PENDAHULUAN
• Air laut menguap karena adanya radiasi matahari, dan awan yang
terjadi oleh uap air, bergerak di atas daratan karena didesak oleh angin
• Presifitasi karena adanya tabrakan antara butir-butir uap air akibat
desakan angin dapat berbentuk hujan atau salju yang jatuh ke tanah
membentuk limpasan (run off) yang mengalir kembali ke laut
• Beberapa diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak
terus ke bawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone)
• Air dalam daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati akwifer masuk
ke sungai atau kadang-kadang langsung ke laut
• Ada empat macam proses dalam daur hidrologi :
– Presifitasi
– Evaporasi dan transpirasi
– Infiltrasi dan perkolasi
– Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah (subsurface
runoff)
• 75 % terdapat di kutub (salju)
Fungsi Hidrologi dalam Rekayasa Sipil
- Atmometer Livingstone
• Merupakan bola porselin berpori diisi dengan air untuk memberikan muka
evaporasi.
Panci Evaporasi
– Mengambang di air
Prinsip Pengukuran Penguapan
• Penguapan diukur dengan panci penguapan Type “A” yang merupakan standar
pengukuran yang disarankan untuk digunakan oleh World Meteriological
Organization.
• Penguapan netto diperoleh dengan cara menambah dan mengambil air dari
panci penguapan yang berbentuk silinder dengan tujuan agar muka air didalam
tabung penenang tetap sama tinggi dengan “ titik tinggi pedoman” (fixed
point).
Alat-Alat dan Bahan
• Tangki penguapan Type “A” merupakan suatu wadah yang berbentuk silinder
yang memiliki tinggi 25 cm, diameter dalam 120.7 cm.
• Terbuat dari besi yang digalvanisir atau baja monel yang dilengkapi dengan
tabung penenang yang terbuat dari pipa besi diameter 3 inci dengan tinggi 20
cm .
• Didalamnya diisi besi runcing untuk menentukan titik tinggi pedoman dalam
mengukur posisi air didalam panci penguapan.
• Dalam panci penguapan diisi air hingga mencapai ketinggian 5 cm di bawah
bibir panci (rim) dan diharuskan tidak boleh lebih dari 7,5 cm di bawah bibir
panci (rim).
• Panci penguapan ini diletakkan di atas punggung kayu dengan ketinggian 15
cm dari dasar tanah dengan tujuan untuk memberikan sirkulasi udara di bawah
panci.
Gambar Panci Evaporasi
1
Mengukur radiasi Matahari
Metode Thornwaite
• Metode ini dikembangkan di Amerika Serikat di daerah beriklim sedang.
• Langkah-langkah perhitungan dengan metode ini adalah : 1, 51
12
T
1. 0
Dari data temperatur udara ( C/bulan) I
m 1 5
2. Hitung indeks panas tahunan (I) dengan persamaan :
3. Hitung koefisien (a), yang besarnya tergantung lokasi analisis dengan persamaan :
a = (675 . 10-9)I3 – (771 . 10-7)I2 + (179 . 10-4).I + 0.492
4. Hitung besarnya evapotranspirasi (cm/bulan) untuk garis lintang 00 dengan
a
ET o 1.62
persamaan 0 10 . T
0 I
5. Hitung besar evapotranspirasi (cm/bulan) untuk garis lintang lokasi pengamatan dengan
persamaan : ET0 = c . ET0 (00)
Dimana :
ET0 = Evapotranspirasi (cm/bulan)
T = Temperatur udara (0C/bulan)
I = Indeks panas tahunan
• a dan c = Koefisisien yang tergantung pada lokasi studi
Metode Blaney-Criddle
Bentuk-bentuk presipitasi :
1. Hujan : bentuk yang paling penting
2. Embun : Hasil kondensasi di permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan
3. Kondensasi di atas lapisan es
4. Kabut : Partikel-partikel air diendapkan di atas permukaan tanah dan
tumbuh-tumbuhan
5. Salju dan es
Unsur-unsur hujan :
1. Intensitas (i) : tinggi air persatuan waktu, mm/jam, cm/jam dll
2. Lama (durasi : lamanya curah hujan, menit, jam
3. Tinggi hujan (d) : banyaknya hujan , mm, cm
4. Frekuensi : kala ulang/return period
5. Luas : luas geografi curah hujan
Pengukuran Curah Hujan
1. Penakar Hujan
a. Penakar hujan biasa, terdiri atas corong dan penampung yang
diletakkan pada ketinggian tertentu
R1
R3 R2
b. Cara Thiessen
A1
A3 R1
R3 A2
R2
Dimana :
Ri = curah hujan daerah (mm)
R1, R2, ..Rx = curah hujan ditiap titik pengamatan dan x adalah jumlah titik pengamatan
A1, A2, Ax = luas daerah yang mewakili tiap titik pengamatan, km2
c. Cara Isohiet
Dimana :
Ri = curah hujan daerah (mm)
A1, A2, Ax = luas bagian-bagian antara garis Isohiet (km2)
R1, R2, Rx = Curah hujan pada Isohyet 0,1,2,…,x (mm)
R2
R1 garis Isohiet
A2 A3
A1
R3
CARA PENENTUAN HUJAN DAERAH HARIAN MAX
Log xo =
log x i
n
b =
bi
m
Dimana :
xs .xt xo
2
bi = 2 x o x s x t
n
m = 10 : angka bulat (dibulatkan ke desimal terdekat)
Lanjutan Uji Abnormalitas
4. Menghitung harga Xo, dengan persamaan :
log x b
Xo = n i
X = n
9. Membandingkan laju abnormalitas () dengan harga batas untuk penyingkiran (0 ):
Jika laju abnormalitas () dari harga yang diperiksa (x) tidak lebih kecil dari
harga batas untuk penyingkiran (0 ), maka harga yang diperiksa (x) tidak dapat
disingkirkan.
Tabel. Cara perhitungan harga abnormal
(%) F T 0,182 Log10(x-11,83) x-11,87 x
Dalam perhitungan uji abnormalitas, data terbesar dan data terkecil untuk sementara disingkirkan.
Tabel Uji abnormalitas data curah hujan
2
Ranking xi Logxi xi +b Log(xi +b) {Log(xi +b)}
1 242.7 2.3851 258.8511 2.4130 5.8228
2 236.8 2.3744 252.9511 2.4030 5.7746
3 164.5 2.2162 180.6511 2.2568 5.0933
4 150 2.1761 166.1511 2.2205 4.9306
5 148.4 2.1714 164.5511 2.2163 4.9120
6 131.8 2.1199 147.9511 2.1701 4.7094
7 129.3 2.1116 145.4511 2.1627 4.6773
8 123.4 2.0913 139.5511 2.1447 4.5999
9 116 2.0645 132.1511 2.1211 4.4989
10 90.7 1.9576 106.8511 2.0288 4.1159
11 76 1.8808 92.1511 1.9645 3.8593
Jumlah 23.5489 24.1016 52.9941
Lanjutan
log xo = 23,5489
n
log xo = 1/n log x
i 1
i = 23,5489 / 11 = 2,1408
xo = 138,2944
2 xo = 276,5889
xo2 = 19125,3408
xs .x t xo
2 680,1408
bi = = 42,1112 = 16,1511
2 x o x s x t
bi 16,1511
b = = 16,1511
m 1
Xo =
log x i b
=
24,1016
= 2,1911
n 11
log x b
2
i 52,9941
X2 = n = = 4,8177
11
(x
i 1
i xo )
Sx =
n 1
n 2
x i xo 4
Ck = (n 1) (n 2) (n 3) Sx 3
Sx
Cv = xo
4. Dengan melihat harga Cs, Cv, dan Ck sehingga dapat ditentukan distribusi
frekuensi mana yang akan digunakan.
