Anda di halaman 1dari 23

EDEMA PARU

Definisi
○ Edema paru → kondisi yang ditandai
adanya akumulasi cairan di paru-paru
akibat tekanan balik di vena paru.
○ Disebabkan oleh tekanan intravaskular
yang tinggi (edema paru kardiak) atau
karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler (edema paru non
kardiak) yang mengakibatkan terjadinya
ekstravasasi cairan secara cepat sehingga
terjadi gangguan pertukaran udara di
alveoli secara progresif dan
mengakibatkan hipoksia
Etiologi

Edema
paru

Non-
Kardiogenik
kardiogenik
etiologi
○ Edema paru yang disebabkan karena peningkatan
hidrostatik
○ Kardiogenik: gagal jantung kiri
○ Gangguan vena-vena pulmonalis: peny. Veno-oklusif primer
(idiopatik)
○ Edema paru yang disebabkan karena peningkatan
permeabilitas membran alveolar-kapiler
○ Infeksi → Pneumonia (bakteri, virus, parasit)
○ Toksin → bisa ular, endotoksin bakteri
○ Substansi vasoaktif → histamin, kinin
○ Inhalasi bahan toksik → Nitrogen dioksida, sulfur dioksida, CO,
chlorine
○ Aspirasi cairan lambung
○ Inflamasi sistemik → DIC
○ Hipersensitivitas
Patofisiologi

➢ Epitelium alveolus tersusun


oleh 2 tipe sel pneumosit:
type I(90%) yang
berbentuk pipih dan type
II (10%) yang berbentuk
kubus
➢ Sel tipe II berfungsi:
penghasil surfaktan dan
transport ion, jika terjadi
cedera akan berpoliferasi
dan berdeferensiasi
menjadi tipe I
➢ Kerusakan sel tipe II
menyebabkan:
gangguan transport
cairan (edema)dan
berkurangnya produksi
surfaktan
Patofisiologi
Tekanan Tekanan Permeabilitas Aliran
hidrostatik onkotik kapiler limfatik

Volume ruang
intersitial

Perubahan
permeabilitas epitel alveolar

Cairan masuk
ke dalam alveoli
Cedera paru terjadi kerusakan
membran kapiler alveolus
permeabilitas kapiler meningkat
cairan plasma masuk ke
alveolus gangguan
pertukaran gas

Selain cairan, netrofil juga


masuk ke alveolus
Manifestasi klinis
○ Sesak napas
○ Napas cepat (takipnea)
○ Batuk dengan sputum
○ Lemah badan
○ Sakit kepala
○ Gelisah
○ Hipoksemia

Pemeriksaan fisik:
○ Respirasi meningkat (takipnea)
○ Retraksi otot bantu napas
○ Ronki basah nyaring di basal
○ Takikardia dengan S3 gallop
○ Murmur bila ada kelainan katup.
Gambaran radiologi
❖ Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi
vaskular di hilus)
❖ Corakan paru meningkat
❖ Kranialisasi vaskuler
❖ Hilus suram (batas tidak jelas)
❖ Interstitial fibrosis (gambaran seperti
granuloma-granuloma kecil atau nodul
milier)
Ekspertise
– Trakea: tidak deviasi
– Cor: CTR >50%, cor membesar ke lateral kiri, apex tertanam
ke diafragma, pinggang jantung menonjol,terdapat
gambaran double contour, elongasio aorta tidak ada
– Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus kanan dan
kiri tajam
– Pulmo:
• Hilus kabur
• Corakan bronkovaskular kanan dan kiri bertambah
• Kranialisasi (+)
• Terdapat perbercakan di 2/3 medial (perihiler) kedua paru
Kesan:
Kardiomegali dengan edema paru
Ekspertise
○ Trakea: Normal (tidak deviasi)
○ Cor: CTR >50%, cor membesar ke lateral kiri, apex tertanam ke
diafragma
○ Sinus costophrenicus tajam, sinus cardiophrenicus tumpul
○ Pulmo:
○ Hilus kabur
○ Corakan bronkovaskular kanan dan kiri bertambah
○ Tampak perbercakan di 2/3 medial (perihilus) kedua paru (Bat’s
wing appearance)
○ Kranialisasi (+)
Kesan:
Kardiomegali (LVH) dengan edema paru
ekspertise
– Trakea: tidak deviasi
– Cor: CTR >50%, cor membesar ke lateral kiri, apex tertanam ke
diafragma, pinggang jantung menonjol,terdapat gambaran
double contour, elongasio aorta tidak ada
– Sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus kanan dan
kiri tajam
– Pulmo:
○ Hilus kabur
○ Corakan bronkovaskular kanan dan kiri bertambah
○ Kranialisasi (+)
○ Terdapat perbercakan di 2/3 medial (perihiler) kedua paru
Kesan:
Kardiomegali dengan edema paru
Tatalaksana
1. Posisi ½ duduk.
2. O2 (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan
masker
Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu,
ronchi bertambah, PaO2 tidak bisa dipertahankan
≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran
tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak
mampu mengurangi cairan edema secara
adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal,
suction, dan ventilator.
3. Infus emergensi, monitor tekanan darah, monitor
EKG, oksimetri bila ada.
4. Nitrogliserin (SL/IV)
Nitrogliserin p.o 0,4-0,6 mg tiap 5-10 menit. Jika tekanan
darah sistolik >95 mmHg bisa diberikan Nitrogliserin i.v
mulai dosis 3-5 μ g/kgBB.
5. Morfin sulfat 3-5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total
dosis 15 mg
6. Furosemid 40-80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue
sampai produksi urine 1 ml/kgBB/jam
7. Bila tekanan darah turun → dopamin 2-5 ug/kgBB/mnt
atau dobutamin 2-10 ug/kgBB/mnt
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai