Anda di halaman 1dari 63

KEBIJAKAN/PERATURAN TERKAIT

JASA KONSTRUKSI

1
KEBUTUHAN PENGATURAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

UNTUK APA
“KONSTRUKSI” KEPENTINGN
DIATUR? PERLINDUNGAN
MASYARAKAT
KEGIATAN RESIKO
EKONOMI TINGGI

KEPENTINGAN KEPENTINGAN
PERLINDUNGAN PERLINDUNGAN
PEREKONOMIAN LINGKUNGAN

KONSTRUKSI
PENCIRI PERUBAH
PERADABAN EKOSISTEM

KEPENTINGAN KEPENTINGAN
PERLINDUNGAN LONG LASTING PERLINDUNGAN
PERADABAN KEBUDAYAAN
ARTEFACT
NILAI & PRINSIP PENGATURAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
PRODUK
BERKUALITAS,
BERMANFAAT,
P3 BERKELANJUTAN,

KONSTRUKSI
INDONESIA

KAPASITAS EFISIEN,
KOMPETENSI P1 P2 PRODUKTIF,
DAYA SAING KREATIF & INOVATIF
GOVERNANCE BERKEADILAN

PELAKU PROSES
JASA
JASA pembongkaran pengkajian
PENGKAJIAN
PEMBONGKARAN
JASA MANAJEMEN
PROYEK

JASA rehabilitasi perencanaan JASA


REHABILITASI PERENCANAAN

PENYELENGGA-
JASA
RAAN KONSTRUKSI
PERANCANGAN

pemeliharaan perancangan
JASA SUPLAI
JASA MATERIAL
PEMELIHARAAN

JASA SUPLAI
operasi pelaksanaan TENAGA KERJA

JASA JASA PENGKAJI JASA JASA JASA SUPLAI


OPERATOR KELAIKAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PERALATAN
PERATURAN PERUNDANGAN JAKON

• UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi


 Diundangkan : 7 Mei 1999
 Berlaku Efektif : 7 Mei 2000
• PP No. 28/2000, sebagaimana terakhir kali telah
diubah oleh PP 92/2010 Tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
• PP No. 29/2000 sebagaimana telah diubah oleh PP
59/2010 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
• PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan
Jasa Konstruksi
5
FAMILY TREE
(PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN)
BIDANGJASA KONSTRUKSI S.D. TAHUN 2011

UU NO. 18 TAHUN 1999


TENTANG JASA KONSTRUKSI

PP NO. 28 TAHUN 2000 TENTANG PP NO. 29 TAHUN 2000 TENTANG PP NO. 30 TAHUN 2000 TENTANG
USAHA DAN PERAN MASYARAKAT PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PENYELENGGARAAN PEMBINAAN
JASA KONSTRUKSI SEBAGAIMANA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN JASA KONSTRUKSI
TELAH DIUBAH TERAKHIR KALI PP NO 59 TAHUN 2010
DENGAN PP NO 92 TAHUN 2010

6
UU NO. 18 TAHUN 1999
TENTANG JASA KONSTRUKSI

PP NO. 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN


PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR KALI
DENGAN PP NO 92 TAHUN 2010

Permen PU No. Permen PU No Permen PU No. Permen PU No. Peraturan Menteri Peraturan Menteri No. Peraturan Menteri Keputusan Menteri No.
31/PRT/M/2006 05/PRT/M/2011 45/PRT/M/2005 04/PRT/M/2011 No. 10/PRT/M/2010 No. 340/KPTS/14/2007 tanggal
Tentang Monitoring Tentang Tentang 23/PRT/M/2009 sebagaimana telah 08/PRT/M/2011 31 Juli 2007 tentang
Tentang diubah dengan Permen tentang Penetapan Standar
Committee Dalam Pedoman Pedoman tentang Pedoman
Pedoman Fasilitasi PU No 24/PRT/M/2010 Subklasifikasi dan Kompetensi Kerja Terampil
Rangka Pelaksanaan Persyaratan Pemberdayaan
Persyaratan Penyelenggaraan tentang Perubahan atas Subkualifikasi dan Tenaga Ahli di Bidang
ASEAN Mutual Pemberian Izin Penangggung Forum Jasa Permen PU No Usaha Jasa Jasa Konstruksi.
Pemberian Izin
Recognition Perwakilan Jawab Teknik Konstruksi 10/PRT/M/2010 Tata Konstruksi
Arrangement on Badan Usaha Badan Usaha Jasa Usaha Jasa Cara pemilihan Pengurus,
Engineering Services Jasa Konstruksi Konstruksi Konstruksi Masa Bakti, Tugas Pokok
Asing Kualifikasi Kecil Nasional dan Fungsi, Serta
Mekanisme Kerja LPJK

Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Kementerian PU terkait Jasa konstruksi:


1. SE PU No 13/SE/M/2006 Perihal Persyaratan Perusahaan Asing dalam Mengikuti Proses Pengadaan Barang/Jasa di Indonesia
2. SE PU No 12/SE/M/2007 Perihal Petunjuk Pelaksanaan Pembekalan Uji Kepatutan dan Kelayakan Calon Anggota Dewan Pengurus LPJK Daerah
3. SE PU No 05/SE/M/2010 Perihal Masa Berlaku SBU, SKA, dan SKT
4. SE PU No 16/SE/M/2010 Perihal Persyaratan Kualifikasi Usaha dan Nilai Paket Pekerjaan, serta Masa Berlaku SBU, SKA, dan SKT
5. SE PU No 09/SE/M/2011 Perihal Pelaksanaan Pengadaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi serta Kualifikasi Penyedia Jasa Konstruksi
7
UU NO. 18 TAHUN 1999
TENTANG JASA KONSTRUKSI

