Anda di halaman 1dari 25

Disusun oleh:

Khikma Rizky Nurhidayah

Dokter Pembimbing:
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskara, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
KSM ILMU KESEHATAN ANAK dr. M. Ali Shodikin, M.Kes, Sp.A
RSD DR. SOEBANDI JEMBER dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
2018
Pendahuluan
Bronkiolitis adalah penyakit saluran pernapasan bayi yang lazim,
1 akibat dari obstruksi radang saluran pernapasan kecil.

Penyakit ini terjadi selama umur 2 tahun pertama, dengan insiden


2 puncak pada sekitar umur 6 bulan

Bronkiolitis terutama disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus


(RSV), 60–90% dari kasus, dan sisanya disebabkan oleh virus Para
3 influenzae tipe 1,2, dan 3, Influenzae B, Adenovirus tipe 1,2, dan 5,
atau Mycoplasma.

Makin muda umur bayi menderita bronkiolitis biasanya akan makin


berat penyakitnya. Lumen bronkioli relatif sempit pada balita
4 Pada neonatus: alveoli lebih sedikit, Kualitas alveoli blm sempurna
pada usia dibawah 8 tahun, Bayi prematur : kurang surfaktan
Resistensi meningkat selama fase
inspirasi dan ekspirasi, tetapi karena
radius saluran respiratori saat ekspirasi
lebih kecil-> air trapping dan hiperinflasi

Karena tahanan aliran udara berbanding


terbalik dengan diameter penampang
saluran respiratoi, maka sedikit saja
penebalan mukosa akan memberikan
hambatan aliran udara yang besar >>
bayi
Definisi
Bronkiolitis adalah penyakit saluran
01 pernafasan bagian bawah dengan kli
nis berupa batuk, takipnu,wheezing,
dan / atau rhonki, pada anak-anak
kecil dan disebabkan virus-virus
musiman seperti RSV.
Penulis penelitian dari Universitas Notti
02 ngham mengambil definisi konsensus
dari “penyakit virus musiman dengan
demam, nasal discharge, dan batuk
kering dan berbunyi menciut. Pada
APP (American Academy of Pediatri pemeriksaan ada crackles inspirasi

03 cs) mendefinisikan bronkiolitis


bagai “sebuah kumpulan gejala-
se
04 halus dan/atau wheezing ekspirasi ny
aring.
gejala dan tanda-tanda klinis
termasuk prodromal virus
pernafasan atas, diikuti peningkatan
wheezing dan usaha bernafas dari
anak-anak kurang dari 2 tahun”
Etiologi
 Single stranded RNA virus
 Ukuran sedang (80-350 nm)
 Paramyxovirus
 Terdapat dua glikoprotein permukaan yang
merupakan bagian penting dari RSV untuk sisanya
menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment
protein ) yang mengikat sel dan protein F
Parainfluenza tipe
(fusion protein) yang menghubungkan 1,2,3, influenzae B
partikel virus dengan sel target dan sel
tetangganya. Kedua protein ini merangsang
Adenovirus tipe
antibodi neutralisasi protektif pada host. 1,2,5
RSV 60-90%  Dua macam strain antigen RSV yaitu A dan
kasus micoplasma
B. RSV strain A menyebabkan gejala yang
pernapasan yang lebih berat dan menimbul
kan sekuele.
 Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari.
Etiologi

Welliver RC. Bronchiolitis and infectious asthma. In: Feigin RD, et al. Feigin Textbook of Pediatric Infectious Disease. 6 Th ed.
Philadelphia: WB Saunders; 2009. p. 277-85
Epidemiologi

Dibawah usia 2 tahun RSD. Dr Soetomo Surabaya 2004


(terbanyak <6 bulan)
>50% : usia dibawah 6 bulan
Laki laki > perempuan
Laki-laki > perempuan
Berkaitan perubahan musim
Banyak pada bulan Januari-
Penyebaran: droplet/
mei
inokulasi/ kontak langsung

