Pengembangan
Kurikulum
Tasrif akib , S.Pd., M.Pd.
2014
Prolog
Banyak definisi kurikulum yang satu dengan yang lain
saling berbeda dikarenakan dasar filsafat yang dianut
oleh para penulis berbeda-beda. Walaupun demikian
ada kesamaan satu fungsi, yaitu bahwa kurikulum adalah
alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Di Indonesia
pengertian kurikulum tertera pada Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional no. 20 Tahun 2003 Bab I
Pasal 1 ayat 19 dari Ketentuan Umum disebutkan
bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengertian Kurikulum
Bahan ajar ini membicarakan tentang pengertian kurikulum. Anda telah
terbiasa mendengar kata kurikulum. Tetapi kalau ditanya kurikulum itu
"makhluknya" seperti apa, siapa yang "menciptakan" mengapa disusun
dan lain sebagainya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
kadang-kadang kita butuh waktu untuk merenung. Kurikulum bukan
berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa Latin yang kata
dasamya adalah currere, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari.
Lapangan tersebut ada batas start dan batas finish. Dalam lapangan
pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah
ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri,
dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar.
Dulu kurikulum pernah diartikan sebagai "Rencana Pelajaran", yang
terbagj menjadi rencana pelajaran minimum dan rencana pelajaran
terurai. Dalam kenyataannya di sekolah rencana pelajaran tersebut
tidak semata-matahanya membicarakan proses pengajaran saja, bahkan
yang dibahas lebih luas lagi yiatu, mengenai masalah pendidikan. Oleh
karena itu istilah rencana pelajaran kiranya kurang kena.
lanjutan
Akibat dari berbagai perkembangan, terutama
perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi,
konsep kurikulum selanjutnya juga menerobos pada
dimensi waktu dan tempat. Artinya kurikulum
mengambil bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar
tidak hanya terbatas pada waktu sekarang saja, tetapi
juga memperhatikan bahan ajar dan berbagai
pengalaman belajar pada waktu lampau dan yang akan
datang. Demikian pula tidak hanya mengambil berbagai
bahan ajar setempat (lokal), kemudian berbentuk
kurikulum muatan lokal tetapi juga berbagai bahan ajar
yang bersifat nasional, yang kemudian berbentuk
kurikulum nasional (kurnas) dan lebih luas lagi bersifat
intemasional atau yang bersifat global.
lanjutan
Kurikulum yang terdiri atas berbagai komponen yang satu
dengan yang lain saling terkait adalah merupakan satu
sistem, ini berarti bahwa setiap komponen yang saling
terkait tersebut hanya mempunyai satu tujuan, yaitu tujuan
pendidikan yang juga menjadi tujuan kurikulum.
Pada dasarnya kurikulum berisikan tujuan, metode, media
evaluasi bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar.
Kurikulum yang disusun di pusat berisikan beberapa mata
pelajaran pokok dengan harapan agar peserta didik di
seluruh Indonesia mempunyai standar kecakapan yang sama.
Kurikulum tersebut dinamai Kurikulum Nasional (Kurnas)
atau Kurikulum Inti, sedang evaluasinya dilaksanakan dengan
UN (Ujian Nasional), Kurikulum yang lain yang disusun di
daerah-daerah disebut Kurikulum Muatan Lokal, evaluasinya
dilaksanakan secara US (Ujian Sekolah).
lanjutan
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia yang di mulai dari
diproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,
maka tercatat sudah 8 kali kurikulum pendidikan nasional
mengalami pengembangan, sebagai berikut:
Kurikulum pertama tahun 1947. Kurikulum ini disebut
sebagai rencana pelajaran 1947.
Tahun 1964. Kurikulum ini disebut rencana pendidikan 1964.
Tahun 1968. Kurikulum ini disebut rencana pendidikan 1968
Tahun 1975. Dapat disebut kurikulum tahun 1975 lebih
sistematik dari kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Tahun 1984. Kurikulum ini adalah penyempurnaan
kurikulum tahun 1975.
Tahun 1994 ditambah dengan suplemen tahun 1999.
lanjut
Tahun 2004. Kurikulum ini disebut Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Walaupun kurikulum ini belum memiliki
landasan hukum pelaksanaan, menurut Pusat Kurikulum,
Balitbang Depdiknas dalam buku berjudul Kurikulum
Berbasis Kompetensi (2002:19) bahwa kurikulum ini telah
diuji-cobakan terhadap beberapa sekolah rintisan dan
perluasan rintisan dari bulan Juli 2001 sampai dengan Juni
2004. Kurikulum inilah yang menjadi cikal-bakal munculnya
Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permen Diknas)
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, nomor 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen Diknas
nomor 22 dan 23.
Tahun 2006. Kurikukum Tingkat Satuan Pendidikan
lanjut
Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Pada Tanggal 16 Mei 2005, tenaga
pendorong yang sangat kuat yang memungkinkan
terjadinya perubahan kurikulum pendidikan
nasional. Pada pasal 2 ayat (1) mengungkapkan
bahwa lingkup Standar Pendidikan Nasional
meliputi 8 standar, yakni: Standar Isi, Standar
Proses, Standar Kompetensi Lululusan, Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar
Sarana-Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
lanjut
Tentang Standar Isi, bagian kesatu, pasal 5 ayat (1) demikian: Standar Isi
mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ayat (2) Standar Isi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik. Pada bagian keempat tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Pasal 17 Ayat (1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik
daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. (2) Sekolah dan
komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan
kurikulum tingkat satuan satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi
dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD,
SMP, SMA dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. Memperhatikan uraian sebelumnya,
khususnya muatan pasal 17 ayat (2) di atas, penyusun dan mengembangkan KTSP
adalah guru, atau sekolah bersama-sama dengan komite sekolah di bawah
supervisi dinas kabupaten/kota setempat. Penyusunan KTSP tersebut harus
mengacu pada karakteristik peserta didik, sosial budaya dan daerah setempat.
lanjut
Dengan demikian kurikulum itu merupakan program
pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang
direncanakan diprogramkan dan dirancangkan yang berisi
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal
dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan datang.
Berbagai bahan tersebut direncanakan secara sistemik, artinya
direncanakan dengan memperhatikan keterlibatan berbagai
faktor pendidikan secara harmonis. Berbagai bahan ajar yang
dirancang tersebut harus sesuai dengan norma-norma yang
berlaku sekarang, diantarnya harus sesuai dengan Pancasila,
UUD 1945, UU SISDIKNAS, PP No. 27 dan 30, adat istiadat
dan sebagainya. Program tersebut akan dijadikan pedoman bagi
tenaga pendidik maupun peserta didik dalam pelakasanaan
proses pembelajaran agar dapat mencapai cita-cita yang
diharapkan sesuai dengan yang tertera pada tujuan pendidikan.
lanjut
Jadi kurikulum ialah: suatu program
pendidikan yang berisikan berbagi bahan
ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar
norma-norma yang berlaku yang
dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan
dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Kedudukan dan Posisi Kurikulum dalam Pendidikan
Peran Guru
Kalau kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam
manajemen sekolah, maka guru merupakan tokoh sentral
dalam penyelenggaraan layanan pendidikan sekolah. Gurulah
pemeran utama aktivitas sekolah (pendidikan dan
pembelajaran). Krena itu, tugas guru merupakan profesi yang
menuntut keahlian. Bukan sekedar ”tukang mengajar”. Dia
harus paham mengenai apa yang disampaikan, mengapa harus
disampaikan, dan bagaimana menyampaikannya. Dengan
demikian, apa yang dihadapi dan menjadi tugas profesi guru
adalah menyangkut hal yang bersifat dinamis. Juga, karena
adanya benang merah antara “apa, mengapa, dan bagaimana”
maka guru juga menjadi pusat penggerak dinamika itu.
Keberadaan guru menjadikan sesuatu bersifat dinamis.
lanjut
Peran Komite
Keberadaan komite sekolah kian bergulir dengan
diberlakukannya otonomi sekolah. Keberadaan komite
sekolah (dan dewan pendidikan) secara legal formal tertuang
dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
044/U/2002. Dalam keputusan menteri ini, komite sekolah
dimaksudkan sebagai sebuah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan
sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Penamaannya
sendiri disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-
masing satuan pendidikan. Bisa saja misalnya dengan nama
Majelis Madrasah, Majelis sekolah, Komite TK, dan sebagainya.
Peran siswa
Pada umumnya siswa kurang dipertimbangan dalam pengembangan
kuriku-lum karena memang mereka belum mempunyai kompetensi
dalam bidang itu. Namun pada tingkat kegiatan kelas, bila guru
bertanya, bagaimana pendapatnya tentang pelajaran, apa yang ingin
dipelajarinya tentang suatu topik, atau bila guru mengajak siswa
turut-serta dalam perencanaan suatu kegiatan belajar, pada
pokoknya mereka sudah dilibatkan dalam kurikulum. Di sekolah
progresif kepada murid diberikan peranan yang lebih besar lagi
tentang apa yang mereka harapkan dari pelajaran. Partisipasi murid
sama sekali tidak berarti bahwa keinginan mereka harus selalu
dituruti akan tetapi pandangan mereka dapat dimanfaatkan,
sekalipun keputusan berada di tangan guru. Memaksakan kurikulum
yang tidak mereka sukai, yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan
mereka, akan menimbulkan rasa benci bahkan protes, sekalipun
tersembunyi, terhadap pelajaran dan sekolah yang mereka nyatakan
dalam perbuatan yang tidak diinginkan.
Strategi Pengembangan
Kurikulum
Pengembangan kurikulum bukanlah sebuah
tindakan mekanistik. Tidak serta-merta setiap guru
dapat mengembangkan kurikulum. Kegiatan itu
memerlukan strategi yang memungkinkan
kurikulum dapat dikembangkan sehingga
membuahkan hasil yang baik.
Strategi pengembangan kurikulum antara lain: (1)
mengubah sistem pendidikan, (2) mengubah
kurikulum tingkat lokal, (3) memberikan pendidikan
in-service dan pengembangan staf, (3) supervisi,
reorganisasi sekolah, (4) eksperimentasi dan
penelitian
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH
SAMPAI JUMPA LAGI
WASSALAM
Guru menggarisbawahi nilai-nilai inti yang
melekat dalam konten akademik mata
pelajaran (misalnya: tema-tema yang terkait
karakter, prinsip-prinsip penyelidikan ilmiah).
Guru menyediakan kesempatan-kesempatan
kepada siswa untuk mengintegrasikan isu-isu
etika yang muncul di dalam konten akademik
mata pelajaran
Rutinitas kelas menghargai siswa dan
melibatkan mereka sedemikian rupa,
sehingga unsur-unsur karakter seperti
tanggungjawab, keadilan, dan kepedulian
berkembang.
Guru mendemonstrasikan penggunaan
strategi-strategi pengajaran yang
bervariasi.
Guru meningkatkan kebiasan-kebiasan
berfikir (keinginan hendak tahu, pencari-
kebenaran, berfikir kritis, dan keterbukaan
terhadap ide-ide baru) yang mengantarkan
kepada pertumbuhan intelektual siswa.