Anda di halaman 1dari 8

Contoh teks editorial beserta struktur

Pengenalan Isu :
Mendekati pemilihan calon presiden tahun 2019 pada bulan April, Bapak Prabowo dan Bapak
Jokowi telah menyiapkan strategi. Menjelangnya pemilihan, mulai banyak kampanye di sana-sini,
saling visi dan misi untuk membuktikan bahwa mereka pantas menjadi Presiden Indonesia untuk
lima tahun mendatang.
Benar memang, dengan adanya kampanye ini memang sedikit berkontribusi dan mampu
meyakinkan masyarakat bahwa orang tersebut benar-benar layak untuk menjadi pemimpin. Selain
itu, kedua paslon harus tetap memiliki komitmen dan bertanggung jawab terhadap janji-janji yang
sudah disampaikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tak merasa dikhianati dan
dikecewakan.

Argumen :
Apabila mereka telah dikecewakan, maka masyarakat akan menganggap semua itu sebagai
prioritas dan pencitraan saja. Menurut pendapat saya, jangan memilih pemimpin karena perihal
politik. Sebab mayoritas orang membicarakan tentang Presiden yang harus memilih ini-itu
dengan alasan praktik mereka politiknya seperti ini.
Sebaiknya jauhkan kata politik dari rumus memilih Presiden. Yang paling penting adalah
orang yang memilih seorang pemimpin yang berpegang teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki komitmen, bertanggungjawab, serta dapat dipercaya, tidak janji sana-sini.
Bagi saya, politik tak akan mempengaruhi, semua murni kehendak Yang Maha
Kuasa, apa yang sudah dilakukan dan sudah dijanjikan akan dicatat oelh Yang
Maha Segala, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas jabatannya. Ketika kita
memilih tentu harus sepenuhnya percaya dan senantiasa mnebdoakan pemimpin
yang dipilih ini agar amanah.

Simpulan :
Oleh sebab itu, mari hindari memilih dengan kata “politik”. Pilih pemimpin
yang menurut Anda benar-benar Amanah dan dapat dipercaya dengan
janjinya. Tak lupa pasangan calon yang berpegang teguh pada Tuhan Yang
Maha Esa.
Contoh teks editorial beserta kaidah
kebahasaan
Perbaikan sistem pendidikan guna mengurangi KKN
Pembukaan
Sekarang ini banyak hal memalukan terjadi di Indonesia. Contohnya saja KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Lucunya, pelaku kejahatan tersebut merupakan
orang-orang cerdas yang namanya dibingkai gelar akademik dari universitas-
universitas ternama di Indonesia bahkan di dunia.
Pada tahun 2018, diperkirakan kerugian negara mencapai Rp 9,29 Triliun akibat
tindakan korupsi. Sebaran putusan tindak pidana korupsi pada tahun 2018 adalah 926
terdakwa pada tingkat pengadilan negeri, 208 pada tingkat pengadilan tinggi, dan 28
terdakwa di tingkat MA.
Melihat fenomena yang terjadi ini, rasanya ada yang salah dengan pola
pendidikan formal di negara kita. Seharusnya ada pengkajian ulang. Jika pola
pendidikan terlalu fokus pada ilmu duniawi semata, hanya akan menghasilkan orang
pintar saja, tetapi tidak terdidik atau memiliki budi pekerti baik.
Argumen
Karenanya orang pintar justru berubah menjadi jahat, sikapnya bak maling, hobinya menindas
kaum lemah. Justru seharusnya mereka yang menjadi pengayom dan pemimpin yang dapat memberikan
manfaat bagi umat.
Ada banyak orang yang terhormat di negara ini yang terciduk melakukan tindak korupsi atau
penyuapan. Bahkan ada dari mereka yang bergelar pendidikan tinggi dan alim ulama, namun bertindak
memalukan dan merugikan banyak pihak.
Parahnya, banyak yang melakukan tindakan ini secara berjamaah atau bersama-sama dengan
teman sejawat yang mengaku terhormat juga. Ironis, kala diadili oleh pihak berwajib, tetap memasang wajah
santai, tak merasa berdosa dan sempat menebar senyum. Seakan tak ada rasa bersalah dan justru merasa
happy dengan apa yang telah dilakukan.
Apakah mereka tak tahu atau mungkin mereka tak pernah diajari, bahwa memakan uang yang
bukan haknya merupakan perbuatan dosa?

Simpulan
Mungkin, mereka telah kehilangan akal dan tak memiliki urat malu lagi. Oleh sebab itu, sangat
perlu untuk dilakukan perbaikan dari sistem pendidikan formal. Jangan hanya mementingkan hasil
namun juga proses agar mampu mencetak generasi yang cerdas dan berakhlak mulia.
Kaidah Kebahasaan
Kaidah Kebahasaan Contoh Kalimat

Banyak menggunakan kata populer • Lucunya, pelaku kejahatan tersebut


merupakan orang-orang cerdas yang
namanya dibingkai gelar akademik
dari universitas-universitas ternama di
Indonesia bahkan di dunia.
• Karenanya orang pintar justru
berubah menjadi jahat, sikapnya bak
maling, hobinya menindas kaum
lemah
• Ada banyak orang yang terhormat di
negara ini yang terciduk melakukan
tindak korupsi atau penyuapan
• Parahnya, banyak yang melakukan
tindakan ini secara berjamaah atau
bersama-sama dengan teman
sejawat yang mengaku terhormat
juga
• Seakan tak ada rasa bersalah dan
justru merasa happy dengan apa
yang telah dilakukan.
Menggunakan kata yang merujuk pada • Sekarang ini banyak hal memalukan
waktu, tempat, atau hal yang menjadi terjadi di Indonesia.
fokus ulasan • Contohnya saja KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme).
• Pada tahun 2018, diperkirakan
kerugian negara mencapai Rp 9,29
Triliun akibat tindakan korupsi.
Menggunakan ungkapan - ungkapan • Seharusnya ada pengkajian ulang. Jika
persuasif pola pendidikan terlalu fokus pada ilmu
duniawi semata, hanya akan menghasilkan
orang pintar saja, tetapi tidak terdidik atau
memiliki budi pekerti baik.
• Oleh sebab itu, sangat perlu untuk
dilakukan perbaikan dari sistem
pendidikan formal. Jangan hanya
mementingkan hasil namun juga proses
agar mampu mencetak generasi yang
cerdas dan berakhlak mulia.
Menggunakan pernyataan • Jika pola pendidikan terlalu fokus pada
mempertentangkan ilmu duniawi semata, hanya akan
menghasilkan orang pintar saja, tetapi
tidak terdidik atau memiliki budi pekerti
baik.
• Jangan hanya mementingkan hasil namun
juga proses agar mampu mencetak generasi
yang cerdas dan berakhlak mulia.
Menggunakan kata ganti kita • Melihat fenomena yang terjadi ini, rasanya
ada yang salah dengan pola pendidikan
formal di negara kita.

Anda mungkin juga menyukai