turun


 Jika anak masih bisa menyusu
Mintalah kepada ibu untuk menyusui anaknya

 Jika anak tidak bisa menyusu tapi masih bisa menelan


Beri perahan ASI atau susu formula / air gula 30-50 ml sebelum dirujuk

Cara membuat air gula


Larutkan 4 sendok teh (20 gr) gula dalam 200 ml air matang

 Jika anak tidak bisa menelan


Beri 50 ml susu formula / air gula melalui pipa orogastrik Jika
tidak tersedia pipa orogastrik, RUJUK SEGERA
PEMBERIAN CAIRAN TAMBAHAN UNTUK DIARE DAN MELANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN / ASI
(lihat anjuran PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT)

Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah R c a T er oralit


apiB:di Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang
d eng an Berikan
Or a l it klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Jelaskan pada Ibu tentang aturan perawatan di rumah UMUR ≤ 4 bulan 4 - < 12 bulan 1 - < 2 tahun 2 - < 5 tahun
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN (sebanyak anak mau) JELASKAN PADA IBU BERAT BADAN < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 - 19 kg
 Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
JUMLAH (ml) 200 - 400 400 - 700 700 - 900 900 - 1400
 Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan
 Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut : TENTUKAN JUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA
oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml
Digunakan UMUR hanya bila berat badan anak tidak diketahui.
Anak harus diberikan larutan oralit di rumah, jika :  Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman di atas.
 Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini  Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga 100-
AJARI
AnakIBU CARA
tidak dapatMENCAMPUR DAN
kembali ke klinik jikaMEMBERIKAN ORALIT
diarenya bertambah parah 200 ml air matang selama periode ini.
BERI IBU 6 BUNGKUS ORALIT UNTUK DIBERIKAN DI RUMAH TUNJUKAN CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT
 Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas
TUNJUKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK HARUS MEMBERIKAN  Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat.
ORALIT/CAIRAN LAIN YANG HARUS DIBERIKAN SETIAP KALI ANAK  Lanjutkan ASI selama anak mau.
BUANG AIR BESAR  Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI
 Sampai umur 1 tahun : 50 - 100 ml setiap kali buang air besar BERIKAN TABLET ZINC SELAMA 10 HARI
 Umur 1 sampai 5 tahun : 100 - 200 ml setiap kali buang air besar
Katakan kepada Ibu : SETELAH 3 JAM :
 Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas  Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya 
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit.Kemudian berikan lebih lambat Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan 
 Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti Mulailah memberi makan anak
2. BERI TABLET ZINC SELAMA 10 HARI JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN SELESAI :
3. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN  Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
4. KAPAN HARUS KEMBALI  Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk menyelesaikan 3
jam pengobatan
 Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menabahkan 6 bungkus lagi sesuai yang
 Jelaskan
dianjurkan4 dalam
aturanrencana
perawatan diare
terapi A. di rumah:
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN
2.BERI TABLET ZINC SELAMA 10 HARI Lihat Rencana Terapi A
3. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN
4. KAPAN HARUS KEMBALI

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 21


22 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

PEMBERIAN CAIRAN TAMBAHAN UNTUK DIARE DAN MELANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN / ASI
(lihat anjuran PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT)
Rencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat
IKUTI TANDA PANAH, JIKA JAWABAN "YA", LANJUTKAN KE KANAN. JIKA "TIDAK", LANJUTKAN KE BAWAH
 Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100
ml/kg cairan Ringer Laktat (atau jika tak tersedia, gunakan cairan NACl) yang dibagi sebagai berikut :
MULAI DI SINI
Pemberian selanjutnya 70
UMUR Pemberian pertama 30
ml/kg selama :
ml/kg selama :
Bayi (di bawah umur 12 bulan) 1 Jam * 5 Jam
Dapatkah saudara
Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 30 Menit * 2 ½ Jam
segera memberi
YA
cairan intravena?  Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
 Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum. Biasanya sesudah 3-4 jam (pada bayi) atau sesudah 1-2
jam (pada anak) dan beri juga tablet Zinc.
TIDAK  Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan Dehidrasi dan pilih Rencana Terapi yang Keterangan :
sesuai untuk melanjutkan pengobatan. 1 ml = 20 tetes/menit - infus makro 60
tetes/menit - (infus mikro)
Adakah fasilitas
 RUJUK SEGERA untuk pengobatan intravena.
pemberian cairan
YA  Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara
intravena terdekat Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita Diare
meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan.
(dalam 30 menit)?
 Pastikan semua anak yang menderita Diare mendapat tablet
TIDAK Zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan .

Apakah saudara
 Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg)
Berikan dosis tunggal selama 10 hari
terlatih menggunakan pipa
 Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik atau - Umur < 6 bulan : ½ tablet/hari
orogastrik untuk
mulut. Beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/Kg) - Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet/hari
rehidrasi?
 Periksa kembali anak setiap 1-2 jam :  Cara pemberian tablet Zinc :
TIDAK YA - Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat.
- Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk
- Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
pengobatan intravena. (tablet akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
Apakah anak masih  Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi. - Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian
bisa minum? Kemudian tentukan Rencana Terapi yang sesuai (A, B, atau C) tablet Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan
TIDAK potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu
dosis penuh
RUJUK SEGERA - Ingatkan Ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari
untuk pengobatan CATATAN :
 Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi
selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti
IV / OGT - Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan
untuk meyakinkan bahwa Ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan
pemberian larutan oralit per oral. infus, tetap berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum
atau makan.
PEMBERIAN CAIRAN TAMBAHAN UNTUK DBD DAN GIZI BURUK

Tindakan Pra Rujukan untuk Anak Gizi Buruk Disertai Diare


Pemberian Cairan Pra Rujukan untuk Demam Berdarah
Dengue  Berikan cairan Resomal atau modifikasinya sebanyak 5 ml/kgBBMelalui oral
JIKA ADA TANDA SYOK, ATASI SYOK DENGAN SEGERA: atau pipa nasogastrik sebelum dirujuk.
 Beri Oksigen 2-4 liter/menit 1. Resomal
 Cara pembuatan: cairan :
 Segera beri cairan intravena * - Oralit 1 sachet (untuk 200 ml)
 Berikan cairan Ringer Laktat/Ringer Asetat atau NaCl 0,9% : 20 ml/kgBB - Gula pasir 10 gram (1 sendok makan peres)
dalam 15-30 menit - Mineral Mix 8 ml (1 sendok makan)
 -Periksa
Jikakembali
syok teratasi, beri cairan
anak setelah dengan kecepatan 10 ml/kg BB/jam,
30 menit - Tambahkan air matang menjadi 400 ml.
- RUJUK SEGERA KE Rumah Sakit. - Oralit Resomal
2. Modifikasi 1 sachet :(untuk 200 ml)
- Jika syok belum teratasi, ulang pemberian cairan 20 ml/kgBB dalam 15- - Gula pasir 10 gram (1 sendok makan peres)
- Bubuk KCl 0,8 gram (seujung sendok makan)
30 menit dan RUJUK SEGERA Ke Rumah Sakit. - Tambahkan air matang menjadi 400 ml.
 Bila tidak ada mineral Mix atau KCl :
 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam Encerkan 1 sachet Oralit menjadi 400 ml dan tambahkan gula pasir
JIKA TIDAK ADA TANDA SYOK : 10 gram (1 sendok makan peres).
 Berikan infus Ringer Laktat/Ringer Asetat atau NaCl 0,9% sesuai dosis,  Jika anak masih mau minum, teruskan pemberian cairan
turunkan bertahap setiap 2 jam sesuai dengan perbaikan klinis dan lab Resomal/modifikasinya selama perjalanan.
parameter
- Berat Ht (terapi cairan
Badan < 15 kgdiharapkan
: selesai dalam(224-48
7 ml/kgBB/jam jam)
jam pertama) Pemberian glukosa 10% dan cairan infus pra rujukan untuk
- Berat Badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam anak Gizi Buruk disertai Syok
- Berat Badan 15-40 kg : 3 ml/kgBB/jam
 Jika anak bisa minum  Pemberian glukosa 10% iv bolus dengan dosis 5 mg/kg BB.
 Pemberian cairan infus pada anak gizi buruk, harus hati-hati, pelan-pelan dan
Beri minum apa saja ** (oralit, susu, the manis, jus buah, kaldu atau tajin) bertahap, agar tidak memperberat kerja jantung
sebanyak mungkin dalam perjalanan ke tempat rujukan.  Berikan cairan infus sebanyak 15 ml/kg BB selama 1 jam atau 5
* Jika tidak dapat memberi cairan intravena, RUJUK SEGERA, dalam tetes/kgBB/menit.
CATATAN:
perjalanan beri Oralit/cairan lain sedikit demi sedikit dan sering.  Dianjurkan menggunakan RLG 5% atau campuran RL dengan
** Jangan memberi minuman yang berwarna merah atau coklat tua karena sulit Dextrosa/Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1
dibedakan jika ada perdarahan lambung.  Bila tidak memungkinkan, dapat menggunakan RL dengan dosis sesuai di atas
 RUJUK SEGERA

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 23


24 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

KONSELING BAGI IBU


KONSELING PEMBERIAN MAKAN

Menilai Cara Pemberian Makan


Tanyakan tentang cara pemberian makan anak. Bandingkan jawaban ibu dengan ANJURAN MAKAN UNTUK
ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT.

TANYAKAN :
1. Apakah ibu menyusui anak ini?
- Berapa kali sehari?
- Apakah ibu menyusui juga pada malam hari?
2. Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain?
- Makanan atau minuman apa?
- Berapa kali sehari?
- Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak?
3. Jika anak gizi kurang atau gizi buruk tanpa komplikasi :
- Berapa banyak makanan/minuman yang diberikan kepada anak?
- Apakah anak mendapat porsi sendiri?
- Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
- Makanan apa yang tersedia di rumah?
4. Selama anak sakit, apakah pemberian makanan berubah? Bila ya, bagaimana?
ANJURAN MAKAN UNTUK ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT
Neonatus sampai umur 1 minggu Umur 1 minggu sampai 6 bulan Umur 6 sampai 9 bulan Umur 9 sampai 12 bulan Umur 12 bulan sampai 2 tahun Umur 2 tahunlebih

 Berikan ASI sesuai keinginan bayi. Lihat  Berikan variasi makanan keluarga,
 Segera setelah lahir, letakkan bayi di dada
tanda-tanda kelaparan, seperti mulai termasuk sumber makanan hewani
 Berikan ASI sesuai keinginan bayi  Berikan ASI sesuai keinginan bayi  Berikan ASI sesuai keinginan bayi
ibu (ada kontak kulit ibu dan bayi)
rewel, menghisap jari, atau menggerak- dan buah- buahan kaya vitamin A,
gerakan bibir. serta sayuran

 Berikan kesempatan bayi untuk menyusu


 Berikan ASI siang dan malam, sesuai  Berikan variasi makanan yang dilumatkan  Berikan variasi makanan yang dilumatkan
dalam satu jam pertama. Berikan
keinginan bayi, sedikitnya 8 kali dalam  Mulai berikan makanan tambahan ketika anak atau makanan keluarga yang dihaluskan, atau makanan keluarga yang dihaluskan,
 Berikan setidaknya 1 mangkuk setiap kali
kolostrum, asi pertama yang berwarna
24 jam. Menyusui dengan sering, berusia 6 bulan termasuk sumber makanan hewani dan termasuk sumber makanan hewani dan
makan (250 ml)
kekuningan dan kental, pada bayi.
menyebabkan produksi ASI lebih buah-buahan kaya vitamin A, serta buah-buahan kaya vitamin A, serta
Kolostrum dapat menjaga bayi dari banyak
banyak. sayuran sayuran
penyakit.

 Berikan ASI siang dan malam, sesuai  Berikan juga bubur kental atau makanan
keinginan bayi, sedikitnya 8 kali dalam yang dilumatkan dengan halus, 
 Jangan berikan makanan atau minuman lain Berikan 1/2 sampai 3/4 mangkuk  Berikan 3/4 mangkuk sampai 1 mangkuk  Berikan 3-4 kali setiap hari
24 jam. Menyusui dengan sering, termasuk sumber makanan hewani dan
selain ASI. ASI lah yang bayi perlukan setiap makan (1 mangkuk = 250 setiap makan (1 mangkuk = 250 ml)
menyebabkan produksi ASI lebih buah-buahan kaya vitamin A, serta
ml)
banyak. sayuran.