CONTOH PEMILIHAN DISTRIBUSI FREKWENSI
Ranking (Xi) (Xi - Xo) (Xi - Xo)^2 (Xi - Xo)^3 (Xi - Xo)^4
1 50,00 -21,51 462,50 -9.946,53 213.909,00
2 50,80 -20,71 428,73 -8.877,31 183.812,47
3 53,85 -17,66 311,73 -5.503,87 97.175,71
4 58,10 -13,41 179,72 -2.409,27 32.298,45
5 59,00 -12,51 156,40 -1.955,88 24.460,05
6 60,35 -11,16 124,45 -1.388,39 15.488,73
7 61,30 -10,21 104,16 -1.063,05 10.849,31
8 61,90 -9,61 92,27 -886,36 8.514,30
9 62,70 -8,81 77,54 -682,84 6.013,00
10 67,35 -4,16 17,27 -71,78 298,30
11 71,50 -0,01 0,00 0,00 0,00
12 75,05 3,54 12,56 44,52 157,77
13 86,65 15,14 229,34 3.473,22 52.598,81
14 90,00 18,49 342,03 6.325,59 116.986,15
15 98,80 27,29 744,97 20.333,27 554.978,60
16 99,70 28,19 794,91 22.411,74 631.879,16
17 108,55 37,04 1.372,27 50.834,41 1.883.115,76
S
( Xi X ) 2
= 18,457
n 1
Cs
( Xi X ) 3
n 2 ( Xi X ) 4
Ck = 52,424
( n 1)( n 2)( n 3) S 3
S
Cv = 0,258
X
Dengan melihat parameter statistik yang tidak sesuai dengan Metode Gumbell
maka dalam perhitungan hujan rancangan digunakan Metode Log Pearson III
Pengujian Analisis Frekwensi
X2hit = Ef Of 2
Ef
V = K –3
Dimana :
X2hit = harga Chi quadrat hasil perhitugan.
Ef = frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan
sesuai dengan pembagian kelasnya (grup)
Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
V = derajat kebebasan
K = jumlah kelas (grup)
Nilai X2hit yang diperoleh dibandingkan X2Cr yang dapat diperoleh
dari tabel hubungan antar taraf signifikan/derajat nyata (), dengan
derajat kebebasaan (V) lihat tabel .
Tabel Chi Square
Tabel . Hubungan antara taraf signifikan (), dengan derajat kebebasan (V), untuk
Chi Square test .
Derajat Taraf signifikan / derajat nyata ()
kebebasan (V)
0,20 0,10 0,05 0,01 0,001
1 1,642 2,706 3,841 6,635 10,827
2 3,219 4,605 5,991 9,210 13,815
3 4,642 6,251 7,815 11,345 16,268
4 5,989 7,779 9,488 13,277 18,465
5 7,289 9,236 11,070 15,086 20,517
6 8,558 10,645 12,592 16,812 22,457
7 9,803 12,017 14,067 18,475 24,322
8 11,030 13,362 15,507 20,090 26,425
9 12,242 14,684 16,919 21,666 27,877
10 13,442 15,987 18,307 23,209 29,588
11 14,631 17,275 19,675 24,725 31,264
12 15,812 18,549 21,026 26,217 32,909
13 16,985 19,812 22,362 27,688 34,528
14 18,151 21,064 23,685 29,141 36,123
15 19,311 22,307 24,996 30,578 37,697
16 20,465 23,542 26,296 32,000 39,252
17 21,615 24,769 27,587 33,409 40,790
18 22,760 25,989 28,869 34,805 42,312
19 23,900 27,204 30,144 36,191 43,820
20 25,038 28,412 31,410 37,566 45,315
21 26,171 29,615 32,671 38,932 46,797
22 27,301 30,615 33,924 40,289 48,268
23 28,429 32,007 35,172 41,638 49,728
24 29,553 33,196 36,415 42,980 51,179
25 30,675 34,382 37,652 44,314 52,620
26 31,795 35,536 38,885 45,642 54,052
27 32,912 36,741 40,113 46,963 55,476
28 34,027 37,916 41,337 48,278 56,893
29 35,135 39,087 42,557 49,588 58,302
30 36,250 40,256 43,773 50,892 59,703
Jika diperoleh hasil X2hit < X2Cr, maka hipotesa dapat diterima yaitu sebaran data tersebut dapat
diterima dengan menggunakan agihan frekuensi yang di pilih.
Uji Smirnov Kolmogorov
Uji ini dilakukan dengan membandingkan distribusi empiris dan teoritis, sehingga
diperoleh perbedaan () tertentu. Plotting data sama dengan langkah-langkah plotting
pada uji Chi Square, dengan persamaan Smirnov Kolmogorov :
P (max Pe Pt ) Cr,
Apabila harga max yang terbaca pada kertas peluang < Cr yang diperoleh dari tabel
kritis (Tabel.) untuk suatu derajat signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa agihan
frekuensi yang di pilih dapat digunakan.