Carroll KN, et.all. increasing burden and risk factor for bronchiolitis. Related medical visits in infants enrolled in a state health care insurance plan. Pediatri
cs 2008; 122; 58-64.
Faktor Resiko
 Bayi usia muda
 Bayi prematur
 Kelainan jantung bawaan
 Orang tua perokok
 Sosial ekonomi rendah
 No breast feeding
Patofisiologi dan Patogenesis
Penyembuhan bronkiolitis akut diawali
dengan regenerasi epitel bronkus
dalam 3-4 hari, sedangkan regenerasi
dari silia berlangsung setelah 2 minggu.
Jaringan mati (debris) akan dibersihkan Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus >
oleh makrofag. kolonisasi dan replikasi

Resistensi meningkat selama Respon inflamasi akut:


fase inspirasi dan ekspirasi, Sekresi mukus (gangguan
tetapi karena radius saluran mukosilier), penimbunan
respiratori saat ekspirasi lebih seluler/ sel-sel mati yang
kecil-> air trapping dan terkelupas, infiltrasi limfosit
hiperinflasi peribronkial

Karena tahanan aliran udara Edema mukosa bronkiolus


berbanding terbalik dengan
diameter penampang saluran
respiratoi, maka sedikit saja
penebalan mukosa akan
memberikan hambatan aliran
udara yang besar >> bayi
Gejala Klinis

Didahului Infeksi aluran nafas atas, ex: pilek,


01 batuk, demam

Nafas cepat > tanda utama pada lower respiratory


02 tract infection >bronkioliis dan pneumonia. Bisa
Retraksi dinding dada (subkosta, interkosta, dan
supraklavikula), bentuk dada hiperinflasi>
hipersonor perkusi

03 Fine inspiration crackles pada seluruh lapang


paru (sering, tapi tidak selalu ditemukan)

04 Hight pitched expiratory wheeze/ wheezing saat


ekspirasi, dan ekspirasi memanjang. Serta bisa
apnea pada bayi yang terlalu muda/BBLR
Diagnosis
Skor Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI) untuk menilai berat ringan

SKOR Skor
0 1 2 3 4 maksimal
Wheezing :
-Ekspirasi (-) Akhir 1/2 3/4 Semua 4
-Inspirasi (-) Sebagian Semua 2
-Lokasi (-) 2 dr 4 lap paru 3 dr 4 lap paru 2

Retraksi :
-Supraklavikular (-) Ringan Sedang Berat 3
-Interkostal (-) Ringan Sedang Berat 3
-Subkostal (-) Ringan Sedang Berat 3
TOTAL 17

<3= ringan, 3-15=sedang, >15=berat


Diagnosis
Kriteria Bronkiolitis

1 2 3 4 5

Wheezing pertama Umur 24 bulan Pemeriksaan fisik Menyingkirkan  Laboratorium


kali, tidak respon atau kurang sesuai gejala pnemonia dan tidak spesifik
pemberian infeksi virus atau riwayat atopi pada  Gambaran
bronkodilator cepat gejala klinis anak radiologi
 Tes serologi
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi

laboratorium
Dipertimbangkan
Virologi dan untuk diagnosis
bakteriologi meragukan
Tidak di  hiperinflasi:
SaO2 dan Analisa indikasikan dan diafragma datar,
gas darah tidak spesifik
Rapid diagnosis -> diameter AP>,
cost effective untuk bronkiolitis Retrosternal
space besar
<92%  Peribronkial
membutuhkan infiltrat
perawatan intensif.  Patchy
Analisa gas darah atelektasis
pada kasus distres  Normal (10%)
nafas berat dan
gagal nafas
Diagnosis Banding

Bronkiolitis

Pneumonia
Asma
<2 tahun
ISPA +
Demam +
Semua umur Virus
Umur >2 tahun
Onset cepat
Bakteri/virus Demam biasanya (-)
Expiratory effort
Onset lebih lama Hiperinflasi
ISPA (+/-)
Inspiratory effort Atopi keluarga (+)
Tes RSV positif
TF infiltrat Riwayat alergi (+)
Atopi dan alergi -/+
Respon
Tes RSV negatif Respon
bronkodilator cepat
Demam, sesak, bronkodilator
lambat/ tidak ada
batuk
Tatalaksana
Pelayanan Kesehatan Anak di RS – WHO 2009
TERAPI
1. Apabila terdapat nafas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan
diberikan amoxicilin (25mg/khBB/kali, 2 hari sekali selama 3 hari)
atau kotrimoxksasol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari
2. Apabila terdapat tanda distres nafas tanpa sianosis tetapi anak
masih bisa minum, rawat di RS dan beri amphisilin/amoxicilin
(25-50mg/kgBB/kali atau IM setiap 6 jam) -> dipantau 24-72 jam
pertama-> respon baik terapi lanjut 3 hari berikutnya. Bila buruk-
> ditambah kloramfenikol 25mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam
sampai membaik, dilanjut per oral 4 kali sehari sampai total 10
hari
3. Bila berat langsung beri antibiotik ampi-kloram atau amphi-
gentamisin. Sebagai alternatifnya diberi ceftriaxone 80-100
mg/kgBB/kali IM atau IV sekali sehari
TERAPI
Pedoman Pelayanan Medis IDAI - 2009

Bronkiolitis umumnya tidak memerlukan pengobatan. Pasien


dengan klinis ringan dapat rawat jalan. Berat dirawat di RS dengan
terapi suportif pemberian o2 dan nasal suction.

Pemberian antivirus, antibiotik, inhalasi beta2 agonis, inhalasi


antikolinergik dan kortikosteroid tidak direkomendasikan
TERAPI
Buku Ajar Respirologi Anak - 2008

Terapi bersifat suportif o2 nasal dan minimal handling pada bayi,


pengaturan cairan dan suhu lingkungan agar konsumsi oksigen
minimal , tunjangan respirasi belum perlu, dan nutrisi.

Setelah itu barulah penggunaan antivirus, antibiotik, bronkodilator,


kortikosteroid dan pencegahan dengan RSV imonuglobulin
(polyclonal) atau humanized RSV monoclonal antibodi (Palivizumab)
Bronkodilator
Telah lama diperdebatkan


Agonis beta2 memiliki keuntungan:
 Efek bronkodilatasi
 Mengurangi pelepasan nmediator

 Mengurangi sembab mukosa
 Menurunkan tonus kolinergik
 Meningkatkan mukosilier

Uji efikasi salbutamol inhalasi di RSD. dr.


Soetomo: SETUJU pemberian inhalasi
salbutamol, karena:
-menurunkan skor RDAI (menit ke-60)
-menurunkan efek epinefrin pada jantung
-aman dan cukup efektif untuk anak <18
bulan
Contents
Antibiotik

“  Diberikan sesuai keadaan penderita


 Dasar pemberian: keterlambatan mengetahui

etiologi virus penyebab, kemungkinan infeksi
sekunder, hambatan isolasi penderita

Contents
Antivirus

“ Synthetic nucleoside analogue -> menghambat aktifitas virus



Efektifitas masih kontroversi
Peneitian eh cochrane (dalam respirologi anak 2008)
penelitian ribavirin 20mg/ml dbandingkan dengan plasebo->
tidak ada perbedaan bermakna dari klinis dan lama
perawatan

Contents
Kortikosteroid

“ Kortikosteroid sistemik-> perbaikan gejala klinis dan


lama rawat inap

 Garrison, Pediatric 2000 (meta analisis)
 Diberikan pada bronkiolitis berat
 Deksametason IV 0,5 mg/kgBB/hari bolus,
dilanjutkan dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi
3-4 dosis

Contents
Prognosis

40-50% menjadi asma


Semakin berat derajat -> prognosis jelek
Semakin muda ppenderita -> prognosis jelek
Terlambat pengobatan -> prognosis jelek
Thank you

Anda mungkin juga menyukai