 Mulai dengan memberikan 2-3 sendok makan


 Jika bayi kecil (berat lahir rendah), susui
makanan. Mulai dengan pengenalan
setidaknya setiap 2 sampai 3 jam. Jika bayi  Berikan 3-4 kali setiap hari  Berikan 3-4 kali setiap hari  Tawari 1-2 kali makanan selingan di antara
rasa.
tidur, bangunkan bayi untuk menyusu waktu makan
Tambahkan secara bertahap sampai
setelah 3 jam.
1/2 mangkuk (1mangkuk = 250 ml)

 Jika anak menolak makanan baru, tawari


 Jangan berikan makanan atau minuman lain  Tawari 1 atau 2 kali makanan selingan  Tawari 1 atau 2 kali makanan selingan
untuk mencicipi beberapa kali.
 Berikan 2-3 kali setiap hari
selain ASI. ASI lah yang bayi perlukan antara waktu makan. Anak akan antara waktu makan. Anak akan
Tunjukkan bahwa Ibu juga menyukai
memakannya jika lapar memakannya jika lapar
makanan tersebut.
Bersabarlah.

Cara Membuat Bubur Nasi di tambah tempe


 Untuk makanan selingan, berikan makanan
dengan potongan kecil yang dapat
Bahan : - Beras 40 gr (1/2 gelas)
 Lanjutkan memberi makan anak dengan
- Tempe 50 gr ( 2 potong) dipegang atau makanan yang diirisiris.
 Berikan 1-2 kali makanan selingan antara  Bicara pada anak selama memberi
pelan-pelan dan sabar. Dorong anak
- Wortel 50 gr (1/2 gelas) Biarkan anak mencoba untuk memakan
waktu makan jika anak terlihat lapar makan dan jaga kontak mata
untuk makan, tapi jangan memaksa
makanan selingannya sendiri, beri
dengananak.
Cara Membuat :
bantuan jika anak membutuhkan.
1. Buatlah bubur, sebelum matang masukan tempe dan wortel

2. Setelah matang dihaluskan dengan saringan (di blender)

3. Bubur tempe siap disajikan


MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 Anjuran makan untuk DIARE PERSISTEN BUKU BAGAN 25
 Jika anak mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang, dan malam
 Cucilah tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan anak dan biasakan anak mencuci tangan sebelum makan  Jika anak mendapat susu selain ASI :
- Ganti susu dengan susu formula untuk diare kronis,
 Makanan yang baik dan aman adalah makanan segar, bervariasi, tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet, - Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi ditambah tempe,
- Jangan diberi susu kental manis,
dan pewarna - Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan kelompok umur
 Gunakan peralatan masak dan makan yang bersih dengan cara memasak yang benar
26 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

Menasihati Ibu tentang Masalah Pemberian Makan


 Jika pemberian makan anak tidak sesuai dengan "Anjuran Makan untuk Anak Sehat Maupun Sakit":
- Nasihati ibu cara pemberian makan sesuai kelompok umur anak

 Jika ibu mengeluhkan kesulitan pemberian ASI, lakukan konseling menyusui:


- Lakukan penilaian cara ibu menyusui (lihat bagan Bayi Muda)
- Tunjukkan pada ibu cara menyusui yang benar
- Jika ditemukan masalah lakukan tindakan yang sesuai

 Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula atau makanan lain:
- Anjurkan ibu untuk relaktasi:
- Bangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu memproduksi ASI sesuai kebutuhan anaknya
- Susui bayi lebih sering, lebih lama, pagi, siang, maupun malam
- Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain

 Jika bayi berumur 6 bulan atau lebih dan ibu menggunakan botol untuk memberikan susu pada anaknya
- Minta ibu untuk mengganti botol dengan cangkir/mangkuk/gelas
- Peragakan cara memberi susu dengan cangkir/mangkuk/gelas
- Berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai kelompok umur

 Jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu untuk:
- Duduk di dekat anak, membujuk agar mau makan, jika perlu menyuapi anak
- Memberi anak porsi makan yang cukup dengan piring/mangkuk tersendiri sesuai dengan kelompok umur
- Memberi makanan kaya gizi yang disukai anak

 Jika ibu merubah pemberian makan selama anak sakit:


- Beritahu ibu untuk tidak merubah pemberian makan selama anak sakit
- Nasihati ibu untuk memberi makanan sesuai kelompok umur dan kondisi anak
KONSELING PEMBERIAN CAIRAN

Menasihati Ibu untuk Meningkatkan Pemberian Cairan Selama Anak Sakit Untuk

Setiap Anak Sakit


 Beri ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali menyusui
 Tingkatkan pemberian cairan. Contoh: beri kuah sayur, air tajin, atau air matang

Untuk Anak Diare


 Pemberian cairan tambahan akan menyelamatkan nyawa anak
 Beri cairan sesuai Rencana Terapi A atau B pada Bagan PENGOBATAN

Untuk anak dengan Mungkin DBD


 Pemberian cairan tambahan sangat penting
 Beri cairan tambahan (cairan apa saja atau oralit, asal tidak yang berwarna merah atau coklat)

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 27


28 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

KAPAN HARUS KEMBALI


Menasihati Ibu Kapan Harus Kembali Ke Petugas Kesehatan
KUNJUNGAN ULANG
Nasihati ibu untuk datan kembali sesuai waktu yang paling awal untuk
permasalahan anaknya KAPAN HARUS KEMBALI SEGERA
a. Kunjungan Ulang Pasti Pada Anak dengan : Kunjungan Ulang Nasihati Ibu agar kembali segera bila ditemukan tanda-tanda sebaga berikut
1. PNEUMONIA 3 hari  Tidak bisa minum atau menyusu
2. DISENTRI 3 Setiap anak sakit Bertambah parah
hari  Timbul demam
3. CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA ATAU MULUT
4. DIARE PERSISTEN 3 
hari
5. INFEKSI TELINGA AKUT
3
6. INFEKSI TELINGA KRONIS
hari
7. MASALAH PEMBERIAN MAKAN  Napas cepat
5 Anak dengan Batuk : Bukan Pneumonia
Sukar bernapas
8. GIZI BURUK TANPA KOMPLIKASI hari juga kembali jika : 
9. ANEMIA 5
10. GIZI KURANG hari  Tinja campur darah
Jika anak DIARE, juga kembali jika : Malas minum
7

hari
7
 Ada tanda-tanda perdarahan Ujung
hari ekstremitas dingin Nyeri uluh hati
14  atau gelisah Ada penurunan
Jika anak : MUNGKIN, DBD atau DEMAM
hari kesadaran Muntah yang terus
MUNGKIN BUKAN DBD,  menerus
30
hari juga kembali jika :  Pada hari ke 3-5 saat suhu turun dan anak tampak lemas
b. Kunjungan Ulang Tidak Pasti Pada Anak dengan : Kunjungan Ulang

1. BATUK BUKAN PNEUMONIA, Jika tidak ada perbaikan 5 hari
2. DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG, Jika tidak ada perbaikan 3 

3. DIARE TANPA DEHIDRASI, Jika tidak ada perbaikan


har
4. DEMAM : MALARIA, jika tetap demam
5. DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA, jika tetap demam i 3
6. DEMAM : Bukan Malaria, jika tetap demam har
7. MUNGKIN DBD, jika tetap demam
8. DEMAM : Mungkin bukan DBD, jika tetap demam i 3

har

i 3

har

i 2

har

i 1

har

i 2

har

i
C. Kunjungan berikutnya untuk Anak Sehat :
Nasihati ibu kapan harus membawa anaknyakembali untuk imunisasi dan Vit A berikutnya
sesuai JADWAL YANG DITETAPKAN
Menasihati Ibu tentang Kesehatan Dirinya Menasihati tentang Penggunaan Kelambu untuk Pencegahan malaria
 Jika ibu sakit, berikan perawatan untuk ibu atau  Ibu dan anak tidur menggunakan kelambu
RUJUK  Kelambu yang tersedia, mengandung obat anti nyamuk yang dapat membunuh nyamuk
 Jika ibu mempunyai masalah payudara (misalnya: tapi aman bagi manusia
bengkak, nyeri pada puting susu, infeksi  Gunakan kelambu pada malam hari, walaupun diduga tak ada nyamuk
payudara),
RUJUK untuk berikan perawatan
pertolongan atau
lebih lanjut  Gunakan paku dan tali untuk menggantung kelambu
 Nasihati ibu agar makan dengan baik untuk  Ujung kelambu harus ditempatkan di bawah kasur atau tikar
menjaga kesehatan  Cuci kelambu bila kotor, tapi jangan lakukan di saluran air atau di sungai, karena
 Periksa status imunisasi ibu, jika dibutuhkan obat anti nyamuk tidak baik untuk ikan
berikan imunisasi tetanus Toksoid (TT) 
- Janganjuga
Perhatikan menggantung
hal berikut pakaian
: di dalam kamar tidur
 Pastikan bahwa ibu memperoleh informasi dan - Jika berada di luar rumah, gunakan pakaian lengan panjang dan celana/rok panjang
pelayanan
- terhadap:
Program Keluarga Berencana - Bila memungkinkan, semprot kamar tidur dengan obat anti nyamuk dan oleskan
- Konseling perihal Penyakit Menular Seksual dan obat anti nyamuk saat bepergian
Pencegahan HIV/AIDS - SEGERA BEROBAT BILA ANAK DEMAM

 Berikan Konseling tambahan jika ibu HIV-positif


 Yakinkan kembali ibu bahwa pengobatan teratur dapat
mencegah penyakit yang serius serta dapat menjaga
kesehatan ibu dan anaknya
 Tekankan pentingnya higiene yang baik dan
pengobatan penyakit lebih awal

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 29


30 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT


 Untuk kunjungan ulang, gunakan kotak pelayanan tindak lanjut yang sesuai klasifikasi sebelumnya
 Jika anak mempunyai masalah baru, lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan
PENILAIAN, KLASIFIKASI DAN TINDAKAN/PENGOBATAN ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
PNEUMONIA
Sesudah 3 hari : DISENTERI
Sesudah 3 hari :
Tanyakan :
 Apakah napas lebih lambat?
Tanyakan :
 Apakah ada tarikan dinding dada ke dalam?
 Apakah mencretnya berkurang?
 Apakah nafsu makan anak membaik
 Apakah darah dalam tinja berkurang?
 Apakah nafsu makan membaik?
Periksa :
 Tanda bahaya umum
Periksa :
 Lakukan penilaian untuk batuk atau sukar bernapas
 Jika ada tanda bahaya umum atau stridor atau tarikan dinding dada ke dalam beri 1  Lakukan penilaian untuk diare
dosis antibiotik pra rujukan, Selanjutnya RUJUK SEGERA  Jika anak mengalami dehidrasi, atasi dehidrasi
Tindakan : Jika frekuensi mencret, jumlah darah dalam tinja atau nafsu makan
Tindakan
 Jika
 napas melambat dan nafsu makan membaik, lanjutkan pemberian antibiotik hingga :
seluruhnya 5 hari tetap atau memburuk:
Jika frekuensi napas atau nafsu makan anak tidak menunjukkan perbaikan atau lebih 1. Ganti dengan antibiotik oral pilihan kedua untuk Shigela. Beri untuk 5
buruk, RUJUK SEGERA hari. Anjurkan ibu untuk kembali dalam 2 hari. Jika 2 hari pemberian
antibiotik pilihan ke dua tidak membaik, ganti metronidazol, tanpa
2. Jika anak:
pemeriksaan laboratorium sebelumnya.
DIARE PERSISTEN
- Berumur kurang dari 12 bulan ATAU
Sesudah 3 hari
- Mengalami dehidrasi pada kunjungan pertama ATAU RUJUK
Tanyakan :
- Menderita campak dalam 3 bulan terakhir
 Apakah diare sudah berhenti?
 Jika mencretnya berkurang, jumlah darah dalam tinja berkurang dan
 Berapa kali anak mencret setiap hari?
nafsu makan membaik, lanjutkan pemberian antibiotik yang sama hingga
selesai
Tindakan :
Pastikan ibu mengerti metode pemberian rehidrasi oral dan perlunya
 Jika diare belum berhenti (anak masih mencret 3 kali sehari atau lebih), lakukan penilaian ulang
porsi makan lebih banyak setiap harinya selama seminggu.
lengkap. Beri pengobatan yang sesuai, selanjutnya RUJUK. Jika diare persisten berkelanjutan,
pikirkan penyebab lain misalnya HIV/AIDS.
 Jika diare sudah berhenti (anak mencret kurang dari tiga kali sehari), nasihati ibu untuk
menerapkan Anjuran makan untuk Anak Sehat Maupun Sakit sesuai dengan kelompok umur.
PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
MALARIA (Daerah Risiko Tinggi atau Risiko rendah)
DEMAM MUNGKIN BUKAN MALARIA (Daerah Risiko Tinggi atau
Setelah 3 hari, jika tetap demam : Risiko Rendah Malaria)
Periksa :
 Lakukan penilaian ulang lengkap Setelah 3 hari, jika tetap demam :
 Cari penyebab lain dari demam Periksa :
 Lakukan penilaian untuk demam
Tindakan :  Cari penyebab lain dari demam
 Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM. Tindakan :
 Jika ada penyebab lain dari demam selain malaria, beri pengobatan  Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai
 Jika malaria merupakan satu-satunya penyebab demam, periksa hasil PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
sediaan
- Jikadarah
tetap mikroskopis:
demam setelah menyelesaikan pengobatan dengan anti  Jika ada penyebab lain dari demam selain malaria, beri pengobatan
- Jika positif
malaria untuk Falsiparum,
ini, RUJUK Vivax, atau
untuk pemeriksaan ada infeksi campuran
lanjutan.  Jika malaria merupakan satu-satunya penyebab demam
(mixed),
 Jika anak beri obat>anti
tetap demam malaria
7 hari, oraluntuk
RUJUK pilihanpemeriksaan
Kedua. lebih lanjut - Ambil sediaan darah untuk pemeriksaan mikroskopis
- Beri obat anti malaria oral pilihan pertama sesuai hasil
pemeriksaan mikroskopis
DEMAM BUKAN MALARIA - Nasihati ibu untuk kembali 2 hari jika tetap demam
(Daerah tanpa risiko malaria dan tidak ada kunjungan ke daerah dengan risiko malaria)  Jika anak tetap demam > 7 hari, RUJUK untuk pemeriksaan lanjutan
Setelah 2 hari, jika tetap demam :