Tabel . Harga kritis ( Cr), untuk suatu taraf signifikan pada uji Smirnov Kolmogorov .
Taraf signifikan,
N 0,20 0,10 0,05 0,01
1000
y = 111,16Ln(x) - 421,37
R2 = 0,9482
100
Probabilitas (%)
10
1
10 100 1.000
Curah Hujan (mm)
CONTOH UJI CHI SQUARE
Tabel 5.8. Uji Metode Chi Square
Pe (%) 2
No. Xe Xt (Xe-Xt) /Xe
1 5,56 50,00 47,52 0,12
2 11,11 50,80 49,82 0,02
3 16,67 53,85 52,23 0,05
4 22,22 58,10 54,75 0,19
5 27,78 59,00 57,40 0,04
6 33,33 60,35 60,18 0,00
7 38,89 61,30 63,09 0,05
8 44,44 61,90 66,14 0,29
9 50,00 62,70 69,34 0,70
10 55,56 67,35 72,69 0,42
11 61,11 71,50 76,20 0,31
12 66,67 75,05 79,89 0,31
13 72,22 86,65 83,75 0,10
14 77,78 90,00 87,80 0,05
15 83,33 98,80 92,05 0,46
16 88,89 99,70 96,50 0,10
17 94,44 108,55 101,16 0,50
Jumlah 3,734
Y = 45.329 e^0.0085X
R2 = 0.9482
Perhitungan
Jumlah data (n) = 17
Taraf Kepercayaan (α) = 10%
Derajat kebebasan V = n - 3 = 14
X2 Hit = 3,73
2
X Cr (tabel) = 21,064
Kesimpulan : Dapat Diterima
Lanjutan Chi Square
Gambar 5.1. Uji Kecocokan Analisa Frekwensi
Metode Chi Square
1000
Curah Hujan (mm)
y = 45,329e0,0085x
R2 = 0,9482
100
10
1 10 100 1.000
Probabilitas (%)
Hujan Rancangan Metode Gumbell
Prosedur perhitungan dari metode Gumbel adalah :
1. Menghitung curah hujan maksimum rerata dengan persamaan
2. Menghitung simpangan baku
3. Menghitung nilai K dengan persamaan :
Yt Yn
K
Sn
keterangan :
XT = curah hujan rancangan dengan periode ulang T tahun (mm)
Yt = reduced variate (fungsi periode ulang)
Tr 1
ln ln
= Tr , hubungan ini selengkapnya disajikan dalam tabel .
log x
i 1
i log x o 2
S log x = n 1
log x
i 1
i log x o 3
q log x = (n 1) (n 2) (n 3)
Dimana :
Tp = time to peak (waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir)
(jam)
Qp = debit puncak banjir(m3/detik)
RO = hujan satuan (mm)
C = koefisien pengaliran
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai 30% dari debit puncak (jam)
Lanjutan
Prosedure perhitungan :
1. Menghitung waktu konsentrasi (tg), berdasarkan panjang sungai (L) :
tg = 0,21 L0,7 ; untuk L < 15 km
tg = 0,4 + 0,058 L ; untuk L > 15 km
2. Menghitung Tp, dengan persamaan :
Tp = tg + 0,8 tr
Dimana besarnya harga tr diambil antara 0,5 tg sampai 1 tg
3. Menghitung T0,3 :
To,3 = tg
Dimana :
= untuk daerah pengaliran biasa.
= 1,5 untuk bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat.
= 3 untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat.
4. Menentukan debit puncak banjir dengan persamaan di atas
Lanjutan
t Tp 0,5 T0 ,3
0,3 Q p Q d 0,3 Q p Q d Q p . 0,3
2 1,5 T0 ,3
t Tp 1,5 T0,3
0,3 2 Q p Q d Q d Q p . 0,3 2 T0,3
dengan memberikan nilai t (1, 2, 3,...,n) yang merupakan fungsi dari waktu, maka dapat
dihitung Qd1, Qd2, dan Qd3.
