Anda di halaman 1dari 33

MILA FADILLAH

XI – MIPA 2
SMAN 108 JAKARTA
Jl. Kesadaran Ulujami, Pesanggrahan Jakarta Selatan
Telp. 7374876 Fax. 7377748

APBD PROVINSI LAMPUNG


Syukur Alhamdulillah saya Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
berkat karunia-Nya lah kami telah dapat menyelesaikan tugas tentang Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Lampung ini.
Tugas ini dapat selesai karena bantuan dari sumber yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Asiya dan Bapak Tarwadi selaku orangtua kami yang telah memberikan
bimbingannya untuk penyelesaian tugas ini,
2. Bapak Marjuki Miad selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 108 Jakarta,
3. Bapak Damri selaku Guru Ekonomi,
4. Para guru dan karyawan SMA Negeri 108 Jakarta,
5. Serta teman-teman yang saya sayangi.
Jakarta, 29 Maret 2019

Mila Fadillah
Halaman Judul………………………………………………………………………………. ………………………slide 1
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………………slide 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………….... ……………………….slide 3
A. SEJARAH KOTA BANDAR LAMPUNG………………………………………….………………………………..slide 4
1. Hari Jadi Kota Bandar Lampung………………………………………………………………………slide 5
2. Lambang Kota Bandar Lampung………………………………………………... ……………………slide 6
B. APBD Provinsi Lampung……………………………………………………........... ……………………………..slide 7
1. Struktur APBD Provinsi Lampung…………………………………....……….......... …………………....slide 10
2. Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung……………………………………….. ………….………...slide 11
3. Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung…………………………....……………. ………….………..slide 13
4. Anggaran Belanja Provinsi Lampung…………………………………………….. …………………...slide 15
5. Realisasi Belanja Provinsi Lampung……………………………………………………………………slide 18
6. Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung................................................. …………………….slide 21
7. Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung.............................................. …………………….slide 22
C. Kelebihan (Strangths) Provinsi Lampung……………………………………………...... ………………………slide 25
D. Kelemahan (Weakness) Provinsi Lampung............................................................……………………………………slide 26
E. Peluang (Opportunities) Provinsi Lampung………………………………………….... ………………………..slide 27
F. Ancaman/Saingan (Threats) Provinsi Lampung………………………………………………………………....slide 28
G. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………..slide 29
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………..slide 31
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………………………………………………slide 32
Kota Bandar Lampung (Aksara Lampung: ) adalah sebuah kota di Indonesia
sekaligus ibukota dan kota terbesar di Provinsi Lampung. Bandar Lampung juga
merupakan kota terbesar dan terpadat ketiga di Pulau Sumatra setelah Medan dan
Palembang menurut jumlah penduduk, serta termasuk salah satu kota besar di
Indonesia dan Kota terpadat di luar pulau Jawa.
Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatra,
tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta, memiliki andil penting
dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa
menuju Sumatra maupun sebaliknya.
Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah daratan 169,21 km² yang
terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan dengan populasi penduduk
1.015.910 jiwa (berdasarkan data tahun 2017). Saat ini kota Bandar Lampung
merupakan pusat jasa, perdagangan, dan perekonomian di provinsi Lampung.
Hari jadi kota Bandar Lampung ditetapkan berdasarkan sumber sejarah yang
berhasil dikumpulkan, -terdapat catatan bahwa berdasarkan laporan dari Residen
Banten William Craft kepada Gubernur Jenderal Cornelis yang didasarkan pada
keterangan Pangeran Aria Dipati Ningrat (Duta Kesultanan) yang disampaikan
kepadanya tanggal 17 Juni 1682 antara lain berisikan: “Lampong Telokbetong di tepi
laut adalah tempat kedudukan seorang Dipati Temenggung Nata Negara yang membawahi
3.000 orang” (Deghregistor yang dibuat dan dipelihara oleh pimpinan VOC halaman
777 dst.)-, Berdasarkan Staabat Nomor : 10/1873 (Beslit Gouvenur General) tanggal 8
April 1873 nomor 15 tentang Pembagian Keresidenan Lampung menjadi 6 Afdiling
TelokBetong dengan Ibukota TelokBetong (Sumber Buku Selayang Pandang Kota Bandar
Lampung) dan hasil simposium Hari Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbetung pada tanggal
18 November 1982 serta Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1983 tanggal 26 Februari
1983 ditetapkan bahwa hari Jadi Kota Bandar Lampung adalah tanggal 17 Juni 1682.
2. Lambang Kota Bandar Lampung
Makna lambang kota : Membina persatuan dan Kesatuan dengan penuh kesetian untuk
mempertehankan dasar negara Pancasila guna bersama mewujudkan kota perdagangan dan jasa
yang aman dan tenteram sehingga tercapai keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan serta
kejayaan yang abadi.