Periksa :
 Lakukan penilaian untuk demam
 Cari penyebab lain dari demam
 Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
Tindakan
 Jika ada: penyebab lain dari demam, beri pengobatan
 Jika tidak diketahui penyebab demam, anjurkan ibu kembali dalam 2 hari jika tetap demam. Pastikan anak mandapat tambahan cairan dan mau makan
 Jika anak tetap demam > 7hari, RUJUK untuk pemeriksaan lanjutan

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 31


32 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT


CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA ATAU MULUT
Setelah 3 hari:
MUNGKIN DEMAM BERDARAH DENGUE.
Periksa: DEMAM MUNGKIN BUKAN DEMAM BERDARAH DENGUE
 Apakah mata anak merah atau bernanah
 Apakah ada luka di mulut Sesudah hari 1 (untuk klasifikasi Mungkin DBD)
 Cium bau mulut anak Sesudah 2 hari (untuk klasifikasi Demam Mungkin Bukan DBD)
Jika tetap demam
Tindakan:
 Pengobatan infeksi mata : Periksa:
- Jika mata masih bernanah, ibu diminta untuk menjelaskan cara mengobati mata anaknya.  Lakukan penilaian ulang untuk demam, jika tetap demam
Jika belum betul, ajari ibu cara mengobati dengan benar. Jika sudah benar, RUJUK  Cari penyebab lain dari demam
- Jika mata
 Pengobatan lukasudah tidak
di mulut : bernanah tapi masih merah, lanjutkan pengobatan
-- Jika mata
Jika luka di mulut
tidak makin memburuk
bernanah atau tercium
dan tidak merah, bau
hentikan busuk di dan
pengobatan mulut anak,ibu.
pujilah RUJUK Tindakan:
- Jika luka di mulut tetap atau membaik, lanjutkan pengobatan dengan gentian violet  Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan
0,25% hingga seluruhnya 5 hari. sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
 Jika ada penyebab lain dari demam selain DBD, beri pengobatan
INFEKSI TELINGA AKUT ATAU KRONIS  Jika ada tanda-tanda DBD, perlakukan sebagai DBD
Sesudah 5 hari :  Jika tetap demam > 7 hari, RUJUK untuk pemeriksaan lanjutan

Periksa :
 Lakukan penilaian ulang masalah telinga
 Ukur suhu tubuh anak

Tindakan
 Jika ada pembengkakan yang nyeri di belakang telinga atau demam tinggi (suhu ≥ 38,5°C). RUJUK SEGERA
 Infeksi telinga akut :
- Jika masih ada nyeri atau keluar nanah, obati dengan antibiotik yang sama 5 hari lagi. Lanjutkan mengeringkan telinga. Kunjungan ulang setelah 5 hari.
- Jika tidak ada lagi nyeri telinga atau keluar nanah, pujilah ibu
 Infeksi telinga kronis :
- Perhatikan apakah cara ibu mengeringkan telinga anaknya sudah benar. Anjurkan ibu untuk melanjutkan
- Jika tidak ada lagi nyeri telinga atau tidak keluar nanah, pujilah ibu. Lanjutkan pemberian tetes telinga sampai 14 hari
 Jika infeksi telinga berulang (3x dalam 6 bulan), RUJUK untuk penilaian fungsi pendengaran.
PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT GIZI BURUK TANPA KOMPLIKASI
MASALAH PEMBERIAN MAKAN
Sesudah 7 hari : Sesudah 7 hari :
Periksa : penilaian lengkap
 Lakukan
Tanyakan :  Lakukan pemeriksaan BB/TB dan LiLA seperti pada kunjungan pertama
 Masalah pemberian makan yang ditemukan ketika kunjungan pertama  Periksa adanya edema pada tungkai
 Nilai nafsu makan anak
Periksa :  Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian makan
 Lakukan penilaian ulang cara pemberian makan
 Jika anak Gizi Buruk dengan Komplikasi (BB/TB atau BB/PB < -3 SD atau
Tindakan : mm) atau ada edema pada kedua tungkai dan mengalami
LiLA < 115
Tindakan :
 Nasihati ibu tentang masalah pemberian makan yang masih ada atau yang baru dijumpai. komplikasi medis atau muncul edema), RUJUK SEGERA
Jika saudara menganjurkan suatu perubahan mendasar dalam cara pemberian makan, minta  Jika anak Gizi Buruk tanpa Komplikasi (BB/TB atau BB/PB < -3 SD atau
ibu untuk datang 5 hari lagi bersama anaknya untuk mendapatkan konseling pemberian LiLA < 115 mm) atau ada edema pada kedua tungkai tanpa mengalami
makan. komplikasi medis, konseling ibu dan beri semangat untuk melanjutkan
GIZI KURANG pemberian makanan. Minta ibu untuk kembali setelah 14 hari
 Jika anak gizi kurang, kembali setelah 30 hari untuk mengetahui penambahan berat badan.
 Jika anak Gizi Kurang (BB/TB atau BB/PB masih berada antara -3 SD dan
Sesudah 30 hari : 2 SD atau LiLA antara 115 dan 125 mm) :
- Nasihati ibu untuk setiap pemberian makan yang dijumpai
Periksa: - Anjurkan anak kembali setiap 14 hari sampai makannya membaik
- Lakukan pemeriksaan BB/TB, BB/PB dan LiLA seperti pada kunjungan pertama dan BB/TB atau BB/PB nya > -2 SD atau LiLA > 125 mm.
- Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian makan Perhatian
Jika anak
- Periksa adanya edema pada tungkai : Gizi Baik (BB/TB atau BB/PB >-2 SD atau LiLA > 125 mm)
Jikapujilah ibu tidak
Saudara dan beri semangat
yakin akan adauntuk melanjutkan
perbaikan pemberianmakan
cara pemberian makanatau
Tindakan: berat badan anak terus menurun, RUJUK.
 Jika anak Gizi Baik (BB/TB atau BB/PB >-2 SD atau LiLA > 125 mm) pujilah ibu dan beri
(Pikirkan kemungkinan TBC atau HIV)
semangat untuk melanjutkan pemberian makan ANEMIA
 Jika anak Gizi Kurang (BB/TB atau BB/PB mash berada antara -3 SD dan -2 SD ata LiLA Sesudah 14 hari :
antara 115 dan 125 mm): Tindakan :
- Nasihati ibu untuk setiap pemberian makan yang dijumpai  Beri zat besi. Nasihati ibu untuk untuk kembali dalam 14 hari
- Anjurkan anak kembali setiap 14 hari sampai makannya membaik dan BB/TB atau  Lanjutkan pemberian zat besi setiap 14 hari selama 2 bulan
BB/PB nya > -2 SD atau LiLA > 125 mm.  Jika sesudah 2 bulan telapak tangan anak masih pucat, RUJUK untuk
pemeriksaan lebih lanjut
Perhatian:  Jika sesudah 2 bulan, telapak tangan tidajk pucat, tidak ada pengobatan
MANAJEMEN
Jika SaudaraTERPADU
tidak yakinBALITA SAKIT
akan ada ( MTBS
perbaikan cara) pemberian
- 2015 makan atau berat badan anak terus tambahan BUKU BAGAN 33
menurun, RUJUK (pikirkan kemungkinan TBC atau HIV).
34 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT UNTUK ANAK DIDUGA TERINFEKSI HIV

Minta ibu untuk melakukan kunjungan ulang secara teratur sesuai dengan pedoman nasional Setiap

kunjungan, lakukan hal berikut :

 Tanyakan apakah ada masalah pada anak?


 Lakukan penilaian lengkap termasuk menilai masalah mulut dan gusi, lakukan tindakan, konseling dan kunjungan ulang untuk setiap
masalah baru
 Berikan pelayanan kesehatan anak rutin: Vitamin A, obat cacing, imunisasi, dan penilaian dan konseling pemberian makan
 Lanjutkan pemberian profilaksis kotrimoksasol
 Tanyakan masalah kesehatan ibu. Rujuk untuk mendapatkan pelayanan konseling dan pemeriksaan jika perlu
 Rencanakan kunjungan ulang berikutnya

PEMERIKSAAN HIV
 Jika hasil tes HIV baru diperoleh, lakukan klasifikasi ulang untuk infeksi HIV
 Rencanakan untuk memeriksa status HIV 6 minggu setelah berhenti menyusu.

JIKA INFEKSI HIV TERKONFIRMASI


 RUJUK untuk mendapatkan ARV
 Lakukan kunjungan ulang sesuai pedoman nasional

TERKONFIRMASI TIDAK TERINFEKSI HIV


 Konseling ibu untuk mencegah Infeksi HIV melalui menyusui dan mengenai kesehatan ibu

RUJUKAN :
 Segera lakukan rujukan
 Sementara, teruskan pemberian nutrisi (makanan/minuman) seperti biasa, hindari pemberian mix

JIKA MASIH DIPERLUKAN KUNJUNGAN ULANG BERDASARKAN KUNJUNGAN PERTAMA


ATAU KUNJUNGAN SAAT INI, NASIHATILAH IBU TENTANG KUNJUNGAN BERIKUTNYA
JUGA NASIHATI IBU KAPAN HARUS KEMBALI SEGERA
SISTEM SKORING GEJALA DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG TB DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Parameter 0 1 2 3 Skor

Laporan keluarga, BTA (-) / BTA


Kontak TB Tidak Jelas - tidak jelas/tidak tahu BTA(+)

Positif 10 mm atau 5


mm pada
Uji Tuberkulin (Mantoux) Negatif - -
imunokompromais

BB/TB<90%atau Klinis gizi buruk atau


Berat Badan/Keadaan Gizi - -
BB/U<80% BB/TB<70% atauBB/U<60%

Demam yang tidak diketahui


- 2 minggu - -
penyebabnya

Batuk kronik - 3 minggu - -

Pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, 1 cm, lebih dari 1


- - -
inguinal KGB, tidak nyeri

Pembengkakan tulang/sendi
- Ada pembengkakan - -
panggul, lutut, falang

Normal/Kelainan Gambaran sugestif


Foto toraks - -
tidak jelas (mendukung) TB

Skor Total
Skor 6

Tabel. Dosis kombinasi pada TB anak


Berat Badan (kg) 2 bulan RHZ (75/50/150) 4 bulan RHZ (75/50) Beri OAT
2 Bulan terapi, dievaluasi
5-7 1 Tablet 1 Tablet
8-11 2 Tablet 2 Tablet Respons (+) Respons (-)
12-16 3 Tablet 3 Tablet
17-22 4 Tablet 4 Tablet Terapi TB diteruskan RUJUK ke RS untuk evaluasi lebih lanjut
23-30 5 Tablet 5 Tablet

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter, apabila di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak tersedia tenaga dokter, pelimpahan wewenang terbatas dapat diberikan pada petugas kesehatan terlatih strategi DOTSuntuk
menegakkan diagnosis dan tatalaksana TB mengacu pada Pedoman Nasional

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 35


36 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

PENCEGAHAN CEDERA PADA ANAK


JENIS KECELAKAAN PENCEGAHAN

 Jangan biarkan anak main dekat jalan raya; pengasuh harus selalu memantau Selalu gunakan
helm jika anak mengendarai motor atau sepeda
Kecelakaan Lalu Lintas  Jika bepergian dengan mobil, anak harus selalu menggunakan sabuk pengaman atau duduk di kursi belakang Anak harus selalu dal am pengawasan

 Menutup tempat air terbuka termasuk lubang toilet, sumur, dan kolam, agar tidak berbahaya
Semua orang di rumah harus memperhatikan keamanan tempat penyimpanan air seperti bak, ember, dan drum Ketika anak berada di dalam air, contohnya
Tenggelam  ketika berenang, anak harus selalu menggunakan alat pengaman Anak harus selalu dalam pengawasan

 Cegah anak untuk bermain api atau bermain di dekat api


Area memasak sebaiknya ditinggikan dan dijaga agar anak tidak mudah menjangkau sumber api Hindari memasak sambil
Luka Bakar  menggendong anak
Hindari meninggalkan anak sendirian di dalam rumah, terutama pada malam hari. Hindari mengunci anak dalam rumah Hindari meninggalkan lampu minyak atau lilin
 dalam keadaan menyala ketika tidur

 Menjaga keamanan bangunan rumah agar anak tidak jatuh dari tempat tidur, tangga, jendela, ataupun atap Anak harus selalu berada dalam
Jatuh pengawasan

 Hindari menaruh barang atau cairan beracun tanpa pengawasan


Kemas semua obat dan bahan beracun dalam kemasan yang tidak dapat dibuka anak Taruh semua obat dan
 bahan beracun di tempat yang sulit dijangkau anak
Kemas obat dalam kemasan sedikit yang tidak membahayakan Hindari menyimpan
Keracunan  cairan berbahaya dalam kemasan bekas minuman Simpan cairan berbahaya dalam
kemasan aslinya
 Gunakan label racun pada cairan berbahaya dan ajari anak untuk mengenali label tersebut
Berhati-hati dalam menyimpan bahan-bahan di dalam rak atau lemari yang lebih rendah dari pundak


PENILAIAN KLASIFIKASI DAN TINDAKAN / PENGOBATAN
BAYI MUDA UMUR KURANG DARI 2 BULAN
TANYAKAN PADA IBU MENGENAI MASALAH ANAKNYA Jika bayi muda ditemukan dalam kondisi kejang atau henti napas, segera lakukan
Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut tindakan/pengobatan sebelum melakukan penilaian dan RUJUK SEGERA
- Jika kunjungan ulang, gunakan bagan kunjungan ulang yang ada dalam buku bagan ini
- Jika kunjungan pertama, lakukan penilaian pada bayi muda sebagai berikut :

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN


MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT
SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI
Terdapat salah satu atau lebih tanda berikut :
Klasifikasikan
TANYAKAN : adanya
 Apakah bayi tidak mau minum atau kemungkinan  Tidak mau minum atau  Jika ada kejang, tangani kejang Cegah agar
memuntahkan semua ? Penyakit Sangat
Berat atau Infeksi memuntahkan semua,  gula darah tidak turun Jika ada gangguan
 Apakah bayi kejang? napas,tangani gangguan napas
Bakteri  Riwayat kejang, 
Jika ada hipotermia, tanganihipotermia Beri dosis
PENYAKIT SANGAT
 Bayi bergerak hanya ketika distimulasi pertama antibiotik intramuskular
LIHAT, DENGAR, dan RASAKAN : BERAT ATAU INFEKSI 
ATAU tidak bergerak sama sekali Nasihati cara menjaga bayi tetap hangatdi perjalanan
 Hitung napas dalam 1 menit, ulangi BAKTERI BERAT
 RUJUK SEGERA
 Napas cepat (≥ 60 kali/menit),
menghitung jika bayi bernapas cepat (≥ 60
kali/menit) atau bernapas lambat (< 30  Napas lambat (≤ 30 kali/menit),

kali/menit)  Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat,
 Lihat gerakan pada bayi 
 Suhu tubuh ≥ 37,5 ˚C,
* Apakah bayi bergerak atas kemauan
 Suhu tubuh ˂ 35,5 ˚C,
sendiri ?
 Nanah yang banyak di mata,
* Bayi bergerak, setelah di stimulasi ?
* Apakah bayi tidak bergerak sama sekali ?  Pusar kemerahan meluas sampai ke dinding
 Lihat adanya tarikan dinding dada ke dalam yang perut >1 cm
sangat kuat
 Ukur suhu aksiler Terdapat salah satu atau lebih tanda  Jika ada pustul di kulit atau pusar bernanah, beri antibiotik
 Lihat, adakah pustul di kulit ? oral yang sesuai
berikut :
 Jika ada mata bernanah, beri salep antibiotik atau tetes mata
 Lihat apakah mata bernanah? Apakah nanah
antibiotik
banyak di mata ? INFEKSI
 Pusar kemerahan/bernanah  Ajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
BAKTERI LOKAL
 Apakah pusar kemerahan/bernanah ?, Apakah Lakukan asuhan dasar bayi muda Nasihati
kemerahan meluas sampai ke dinding perut lebih  Pustul di kulit  kapan kembali Kunjungan ulang dalam 2
dari 1 cm? hari


 Mata bernanah

 Tidak terdapat salah satu tanda diatas MUNGKIN  Ajari ibu cara merawat bayi di rumah Lakukan
BUKAN INFEKSI asuhan dasar bayi muda

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 37
38 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

MEMERIKSAIKTERUS GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN

TANYAKAN : LIHAT : Klasifikasikan :



IKTERUS 
Cegah agar gula darah tidak turun
Timbul kuning pada hari
Apakah bayi kuning  Lihat adanya ikterus pada bayi Jika IKTERUS Nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
BERAT 
ya, pada umur berapa (kuning pada mata atau kulit) pertama pertama (<24 jam) RUJUK SEGERA
kali timbul timbul  Lihat telapak tangan dan kuning ? setelah lahir, ATAU

telapak kaki bayi, apakah 
Kuning pada telapak
kuning ? tangan dan telapak kaki,

 Lakukan asuhan dasar bayi muda


 Timbul kuning pada umur Nasihati ibu kembali segera jika telapak tangan dan kaki terlihat kuning
 Menyusu lebih sering Kunjungan
≥ 24 jam sampai umur 14
ulang dalam 1 hari

IKTERUS
hari, DAN  Jika kuning ditemukan pada bayi umur > 14 hari, RUJUK
Kuning tidak sampai untuk pemeriksaan lebih lanjut
telapak tangan dan 
telapak kaki

TIDAK ADA
 Tidak kuning  Lakukan asuhan dasar bayi muda
IKTERUS
APAKAH BAYI DIARE
JIKA YA, GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
LIHAT dan RABA :
Klasifikasikan
 Lihat keadaan umum bayi Diare untuk
dehidrasinya Terdapat 2 atau lebihtanda berikut :
- Apakah bayi bergerak atas kemauan sendiri ?
 Bergerak hanya jika * Jika tidak terdapat klasifikasi berat lain, tangani sesuai rencana terapi C
- Apakah bayi bergerak hanya ketika dirangsang ? DIARE
dirangsang atau tidak DEHIDRASI atau
- Apakah bayi tidak bergerak sama sekali ?
bergerak sama sekali BERAT * Jika terdapat klasifikasi berat lainnya
- Apakah bayi gelisah / rewel ?
 Mata cekung RUJUK SEGERA setelah memenuhi syarat rujukan, dan berikan oralit sedikit
 Lihat apakah matanya cekung ?
 Cubitan kulit perut kembali demi sedikit selama dalam perjalanan Nasihati agar ASI tetap diberikan jika
 Cubit kulit perut, apakah kembalinya :
sangat lambat memungkinkan
- Sangat lambat ( > 2 detik)
- Lambat (masih sempat terlihat lipatan kulit) * Jika tidak terdapat klasifikasi berat lain, tangani sesuai rencana terapi B
- Bayi muda dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk feses, Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : * Jika terdapat klasifikasi berat lainnya:
dibanding biasanya lebih banyak dan lebih cair (lebih banyak air dari  Gelisah/rewel
DIARE RUJUK SEGERA setelah memenuhi syarat rujukan, dan berikan oralit
ampasnya)  Mata cekung
DEHIDRASI sedikit demi sedikit selamadalam perjalanan

- Pada bayi ASI eksklusif, buang air besar biasanya lebih sering dan Cubitan perut kembali
RINGAN / Nasihati agar ASI tetap diberikan jika memungkinkan
lambat
bentuknya lebih lembek dan ini bukan diare. SEDANG * Lakukan asuhan dasar bayi muda
* Nasihati Ibu kapan untuk kembali segera
* Kunjungan ulang dalam 2 hari jika belum membaik

DIARE  Tangani sesuai rencana terapi A


 Tidak cukup tanda untuk
 Lakukan asuhan dasar bayi muda
dehidrasi berat atau TANPA
DEHIDRASI  Nasihati Ibu kapan untuk kembali segara
ringan/sedang
 Kunjungan ulang dalam 2 hari jika belum membaik

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 39


40 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

MEMERIKSA STATUS HIV


GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
MEMERIKSA ADANYA INFEKSI HIV
Ibu HIV positif DAN bayi masih
mendapatkan ASI atau berhenti
Bagan digunakan pada bayi muda yang tidak dalam perawatan HIV; baik didaerah epidemi meluas
menyusu < 6 minggu pada saat ibu di
maupun di daerah epidemi terkonsentrasi
tes HIV

ATAU

TANYAKAN : PERIKSA : Klasifikasikan Ibu HIV positif dan bayi belum


TERPAJAN HIV
Rujuk ke Puskesmas/RS Rujukan ARV untuk terapi
Status di tes ARV Profilaks
Apakah Ibu dan bayi pernah di tes HIV, jika ya Jika status ibu dan bayi tidak diketahui atau HIV
bagaimana hasilnya? Ibu positif/negatif, bayi belum dites: tawarkan dan lakukan tes HIV ATAU
positif/negatif pada ibu. Jika hasilnya Ibu HIV positif maka
lakukan tes HIV pada bayi. Bagaimana Bayi HIV positif
Jika Ibu HIV positif dan bayi HIV negatif , hasilnya. Ibu HIV positif/negatif, bayi HIV
tanyakan: apakah bayi masih mendapatkan ASI positif/negatif
saat tes atau sebelumnya?

Ibu HIV Negatif

ATAU

Bayi Tes HIV Negatif MUNGKIN


BUKAN Tangani infeksi lain yang ada
ATAU INFEKSI HIV

Ibu HIV positif dan bayi HIV negatif


setelah berhenti ASI
< 6 minggu
MEMERIKSA KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN MASALAH PEMBERIAN ASI
Termasuk untuk bayi TERPAJAN HIV yang mendapat ASI

TINDAKAN/PENGOBATAN
GEJALA KLASIFIKASI
TANYAKAN : LIHAT : Klasifikasikan
 Berapa kali bayi diberi ASI Berat Badan Terdapat satu atau lebih tanda
sepanjang pagi, siang dan  Tentukan berat badan menurut Menurut Umur berikut :  Lakukan asuhan dasar bayi muda
malam ? umur Dan/Atau
Masalah  Ajarkan ibu untuk memberikan ASI dengan benar
 Apakah bayi diberi makan /  Adakah luka atau bercak putih 
Pemberian ASI  Berat badan menurut umur
minum selain ASI ? (thrush) di mulut ? Jika menyusu kurang dari 8 kali dalam 24 jam, nasehati ibu untuk menyusui lebih
Jika, Ya, berapa kali selama 24 jam  Adakah celah bibir / langit- rendah
sering. sesuai keinginan bayi, baik siang maupun malam
? langit ?  ASI kurang dari 8 BERAT BADAN  Jika memberi ASI dengan menggunakan botol, ajari penggunaan
 Alat apa yang digunakan untuk RENDAH
kali/hari
memberi minum bayi ? MENURUT UMUR cangkir
 Mendapat makanan atau DAN/ATAU Jika posisi salah atau tidak melekat baik atau tidak mengisap efektif, ajari Ibu
Khusus untuk Ibu HIV positif, minuman lain selain ASI MASALAH
PEMBERIAN ASI memperbaiki posisi / perlekatan Jika ada luka atau bercak putih di mulut, nasihati
tanyakan :  Posisi bayi salah  Ibu untuk mengobati di rumah
 Apakah Ibu memberi ASI penuh ?
 Tidak melekat dengan baik
Jika tidak, cairan apa yang Jika ada celah bibir/langit-langit, nasihati tentang alternatif pemberian minum
diberikan untuk menambah atau  Tidak mengisap dengan efektif Nasihati Ibu kapan kembali segera
JIKA BAYI TIDAK ADA
menggantikan ASI ?INDIKASI DIRUJUK, LAKUKAN  Terdapat luka atau bercak
PENILAIAN TENTANG CARA MENYUSUI Kunjungan ulang 2 hari untuk masalah pemberian ASI dan thrush.
putih (thrush) di mulut  Kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat badan rendah menurut
Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir ?  Terdapat celah bibir /
umur
 Jika TIDAK, minta ibu untuk menyusui langit-langit
 Jika YA, minta ibu menunggu dan memberitahu jika bayi sudah mau  Ibu HIV positif
menyusu lagi
 Amati pemberian ASI dengan seksama  Mencampur pemberian ASI 

 Bersihkan hidung yang tersumbat jika menghalangi bayi untuk menyusu dengan makanan lain

Lihat apakah bayi menyusu dengan baik ? 


 Lihat, apakah posisi bayi benar ?

Seluruh badan bayi tersangga dengan posisi kepala dan badan bayi lurus,
badan bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi dekat ke ibu
 Lihat, apakah bayi melekat dengan baik ?
Dagu bayi menempel payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah
membuka keluar, areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di
bawah mulut
BERAT BADAN
 Lihat dan dengar, apakah bayi mengisap dengan efektif ? TIDAK RENDAH
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat, hanya terdengar suara DAN TIDAK 

menelan. Tidak terdapat MASALAH Lakukan asuhan dasar bayi muda
PEMBERIAN ASI 
tanda/gejala di atas
Pujilah ibu karena telah memberikan ASI kepada bayinya dengan benar

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 41


42 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

MEMERIKSA KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN / ATAU MASALAH PEMBERIAN MINUM PADA BAYI
YANG TIDAK MENDAPAT ASI
Termasuk untuk bayi TERPAJAN HIV yang tidak mendapat ASI
Jika bayi muda tidak memiliki indikasi untuk dirujuk GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
TANYAKAN : LIHAT :
Klasifikasikan Berat
Badan Menurut Umur Terdapat satu atau lebih tanda
 Minuman atau cairan apa yang diberikan  Tentukan berat badan Dan/Atau Masalah
berikut :
Pemberian Minum
kepada bayi ? menurut umur
 Berapa kali diberikan sepanjang pagi,  Adakah luka atau bercak putih (thrush) di  Lakukan asuhan dsar bayi muda
 Barat badan
siang dan malam ? mulut ? BERAT BADAN  Konseling pemberian makanan
berdasarkan umur RENDAH
 Alat apa yang digunakan untuk memberi  Adakah celah bibir / langit- langit ? - Jelaskan pedoman untuk pemberian minum yang aman
rendah MENURUT UMUR
minum bayi ? DAN / ATAU - Identifikasikan kepedulian Ibu atau keluarga tentang pemberian
MASALAH
JIKA BAYI TIDAK ADA INDIKASI DIRUJUK, mintalah ibu untuk mendemonstrasikan minum bayi
 Pemberian minum kurang PEMBERIAN
atau menjelaskan bagaimana penyiapan dan pemberian minum untu bayi MINUM  Jika menggunakan botol, ajari penggunaan cangkir
dari 8 kali/hari
 Jika ada luka atau bercak putih di mulut, nasihati Ibu untuk mengobati di rumah
Dengar dan perhatikan :  menggunakan botol  Kunjungan ulang 2 hari untuk gangguan pemberian ASI dan thrush

 Bagaimana ibu menyiapkan minum bayi, apakah higienis ?  Kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat badan menurut umur
 Cara menyiapkan atau
 Berapa banyak cairan yang diberikan dalam 1x pemberian ?
membersihkan perlengkapan
 Bagaimana ibu membersihkan perlengkapan pemberian minum ? minum bayi tidak sesuai atau
tidak higienis

 Terdapat luka atau bercak


putih (thrush) di mulut

BERAT BADAN
TIDAK RENDAH
DAN TIDAK ADA  Lakukan asuhan dasar bayi muda
MASALAH
 Tidak terdapat  Pujilah ibu karena telah memberikan ASI kepada bayinya
PEMBERIAN
tanda/gejala di atas MINUM dengan benar
TINDAKAN/PENGOBATAN

TINDAKAN/PENGOBATAN UNTUK BAYI MUDA YANG MEMERLUKAN RUJUKAN SEGERA (TINDAKAN PRA
RUJUKAN)

MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN BAYI DAPAT DIRUJUK (SYARAT RUJUKAN): MENANGANI KEJANG DENGAN OBAT ANTI KEJANG

 Jika bayi masih bisa menyusui :  Suhu ≥ 35,5˚C Obat anti kejang pilihan
pertama : Fenobarbital Ibu diminta tetap menyusui bayinya  Denyut jantung ≥ 100 kali per menit (lihat pedoman Obatantikejangpilihan
kedua : Diazepam

 Jika bayi tidak bisa menyusu, tapi masih bisa menelan: resusitasi neonatus)
 Tidak ada tanda dehidrasi berat
Beri ASI, perah dengan cangkir kecil atau sendok atau Fenobarbital Diazepam
ditetesi dengan pipet. Berikan 20-50 ml (10 ml/kg) sebelum 100 mg/2ml (dalam ampul 2 ml) 5 mg/ml
(dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/2 dirujuk. Jika tidak memungkinkan, berikan 20-50 ml (10 ml / MENANGANI GANGGUAN NAPAS PADA PENYAKIT diberikan secara intramuskular ml (dalam
ampul 2 ml) diberikan per rektal
kg) air gula atau susu formula SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT Dosis : 30mg = 0,6 ml  Berat < 2500 gram
 Jika bayi tidak bisa menelan : Diberikan 0,25 ml*
Berikan 20-50 ml (10 ml/kg) ASI perah, atau air gula, atau  Posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika perlu bahu  Berat ≥ 2500
gram
susu formula melalui pipa lambung diganjal gulungan kain Diberikan 0,50 ml*
 Bersihkan jalan napas dengan
menggunakan alat pengisap lendir
 Jika mungkin, berikan oksigen dengan kateter nasal atau
Diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml
CARA MEMBUAT LARUTAN GULA nasal prong dengan kecepatan 2 liter per menit
 Jika kejang timbul lagi (kejang berulang), ulangi pemberian Fenobarbital 1
 Larutkan 4 sdt (20 gram) gula ke dalam 200 ml air matang Jika terjadi henti napas (apneu), lakukan resusitasi, sesuai kali lagi dengan dosis sama, minimal selang waktu 15 menit
 Aduk sampai larut Pedoman Resusitasi Neonatus

MEMBERI ANTIBIOTIK INTRAMUSKULAR


RUJUK adalah pilihan terbaik untuk bayi
dengan klasifikasi PENYAKIT SANGAT BERAT.  Beri dosis pertama antibiotik intramuskular untuk bayi dengan klasifikasi PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI
BERAT dan RUJUK SEGERA
Jika rujukan tidak memungkinkan, lanjutkan -
Berikan dosis pertama AMPISILIN dan GENTAMISIN
pemberian ampisilin dan gentamisin setidaknya
sampai 5 hari. Berikan ampisilin dua kali sehari AMPISILIN GENTAMISIN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 43
pada bayi kurang dari 1 minggu dan 3 kali sehari pada Dosis : 50 mg/kg BB Vial 2 ml berisi 20 mg ATAU tambahkan 6 ml aquadest steril ke dalam vial 2 ml

bayi berusia satu minggu atau lebih, Berikan BeratBadan berisi 80 mg*
(gram)
gentamisin sekali sehari Tambahkan 1,3 ml aquadest steril kedalam Umur < 7 hari umur  7 hari
botol 250 mg Dosis : 5 mg/kg BB Dosis : 7,5 mg/kg BB
(250 mg/1,5ml)
1000 - < 1500 0,4 ml 0,6 ml 0,9 ml
1500 - < 2000 0,5 ml 0,9 ml 1,3 ml
2000 - < 2500 0,7 ml 1,1 ml 1,7 ml
2500 - < 3000 0,8 ml 1,4 ml 2,0 ml
3000 - < 3500 1,0 ml 1,6 ml 2,4 ml
3500 - < 4000 1,1 ml 1,9 ml 2,8 ml
4000 - < 4500 1,3 ml 2,1 ml 3,2 ml
44 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

CARA MENGHANGATKAN TUBUH BAYI METODA KANGURU

Bayi dengan SUHU BADAN < 35,5 ° C, harus segera  Bayi telanjang dada (hanya memakai popok, topi, kaus
dihangatkan sebelumtubuh
Segera keringkan dirujuk. Caranya
bayi sebagai
yang basah berikut:
dengan tangan, kaus kaki), diletakkan telungkup di dada ibu dengan
handuk/kain kering. Ganti pakaian, selimut/kain basah posisi tegak atau diagonal. Tubuh bayi menempel/kontak
dengan yang kering. langsung dengan ibu.
 Hangatkan tubuh bayi dengan METODA KANGURU atau  Atur posisi kepala, leher, dan badan dengan baik untuk
menggunakan cahaya lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 menghindari terhalangnya jalan napas. Kepala menoleh ke
cm sampai suhu normal dan pertahankan suhu tubuh bayi. samping di bawah dagu ibu (ekstensi ringan).
 Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, beri tutup  Tangan dan kaki dalam keadaan fleksi seperti posisi
kepala. Jaga bayi tetap hangat. Hindari ruangan yang "katak" kemudian "fiksasi" dengan selendang.
banyak angin, jauhkan bayi dari jendela atau pintu.  Ibu mengenakan pakaian/blus longgar, sehingga bayi
 Pada bayi dengan gejala HIPOTERMIA BERAT: JIKA dapat berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu,
DALAM 1 JAM SUHU BADAN < 35,5 ° C dengan gunakan selimut.
METODA KANGURU  Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa
 Pada bayi dengan HIPOTERMIA SEDANG: Jika dalam 2 jam melakukan metoda kanguru.
suhu badan 35,5-36 °C RUJUK SEGERA dengan METODA
KANGURU

MENASIHATI IBU CARA MENJAGA BAYI TETAP HANGAT SELAMA PERJALANAN


 Keringkan bayi segera setiap kali basah terkena air atau air kencing dan tinja bayi.
 Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, beri tutup kepala
 Lakukan tindakan mempertahankan suhu dengan METODA KANGURU.
TINDAKAN / PENGOBATAN UNTUK BAYI MUDA
YANG TIDAK MEMERLUKAN RUJUKAN

MEMBERI ANTIBIOTIK ORAL YANG SESUAI


Antibiotik per oral yang sesuai untuk INFEKSI BAKTERI LOKAL : AMOKSISILIN
UMUR AMOKSILIN
atau Berikan 2 kali sehari untuk 5 hari
BERAT BADAN Tablet 250 mg Sirup 125 mg dalam 15 ml

< 1 bulan 1/4 tablet 1/2 sendok takar


(BB < 4
kg)
1 bulan - < 2 bulan 1/2 tablet 1 sendok takar

ARV
(BB 4UNTUK
- < 6 kg)PROFILAKSIS
Berikan jika usia bayi < 72 jam, Jika >72 jam, lakukan pemantauan
Semua bayi lahir dari ibu dengan HIV, baik yang diberi ASI eksklusif maupun susu formula, harus diberi
zidovudin sejak hari pertama (umur 12 jam), selama enam minggu.
Dosis Zidovudine
Č ÖÒŌŊÞ ŐÑǾPMÖM 2 minggu kedua 2 minggu ketiga
Bayi cukup bulan 4 mg/kg BB/ 12jam 4 mg/kg BB/ 12jam 4 mg/kg BB/ 12jam
Bayi prematur < 30minggu 2 mg/kgBB/12 jam 2 mg/kg BB/12jam 4 mg/kg BB/ 12jam
Bayi prematur 30-35minggu 2 mg/kgBB/12 jam 2 mg/kg BB/8jam 4 mg/kg BB/ 12jam

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 45


46 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

ASUHAN DASAR BAYI MUDA


Lakukan, komunikasikan dan pastikan ibu dapat melakukan tindakan berikut ini pada waktu kunjungan rumah atau saat memeriksa bayi di klinik
MENCEGAH INFEKSI MENJAGA BAYI MUDA SELALU HANGAT