7. Menghitung intensitas hujan (i) berdasarkan kala ulang yang direncanakan, dengan
persamaan :
2/3
R 24
i 24
24 t
Lanjutan
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat ditentukan ordinat hidrograf satuan sesuai
dengan kala ulangnya, untuk kemudian digambar hidrograf satuannya.
0,8 tr tg
Qa Qp Qd
0,32 Qp
0,3 Qp
t
Tp T 0,3 1,5 T 0,3
Diketahui :
Luas daerah aliran sungai (A) = 455,96 km2
Panjang sungai (L) = 55,5 km
Langkah – langkah perhitungan :
1). Menghitung waktu konsentrasi
tg = 0,4 + 0,058.L = 0,04 + 0,058 . 55,5 = 3,619 jam
2). Menghitung waktu tiba banjir
Tp = tg + 0,8 tr dimana: tr = 0,5 tg sampai 1 tg
= 3,619 + 0,8 . (0,75 . 3,619) = 5,7904 jam
3). Menghitung waktu penurunan debit sampai 30 % dari debit puncak
T0,3 = . tg = 2 . 3,619 = 7,238 jam
4). Menghitung debit puncak banjir, harga C diambil dari tabel.diperoleh C = 0,35
C.A.R o
Qp = 3,6(0,3.Tp T0,3 )
0,35x455,9 6x1
= 3,6(0,3x6, 5142 7,238) = 4,9392 m3/dt
Lanjutan
5). Menghitung bagian lengkung naik(rising limb) hidrograf
2, 4
t
Qa = Qp
T
p
2, 4
t
= 4,9392
5,7904
Interval : 0 t Tp
0 t 5,7904 jam
6). Menghitung bagian lengkung turun (decreasing limb)
hidrograf
t Tp
T
Qd 0,3 Qp ……………………Qd1 = Q p .0,3 0 ,3
=
t 5,7904
7,238
4,9392.0,3
Tabel Hasil perhitungan intensitas hujan (I) Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Intensitas hujan (i)
Waktu
2 5 10 25 50 100
1 46,8944 68,1883 82,9798 102,0942 116,6627 131,4542
2 29,5416 42,9559 52,2740 64,3153 73,4929 82,8110
3 22,5445 32,7815 39,8925 49,0818 56,0856 63,1966
4 18,6101 27,0605 32,9306 40,5161 46,2976 52,1676
5 16,0377 23,3201 28,3787 34,9157 39,8981 44,9567
Dengan memberikan nilai t ( 1, 2, 3, . . .,39) yang merupakan fungsi dari waktu, maka
dapat dihitung Qa , Qd1 ,Qd2, dan Qd3 serta ordinat hidrigraf satuannya
Lanjutan
Tabel .29. Hasil perhitungan Ordinat Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu untuk kala ulang 5 tahun
t U (t,1) Akibat hujan (mm/jam)
3
total ket
Jam m /detik 68,1883 42,9559 32,7815 27,0605 23,3201
0 0 0 - - - - 0
1 0,0730 4,9758 0 - - - 4,9758
2 0,3851 26,2623 3,1345 0 - - 29,3969
3 1,0192 69,4948 16,5442 2,3921 0 - 88,4311 Qa
4 2,0328 138,6134 43,7790 12,6256 1,9746 0 196,9926
5 3,4728 236,8041 87,3210 33,4096 10,4222 1,7017 369,6586
5,7904 4,9391 336,7920 149,1773 66,6384 27,5790 8,9816 589,1683
6 4,7699 325,2521 212,1657 113,8436 55,0088 23,7669 730,0370
7 4,0390 275,4098 204,8960 161,9127 93,9758 47,4051 783,5994
8 3,4200 233,2054 173,4973 156,3649 133,6560 80,9859 777,7095
9 2,8959 197,4685 146,9102 132,4032 129,0764 115,1813 721,0396
Qd1
10 2,4522 167,2080 124,3974 112,1135 109,2964 111,2347 624,2499
11 2,0764 141,5847 105,3344 94,9330 92,5476 94,1888 528,5885
12 1,7582 119,8879 89,1928 80,3852 78,3654 79,7551 447,5865
13 1,4888 101,5161 75,5247 68,0668 66,3565 67,5333 378,9974
14 1,3304 90,7173 63,9511 57,6361 56,1879 57,1843 325,6768
15 1,1907 81,1951 57,1483 48,8038 47,5776 48,4213 283,1461
16 1,0658 72,6724 51,1497 43,6123 40,2867 41,0011 248,7222
17 0,9539 65,0442 45,7807 39,0345 36,0012 34,7180 220,5787
18 0,8538 58,2168 40,9753 34,9372 32,2223 31,0249 197,3765
Qd2
19 0,7641 52,1060 36,6743 31,2700 28,8400 27,7683 176,6587
20 0,6839 46,6366 32,8247 27,9877 25,8128 24,8536 158,1155
21 0,6121 41,7414 29,3792 25,0500 23,1033 22,2448 141,5187
22 0,5479 37,3599 26,2954 22,4206 20,6783 19,9099 126,6641
23 0,4904 33,4384 23,5353 20,0672 18,5078 17,8200 113,3686
24 0,4403 30,0238 21,0649 17,9608 16,5651 15,9495 101,5640
25 0,4052 27,6277 18,9138 16,0755 14,8263 14,2753 91,7186
26 0,3728 25,4228 17,4044 14,4339 13,2700 12,7769 83,3081
27 0,3431 23,3940 16,0154 13,2820 11,9149 11,4358 76,0421
28 0,3157 21,5270 14,7373 12,2220 10,9641 10,2680 69,7183
29 0,2905 19,8090 13,5612 11,2466 10,0891 9,4485 64,1544
30 0,2673 18,2282 12,4789 10,3491 9,2839 8,6945 59,0345
31 0,2460 16,7734 11,4830 9,5232 8,5430 8,0006 54,3233 Qd3
32 0,2264 15,4348 10,5666 8,7632 7,8612 7,3621 49,9880
33 0,2083 14,2030 9,7233 8,0638 7,2338 6,7746 45,9986
34 0,1917 13,0696 8,9474 7,4203 6,6565 6,2339 42,3277
35 0,1764 12,0265 8,2333 6,8281 6,1253 5,7364 38,9497
36 0,1623 11,0668 7,5762 6,2832 5,6365 5,2786 35,8413
37 0,1493 10,1836 6,9716 5,7818 5,1867 4,8574 32,9810
38 0,1374 9,3709 6,4152 5,3203 4,7727 4,4697 30,3489
DEBIT BANJIR RANCANGAN
Metode Rasional
Asumsi-asumsi :
1. Debit pengaliran Q yang diakibatkan oleh curah hujan dengan intensitas
tersebut berlangsung selama waktu tiba banjir.
2. Debit aliran maksimum (Qmak) yang diakibatkan oleh curah hujan dengan
intensitas I, dan berlangsung selama waktu tiba banjir, mempunyai hubungan
linier dengan intensitas hujan I.
3. Peluang terjadinya debit maksimum sama dengan peluang terjadinya intensitas
hujan untuk waktu tiba banjir.
4. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada curah hujan untuk setiap
peluang.
5. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada semua curah hujan
yang terjadi di suatu daerah aliran.
Rumus Rasional
Q = 0,278. C.i.A
Dimana :
Q = debit rancangan dengan kala ulang T tahun, m3/dt
C = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan dengan kala ulang T tahun, mm/jam
A = luas daerah pengaliran, km2
Untuk menghitung debit banjir rancangan dengan Metode Rasional
digunakan beberapa komponen yaitu : waktu tiba banjir (Tc), intensitas
curah hujan (i) dan koefisien limpasan (C)
Waktu tiba banjir
Waktu tiba banjir adalah selang waktu antara permulaan hujan dan
saat pada seluruh daerah aliran ikut berperan pada pengaliran sungai
atau waktu yang diperlukan oleh hujan yang jatuh di titik terjauh dari
daerah pengaliran untuk mencapai titik yang ditinjau.
Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi
persatuan waktu dimana air tersebut terkonsentransi.