Pita melingkar bergaris tepi hitam dengan berwarna kuning emas : Memiliki makna persatuan,
kebesaran dan kejayaan.

Perisai bersudut lima : Perisai bersudut lima dengan bagian atas berwarna putih, bagian bawah
berwarna biru dan berlandaskan warna hitam memiliki makna Kota Bandar Lampung yang
meliputi daratan dan lautan tegak berdiri diatas landasan yang teguh dan kokoh dengan
masyarakat berwawasan luas dan berpedoman pada senggiri lampung yang telah mengakar
yaitu;
Pi’il Senggiri, Sakkai Sambayan, Nengah Nyappur, Nemui Nyimah, dan Bejuluk Beadek.

Payung raja 3 tingkat : Kota Bandar Lampung memegang teguh tiga tatanan sebagai pedoman
hidup bermasyarakat yaitu hukum Agama, hukum Negara dan hukum Adat, tempat semua
masyarakat Kota Bandar Lampung berlindung.
Sehubungan dengan telah dilakukannya revisi anggaran, dukungan
APBD Provinsi Lampung untuk tahun 2017 mencapai Rp7,73 triliun untuk
anggaran pendapatan dan Rp7,91 triliun untuk anggaran belanja.
Anggaran pendapatan tersebut tercatat meningkat 32,60%, sedangkan
anggaran belanja meningkat 33,73% dibandingkan tahun 2016. Proyeksi
kekurangan anggaran yang terjadi meningkat dari Rp92,51 miliar di tahun
2016 menjadi Rp189,31 miliar pada tahun 2017. Hal ini mengindikasikan
strategi pengelolaan fiskal daerah yang digunakan lebih ekspansif lagi
dibandingkan tahun sebelumnya (Grafik 1.1.).
Grafik 1.1. Perkembangan APBD Provinsi Lampung
Terkait dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 50/PMK.07/2017
tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang mengatur
penyaluran TKDD berdasarkan kinerja penyerapan dan capaian atas penggunaan
TKDD yang disalurkan pada tahun sebelumnya, penting untuk SKPD terkait agar
menjaga kinerjanya mengingat Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik, Dana Alokasi Khusus
Nonfisik, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus serta Dana Desa disalurkan
berdasarkan kinerja tahun sebelumnya. Tidak berbeda dengan anggaran belanja,
persentase penyerapan anggaran pendapatan pada triwulan III 2017 juga tercatat
lebih rendah yakni hanya mencapai 51,11% dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 61,35%. Meski secara persentase tercatat lebih rendah, namun secara
nominal realisasinya tercatat lebih tinggi, sejalan dengan realisasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang lebih tinggi, masing-masing sebesar
Rp1.505,82 miliar dan Rp2435,28 miliar.
Tabel 1.1. Struktur APBD Provinsi Lampung
Dalam Miliar Rp
Untuk keseluruhan tahun 2017, anggaran pendapatan daerah Provinsi Lampung
terutama ditopang oleh transfer Dana Perimbangan yang naik signifikan hingga
52,47%, khususnya didorong oleh peningkatan pada Dana Alokasi Umum (DAU) yang
meningkat dari Rp1.082,37 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp1.946,18 miliar pada
tahun 2017 (Tabel 1.2.)
Tabel 1.2. Struktur Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada umumnya menjadi pendorong utama
pertumbuhan keuangan daerah, pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar
12,45% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, rasio Derajat Otonomi
Fiskal (DOF) Provinsi Lampung tercatat menurun dari yang sebelumnya sebesar 47,03%
menjadi 39,88% pada tahun 2017. Selain itu, dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, DOF Provinsi Lampung menunjukkan tren yang menurun (Grafik 1.2.).
Grafik 1.2. Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung
Perkembangan keuangan daerah Provinsi Lampung sampai dengan
triwulan III 2017 menunjukkan telah terjadi realisasi pendapatan sebesar
Rp3.948,60 miliar atau mencapai 51,11% dari rencana anggaran tahun
2017. Pencapaian ini relatif lebih rendah dibandingkan pencapaian
anggaran pada periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 61,35%,
kendati terdapat peningkatan pencapaian realisasi dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang pada periode laporan realisasinya mencapai 48,88%
dari yang ditargetkan.
Tabel 1.3. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung
Dalam Miliar Rp
Anggaran belanja Pemerintah Provinsi Lampung tahun 2017 terdiri dari
anggaran Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tidak Terduga, dan Transfer dengan
total anggaran mencapai Rp7.914,43 miliar atau meningkat sebesar 33,73%
dibandingkan dengan tahun 2016 (Tabel 2.4.). Dilihat dari pangsanya, anggaran
belanja didominasi oleh Belanja Pegawai, Belanja Modal, Belanja Barang dan Jasa,
serta Belanja Hibah.
Dibandingkan tahun 2016, baik secara nominal maupun persentase, peningkatan
terbesar terjadi pada anggaran Belanja Pegawai, yang meningkat sebesar 107,41%
menjadi Rp1.834,79 miliar. Kemudian, diikuti oleh peningkatan Belanja Modal sebesar
49,12% menjadi Rp1.678,49 miliar serta Belanja Barang dan Jasa yang juga
meningkat sebesar 37,07%.
Tabel 1.4. Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung
Grafik 1.3. Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Lampung
Realisasi anggaran Belanja Daerah Provinsi Lampung
sampai dengan triwulan III 2017 menunjukkan pencapaian
sebesar Rp3.545,45 miliar atau mencapai 44,80% dari rencana
anggaran 2017. Penyerapan anggaran ini tercatat lebih rendah
jika dibandingkan dengan pencapaian anggaran pada periode
yang sama tahun 2016 yang mencapai 58,14%.
Tabel 1.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Lampung
Dalam Miliar Rp
Di sisi lain, penyerapan anggaran Belanja Modal dan Belanja Barang & Jasa,
masing-masing baru mencapai 26,43% dan 35,41%. Dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, kedua anggaran Belanja tersebut juga tergolong lebih rendah. Kondisi
tersebut sejalan dengan realisasi giro Pemerintah Daerah pada triwulan III 2017 yang
masih cenderung meningkat meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada periode
laporan, giro Pemda meningkat sebesar 12,26% (yoy) (Grafik 1.4.).
Grafik 1.4. Realisasi Giro Pemda
Grafik 2.5. Pangsa Anggaran Belanja Grafik 2.6. Realisasi Belanja
Kab/Kota 2017 per Kabupaten/Kota Tw-III 2017
a. Penerimaan
Berdasarkan Laporan Arus Kas Masuk, jumlah Penerimaan Negara di Provinsi
Lampung sampai dengan triwulan III 2017 mencapai Rp6.074 miliar. Komponen
Penerimaan Perpajakan masih menjadi sumber penerimaan utama di Provinsi
Lampung, yaitu sebesar Rp5.416 miliar atau mencapai 89,17% dari keselurahan total
penerimaan. Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak hanya mencapai Rp658
miliar atau 10,83%.
Diliihat secara lebih detail lagi, komponen Penerimaan Perpajakan yang
didominasi oleh penerimaan dalam negeri, utamanya berasal dari Penerimaan Pajak
Penghasilan khususnya dari kelompok non migas untuk PPh 21, pasal PPh 25/29
Badan, dan PPh Final yang masing-masing sebesar Rp611,84 miliar, Rp417,27 miliar,
dan Rp535,65 miliar. Diikuti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang bersumber dari
pendapatan PPN.
Tabel 1.6. Laporan Arus Kas Masuk di Provinsi Lampung
b. Belanja
Laporan Arus Kas Keluar
Pemerintah Provinsi Lampung sampai Tabel 1.7. Laporan Arus Kas Keluar di Provinsi Lampung
dengan triwulan III 2017 tercatat
sebesar Rp289,62 miliar. Komponen
penyumbang tertinggi adalah
Belanja Badan Layanan Umum (BLU)
yang sebesar Rp117,98 miliar atau
40,74% dari keseluruhan total
Belanja Negara di Provinsi Lampung,
yang utamanya digunakan untuk gaji
dan tunjangan. Diikuti oleh Belanja
Barang yang sebesar Rp105,04
miliar (36,27%).
1. Pertumbuhan ekonomi Lampung yang masih mengandalkan produksi
dan perdagangan komoditas memiliki kerentanan terhadap dinamika
kondisi perdagangan eksternal dan domestik.
2. Pertumbuhan ekonomi Lampung juga belum banyak berarti dalam
meningkatkan/memperbaiki kesejahteraan masyarakat terutama
masyarakat miskin yang jumlahnya masih cukup besar.
3. Dari sisi perkembangan harga, meskipun inflasi pangan pada tahun
2016 tercatat rendah, namun inflasi pangan dalam tiga tahun
terakhir masih cenderung bergejolak pada level yang cukup tinggi
yaitu pada kisaran 8%-10% (yoy).
1) Lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan
2) Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja
3) Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa
menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan
yang dihadapi sekarang ini.
4) Output pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing
dengan output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
1) Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan peserta
didik.
2) Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum
mendapat perhatian.
3) Perubahan dalam keadaan persaingan.
4) Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan
sebagainya.
1. Minat peserta didik baru yang menurun
2. Motivasi belajar peserta didik yang rendah
3. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
pendidikan
4. Krisis energi listrik.
G. Kesimpulan