 Cuci tangan sebelum atau sesudah memegang bayi  Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
 Bersihkan tali pusat jika basah atau kotor dengan air matang, kemudian keringkan  Setiap kali bayi basah, segera keringkan tubuhnya dan ganti
dengan kain yang bersih dan kering. INGATKAN ibu supaya menjaga tali pusat selalu pakaian/kainnya dengan yang kering.
bersih dan kering  Baringkan di tempat yang hangat dan jauh dari jendela atau
 Jaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikannya setelah suhu stabil. pintu. Beri alas kain yang bersih dan kering di tempat untuk
Gunakan sabun dan air hangat, bersihkan seluruh tubuh dengan hati-hati pemeriksaan bayi, termasuk timbangan bayi.
 Hindarkan bayi baru lahir kontak dengan orang sakit, karena sangat rentan tertular  Jika tidak ada tanda-tanda hipotermia, mandikan bayi 2 kali
penyakit. sehari (tidak boleh lebih).
 Minta ibu untuk memberikan kolostrum karena mengandung zat kekebalan tubuh.  Selesai memandikan, segera keringkan tubuh bayi. Kenakan
 Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin hanya ASI saja sampai 6 bulan. Bila pakaian bersih dan kering, topi, kaus tangan, kaus kaki dan
bayi tidak bisa menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan cangkir/sendok. selimut jika perlu
Hindari pemakaian botol dan dot karena dapat meningkatkan risiko terjadinya  Minta ibu untuk meletakkan bayi di dadanya sesering mungkin
infeksi saluranMEMBERI
cerna. ASI SAJA SESERING MUNGKIN dan tidur bersama ibu.
 Pada BBLR atau suhu < 35,5 °C, hangatkan bayi dengan
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi METODA KANGURU atau dengan lampu 60 watt berjarak
 Minta ibu untuk memberi ASI saja sesering mungkin minimal 8 kali sehari, siang minimal 60 cm dari bayi.IMUNISASI
ataupunmalam.
 Menyusui dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian  Segera beri imunisasi HB0 sebelum bayi berumur 7 hari
 Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya  Beri imunisasi BCG dan Polio 1 ketika bayi berumur 1 bulan
 Jika bayi telah tidur selama 2 jam, minta ibu untuk membangunkannya dan langsung (kecuali bayi lahir di Rumah Sakit, imunisasi diberikan sebelum
disusui dipulangkan)
 Minta ibu untuk meletakkan bayi di dadanya sesering mungkin dan tidur bersama ibu  Tunda pemberian imunisasi pada Bayi Muda yang mempunyai
 Ingatkan ibu dan anggota keluarga lain untuk membaca kembali hal-hal tentang klasifikasimerah.
pemberianASI di Buku KIA
 Minta ibu untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
KONSELING BAGI IBU /KELUARGA MENGAJARI IBU
UNTUK MENGOBATI INFEKSI LOKAL DI RUMAH

Ada 2 Jenis INFEKSI BAKTERI LOKAL pada bayi muda yang CARA MENGOBATI LUKA ATAU "THRUSH" DI MULUT
dapat diobati di rumah
Lakukan empat kali sehari selama 7 hari
 Infeksi kulit atau pusar  Cuci tangan sebelum mengobati bayi
 Infeksi mata  Bersihkan mulut bayi dengan ujung jari yang terbungkus kain bersih dan
telah dicelupkan ke larutan air matang hangat bergaram (1 gelas air
Langkah-langkah yang perlu dilakukan ketika mengajari ibu : hangat ditambah seujung sdt garam)
 teteskan 1 ml suspensi nistatin di mulut 4 kali sehari
 Jelaskan cara memberi pengobatan tersebut  Cuci tangankembali
 Amati cara ibu mempraktikkan
 Cek pemahaman ibu sebelum pulang
 Nasihati ibu untuk kembali jika infeksi bertambah parah
CARA MENGOBATI INFEKSI KULIT ATAU PUSAR CARA MENGOBATI INFEKSI MATA

Lakukan dua kali sehari selama 5 hari  Cuci tangan sebelum mengobati bayi
 Cuci tangan sebelum mengobati bayi
 Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara  Bersihkan kedua mata bayi 3 kali sehari menggunakan kapas/kain bersih
hati-hati dengan air hangat
 Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering  Beri salep tetrasiklin 1% atau kloramfenikol 0,25% pada kedua mata
 Olesi dengan Povidon Iodine  Oleskan salep atau teteskan obat mata pada bagian dalam kelopak mata
 Cuci tangankembali bawah
 Cuci tangankembali
 Obati sampai kemerahan hilang

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 47


48 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

KONSELING BAGI IBU/KELUARGA

MENGAJARI IBU MENYUSUI DENGAN BAIK MENGAJARI IBU CARA` MEMERAH ASI

 Tunjukan kepada ibu cara memegang bayinya atau posisi bayi yang benar Minta ibu untuk
Mencuci :
tangan pakai sabun.
 Mengatur posisi sehingga nyaman.
 Sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja  Memegang wadah bermulut lebar di bawah puting dan areola.
 Kepala dan tubuh bayi lurus  Meletakkan jempol di bagian atas payudara, jari telunjuk dan jari lainnya
 Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan menopang di sisi bagian bawah sehingga posisinya berlawanan (setidaknya 4
puting susu cm dari puncak puting).
 Dekatkan badan bayi ke badan ibu  Tekan dan lepaskan jaringan payudara antara jempol dan telunjuk beberapa
kali.
 Tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya :  Jika ASI tidak keluar, ganti posisi jempol dan telunjuk mendekati puting, lalu
tekan dan lepaskan seperti sebelumnya.
 Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi  Tekan dan lepaskan mengelilingi payudara, jaga agar jarak jari dan puting
 Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar tetap. Hati-hati jangan menekan puting atau mengurut payudara.
 Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa sehingga bibir  Perah satu payudara sampai ASI hanya menetes, lalu perah payudara lainnya
bawah bayi terletak di bawah puting susu sampaiASI hanya menetes.
 Perah bergantian 5-6 kali, setidaknya selama 20-30 menit
 Cara melekatkan yang benar ditandai dengan :  Berhenti memerah jika ASI tidak mengalir lagi tapi hanya menetes dari awal
MENGAJARI IBU CARA MENINGKATKAN PRODUKSI ASI
 Dagu menempel pada payudara ibu
 Mulut bayi terbuka lebar Cara meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering mungkin 
 Bibir bawah bayi membuka keluar Menyusui lebih sering lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi 
 Areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bagian bawah Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian
 Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara
 Bayi menghisap dengan efektif jika bayi menghisap secara dalam, teratur lainnya
yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara  Jika bayi telah tidur selama 2 jam, bangunkan dan langsung disusui
bayimenelan

 Amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi sudah
mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah sekali lagi.
MENGAJARI IBU UNTUK MENJAGA BAYI BERAT BADAN MENASIHATI IBU KAPAN KEMBALI SEGERA
RENDAH TETAP HANGAT DI RUMAH Nasihati ibu agar kembali segera, jika bayi menunjukkan salah satu
gejala berikut ini:
 Pertahankan bayi agar di tempat tidur yang sama dengan ibu.
 Tutup pintu dan jendela agar udara dingin tidak masuk.  Gerakanbayi berkurang
 Ketika memandikan bayi, lakukan di ruangan yang hangat  Napas cepat
dengan air hangat, keringkan segera setelah memandikan dan  Sesaknapas/sukar bernapas
pakaikan baju sesegera mungkin.  Perubahan warna kulit (kebiruan, kuning)
 Ganti pakaian jika basah  Malas/tidak bisa menyusu atau minum
 Lakukan metoda kanguru sesering mungkin, baik siang  Badanteraba dingin
maupun malam.  Timbul demam
 Ketika tidak dalam METODA KANGURU, jaga agar bayi  Telapak kaki dan tangan terlihat kuning
tetap berpakaian atau dibungkus sepanjang waktu.  Bertambah parah
Pakainkan topi dan kaos kaki, bungkus bayi dengan longgar Bayi dengan : Kunjungan Ulang
menggunakan kain kering yang lembut dan selimuti.  Ikterus 2 hari
 Periksa dengan teratur tangan dan kaki bayi. Jika teraba  Infeksi bakteri lokal 2 hari
dingin, hangatkan bayi kembali dengan METODA  Diare dehidrasi ringan/sedang 2 hari
KANGURU
 Diare tanpa dehidrasi 2 hari
 Susui bayi dengat teratur (atau berikan ASI perah dengan
MENASIHATI
cangkir) IBU TENTANG KESEHATAN DIRINYA  Masalah pemberian ASI 2 hari
 Luka atau bercak putih di mulut (thrush) 2 hari
 Pemberian vitamin A 200.000 IU perhari selama 2 hari kepada ibu  Berat badan rendah menurut umur 2 hari
selama masa nifas
 KB pasca persalinan, gizi seimbang dan lain-lain sesuai hasil  Infeksi HIV terkonfirmasi
Sesuai dengan
penilaian kesehatan ibu sebelumnya  Pajanan HIV
pedoman nasional

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 49


50 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

ALTERNATIF PEMBERIAN MINUM


PEMBERIAN MINUM DENGAN CANGKIR

 Letakkan kain bersih di atas pakaian bayi, untuk melindungi pakaian bayi dari tumpahan susu
 Posisikan bayi sedikit tegak di pangkuan ibu
 Ukur jumlah susu dalam cangkir
 Pegang cangkir dan letakkan mulut cangkir di bibir bawah bayi
 Sentuhkan tepi cangkir sampai susu menyentuh bibir bayi
 Biarkan bayi menghisap susu sesuai keinginannya, jangan menuangkan susu ke dalam mulut bayi
 bayi akan bangun, membuka mulut dan mata, kemudian mulai minum
 Bayi akan menghisap susu dan ada sedikit yang tumpah
 Bayi kecil akan memasukkan susu ke mulutnya dengan lidahnya
 Bayimenelan susu
 Bayi akan selesai minum bila sudah menutup mulut atau pada saat sudah tidak tertarik lagi terhadap susu
 Bila bayi tidak menghabiskan susu yang sudah ditakar :
 Berikan minum dalam waktu lebih lama
 Ajari ibu untuk menghitung jumlah susu yang diminum dalam 24 jam, tidak hanya sekali minum

 Apabila ibu tidak bisa memerah ASI dalam jumlah cukup untuk beberapa hari pertama atau tidak bisa menyusui sama sekali, gunakan
salah satu alternatif :
 BerikanASI donor
 Berikan susuformula

 Bayi mendapatkan minum dengan cangkir secara cukup apabila bayi menelan sebagian besar susu dan menumpahkan sebagian kecil
serta berat badannya meningkat
JUMLAH SUSU YANG DIBERIKAN DENGAN CANGKIR

 Mulai dengan 80 ml/kgBB/hari


Selanjutnya tingkatkan volume 10-20 ml/kgBB setiap hari
 Hitung masukan cairan dalam 24 jam, dibagi menjadi 8 kali pemberian
 Untuk bayi sakit atau kecil, berikan setiap 2 jam
PELAYANAN TINDAK LANJUT
Lakukan penilaian untuk klasifikasi "penyakit sangat berat" pada kunjungan ulang
INFEKSI BAKTERI LOKAL IKTERUS

Setelah 2 hari : Sesudah 2hari:


Periksa : Lakukan penilaian lengkap  Lihat ikterus. Apakah telapak tangan dan kaki terlihat kuning?

 Periksa mata, apakah bernanah, apakah nanah bertambah banyak ? Periksa : Lakukan penilaian lengkap
 Periksa pusar, apakah merah/keluar nanah? Apakah merah meluas lebih
dari 1 cm? Tindakan :
 Periksa pustul pada kulit
 Jika telapak tangan dan kaki terlihat kuning, RUJUK
Tindakan :  Jika telapak tangan dan kaki tidak kuning, tapi ikterus tidak berkurang, nasihati
ibu perawatan di rumah dan minta untuk kembali dalam 1 2 hari
 Jika menetap atau bertambah parah, RUJUK SEGERA.  Jika ikterus mulai berkurang, minta ibu untuk melanjutkan perawatan di
 Jika membaik, lanjutkan pengobatan infeksi lokal di rumah sampai rumah. Minta untuk kunjungan ulang dalam 14 hari. Jika ikterus berlanjut sampai
seluruhnya 5hari lebih dari usia 2 minggu, rujuk untuk penilaian lebih lanjut.
BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR
 Untuk pustul kulit dan pusar bernanah teruskan pemberian
antibiotik oral dan pengobatan topikal Sesudah 14 hari :
 Untuk
DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
mata bernanah, lanjutkan obat tetes/salep mata Periksa : Lakukan penilaian lengkap. Jika tidak ada indikasi RUJUK
DIARE TANPADEHIDRASI
 Tetapkan apakah berat badan menurut umur masih rendah?
 Jika berat
 Lakukan badan
penilaian tidak
cara lagi rendah menurut umur, puji ibu dan semangati
menyusui
Sesudah 2 hari :
untuk melanjutkan pemberian ASI
Tanyakan : Apakah diare berhenti?  Jika masih berat badan rendah menurut umur , tapi menyusui baik, puji
Periksa : Lakukan penilaian lengkap
ibu. Minta ibu untuk kembali membawa anaknya untuk ditimbang dalam 14
Apakah Berat Badan turun ≥10% dari kunjungan sebelumnya ?
hari atau ketika kembali untuk imunisasi, pilih mana yang lebih cepat
 Jika masih berat badan rendah menurut umur dan masih ada masalah
Tindakan menyusui, konseling ibu tentang masalah menyusui. Minta ibu untuk kembali
membawa anaknya untuk ditimbang dalam 14 hari (atau ketika kembali
untuk imunisasi, jika masih dalam 14 hari) lanjutkan memeriksa anak setiap
Jika didapatkan klasifikasi DIARE DEHIDRASI BERAT atau berat badan beberapa minggu sampai bayi dapat menyusu dengan baik dan berat badan
turun ≥10%, lakukan tindakan/pengobatan sesuai bagan
Kecualimeningkat
: secara reguler dan tidak ada lagi berat rendah menurut umur.
 Jika didapatkan klasifikasi DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG, Jika diduga pemberian ASI tidak akan membaik, atau jika berat badan menurun,
lakukan Rencana Terapi B RUJUK
 Jika didapatkan klasifikasi DIARE TANPA DEHIDRASI, lakukan
Rencana TerapiA
 Jika tidak ada diare, pujilah ibu dan diminta untuk melanjutkan
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015 BUKU BAGAN 51
pemberianASI
52 BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) - 2015

MASALAH PEMBERIANASI LUKA ATAU BERCAK PUTIH (THRUSH) DI MULUT


Sesudah 2hari
Nilai kembali pemberian ASI
Sesudah 2 hari :
Tanya : Masalah pemberian ASI yang ditemukan saat kunjungan pertama
Periksa : lakukan penilaian lengkap 
Periksa : lakukan penilaian lengkap
Penilaian tentang cara menyusui 
Jika bayi
Tindakan : sudah dapat menyusu dengan baik, puji ibu dan beri motivasi untuk meneruskan Bagaimana thrush saat ini?
pemberian ASI dengan baik
 Jika masih terdapat masalah pemberian ASI, RUJUK SEGERA
 Konseling ibu tentang masalah pemberian ASI baik yang baru maupun yang ada Tindakan:
sebelumnya. Jika diharapkan ada perubahan dalam menyusui, minta ibu untuk membawa
bayinya kembali.  Jika thrush bertambah parah, RUJUK SEGERA
 Jika bayi berat badan rendah menurut umur, minta ibu untuk kunjungan ulang dalam 14
hari. Lanjutkan kunjungan ulang sampai berat badan bayi naik dengan baik.  Jika bayi memiliki masalah dalam menyusu, RUJUK SEGERA
Perhatian :  Jika thrush menetap atau membaik dan bayi menyusu dengan
Jika saudara tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian ASI atau berat badan bayi baik, lanjutkan pemberian gentian violet 0,25%/Nistatin
menurun, RUJUK SEGERA.
suspensi sampai seluruhnya 7 hari
FORMULIR PENCATATAN BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Tanggal Kunjungan : Alamat :


Nama Anak:
L/P Nama Ibu:
Umur: Bulan Tahun BB:
o
kg PB/TB: cm Suhu: C
Anak sakit apa? Kunjungan Pertama Kunjungan
Ulang
PENILAIAN TINDAKAN/
KLASIFIKASI
(Lingkari semua gejala yang ditemukan) PENGOBATAN

MEMERIKSA TANDA BAHAYAUMUM


• Tidak bisa minum/menyusu • Letargis atau tidak sadar
• Memuntahkan semuanya • Ada stridor
• Kejang • Biru ( cyanosis )
• Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin
APAKAH ANAK BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS ? Ya
Tidak

• Berapa lama? hari • Hitung napas dalam 1 menit


kali / menit. Napas Cepat ?
• Ada tarikan dinding dada kedalam
• Ada wheezing
• Saturasi oksigen
APAKAH ANAK DIARE ? Ya Tidak
• Berapa lama? hari
• Adakah darah dalam tinja? • Keadaan umum anak :
- Letargis atau tidak sadar
- Gelisah atau rewel
• Mata cekung
• Beri anak minum :
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Haus, minum dengan lahap
• Cubit kulit perut, apakah kembalinya :
- Sangat lambat (lebih dari 2 detik)
- Lambat (masih sempat terlihat lipatan kulit)
APAKAH ANAK DEMAM ? Ya
Tidak

(anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu= 37,5oC)


Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi - Rendah - Tanpa Risiko Jika Daerah Tanpa
Risiko, tanyakan riwayat bepergian ke daerah resiko malaria dalam 2 minggu
terakhir dan tentukan daerah risiko sesuai tempat yang dikunjungi.
• Sudah berapa lama? hari • Lihat dan periksa adanya kaku kuduk
• Jika lebih dari 7 hari, apakah • Lihat adanya pilek
demam terjadi setiap hari? • Lihat adanya penyebab demam oleh bakteri
• Apakah pernah sakit malaria • Lihat adanya tanda-tanda Campak saat ini:
atau minum obat malaria? - Ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh
• Apakah anak sakit campak DAN
dalam 3 bulan terakhir? - Terdapat salah satu tanda berikut:
batuk, pilek, mata merah, dan/atau
diare

LAKUKAN TES MALARIA jika tidak ada klasi?kasi penyakit berat :


• pada semua kasus demam di daerah risiko tinggi
• pada daerah risiko rendah jika tidak ditemukan penyebab pasti demam
Jika anak sakit campak saat ini atau
dalam 3 bulan terakhir : • Lihat adanya luka di mulut
Jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari, tanya dan periksa :
• Apakah demam mendadak tinggi • Periksa tanda-tanda syok :
dan terus menerus? Ujung ekstremitas teraba dingin
• Apakah ada bintik merah di kulit DAN nadi sangat lemah atau tidak teraba
atau perdarahan hidung/gusi? • Lihat adanya perdarahan dari hidung/gusi
• Apakah anak sering muntah? atau bintik perdarahan di kulit (petekie)
• Apakah muntah dengan darah • Jika petekie sedikit DAN tidak ada tanda lain
atau seperti kopi? dari DBD, lakukan uji torniket, jika mungkin
• Apakah berak berwarna hitam? Hasil uji torniket: positif negatif

• Apakah nyeri ulu hati atau gelisah? • Jika petekie sedikit TANPA tanda lain dari DBD
DAN uji torniket tidak dapat
dilakukan, klasifikasikan sebagai
DBD.

APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA ? Ya


Tidak

• Apakah ada nyeri telinga? • Lihat adanya cairan atau nanah


• Adakah rasa penuh di telinga? keluar dari telinga
• Adakah cairan/nanah keluar dari • Raba adanya pembengkakan yang nyeri
telinga? Jika ya, berapa hari? hari di belakang telinga

MEMERIKSA STATUS GIZI


• Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung kaki
• Tentukan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
- BB menurut PB atau TB : < -3 SD
- BB menurut PB atau TB : -3 SD sampai -2 SD
- BB menurut PB atau TB : = -2 SD
• Tentukan lingkar lengan atas (LiLA)
- LiLA < 11,5cm
- LiLA 11,5 cm - 12,5 cm
- LiLA = 12,5cm
• Jika BB menurut PB atau TB < -3 SD ATAU Lingkar Lengan Atas < 11,5 cm, periksa komplikasi
medis :
- Apakah ada tanda bahaya umum?
- Apakah ada klasifikasi berat?
Jika tidak ada komplikasi medis, nilai pemberian ASI pada anak umur < 6 bulan
- Apakah anak memiliki masalah pemberian ASI?
MEMERIKSA ANEMIA
• Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan, apakah tampak: - Sangat pucat?
- Agakpucat?
MEMERIKSA STATUS HIV
Tentukan Daerah Risiko HIV : Epidemi Meluas - Epidemi Terkonsentrasi
Jika Daerah Epidemi Meluas,
• Apakah anak atau ibu pernah diperiksa HIV? Ya Tidak
Jika Ya, tentukan status HIV
- Ibu : Positif Negatif
- Anak : Tes Virologis Positif Negatif
Tes Serologis Positif Negatif
• Jika Ibu HIV positif & Anak HIV negatif ATAU tidak diketahui, tanyakan :
- Apakah anak mendapatkan ASI pada saat dilaksanakan tes atau dalam 6
minggu sebelum tes? Ya Tidak

- Apakah anak masih mendapatkan ASI? Ya Tidak


Jika Ya, tanyakan: Apakah Ibu dan anak dalam ARV profilaksis? Ya Tidak
Jika Daerah Epidemi Terkonsentrasi,
• Lihat klasifikasi anak, apakah terdapat klasifikasi berat lain ?
• Apakah terdapat Gizi Buruk Tanpa Komplikasi yg tidak membaik dg pengobatan standar?
• Apakah terdapat minimal 2 dari :
- Oral thrush
- Pneumonia berat
- Sepsis berat
- Kematian ibu yang berkaitan dengan HIV atau penyakit HIV yang lanjut pada ibu
• Apakah anak pernah menderita Tuberkulosis atau mendapat OAT berulang?
• Apakah anak mengalami riwayat Gizi Buruk berulang?
• Apakah anak mengalami riwayat Pneumonia berulang?
• Apakah anak mengalami riwayat Diare Kronis atau diare berulang?
• Apakah anak pernah dites HIV? Ya Tidak
Jika Ya, bagaimana hasilnya? Tes Virologis Positif Negatif

Tes Serologis Positif Negatif

Jika Tidak, lakukan Test.

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI


Lingkari imunisasi yang dibutuhkan hari ini, beri tanda v jika sudah diberikan.

BCG HB 0 Polio 1 Polio 2 Polio


3 Polio 4

DPT-HB-Hib 1 DPT-HB-Hib 2 DPT-HB-Hib 3 IPV

Campak DPT-HB-Hib (lanjutan) Campak


(lanjutan)

MEMERIKSA PEMBERIAN VITAMIN A Dibutuhkan vitamin A : Ya


Tidak

MENILAI MASALAH ATAU KELUHAN LAIN

LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN


Jika anak berumur < 2 TAHUN atau GIZI KURANG atau GIZI BURUK TANPA KOMPLIKASI
atau ANEMIA DAN anak tidak akan dirujuk segera.
• Apakah ibu menyusui anak ini? Ya Tidak
Jika ya, berapa kali sehari? kali
Apakah menyusui juga di malam hari? Ya Tidak
• Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Ya
Tidak Jika ya, makanan atau minuman apa?
Berapa kali sehari?
kali
Alat apa yang digunakan untuk memberi minum anak?

• Jika anak GIZI KURANG atau GIZI BURUK TANPA KOMPLIKASI :

Berapa banyak makanan atau minuman yang diberikan pada anak? Apakah anak

mendapat makanan tersendiri? Ya Tidak


Siapa yang memberi makan dan bagaimana caranya?

• Selama sakit ini, apakah ada perubahan pemberian makan? Ya

Tidak
F O R M U L I R PENCAT AT AN BAYI M U D A U M U R K U R A N G D A R I 2 B U L A N

Tanggal K unj ungan R u m a h : Alamat:

N a m a Bayi:

L / P N a m a Ibu:

Tgl Lahir/Umur:

o
BB: gram PB: cm Suhu: C

Bayi sakit a p a ? Kunj.Pertama Kunj.Ulang KN :


1 / 2 /3
PENILAIAN
KLASIFIKASI TINDAKAN /
(Lingkari s e m u a gejala y a n g ditemukan)
PENGOBATAN

M E M E R I K S A K E M U N G K I N AN PENYAKIT SANGAT BERAT


AT AU I NF EKSI B AK T E R I

• Bayi tidak m a u m i n u m atau m e m u nt ah k a n s e m ua .


• A d a ri wayat k ej ang.
• B a y i b e r g e r a k h a n y a keti ka di sti m ul asi .
• Bayi tidak bergerak s a m a sekali.
• Hitung napas dal am 1 menit kali
/ m e n i t U l a n g i jika = 6 0 kali / m e n i t
Hitung napas kedua kali / m e n i t
A p a k a h : - N a p a s c e p a t ( = 6 0 kal i/menit), a t a u
- N a p a s l a m b a t ( < 3 0 kal i/menit)
• Tarikan di ndi ng d a d a k e d a l a m y a n g sa n g a t kuat.
o
• Suhu tubuh = 37,5 C

• Suhu tubuh < 35,5 o


C
• Mata bernanah banyak.
• M a t a b e r n a n a h sedikit.
• Pusar kem erahan meluas ke dinding perut > 1 cm.
• Pusar kemerahan atau bernanah.
• A d a pustul di kulit

MEMERIKSA IKTERUS

• K u n i n g t i m b u l h a r i p e r t a m a ( < 2 4 j a m ) s e t e l a h lahir.
• K uni ng p a d a u m u r = 2 4 j am sam pai d e n g an 1 4 hari .
• K uni ng p a d a u m u r lebih dari 1 4 hari.
• K uni ng sam pai telapak t angan atau telapak kaki.
• K uni ng tidak sam pai telapak t angan atau kaki.
• Tinja ber war na pucat.

A P A K A H BAYI D I A R E ? Ya
Tidak

• Bayi s u d a h diare sel am a hari.


