Anda di halaman 1dari 36

PENGENDALIAN VEKTOR

KETIKA TERJADI BENCANA

KELOMPOK 5 PBL
VEKTOR
vektor adalah serangga atau binatang
pengerat yang mampu menularkan penyakit
dari manusia, hewan atau reservoir lain
kepada manusia.
FAKTOR MENINGKATNYA PENYAKIT PADA
KORBAN KETIKA BENCANA

• Tempat pengungsi sementara


• Pemanjanan/proses vektor cepat
• Overcrowding/kesesakan pengungsi
• banyaknya tempat berkembangbiak vektor
• Banyaknya makanan bagi vektor
• Terputusnya pemberantasan vektor
• Banyaknya tempat pengobatan terhenti
Vektor penular penyakit adalah hewa hidup
yaitu serangga (insekta, Insects, Arthopoda) dan
binatang pengerat (Rodentia), yang menularkan
penyakit manusia kepada manusia.
Vektor yang biasa ditemukan di tempat
bernaung para pengungsi korban bencana
adalah tikus, nyamuk, kecoa, lalat, dan pinjal
tikus.
TIKUS
Tikus berada dekat dengan pemukiman manusia.
Ditempat-tempat pengungsian tikus akan datang
berkumpul untuk mendapatkan makanan sambil
mengontaminasinya dan bersarang. Mereka bersarang
ditempat-tempat yang gelap, terlindung, dan hangat di
dekat sumber makanan dan air. Tikus akan berlalu-
lalang melalui jalur sempit tersembunyi yang
menghubungkan tempat makanan, air dan sarang
secara aman.
Jenis-jenis TIkus
• Tikus Nowergia (tikus Got)
yaitu tikus yang sangat besar dan tidak terlalu
gesit namun dia pandai berenang biasa dibuat sarang
dibawah terowongan seperti got dan bersarang.

• Tikus Atap
yaitu tikus yang dalam mencari makanannya
secara luas dan bisa manjat pohon biasanya
tikus ini bersarang diatas gedung atau atap.
• Tikus Rumah
Tikus rumah (house mouse, Mus musculus)
banyak didapat di sekitar tempat pemukiman.
Tikus ini merupakan resevoir penyakit yang
ditularkan secara mekanis atau secara biologis
melalui vektor Arthopoda.
Sambungan….
NYAMUK

Nyamuk termasuk ordo Diptera famili Culicidae


dan merupakan vektor penular penyakit serta
serangga penganggu. Nyamuk akan ditemukan di
mana-mana di tempat yang ada air. Nyamuk
mengalami 4 stadia metamorfosis dalam siklus
kehidupan yaitu telur, larvae, pupae, dan nyamuk
dewasa
Jenis-jenis nyamuk

 Nyamuk Anopheles
Nyamuk anopheles menjadi aktif mulai waktu
matahari terbenam sampai matahari terbit.
 Nyamuk Aedes
Di daerah tropis, Aedes merupakan spesies yang
menjadi vektor penting penular dengue, dengue
haemorrhagic fever (demam berdarah dengue),
yellow fever, dan penyakit virus lain.
 Nyamuk Culex
Pada umumnya nyamuk Culex berkembang biak
di air yang tenang. Spesies Culex quimquefasciatus
merupakan vektor penghantar penyakit filariasis oleh
cacing Wuchereria bancrofti yang ada di Indonesia
dan Japanese yellow fever.

 Nyamuk Mansonia
Nyamuk Mansonia banyak ditemukan di daerah
berawa-rawa di Indonesia, India Selatan, dan
Malaysia. Nyamuk ini merupakan vektor Brugia malayi
penyebab filariasis. Massa telur nyamuk ini melekat
pada bagian tanaman yang berada di tepian atau
yang mengambang di air.
KECOA
Kecoa termasuk serangga dalam famili
Elattidae ordo Orthoptera dan banyak ditemukan
di daerah tropika. Serangga ini banyak ditemukan
di tempat-tempat penyiapan makanan dan di
tempat-tempat hangat dan lembab misalnya di
atap saluran air kotor rumah.

Kotoran kecoa sering mengandung bakteri


penyakit gastrointestinalis (manusia). Kecoa
mengalami 3 fase siklus kehidupan yaitu kecoa
dewasa, telur, dan nimfa (nymph).
LALAT

Lalat (Musca domestica) hidup berdekatan dengan


tempat tinggal manusia. Lalat berpotensi menyebarkan
penyakit karena dapat memakan makanan manusia
sekaligus juga memakan kotoran. Dengan makan dan
hinggap pada kotoran, lalat memindahkan organisme
penyakit-penyakit.
Jumlah populasi lalat dipengaruhi oleh faktor-
faktor :
 Adanya tempat makanan dan tempat perindukan
 Suhu; (bisa betahan suhu panas 35 C)
 Kelembapan;
 Jam-jam ketika matahari bersinar

Lalat biasanya hinggap dan makan pada tempat


kotor seperti kotoran, bangkai serta makanan yg berbau
busuk, lalat melalui kakinya atau mulutnya untuk
menyebarkan bakteri yang dibahwa kepada host melalui
makanan dan minuman yg dihinggapi lalat sehingga
terjadi perpindahan bakteri.
SIKLUS HIDUP
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
374/MENKES/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor, Bab 1, Ketentuan
Umum Pasal 1,
Pengendalian vektor yaitu Semua kegiatan
atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan
populasi vector serendah mungkin sehingga
keberadannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya
penularan penyakit menular vector di suatu
wilayah atau menghindari kontak masyarakat
dengan vector dapat dicegah.
Agar dapat melakukan langkah atau
tindakan pengendalian yang efektif, efisien, dan
berhasilguna, program pengendalian vektor harus
didasarkan atas pengertian komperehensif
mengenai latar belakang alami kehidupan vektor
yang ada ditempat atau lingkungan sekitar
masyarakat yang terkena bencana atau tempat
pengungsi sementara.
Dalam pengendalian kita harus memperlajari
tentang :

- Struktur , lokasi, dan lingkungan lokal


- Faktor-faktor sosial yang menentukan
pemajanan manusia di area lokal
- Langkah-langkah terpadu untuk
pencegahan penyakit.
Struktur , lokasi, dan lingkungan lokal

Maksudnya yaitu kita harus bisa


mempelajari karakteristik lingkungan sehingga
kita bisa mengetahui berbagai macam vektor
pengganggu serta bagaimna cara penanganan
dan pencegahannya
Pentingnya Pengkajian struktur, lingkungan dan
lokasi fokal
 Bisa mengetahui inang penyebaran penyakit
seperti hewan
 Bisa mengetahui bahan kimia setempat apabila
dilakukan pemberantasan vektor
 Bisa mengetahui Penularan bakteri dari vektor
kemanusia
Yang dianalisis dalam pengenalan lingkungan wajib
3 faktor persamaan matematis Risiko (R)
• keberadaan vector dilokasi (a)
• prevalensi organisme penyakit (o)
• kerentanan populasi (r)

R = f (a, o, r)

Ketiga faktor ini harus dinilai dan dikaji dalam


menentukan tindakan pengelolahan lingkungan
untuk pengendalian vector dan tentunya
kerjasama berbagai kealihan untuk pengendalian
yg efektif
Fakor-faktor Sosial yang Menentukan Pemajanan
Manusia di Area Fokal
Penularan penyakit melalui vector terjadi jika
manusia berada dengan vector di tempat dan waktu
bersamaan, siklus-siklusnya yaitu ;

Dua factor hidup/hayati: manusia dan Arthropoda Dalam


model ini penularan terjadi karena penyakit
diaktivikasikan oleh hubungan manusia dengan
arthropoda. Penyakit merupakan efek langsung oleh
Arthropoda pada manusia tanpa melibatkan virus, bakteri,
protozoa, cacing atau fungus.
Mis: pediculosis, scabies, sengat, alergi dan shok
anafilaktik.
Tiga faktor hidup/hayati: manusia – vektor – parasit
Penularan terjadi dimana manusia menjadi pejamu
penyakit dan Arthopoda menjadi vektor esensil untuk
penularan parasit.
Mis: dysenteri, filariasis, malaria, trachoma
Empat factor hidup/hayati: manusia – vektor – parasit
– reservoir
Penularan pada manusia terjadi karena parasit
dihantarkan oleh vaktor yang berada pada binatang
reservoir
Mis: Agen penyakit pascurela pestis yang terdapat
pada pijal tikus menyebabkan penyakit pes pada
manusia
Macam-macam pengendalian

1. Pengolahan Lingkungan

Untuk tujuan pengendalian vector, lingkungan


dapat dikelola dengan cara memprakondisikan
lingkungan menjadi faktor fisik, dan biologi yang
mencegah terjadinya penularan penyakit dalam
interaksi lingkungan dan manusia.
2. Pemakaian Pestisida

Dalam keadaan darurat sering terjadi letupan


penyaki yang ditularkan vector. Dalam keadaan
mendesak ini respon yang paling tepat dan cepat
adalah pemakaian petisida, tidak boleh berlarut dan
harus sejalan dengan pengolahan lingkungan.
Pendekatan Pengolahan lingkungan

•Modifikasi lingkungan
Modifikasi lingkungan adalah strategi mengubah
lingkungan fisik dengan tujuan mengurangi atau
menghilangkan habitat perkembangbiakan vector.

Contoh; untuk mengurangi atau mengendalikan larva


nyamuk maka dilakukan modifikasi lingkungan fisik
terhadap lingkungan habitat nyamuk seperti genangan
air, memperbaiki desain bendungan, infrastruktur
irigrasi, dan badab air lain
•Manifulasi Lingkungan

Manifulasi lingkungan yaitu strategi kegiatan


berkala misalnya;
Untuk mengurangin vector nyamuk
•Membuang ganggang air secara periodic
•Memangkas tanaman yang tumbuh diair
•Mengubah tinggi air saluran irigrasi
•Mengembangka predator biologic seperti ikan
pemangsa jentik nyamuk serta melakukan 3M
(Menutup, Mengura, dan Mengubur).
• Mengurangi Kontak Vektor-Manusia

menghindari kontak manusia dengan vektor


sehingga bisa memutus rantai penyebaran siklus
vektor, seperti
•Membangun pemukiman jauh dari vektor
•Memakai kelabu
•Penggunaan obat nyamuk
•Maupun menggunakan alat lain, sehingga
kontak manusia dengan vektor bisa berkurang.
Langkah-langkah Terpadu Untuk Pencegahan
Penularan Penyakit

•Medis mendiagnosis dini dan pengobatan akurat


•Pengendalian vector
•Hygiene dan keamanan makanan
•Perlindungan perserorangan
Pencegahan Penyakit yang Ditularkan oleh
Nyamuk

Dua tujuan pokok dalam pengendalian


nyamukadalah mengurangi kepadatan (desity)
populasi dan memperpendek umur (longevity)
nyamuk

•Pengurangan Kepadatan Populasi Nyamuk

•Memperpendek Umur Nyamuk


Catatan Pemakaian Insektisida Dalam
Keadaan Darurat
Pemakaian petisida memerlukan tanggung jawab
yang tinggi dan diatur dalam perundang-undang
karena bahan kimia itu dapat mengganggu kesehatan
serta ekosistem setempat. Di Indonesia misalnya,
sebanyak 36 jenis insektisida tertentu termasuk DDT
(Dichloro Diphenyl Terhlorohane, jenis petisida
organic) sudah dilarang pemakaian untuk semua
bidang menurut peraturan menteri pertanian nomor:
01/permentan/OT. 140/1/2007. Sedangkan yang
dilarang dalam penggunaan rumah tangga adalah
diklorvos dan klorpirivos
Urutan prioritas keselamatan jika terpaksa
menggunakan petisida

•Petugas atau penyemprot atau penyebar petisida


•Populasi yang dilindungi
•Penyediaan makanan dan minuman
•Hewan peliharan dan domestic
•Lingkungan lebih luas
•Karakteristik Petisida

Petisida yang beredar dalam masyarakan


mempunyai berbagai macam bentuk (WHO,
2002)

 Petisida bubuk dan granul


 Petisisda bubuk yang dapat disemprotkan pakai
air
 Kosentrat emulsi
 Formula yang dilepas perlahan
SEKIAN…..

Anda mungkin juga menyukai