PP NO. 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI


SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PP NO 59 TAHUN 2010

Permen PU No. Permen PU No. Permen PU No. Permen PU No. Permen PU No. Permen PU No. Permen PU No. Permen PU No.
09/PRT/M/2008 33/PRT/M/2006 34/PRT/M/2006 604/PRT/M/2005 207/PRT/M/2005
04/PRT/M/2009 06/PRT/M/2008 07/PRT/M/2011
Tentang Pedoman Tentang Pedoman Tentang Pedoman Tentang Pedoman Tentang Pedoman
Tentang Sistem Tentang Pedoman Tentang Standar
Pengawasan Pelaksanaan Sistem Pelaksanaan Sistem Pelaksanaan Pengadaan Jasa
Manajemen Mutu Sistem Manajemen dan Pedoman Pemeriksaan Pada Konstruksi
Penyelenggaraan dan Pengendalian Pengendalian
Departemen Keselamatan dan Pengadaan Manajemen Manajemen Jasa Pemilihan Penyedia Pemerintah Secara
Pelaksanaan
Pekerjaan Umum Kesehatan Kerja Pekerjaan (SISDALMEN) Pelaksanaan Jasa Pengadaan Elektronik
Pemeriksaan
(SMK3) Konstruksi Konstruksi di Konstruksi dan Penyelenggaraaan Konstruksi Barang/Jasa
Bidang Pekerjaan Lingkungan Dep. PU Jasa Konsultansi Kontrak Jasa (Pemborongan) di Pemerintah di
Umum Konsultansi di Lingkungan Dep PU Lingkungan Dep. PU
Lingkungan Dep. PU

Kepmen PU No. Kepmen Kimpraswil No. Kepmen Kimpraswil No. 339/KPTS/


181/KPTS/M/2005 Tentang 349/KPTS/M/ 2004 M/2003 Tentang Petunjuk
Standar dan Pedoman Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan Jasa Konstruksi Penyelenggaraan Pemerintah
Kontrak Jasa
Pelaksanaan Konstruksi
(Pemborongan)

Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Kementerian PU terkait Jasa konstruksi:


1. SE PU No 16/SE/M/2007 Perihal Persekongkolan Antar Penyedia Barang/Jasa dalam Upaya Memenangkan Pelelangan
2. SE PU No 12.1/SE/M/2006 Perihal Pelaksanaan Pemilihan Pengadaan barang/Jasa Pemerintah sebelum Dokumen Anggaran disahkan
3. SE PU No 18/SE/M/2006 Perihal Pelaksanaan Pengadaan barang/Jasa, di lingkungan Kementerian PU TA 2011
4. SE PU No 13/SE/M/2006 Perihal Persyaratan Perusahaan Asing dalam Mengikuti Proses Pengadaan Barang/Jasa di Indonesia

8
KEBUTUHAN PP UNTUK PENGATURAN JASA KONSTRUKSI

KETENTUAN PERATURAN
UU JASA KONSTRUKSI MATERI MUATAN PP PERUNDANG-UNDANGAN YANG HARUS
DI INTEGRASIKAN KEDALAM PP
Bab I Ketentuan Umum PP 28 UU No. 11/67 Pertambangan
(Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi)
Bab II Asas dan Tujuan UU No. 15/85 Ketenagalistrikan
Pasal 7 Jenis Usaha, Bentuk Usaha, Bidang Usaha UU No. 1/95 Perseroan Terbatas
Bab III Usaha Jasa Konstruksi Pasal 10 Perizinan Usaha, Klasifikasi dan Kualifikasi
Usaha, Sertifikasi Keahlian dan Keterampilan UU No. 12/97 Hak Cipta
Bab IV Pengikatan Pekerjaan Pasal 34 Ketentuan mengenai Forum dan Lembaga UU No. 25/97 Ketenagakerjaan
Konstruksi Pasal 42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi UU No. 23/97 Pengelolaan
Bab V Penyelenggaraan Lingkungan Hidup
Pekerjaan Konstruksi
UU No. 24/92 Penataan Ruang
Bab VI Kegagalan Bangunan PP 29
(Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi) UU No. 1/70 Keselamatan Kerja
Bab VII Peran Masyarakat UU No. 3/92 Jamsostek
Pasal 21 Tata cara pemilihan Penyedia Jasa,
UU No. 5/99 Larangan Praktek
Penyiapan Dokumen Pemilihan dan Dokumen
Bab VIII Pembinaan Monopoli & Persaingan
Penawaran, Penetapan Penyedia Jasa
Usaha Tidak Sehat
Pasal 22 (8) Kontrak Kerja Konstruksi
Bab IX Penyelesaian Sengketa UU No. 5/95 Usaha Kecil
Pasal 23 (4) Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
UU No. 8/99 Perlindungan
Pasal 28 Kegagalan Bangunan (Jangka Waktu, Penilai
Konsumen
Bab X Sanksi Ahli, Tanggung Jawab)
Pasal 42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi UU No. 22/99 Pemerintah Daerah
Bab XI Ketentuan Peralihan UU No. 1/87 Organisasi KADIN/
Asosiasi
Bab XII Ketentuan Penutup PP 30 UU No. Perasuransian
(Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi)
Pasal 35 (1) Ketentuan mengenai pembinaan
Pasal 35 (5) Tugas pembinaan oleh Pemerintah bersama
dengan masyarakat jasa konstruksi.
Pasal 35 (6) Tugas Pembinaan oleh Pemda
Pasal 42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi

9
UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999
TENTANG JASA KONSTRUKSI

10
OUTLINE UUJK
Ketentuan
Umum
Ketentuan
Peralihan dan Azas dan
Penutup Tujuan

Sanksi Usaha Jasa


Konstruksi

UUJK Pengikatan
Penyelesaian Pekerjaan
Sengketa Konstruksi

Pembinaan Penyelenggaraan
Pekerjaan
Konstruksi

Peran Kegagalan
Masyarakat Bangunan

11
PENGERTIAN
• Jasa Konstruksi adalah layanan jasa:
- Konsultasi perencanaan konstruksi
- Pelaksanaan pekerjaan konstruksi
- Konsultasi pengawasan konstruksi

• Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh atau sebagian


rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan, yang mencakup bidang pekerjaan :
- Arsitektural
- Sipil
- Mekanikal
- Elektrikal
- Tata lingkungan

• Industri Konstruksi adalah seluruh komponen kegiatan


dan proses untuk penyelenggaraan jasa konstruksi

12
AZAS UUJK
 Kejujuran dan Keadilan
 Manfaat
 Keserasian
 Keseimbangan
 Kemandirian
 Keterbukaan
 Kemitraan
 Keamanan dan Keselamatan

13
TUJUAN UUJK
 Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa
konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh,
andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan yang berkualitas
(hubungannya dengan usaha jasa konstruksi dan pembinaan)
 Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa
dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan
kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (hubungannya dengan pengikatan pekerjaan konstruksi, kegagalan
bangunan, dan penyelesaian sengketa)
 Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa
konstruksi (hubungannya dengan peran masyarakat)
14
USAHA JASA KONSTRUKSI

15
BAB V
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

1. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MELIPUTI TAHAP


PERENCANAAN DAN TAHAP PELAKSANAAN BESERTA PENGA-
WASANNYA YANG MASING-MASING DILAKSANAKAN MELALUI
KEGIATAN PENYIAPAN, PENGERJAAN, DAN PENGAKHIRAN

2. TAHAPAN DAN KEGIATAN DIMAKSUD HARUS MEMENUHI KETENTUAN


TENTANG :

- KETEKNIKAN
- KETENAGAKERJAAN
- TATA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
- SEMUA KEWAJIBAN LAINNYA YANG DIPERSYARATKAN

CATATAN : URAIAN LEBIH RINCI TENTANG PENYELENGGARAAN


PEKERJAAN KONSTRUKSI DIATUR LEBIH LANJUT DALAM P.P.

16
PENGIKATAN DAN PENYELENGGARAAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI

17
KEGAGALAN BANGUNAN

18
BAB VI
KEGAGALAN BANGUNAN
6.1. KETENTUAN UMUM

a. PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA WAJIB BERTANGGUNG JAWAB ATAS


KEGAGALAN BANGUNAN

b. KEGAGALAN BANGUNAN DIHITUNG SEJAK PENYERAHAN


AKHIR PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN SELAMA-LAMANYA 10 TAHUN

c. KEGAGALAN BANGUNAN DITETAPKAN PIHAK KETIGA SELAKU PENILAI AHLI

6.2. KEGAGALAN BANGUNAN KARENA :

a. KESALAHAN PERENCANAAN ATAU PENGAWASAN BANGUNAN, TANGGUNG


JAWAB PERENCANA ATAU PENGAWAS BANGUNAN TSB.

b. KESALAHAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI, TANGGUNG JAWAB PELAKSANA


KONSTRUKSI

c. KESALAHAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN BANGUNAN, TANGGUNG JAWAB


PENGGUNA JASA

CATATAN : URAIAN LEBIH RINCI TENTANG KEGAGALAN BANGUNAN DIATUR


LEBIH LANJUT DALAM P.P.

19
KEGAGALAN BANGUNAN

PENGERTIAN JANGKA WAKTU BENTUK TANGGUNG PENILAI


TANGGUNG JAWAB JAWAB PENANGGUNG
JAWAB
1 PERENCANA DAN
Kegagalanbangunan Maksimum 10 tahun Pihak ketiga
PENGAWAS KONSTRUKSI
adalah keadaan sejak penyerahan akhir selaku penilai
- Bertanggung jawab
bangunan yang tidak ( FHO ) sesuai bidang profesi ahli
berfungsi, baik
- Dikenakan ganti rugi
secara keseluruhan
2 PELAKSANA
maupun sebagian
KONSTRUKSI
dan / atau tidak
-Bertanggung jawab sesuai
sesuai ketentuan
bidang usaha
kontrak atau
-Dikenakan ganti rugi
pemanfaatannya
3 PENGGUNA JASA
yang menyimpang,
-Bertanggung jawab dan
sebagai akibat
dikenakan ganti rugi ( apabila
kesalahan penyedia
merugikan pihak lain )
jasa dan/ atau
pengguna jasa

UUJK Pasal 1 (6) UUJK Pasal 25 (2) UUJK Ps 21 (2) , 26 (2) dan UUJK Ps 25 (3)
27
20
SISTEM PERTANGGUNGAN UNTUK
GANTI RUGI

MEKANISME PERSYARATAN UNTUK JENIS PERTANGGUGAN


PERTANGGUNGAN MEMPEROLEH JAMINAN YANG DIPERSYARATKAN
ASURANSI

1 Adanya sertifikat keahlian ( 1 Jaminan terhadap


1 Melalui jasa asuransi yang
profesi ) yang diterbitkan kegagalan konstruksi
pemberlakuannya
oleh badan terpecaya.  CAR( Constractor’s
disesuaikan dengan tingkat
All Risks )
pengembangan usaha jasa
asuransi dibidang 2 Adanya metode / proses kerja
yang baku yang sesuai dengan 2 Jaminan terhadap
perencanaan, pengawasan
kaidah ketehnikan yang kegagalan bangunan
dan pelaksanaan pekerjaan
berlaku  Professional
konstruksi
Indemnity Insurance
3 Adanya performance yang dan / atau
2 Besar ganti rugi iperhitungkan
mendukung dari calon Professional Liability
dengan mempertimbangkan
Insurance
antara lain tingkat kegagalannya tertanggung.

UUJK Pasal 26 dan Penjelasan


Pasal 26

21
PERAN MASYARAKAT

22
PEMBINAAN

23
PENYELESAIAN SENGKETA

24
SUBSTANSI PERATURAN PEMERINTAH NO 28 TAHUN 2000 TENTANG
USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI YANG TIDAK

DIUBAH OLEH PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 04 TAHUN 2010

25
Pasal 6
PP 28 Tahun 2000
• Bentuk Usaha JAKON meliputi Usaha
Orang Perseorangan dan Badan
Usaha

• Badan Usaha Nasional dapat


berbentuk badan hukum maupun
bukan badan hukum
26
Pasal 12
PP 28 Tahun 2000
• BUJK baik nasional maupun asing yang telah mendapat
sertifikat klasifikasi dan kualifikasi wajib mengikuti
registrasi oleh Lembaga

• Pemberian tanda registrasi dilakukan dengan cara


meneliti sertifikat klasifikasi dan kualifikasi yang
dimiliki oleh BUJK

• Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan registrasi


ditetapkan oleh Lembaga
27
Pasal 14
PP 28 Tahun 2000
• BUJK nasional wajib memiliki Izin Usaha yang
diterbitkan oleh PEMDA ditempat domisili

• Izin Usaha berlaku untuk melaksanakan kegiatan


konstruksi secara nasional

• Syarat izin usaha:


• Memiliki tanda registrasi BUJK yang dikeluarkan oleh
Lembaga
• Melengkapi persyaratan lain yang dipersyaratkan
oleh peraturan perundangan lain terkait kegiatan 28

usaha
• BUJK asing wajib memiliki izin usaha yang diberika
pemerintah dengan persyaratan:
• Memiliki tanda registrasi BUJK oleh Lembaga
• Memiliki kantor perwakilan
• Memberikan laporan tahunan bagi perpanjangan
• Memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan peraturan
perundangan yang berlaku

• Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman persyaratan


pemberian izin ditetapkan oleh Menteri

29
Substansi lain yang tidak berubah
• Forum Jasa Konstruksi
• Deskripsi forum
• Unsur-unsur forum
• Fungsi forum
• Fasilitasi penyelenggaraan forum oleh Pemerintah Pusat maupun
Daerah
• Ketentuan lebih lanjut yang diatur oleh Menteri
• Ketentuan yang dikeluarkan oleh Lembaga yang menyangkut
masyarakat wajib dilaporkan kepada Menteri paling lambat
15 hari setelah dikeluarkan
• Pemerintah dapat membatalkan ketentuan yang diterbitkan
oleh Lembaga yang merugikan kepentingan umum dan/atau 30
bertentangan dengan peraturan perundangan.
PERATURAN PEMERINTAH NO 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN PEMERINTAH NO 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA
DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI

31
POKOK-POKOK SUBSTANSI PERUBAHAN
DALAM PP 4 TAHUN 2010
1. Kelembagaan.

Tujuan: Memperkuat fungsi Lembaga dalam pelaksanaan 5 tugas yang


diamanatkan UUJK

2. Kesekretariatan Lembaga

Tujuan : Mendukung kegiatan lembaga, agar dapat lebih optimal dalam


melaksanakan tugas-tugas yang diamanatkan.

3. Pembidangan usaha

Tujuan: Agar lebih selaras dengan kebutuhan pasar dan standar Internasional

4. Sistem sertifikasi

Tujuan: Meningkatkan akuntabilitas proses penilaian kemampuan/kompetensi


penyedia jasa 32
KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN JASA
KONSTRUKSI
• Untuk Melaksanakan kegiatan pengembangan jasa konstruksi didirikan Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Lembaga (Pasal 24 ayat 1)
• Lembaga sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 terdiri atas: (Pasal 24 ayat 2)
a. Lembaga Tingkat Nasional, yang berkedudukan di ibukota negara
b. Lembaga Tingkat Provinsi, yang berkedudukan di ibukota provinsi
• Lembaga Tingkat Nasional dan Lembaga Tingkat Provinsi masing-masing
beranggotakan wakil dari unsur: (Pasal 24 ayat 3)
a. Asosiasi perusahaan jasa konstruksi yang telah memenuhi persyaratan
b. Asosiasi profesi jasa konstruksi yang telah memenuhi persyaratan
c. Perguruan tinggi yang memiliki kedisiplinan keilmuan yang berkaitan dengan
pengembangan usaha jasa konstruksi dan/atau pakar yang bergerak di bidan
usaha jasa konstruksi; dan
d. Pemerintah, yang terdiri dari pejabat instansi pemerintah yang bertanggung jawab
dibidang pembinaan jasa konstruksi berdasarkan rekomendasi dari Menteri untuk
Lembaga Tingkat Nasional atau Gubernur untuk Lembaga Tingkat Provinsi
33
KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN JASA
KONSTRUKSI

• Lembaga sebagaimana dimaksud dalam pasal 24


mempunyai sifat nasional, independen, mandiri, dan
terbuka yang dalam keiatannya bersifat nirlaba (pasal
25 ayat 1)
• Kepengurusan Lembaga Tingkat Nasional dikukuhkan
oleh Menteri dan kepengurusan Lembaga Tingkat
Provinsi dikukuhkan oleh Gubernur
• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan
pengurus, masa bakti, tugas pokok dan fungsi, serta
mekanisme kerja Lembaga sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 diatur dalam peraturan
34 Menteri
LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI

• Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya Lembaga dapat


memperoleh dana yang antara lain berasal dari: (Pasal 27
ayat 1)
a. Pendapatan imbalan atas layanan jasa Lembaga
b. Kontribusi dari anggota Lembaga
c. Bantuan dari pihak lain yang sah dan tidak mengikat
• Selain dana sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
Pemerintah memberikan dukungan pendanaan untuk
kegiatan kesekretariatan Lembaga (Pasal 27 ayat 2)

35
SERTIFIKASI DAN REGISTRASI
Unit Sertifikasi Badan Usaha dan Tenaga Kerja

LEMBAGA Lisensi LEMBAGA


NASIONAL DAERAH

Kesekretariatan
Kesekretariatan
Lembaga Lembaga

Unit Sertifikasi
BUJK
Unit Sertifikasi Unit Sertifikasi
BUJK Tenaker
Unit Sertifikasi
Tenaker

Catatan:
Dalam hal Unit Sertifikasi Tingkat Unit Sertifikasi
Tenaker Bentukan
Provinsi tidak mendapatkan Lisensi,
Masyarakat.
sertifikasi di provinsi tsb dilaksanakan
oleh Unit Sertifikasi Tingkat Nasional
36
SERTIFIKASI DAN REGISTRASI
1. Lembaga dalam melakukan tugas sertifikasi dibantu oleh suatu Unit Sertifikasi yang bersifat independen.

– Unit Sertifikasi Badan Usaha

» Nasional menyelenggarakan fungsi:

 sertifikasi badan usaha dengan kualifkasi besar; dan

 penyetaraan klasifikasi dan kualifikasi badan usaha asing.

» Provinsi menyelenggarakan fungsi sertifikasi:

 badan usaha dengan kualifikasi menengah dan kecil.

– Unit Sertifikasi Tenaga Kerja

» Nasional menyelenggarakan fungsi

 sertifikasi Tenaga Ahli Utama; dan

 penyetaraan klasifikasi dan kualifikasi Tenaga Asing

» Provinsi menyelenggarakan fungsi:

 sertifikasi Tenaga Ahli Madya dan Muda; dan

 sertifikasi Tenaga Terampil.

2. Unit Sertifikasi dapat menjalankan fungsi sertifikasinya setelah mendapat LISENSI dari Lembaga Nasional
37
3. Pemerintah menerbitkan norma penyelenggaraan registrasi untuk dilaksanakan Lembaga
PEMBIDANGAN USAHA JASA KONSTRUKSI
a. PELAKSANA KONSTRUKSI
PP 28/2000 PP 4/2000
KLASIFIKASI KLASIFIKASI Referensi (Diatur dgn Permenpu)
Arsitektur Bangunan Gedung BG001 Jasa Pelaksana untuk Konstruksi
Bangunan Hunian Tunggal dan Kopel
Sipil BG002 Jasa Pelaksana untuk Konstruksi
Mekanikal Bangunan Multi atau Banyak Hunian
BG003 Jasa Pelaksana untuk Konstruksi
Elektrikal Bangunan Gudang dan Industri
Tata Lingkungan BG004 Jasa Pelaksana untuk Konstruksi
Bangunan Komersial
Bangunan Sipil SI001 Jasa Pelaksana untuk Konstruksi
Saluran Air, Pelabuhan, Dam, dan
Catatan : Prasarana Sumber Daya Air Lainnya
• Pengaturan sub klasifikasi dan
kualifikasi badan usaha diatur dengan SI002 Jasa Pelaksana untuk Konstruksi
Peraturan Menteri Bangunan Pengolahan Sampah,
• CPC : Central Product Classification. Bangunan Pengolahan Air Minum dan
• Standar klasifikasi yang dikeluarkan
oleh PBB. Air Limbah
• Digunakan untuk korespondensi
dalam perundingan internasional
Instalasi Mekanikal/ MK001 Jasa Pelaksana Pemasangan AC,
(WTO, ASEAN, APEC) Elektrikal Pemanas dan Ventilasi
38
EL001 Jasa Pelaksana Instalasi Pembangkit
Tenaga Listrik Semua Daya
PEMBIDANGAN USAHA JASA KONSTRUKSI
b. PERENCANA DAN PENGAWAS KONSTRUKSI
PP 28/2000 PP 4/2010
KLASIFIKASI Referensi (Diatur dgn
Klas. Perencanaan Klas. Pengawasan
Permenpu)
Arsitektur AR101 Jasa Nasihat dan
Arsitektur Arsitektur Pra Desain
Arsitektural
Sipil Sipil
Rekayasa RE101 Jasa Nasehat
Mekanikal Mekanikal dan Konsultansi
Rekayasa Teknik
Elektrikal Elektrikal
Penataan Ruang PR101 Jasa
Tata Lingk Tata Lingk Perencanaan
dan
Layanan Jasa Survai Layanan Jasa Inspeksi Perancangan
(Perlem 12a/2008) Teknis Perkotaan
Layanan Jasa Analisis Layanan Jasa Jasa KL401 Jasa Konsultansi
& Eng Lainnya Manajemen Proyek Konsultansi Lingkungan
(Perlem 12a/2008) Layanan Jasa Lainnya
Enjiniring Terpadu Catatan:
• Pengaturan sub klasifikasi dan kualifikasi usaha perencana dan
pengawas konstruksi diatur dengan Peraturan Menteri
• CPC : Central Product Classification.
39 • Standar klasifikasi yang dikeluarkan oleh PBB.
• Digunakan untuk korespondensi dalam perundingan internasional
(WTO, ASEAN, APEC)
USAHA JASA KONSTRUKSI

40
USAHA JASA KONSTRUKSI

41
PERATURAN PEMERINTAH NO 29 TAHUN 2000 TENTANG
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

42
OUTLINE PP 29/2000
Ketentuan
Umum
Pemilihan
Sanksi Penyedia
Jasa

Larangan PP Kontrak Kerja


Persekongkolan 29/2000 Konstruksi

Penyelesaian Penyelenggaraan
Pekerjaan
Sengketa Konstruksi

Kegagalan
Bangunan
43
PEMILIHAN PENYEDIA JASA
• Dalam pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung
penyedia jasa, pengguna jasa harus mengikutsertakan sekurang-kurangnya 1
perusahaan nasional (Pasal 3 ayat 5)
• Perencana Konstruksi dan Pengawas Konstruksi
– Pemilihan perencana konstruksi utk mendapatkan gagasan arsitektural
terbaik dan perencana konstruksi utk perencanaan sistem dapat melalui
sayembara terbuka atau terbatas (Pasal 5 ayat 1)
– Lembaga merumuskan dan menerbitkan model dokumen termasuk tata
cara mengenai sayembara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai
acuan pengguna jasa (Pasal 5 ayat 2)
• Pelaksana Konstruksi
– Lembaga merumuskan dan menerbitkan model dokumen untuk pemilihan
penyedia jasa sebagai acuan bagi pengguna jasa dalam melaksanakan
pemilihan jasa konstruksi (Pasal 14 ayat 1)
– Pedoman tentang tata cara pelelangan umum dan tata cara evaluasi
ditetapkan oleh Lembaga
44
PEMILIHAN PENYEDIA JASA

• Lembaga merumuskan dan menerbitkan model dokumen


untuk pemilihan penyedia jasa sebagai acuan bagi pengguna
jasa dalam melaksanakan pemilihan penyedia jasa (Psl 14 ayat
1)
• Pedoman tentang tata cara pelelangan umum dan tata
cara evaluasi ditetapkan oleh Lembaga (Pasal 14 ayat 2)
• Petunjuk pelaksanaan pemilihan penyedia jasa dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang pembiayaannya
dibebankan pada Anggaran Negara yang meliputi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah maupun dan bantuan luar negeri
ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dengan tetap
berpedoman pada ketentuan dalam
45 Peraturan Pemerintah ini.
PENYELENGGARAAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI
Standar Keteknikan, Ketenaga Kerjaan, dan Tata Lingkungan
• Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi,
penyelenggara konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang:
– Keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan,
mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu
peralatan sesuai dengan standar atau norma yang berlaku
– Keamanan, keselamatan dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
– Perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
– Tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 30 ayat 1)
• Ketentuan keteknikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a diatur
oleh Menteri teknis yang bersangkutan (pasal 30 ayat 2)
• Ketentuan pembinaan dan pengendalian tentang K3 di tempat kegiatan
konstruksi diatur lebih lanjut oleh Menteri bersama Menteri Teknis yang terkait
46
PENYELENGGARAAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI
Kegagalan Pekerjaan Konstruksi
• Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan
konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
sebagaimana disepakai dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan
pengguna jasa atau penyedia jasa (Pasal 31)
• Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu
apabila kegagalan pekerjaan konstruksi mengakibatkan
kerugian dan atau gangguan terhadap keselamatan umum
(Pasal 33)

47
KEGAGALAN BANGUNAN

• Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak


berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi
teknis, manfaat, K3, dan atau keselamatan umum sebagai
akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah
penyerahan akhir pekerjaan konstruksi (Pasal 34)
• Jangka waktu pertanggungjawaban  ditentukan sesuai dengan
umur konstruksi yang direncanakan  maksimal 10 tahun
sejak penyerahan akhir (pasal 35 ayat 1) dan dinyatakan dengan
tegas dalam kontrak kerja konstruksi (Pasal 35 ayat 3)
• Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara
jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta
disepakati dalam kontrak kerja konstruksi (Pasal 35 ayat 2)
48
KEGAGALAN BANGUNAN
• Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 atau lebih
penilai yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta
bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara
obyektif, yang harus dibentuk paling lambat 1 bulan sejak
diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan
(Pasal 36 ayat 1)
• Penilai ahli harus memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar
pada Lembaga (Pasal 37)
• Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya
kepada pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada
Lembaga dan instansi yang mengeluarkan izin membangun,
paling lambat 3 bulan setelah melaksanakan tugasnya (Pasal 38
ayat 2)
49
PENYELESAIAN SENGKETA

Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan: (Pasal 49 ayat 1)


1. Melalui Pihak Ketiga
– Mediasi (yang ditunjuk oleh para pihak atau oleh Lembaga
Arbitrase dan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
– Konsiliasi
Dapat dibantu penilai ahli untuk memberikan pertimbangan
profesional (pasal 49 ayat2)
2. Arbitrase  Lembaga Arbitrase atau Arbitrase Ad Hoc

50
PENYELESAIAN SENGKETA
• Mediasi  dengan bantuan mediator (Pasal 50 ayat 1) yang
ditunjuk berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersengketa
(Pasal 50 ayat 2)
• Mediator harus mempunyai sertifikat keahlian yang ditetapkan oleh
Lembaga (Pasal 50 ayat 3)
• Apabila diperlukan mediator dapat meminta bantuan penilai ahli
(Pasal 50 ayat 3)
• Konsiliasi  dengan bantuan konsiliator (Pasal 51 ayat 1) yang
ditunjuk berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersengketa
(Pasal 51 ayat 2)
• Konsiliator harus mempunyai sertifikat keahlian yang ditetapkan
oleh Lembaga (Pasal 51 ayat 3)
• Konsiliator menyusun dan merumuskan
51
upaya penyelesaian untuk
ditawarkan kepada para pihak (Pasal 51 ayat 4)
LARANGAN PERSEKONGKOLAN
• Pengguna jasa dan penyedia jasa atau antar penyedia jasa dilarang
melakukan persekongkolan untuk mengatur dan atau menentukan
pemenang dalam pelelangan umum atau pelelangan terbatas sehingga
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat (Pasal 55
ayat 1)
• Pengguna jasa dan penyedia jasa dilarang melakukan persekongkolan
untuk menaikkan nilai pekerjaan (mark up) yang mengakibatkan kerugian
bagi masyarakat dan atau keuangan negara (Pasal 55 ayat 2)
• Pelaksana Konstruksi dan atau sub pelaksana konstruksi dan atau
pengawas konstruksi dan atau sub pengawas konstruksi dilarang
melakukan persekongkolan untuk mengatur dan menentukan pekerjaan
yang tidak sesuai dengan dengan kontrak kerja konstruksi yang
merugikan pengguna jasa dan atau masyarakat (Pasal 55 ayat 3)

52
PERATURAN PEMERINTAH NO 59 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA
KONSTRUKSI

53
ARAH PERUBAHAN
a. Diperlukan penyesuaian dengan adanya UU nomor 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
b. Diperlukan pengaturan yang jelas dalam hal terjadinya pembatalan
proses pemilihan penyedia barang/jasa.
c. Pasal-pasal yang diubah adalah :
- Pasal 1 ayat (1) dan (2)
- Pasal 4 ayat (2) dan (3)
- Pasal 6 → Menyisipkan ayat (2a) diantara ayat (2) dan (3)
- Pasal 7 ayat (3)
- Pasal 8 ayat (3)
- Pasal 9 ayat (2) dan (3)
- Pasal 10 ayat (2) dan (3)
- Pasal 11 ayat (3)
- Pasal 12 ayat (1) dan (3)
- Pasal 13 ayat (3) dan (4)
- Pasal 15 huruf k 54
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 2000
TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN

55
Bentuk dan Sasaran Pembinaan Jasa
Konstruksi
• Merupakan tugas dan tanggung jawab
Bentuk Pembinaan: Pemerintah Pusat, namun dapat di
1) Pengaturan; dekonsentrasikan atau ditugas-
2) Pemberdayaan; pembantuankan kepada Pemerintah
3) Pengawasan. Daerah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan juga dapat dilakukan bersama-
sama dengan Lembaga
• Pembiayaan:
Sasaran Pembinaan Jasa Konstruksi - yang dilakukan oleh pemerintah pusat
atau dekon/tugas pembantuan  APBN
- Penyedia jasa;
- yang merupakan pelaksanaan tugas

- Pengguna jasa; otonomi daerah  APBD


- yang dilakukan oleh Lembaga akan
- Masyarakat. diatur oleh Lembaga yang
bersangkutan

56
Tujuan Pembinaan Jasa Konstruksi

Penyedia Jasa Pengguna Jasa Masyarakat


Meningkatkan Menumbuhkan Menumbuhkan
pemahaman dan kesadaran pemahaman dan kesadaran pemahaman akan peran
akan hak dan kewajiban akan hak dan kewajiban strategis jasa konstruksi
pengguna jasa dalam dalam pembangunan
peningkatan dan nasional, kesadaran akan
penyelenggaraan pekerjaan hak dan kewajiban guna
konstruksi mewujudkan tertib usaha,
tertib penyelenggaraan dan
tertib pemanfaatan

57
Pasal 7
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2010

Pemerintah Provinsi, 1. Pengembangan SDM konstruksi


2. Peningkatan kemampuan teknologi konstruksi
Pemerintah Kabupaten/Kota
3. Pengembangan Sistem Informasi JAKON
melaksanakan tugas OTDA 4. Pengawasan tata lingkungan yang bersifat lintas
mengenai: kabupaten/kota

1. Melaksanakan kebijkan pembinaan JAKON


2. Menyebarluaskan peraturan perundangan JAKON
Pembinaan JAKON oleh 3. Melaksanakan BIMTEK, pelatihan dan penyuluhan
PEMPROV dengan cara: 4. Melaksanakan pengawasan sesuai
kewenangannya untuk tertib penyelenggaraan
JAKON

1. Melaksanakan kebijkan pembinaan JAKON


2. Menyebarluaskan peraturan perundangan JAKON
Pembinaan JAKON oleh 3. Melaksanakan BIMTEK, pelatihan dan penyuluhan
Pemerintah Kab/Kota dalam 4. Menerbitkan Perizinan Usaha Jasa Konstruksi
rangka OTDA dengan cara: 5. Melaksanakan pengawasan sesuai
kewenangannya untuk tertib penyelenggaraan
JAKON
58
Bentuk Pembinaan Jasa Konstruksi
Terhadap Penyedia Jasa

Pengaturan Pemberdayaan Pengawasan


1. Menetapkan kebijakan Menetapkan kebijakan: Dilakukan guna tertib usaha, tertib
penyelenggaraan, tertib
nasional 1. Pengembangan SDM di bidang jasa
pemanfaatan jasa konstruksi
pengembangan jasa konstruksi;
2. Pengembangan usaha termasuk mengenai:
konstruksi dan upaya mendorong kemitraan 1. Persyaratan perizinan;
pengaturan jasa fungsional yang sinergis; 2. Ketentuan keteknikan
3. Dukungan lembaga keuangan untuk pekerjaan konstruksi
konstruksi memberikan prioritas, pelayanan, 3. Ketentuan keselamatan dan
2. Menerbitkan dan kemudahan, dan akses dalam
kesehatan kerja
memperoleh pendanaan;
menyebarluaskan 4. Dukungan lembaga pertanggungan 4. Ketentuan keselamatan umum
untuk memberikan prioritas 5. Ketentuan ketenagakerjaan
peraturan perundang- pelayanan, kemudahan dan akses 6. Ketentuan lingkungan
undangan jasa dalam memperoleh jaminan 7. Ketentuan tata ruang
konstruksi dan pertanggungan resiko 8. Ketentuan tata bangunan
5. Peningkatan kemampuan teknologi,
peraturan perundang- 9. Ketentuan-ketentuan lain yang
sistem informasi serta penelitian
dan pengembangan teknologi berkaitan dengan
undangan lainnya yang penyelenggaraan jasa
terkait konstruksi

59
Bentuk Pembinaan Jasa Konstruksi Terhadap
Pengguna Jasa

• Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan


pembinaan JAKON terhadap pengguna jasa dalam
rangka OTDA dengan cara:
a. Memberikan penyuluhan tentang peraturan
perundangan JAKON
b. Memberikan informasi tentang ketentuan keteknikan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja serta
lingkungan setempat
c. Menyebarluaskan ketentuan perizinan pembangunan
d. Melaksanakan pengawasan untuk tertib
penyelenggaraan JAKON
60
Bentuk Pembinaan Jasa Konstruksi Terhadap
Masyarakat

• Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan pembinaan


JAKON terhadap masyarakat dalam rangka OTDA dengan cara:
a. Memberikan penyuluhan tentang peraturan perundangan JAKON
b. Memberikan informasi tentang ketentuan keteknikan, keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan setempat
c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap kewajiban
pemenuhan tertib penyelenggaraan Konstruksi dan tertib
pemanfaatan hasil konstruksi
d. Memberikan kemudahan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan pengawasan untuk turut serta mencegah terjadinya
pekerjaan konstruksi yang membahayakan

61
PEMBIAYAAN
• Biaya yang diperlukan untuk pembinaan jasa konstruksi yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dibebankan kepada dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Pasal 14 ayat 1)
• Biaya yang diperlukan untuk pembinaan jasa konstruksi yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi diatur sebagai berikut:
a. Pembinaan yang dilakukan sebagai pelaksanan tugas dekonsentrasi dan tugas
pembantuan dibebankan kepada APBN
b. Pembinaan yang dilakukan sebagai pelaksanaan otonomi daerah dibebankan
kepada APBD (Pasal 14 ayat 2)
• Biaya yang diperlukan untuk pembinaan jasa konstruksi yang dilakukan oleh
PemKab dan PemKot diatur sebagai berikut:
a. Pembinaan yang dilakukan sebagai pelaksanan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan
dibebankan kepada APBN
b. Pembinaan yang dilakukan sebagai pelaksanaan otonomi daerah dibebankan kepada APBD
(Pasal 14 ayat 3)
• Biaya yang diperlukan untuk pembinaan jasa konstruksi yang dilakukan oelh
Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diatur oleh Lembaga yang
bersangkutan 62
TERIMA KASIH

63

Anda mungkin juga menyukai