• K e a d a a n u m u m bayi:
- Letargis at au tidak sadar.
- G el i sah at au rewel .
• Mata cekung.
• C u b i t a n kulit p e r u t k e m b a l i n y a :
- S a n g a t l a m ba t (> 2 detik)
- L a m b a t ( m a s i h s e m p a t terlihat l i pat an kulit)

MEMERIKSA HIV

• A p a k a h bayi m u d a at au ibu p e r n a h diperiksa H I V ?


Bayi: ya tidak Ibu: ya tidak
• Jika Ya, tentukan status HIV :
- Ibu : Positif Negatif
- Bayi: Virologis Positif Negatif
Serologis Positif Negatif

• Jika ibu positif HIV dan tidak ada hasil tes virologis positif

pada anak, tanyakan :


- Apakah bayi mendapat ASI saat ini ? Ya Tidak
Jika Tidak, kapan bayi berhenti menyusu ?
= 6 minggu > 6minggu
- Apakah bayi mendapat ASI pada saat pemeriksaan atau
sebelumnya ? Ya Tidak

- Apakah ibu dan bayi mendapatkan ARV ?


Ibu : Ya Tidak
Bayi : Ya Tidak

• Jika status HIV Ibu dan Bayi tidak diketahui, lakukan Tes

Serologis HIV pada Ibu.

M EM ERIKSA KEM UNGKINAN BERAT BADAN RENDAH


DAN M ASALAH PEMBERIAN ASI/MINUM

• Berat badan menurut umur - Rendah: = -2 SD :


- Tidak rendah: > -2 SD :
• Apakah bayi diberi ASI? Ya Tidak
Jika bayi diberi ASI
- Berapa kali dalam 24 jam? kali.
- Apakah bayi diberi makanan atau minuman lain
selain ASI? Ya Tidak
Jika Ya, apa yang diberikan?
berapa kali dalam 24 jam? kali.
alat apa yang digunakan, botol atau cangkir?
- Khusus ibu HIV positif, tanyakan:
Apakah ibu memberi ASI penuh? Ya Tidak
Jika tidak, cairan apa yang diberikan untuk
menambah atau menggantikan ASI?
Jika bayi tidak diberi ASI
- Minuman atau cairan apa yang diberikan?
- Berapa kali dalam 24 jam? kali.
- Alat apa yang digunakan, botol atau cangkir ?

• Terdapat luka atau bercak putih (thrush) di mulut.


• Terdapat celah bibir / langit-langit.

Jika bayi diberi ASI DAN tidak akan dirujuk,


LAKUKAN PENILAIAN TENTANG CARA MENYUSUI.
• Bersihkan hidung bayi jika tersumbat.
• Amati dengan seksama ketika ibu menyusui bayi.
• Tentukan apakah bayi menyusu dengan baik?
a. posisi benar - posisi salah
b. melekat dengan baik- tidak melekat dengan baik
- tidak melekat sama sekali
c. mengisap dengan efektif - tidak efektif mengisap
- tidak mengisap sama sekali

Jika bayi tidak diberi ASI DAN tidak akan dirujuk,


LAKUKAN PENILAIAN TENTANG PEMBERIAN MINUM.
• Amati cara ibu menyiapkan dan memberikan minum:
a. Apakah higienis? Ya Tidak
b. Jumlah cairan yang diberikan? Cukup Tidak
c. Membersihkan perlengkapan? Sesuai Tidak

M EM ERIKSA STATUS VITAMIN K1 Vit K1 diberikan hari ini


Diberikan segera setelah lahir ya tidak

M EM ERIKSA STATUS IMUNISASI(Lingkari yg dibutuhkanhariini) Imunisasi yang diberikan


HB-0 BCG POLIO 1

M EM ERIKSA M ASALAH / KELUHAN LAIN

Nasihati kapan kembali segera


Kunjungan ulang :

hari
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT PANJANG BADAN (BB/PB)
ANAK LAKI-LAKI UMUR 0-24 BULAN
 BB/PB atau BB/TB < - 3 SD GIZI BURUK
 LiLA <11,5 cm
DENGAN
KOMPLIKASI
 BB/PB atau BB/TB < - 3 SD GIZI BURUK
 LiLA < 11,5cm
TANPA
KOMPLIKASI
 BB/PB atau BB/TB - 3 SD - < -2SD GIZI
 LiLA 11,5 cm - <12,5 cm
KURANG

WHO, 2006
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB) ANAK
LAKI-LAKI UMUR 2-5 TAHUN
 BB/PB atau BB/TB < - 3 SD GIZI BURUK
 LiLA <11,5 cm
DENGAN
KOMPLIKASI
 BB/PB atau BB/TB < - 3 SD GIZI BURUK
 LiLA < 11,5cm
TANPA
KOMPLIKASI
 BB/PB atau BB/TB - 3 SD - < -2SD GIZI
 LiLA 11,5 cm - <12,5 cm
KURANG

WHO, 2006
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT PANJANG BADAN (BB/PB) ANAK
PEREMPUAN UMUR 0-24 BULAN
 BB/PB atau BB/TB < - 3 SD GIZI BURUK
 LiLA <11,5 cm
DENGAN
KOMPLIKASI
 BB/PB atau BB/TB < - 3 SD GIZI BURUK
 LiLA < 11,5cm
TANPA
KOMPLIKASI
 BB/PB atau BB/TB - 3 SD - < -2SD GIZI
 LiLA 11,5 cm - <12,5 cm
KURANG

WHO, 2006
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB) ANAK
PEREMPUAN UMUR 2-5 TAHUN
 BB/PB atau BB/TB < - 3 SD GIZI BURUK
 LiLA <11,5 cm
DENGAN
KOMPLIKASI
 BB/PB atau BB/TB < - 3 SD GIZI BURUK
 LiLA < 11,5cm
TANPA
KOMPLIKASI
 BB/PB atau BB/TB - 3 SD - < -2SD GIZI
 LiLA 11,5 cm - <12,5 cm
KURANG

WHO, 2006
GRAFIK PANJANG BADAN MENURUT UMUR (PB/U) ANAK
LAKI-LAKI UMUR 0-6 BULAN

WHO, 2006
GRAFIK PANJANG BADAN MENURUT UMUR (PB/U) ANAK
LAKI-LAKI UMUR 6 BULAN-2 TAHUN

WHO, 2006
GRAFIK TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) ANAK
LAKI-LAKI UMUR 2-5 TAHUN

WHO, 2006
GRAFIK PANJANG BADAN MENURUT UMUR (PB/U) ANAK
PEREMPUAN UMUR 0-6 BULAN

WHO, 2006
GRAFIK PANJANG BADAN MENURUT UMUR (PB/U) ANAK
PEREMPUAN UMUR 6 BULAN-2 TAHUN

WHO, 2006
GRAFIK TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) ANAK
PEREMPUAN UMUR 2-5 TAHUN

WHO, 2006
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) ANAK
PEREMPUAN UMUR 0-6 BULAN

WHO, 2006
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) ANAK
LAKI-LAKI UMUR 0-6 BULAN

WHO, 2006
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI
UNDANG-UNDANG

PASAL-PASAL dalam KUHP yg mengancam kejahatan ini :


• pasal 341 KUHP : pembunuhan anak sendiri tanpa rencana ( maksimum
7 tahun penjara )

• pasal 342 KUHP : pembunuhan anak sendiri dengan rencana (


maksimum 9 tahun penjara )
UNDANG-UNDANG (2)
• pasal 343 KUHP : orang lain yang melakukannya / turut melakukan (
pembunuhan biasa )

• pasal 305 KUHP : membuang (menelantarkan) anak dibawah usia 7 tahun (


maksimum 5 tahun 6 bulan)

• pasal 306 KUHP : bila berakibat luka berat atau mati (maksimum 7 ½
tahun s/d 9 tahun )
UNDANG-UNDANG (3)
• pasal 307 KUHP : bila pelaku pada pasal 305 KUHP adalah ayah / ibu
ditambah sepertiganya

• pasal 308 KUHP : ibu membuang anaknya yang baru lahir ( seperdua
dari pasal 305 & 306 KUHP )

• pasal 181 KUHP : menyembunyikan kelahiran / kematian ( 9 bulan )


PENGERTIAN
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI
Beberapa pengertian dalam unsur PAS
1. Pengertian PEMBUNUHAN harus membuktikan : a. Lahir hidup
b. Kekerasan
c. Sebab kematian akibat
2. Pengertian BARU LAHIR harus ada penilaian :
a. Cukup bulan atau belum, dan berapa usia kehamilan
b. Berapa usia pasca lahir
c. Laik hidup (viable) atau belum (non-viable)
3. Pengertian TAKUT DIKETAHUI diasosiasikan :
a. Belum timbul kasih sayang di ibu kepada anak
b. b. Belum tampak tanda-tanda perawatan
anggapan ini ingin mengatakan bahwa adanya perawatan menunjukan telah
timbul kasih sayang ibu kepada anaknya sehingga dapat diartikan rasa takut
diketahui telah melahirkan hilang

3. Pengertian SI-IBU MEMBUNUH ANAKNYA SENDIRI mengharuskan kita


dapat membuktikan apakah mayat anak yang diperiksa adalah anak dari
tersangka ibu yang diajukan
PEMERIKSAAN LUAR
BAYI BARU LAHIR DAN BELUM DIRAWAT

• Berlumuran darah
• Verniks kaseosa
• Tali pusat belum diikat merupakan
petunjuk terpenting dalam keadaan
belum dirawat
MAMPU HIDUP DILUAR KANDUNGAN

• 28 minggu atau lebih


• Berat badan 1000 gram atau lebih
• Panjang badan kepala-tumit 35 cm atau lebih
• Lingkar kepala oksipito-frontal 23 cm atau lebih
• Tidak mengandung cacat bawaan yang tidak memungkinkannya untuk hidup
(incompatible with life)
BAYI CUKUP BULAN

USIA KANDUNGAN 37 MINGGU - 42 MINGGU


• Ukuran antropometrik :
• Berat badan 2500 gram - 4000 gram
• Panjang Badan Kepala-Tumit 46 cm – 50 cm
• Lingkar.kepala Oksipito-frontal 30 cm atau lebih
• Diameter dada (antero-posterior) 8 cm – 9 cm
• Diameter perut (antero-posterior) 7 cm – 8 cm
• Lingkar dada 30 cm – 33 cm
• Lingkar perut 28 cm – 30 cm
CIRI BAYI SUDAH PERNAH BERNAFAS

1. Dada telah mengembang


2. Diafragma telah turun ke sela iga 4 – 5 atau 5 – 6
3. Tepi paru menumpul, berat 1/ 35 berat badan akibat padatnya
vaskularisasi paru (paru lahir mati 1/70 berat badan )
4. Gambaran paru-paru mozaik (bercak merah tidak homogen pada dasar
merah tua)
5. Derik udara paru (krepitasi), perabaan spons
6. Uji apung paru positif
7. Uji apung usus (Berslau’s second life test) positif
UJI APUNG PARU

• Hasil baik, bila belum ada pembusukan


• Uji pengapungan mulai dilakukan pada alat dalam leher (diikat dulu)
dan alat dalam dada
• Berturut - turut diuji apung : kedua paru dipisahkan dari trakea, tiap
lobus paru, dan kemudian dipotong kecil - tipis jaringan perifer paru
• Bila potongan kecil – tipis mengapung diletakan dalam karton lalu
diinjak tanpa diputar dan dimasukan kedalam air lagi.
• Tujuan diinjak untuk mengeluarkan udara/gas selain residu udara.
UJI APUNG PARU
• Volume residu hanya keluar bila alveoli rusak.
• Tetap terapung berarti terdapat udara volume residu atau dikatakan sebagai
uji apung paru positif
– Positip berarti : pernah bernafas = lahir hidup
– Negatip berarti :
• Mungkin belum pernah bernafas = lahir mati
• sudah bernapas: resorbsi pd asfiksia / apnoe lama
pneumonia lobaris
segera tenggelam pd kelahiran
pembusukan lanjut

Pemeriksaan Mikroskopis HARUS dilakukan untuk menarik


kesimpulan akhir dengan benar terutama bila hasil negatif
TANDA – TANDA PERAWATAN
1. Tali pusat terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi antiseptik dan
verban (bisa hilang sblm diperiksa).
2. Jalan nafas bebas.
3. Vernix kaseosa tidak ada lagi.
4. Berpakaian.
5. Air susu di dalam saluran cerna.

Ditemukan tanda no 1 saja diatas sudah cukup membuktikan adanya


tanda perawatan, melihat ciri mediknya bila hal tersebut ada, maka
bukan lagi termasuk pembunuhan anak sendiri

Anda mungkin juga menyukai