• Dapat menambah wawasan serta pemahaman pembaca mengenai


cara menganalisis sebuah anggaran pendapatan dan pengeluaran
daerah Provinsi Lampung.
• Meningkatkan antusias siswa untuk mencari tahu.
• Mengajarkan siswa untuk bekerja keras dalam menyelesaikan
sesuatu.
• Mudah untuk mengetahui anggaran pendapatan dan pengeluaran
daerah.
• Meningkatkan antusias siswa untuk mengolah dana.
 Kritik
Menurut saya anggaran pendapatan dan belanja daerah ini
seharusnya memaparkan kekurangan dala perekonomian di daerah
lampung dengan jelas.

Saran
Saya harap dengn dibuatnya tugas ini dapat menambah wawasan
serta pemahaman bagi pembaca mengenai analisis anggaran pendapatan
dan belanja daerah provinsi lampung.
http://saepudinonline.wordpress.com/2010/07/24/pengantar-ilmu-
ekonomi/
http://blog.unila.ac.id/young/pengantar-ilmu-ekonomi
http://eko-redaksi.blogspot.com/2008/07/pengertian-ilmu-ekonomi.html
http://tarjianto.wordpress.com/2010/04/09/bidang-studi-ilmu-ekonomi-
islam-di-indonesia/
http://www.scribd.com/doc/18423644/Makalah-Analisa-Ekonomi
Penulis adalah puteri kelahiran Desa Kedungsari, Majalengka, 14
November 2001, diberi nama Mila Fadillah, anak pertama dari tiga
bersaudara, berasal dari pasangan, ayah yang bernama Tarwadi dan ibu
bernama Asiya, memiliki dua adik laki-laki bernama Farhan Afrizal dan Adi
Firmansyah.
Riwayat Pendidikan, terdiri dari tingkat dasar di SD Negeri 02
Pondok Ranji, lulus pada tahun 2014, kemudian masuk kejenjang Sekolah
Menengah Pertama, di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, dan lulus
pada tahun 2017, kemudian melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 108 Jakarta, dan sekarang aktif mengikuti Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS), dan ekstrakurikuler seperti Palang Merah Remaja
(PMR), dan mengikuti beladiri seperti Pencak Silat.
Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, karena
sempurna hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai