Anda di halaman 1dari 17

1.

PENGERTIAN :
> Penjabaran lebih lanjut dari anggaran produksi adalah anggaran bahan
baku yang mencakup lebih rinci mengenai jumlah dan jenis bahan baku
yang digunakan dalam proses produksi

> Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari bahan
baku langsung (direct material) dan bahan baku tidak langsung (Indirect
material)

> Anggaran bahan baku merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan


baku langsung sedangkan kebutuhan bahan baku tidak langsung akan
direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik

> Anggaran bahan baku adalah semua anggaran yang berhubungan dengan
perencanaan secara lebih terperinci mengenai pengunaan bahan baku
untuk proses produksi selama periode yang akan datang
2. TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
Penyusunan angaran bahan baku sangat membantu manajemen dalam
mengambil langkah yang berkaitan dengan :
a. Perkiraan jumlah kebutuhan bahan baku
b. Perkiraan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan
c. Dasar perkiraan kebutuhan dana dalam pembelian bahan baku
d. Dasar penentuan komponen harga pokok produk karena pemakaian
bahan baku untuk proses produksi
e. Dasar pengawasan penggunaan bahan baku

3. ELEMEN-ELEMEN ANGARAN BAHAN BAKU


Anggaran bahan baku meliputi 4 sub anggaran yiatu :
a. Anggaran kebutuhan bahan baku
b. Anggaran pembelian bahan baku
c. Anggaran persediaan bahan baku
d. Anggaran biaya pemakaian bahan baku
Anggaran pembelian bahan baku formulasinya sebagai berikut :

Kebutuhan bahan baku untuk produksi XX


Persediaan akhir bahan baku XX (+)
Jumlah kebutuhan bahan baku XX
Persediaan Awal bahan Baku XX (-)
Pembelian bahan baku XX

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran baku :


1. Anggaran unit kebutuhan bahan baku
2. Biaya pengadaan (Set – up cost)
3. Biaya Penyimpanan dan resiko penyimpanan (Carrying Cost )
4. Fluktuasi harga bahan baku
5. Tersedianya harga bahan baku dipasar
6. Modal kerja yang tersedia
7. Kebijakan perusahaan terhadap bahan baku
Hal penting dalam penyusunan Anggaran bahan baku yang harus diperhatikan
Adalah JUMLAH PEMBELIAN YANG PALING EKONOMIS (Economic Order quatity
/EOQ) dimana untuk menghitung biasanya dipertimbangkan 2 jenis biaya yang
bersifat variabel yaitu :
1. Biaya pemesanan (Ordering Cost)
2. Biaya penyimpanan (Carrying Cost)

Extra Carrying Cost dan Stock Out Cost


Pesanan datang lebih awal terpaksa perusahaan mengeluarkan
biaya tambahan (Extra Carrying Cost)
Pesanan datang terlambat padahal persediaan telah habis
sehingga perusahaan mencari bahan pada perusahaan lain
(Stock out cost atau Short tage Cost)
A. Cara-cara Pemesanan

1. Order Point System


Suatu sistem atau cara pemesanan yang dilakukan ketika persediaan yang ada
telah mencapai suatu titik atau tingkat tertentu. Dengan sistem ini
ditentukan jumlah persediaan pada tingkat tertentu yang merupakan batas
waktu dilakukan pemesanan (Reorder Point)

Order Point System digunakan jika :


- Biaya penyimpanan bahan cukup mahal
- Bahan baku yang digunakan jenisnya tidak terlalu banyak
- Ketentuan waktu pemesanan tidak jelas

2. Order Cycle System


Suatu sistem pemesanan bahan dengan interval waktu yang tetap misal tiap
minggu, bulan
B. JUMLAH PESANAN EKONOMIS DAN ASUMSINYA
Jumlah pesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ) merupakan jumlah
pesanan yang memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan minimum per
tahun.

EOQ dilakukan dengan 3 (Tiga) cara :


1. Pendekatan Tabel (Tabular Approach)
2.Pendekatan Graf ik (Graphical Approach)
3.Pendekatan Rumus (Formula Approach)

CONTOH :
Perusahaan A menggunakan 100.000 unit dari satu jenis bahan seharga Rp. 10.000,00
selama satu tahun. Manajemen perusahaan telah menghitung dan menentukan bahwa
biaya pemesanan Rp. 25,00 per pesanan dan biaya penyimpanan sebesar 12,5% dari
persediaan rata-rata. Dari keterangan diatas susunlah tabel EOQnya
PENDEKATAN TABEL (TABULAR APPROACH)

Jumlah Jumlah Unit Per Persediaan Carrying Cost Ordering Total Cost
Pesanan Pemesanan rat-rata (Rp) Cost (Rp)
(Rp)
1 10.000 5.000 625 25 650
2 5.000 2.500 313 50 363
3 3.333 1.666 208 75 283
4 2.500 1.250 156 100 256
5 2.000 1.000 125 125 250
6 1.666 833 104 150 254
7 1.428 714 89 175 264
8 1.250 625 78 200 278
9 1.111 555 69 225 294
10 1.000 500 63 250 313
GRAPHICAL APPROACH (PENDEKATAN GRAFIK)

700

600

500
B
I 400 Carrying cost
A ordering cost
Y 300
total cost
A 200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

JUMLAH PESANAN
2xRxS
EOQ =
P x1

Dimana :
R = Jumlah (Unit )yang dibutuhkan selama satu periode tertentu. Misalnya 1 tahun
S = Biaya pesanan setiap kali pesan
P = Harga pembelian per unit yang dibayar
1 = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang dinyatakan dalam prosentase dari
nilai rata-rata persediaan (dalam rupiah)

Contoh :
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang (Carrying Cost) adalah 40% dari nilai
average inventory.Biaya pesanan Rp.15,- setiap kali pesan. Jumlah material yang
dibutuhkan selama setahun 1200 unit dengan harga Rp,1,-
2xRxS 2 x 1200 x 15
EOQ =
PxI 1 x 0,40

90.0000

EOQ = 300 unit

Ini berarti bahwa cara pembelian yang paling ekonomis ialah pembelian bahan
sebanyak 300 unit setiap kali pesan, yang berarti kebutuhan material sebanyak
1.200 unit selama 1 tahun akan dipenuhi dengan 4 kali pesan @ 300 unit
CONTOH SOAL
Soal I Suatu perusahaan memperkirakan kebutuhan bahan bakunya selama
satu tahun
sebanyak 6.000 unit dengan harga Rp. 4.000
per unit.
biaya pemasanan setiap kali pesan adalah sebesar Rp. 5.000 dan
biaya penyimpanan
Rp. 60 per unit. Lead time yang diperlukan selama 9 hari (1 tahun = 360 hari)
dan safety stock
ditetapkan sebesar 200 unit

Dari contoh soal di atas dapat


dihitung:

EOQ = √ 2.R.S
C
2.(6.000) -
=√ (5.000)
60
= 1.000unit
Reorder Point:
a. pemakaian selama lead time = 9 = 150 unit
x 6.000
360
b. safety stock = 200 unit
reorder point = 350 unit

misalkan dari contoh diatas diketahui pula bahwa stock out cost sebesar Rp. 150 per unit dan
data mengenai lead time yang terjadi dalam perusahaan sebagai berikut:

Lead Time Probabilitas


4 hari 15%
5 hari 30%
6 hari 25%
7 hari 30%

atas dasar informasi tersebut, maka lead time yang paling menguntungkan dan saat bahan baku
harus dipesan kembali adalah:

1 Extra Carrying Cost (ECC)


biaya pemeliharaan (penyimpanan) per hari per order:

1.000 x Rp. 60 = Rp. 166,67


360

a. bila lead time 4 hari


ECC = Rp. 0
b. bila lead time 5 hari
ECC = 1. (0,15).(Rp. 166,67) = Rp. 25
c. bila lead time 6 hari
ECC = [2.(0,15)+1.(0,30)].[Rp 166,67] = Rp 100
d. Bila lead time 7 hari
ECC = [3.(0,15)+2.(0,30)+1.(0,25)].[Rp 166,67] = Rp 216,67
2 Stock Out Cost (SOC)
=
kebutuhan bahan mentah per hari = 6.000 = 16,67 17
360
a. bila lead time 4 hari
SOC = [1.(0,30)+2.(0,25)+1.(0,30)].[150].[17] = Rp 2.805
b. bila lead time 5 hari
SOC = [1.(0,25)+2.(0,30)].[150].[17] = Rp. 2.167,50
c. bila lead time 6 hari
SOC = [1.(0,30)].[150].[17] = Rp 765
d. Bila lead time 7 hari
SOC = 0

berdasarkan perhitungan di atas, ternyata bahwa lead time 7 hari mempunyai total
biaya ekstra yang paling kecil, yaitu:

Extra carrying cost (ECC) = Rp 216,67


Stock out caost (SOC) = Rp 0
Total cost = Rp 216,67

dengan demikian maka bahan baku harus dipesan kembali pada saat tingkat
persediaan :

a. Safety stock = 200 unit


b. kebutuhan selama,
7 x 17 unit = 119 unit
Reorder point = 319 unit
SOAL 2
Berikut ini data yang disajikan PT. Sriwijaya
a. Perkiraan Penjualan

Jenis barang Jumlah Harga / Persediaan Awal Persediaan Akhir


(Unit) Unit Unit Unit
X 15.000 Rp. 1.500 6.000 4.000
Y 30.000 Rp. 1.600 3.000 5.000
Z 20.000 Rp. 1.900 3.500 6.500

b. Bahan baku yang digunakan dihitung menurut Standar penggunaan kebutuhan


(Standard Usage Rate/SUR)
Jenis Bahan Satuan SUR
Baku Barang X Barang Y Barang Z
1 Unit 2 3 1
2 Kg 3 - 4
3 Unit 1 3 2
c. Jumlah persediaan masing-masing bahan baku
Jenis bahan baku Persediaan awal Persediaan akhir
1 7.500 unit 4.000 unit
2 10.000 kg 8.750 kg
3 10.000 unit 12.500 unit
d. Perkiraan harga bahan baku
Jenis bahan baku Harga (Rp)
1 Rp. 800 per unit
2 Rp. 500 per kg
3 Rp. 750 per unit
Berdasarkan data diatas susunlah :
1. Anggaran Produksi untuk masing-masing jenis barang
2. Anggaran kebutuhan bahan baku yang dirinci menurut jenis barang dan jenis
bahan baku
3. Anggaran pembelian bahan baku yang terperinci menurut jenis bahan baku dan
nilainya
4. Anggaran Biaya pemakaian bahan baku yang habis digunakan.
• Penyelesaian
PT. Sriwijaya
1 Anggaran Produksi (Unit)
Keterangan Barang X Barang Y Barang Z
Penjualan 15.000 30.000 20.000
Persediaan akhir 4.000 5.000 6.500
Kebutuhan 19.000 35.000 26.500
Persediaan Awal 6.000 3.000 3.500
Jumlah Produksi 13.000 32.000 23.000

2. Anggaran kebutuhan bahan baku

Produksi Bahan baku 1 Bahan baku 2 Bahan baku 3


Barang (Unit) SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan
X 13.000 2 26.000 3 39.000 1 13.000
Y 32.000 3 96.000 - - 4 128.000
Z 23.000 4 92.000 3 69.000 2 46.000
JUMLAH 214.000 108.000 187.000
3. Anggaran Pembelian bahan baku
Keterangan Bahan baku 1 Bahan baku 2 Bahan baku 3
Kebutuhan 214.000 108.000 187.000
Persediaan akhir 4.000 8.750 12.500
Jumlah kebutuhan 218.000 116.750 199.500
Persediaan Awal 7.500 10.000 10.000
Pembelian 210.500 106.750 189.500
Harga satuan 800 500 750
Nilai pembelian 168.400.000 53.375.000 142.125.000

4. Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan


BARANG X BARANG Y BARANG Z

Kebutuhan Harga Jumlah Kebutuhan Harga Jumlah Kebutuhan Harga Jumlah

26.000 800 20.800.000 96.000 800 76.800.000 92.000 800 73.600.000

39.000 500 19.500.000 - - 69.000 500 34.500.000

13.000 750 9.750.000 128.000 750 96.000.000 46.000 750 34.500.000

Anda mungkin juga menyukai