Intensitas hujan berdasarkan persamaan Dr. Mononobe :
2/3
R 24 24
i = 24 x t
Dimana :
i = intensitas hujan ( mm/jam)
R24 = hujan harian maksimum (mm)
t = lama hujan (jam)
Disini hujan harian maksimum dipakai hujan rancangan
berdasarkan kala ulang tertentu, dengan demikian intensitas hujan
yang didapat juga berdasarkan kala ulang tertentu.
Koefisien Pengaliran
7. Kontrol nilai tc taksiran dengan nilai Tc hasil perhitungan, jika nilai yang
diperoleh tidak sama, maka perhitungan diulangi (nilai tc ditaksir kembali)
sampai nilai tc taksiran dengan nilai Tc yang diperoleh dari hasil perhitungan
sama.
Keterangan :
Q = debit banjir rancangan dengan periode ulang n tahun, m3/detik
= koefisien limpasan
A = luas daerah pengaliran sungai, km2
L = panjang sungai, km
I = kemiringan sungai
R = curah hujan dengan periode ulang n tahun.
= koefisien reduksi
Tc = waktu konsentrasi (tiba banjir), jam
Rn = curah hujan maksimum, m3/dt/km2
Contoh M. Weduwen
Diketahui :
Luas daerah aliran sungai (A) = 455,96 km2
Panjang sungai (L) = 55,5 km
Beda tinggi hulu – hilir ( H) = 1829 m
1829
Kemiringan sungai (I) = = 0,033
55500
135,2670 67,65
x
= 240 15,3776 1,45 = 2,2658
4,10
4). α 1
β . Rn 7
4,10
= 1 (0,7402 x 2,2658) 7 = 0,5275
Q x x Rn x A
5).
= 0,5275 x 0,7402 x 2,2658 x 455,96 = 403,388 m3/detik.
Tc 0,25 L Q 0,125 I 0,25
6).
0,125
0,25 55,5 403,388 0,033 0,25
= = 15,3776 jam.
7). Diperoleh tc = Tc
Metode Melchior
Metode ini digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan untuk luas
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lebih besar dari 100 km2.
Adapun prosedur perhitungannya :
1. Lukis ellips yang mengelilingi daerah Aliran Sungai dengan sumbu panjang
(kira-kira) 1,5 kali sumbu pendek dan hitung luasnya dengan rumus :
n F = 0,25 x π x L1 x L2
2. Mengukur luas Daerah Aliran Sungai dengan planimeter (km2)
3. Menghitung rata-rata kemiringan dasar sungai dengan rumus :
H
I = 0,9xL
11. Mengontrol nilai R1 = RT , jika nilainya tidak sama diulang mencoba nilai R1
12. Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan kala ulang dengan
menggunakan persamaan :
αxRxR T xA
QT = 200
Lanjutan
Dimana :
QT = debit banjir rancangan (m3/detik)
= koefisien pengaliran Melchior berkisar 0.42 – 0.62 dianjurkan menggunakan 0.52
β = koefisien reduksi
R = curah hujan rancangan (m3/detik)
R1 = hujan maksimum sehari (m3/detik/km2)
A = luas daerah pengaliran (km2)
nF = luas elips (km2)
L1 = panjang sumbu besar ellips (km)
L2 = panjang sumbu kecil ellips (km)
L = panjang alur sungai utama (km)
Tc = waktu tiba banjir (jam)
V = kecepatan aliran (m/detik)
I = kemiringan rata-rata dasar sungai ( I = H/0,9 L)
H = beda elepasi antara titik yang dimaksud dan titik pada 0,9 L.
Tabel Presentasi β2 untuk hujan kurang dari 24 jam pada
luas ellips (nF) terhadap hujan makssimum sehari
NF Hujan selama beberapa jam
(km2) 1 2 3 4 5 6 8 10 12 16 20 24
0 44 64 80 89 92 92 93 94 95 96 98 100
10 37 57 70 80 82 84 87 90 91 95 97 100
50 29 45 57 66 70 74 79 83 88 94 96 100
300 20 33 43 52 57 61 69 77 85 93 95 100
? 12 23 32 42 50 54 66 74 83 92 94 100
Contoh Melchior
Diketahui :
Luas daerah aliran sungai (A) = 455,96 km2
Panjang sungai (L) = 55,5 km
Sumbu panjang ellips (L1} = 36 km
Sumbu pendek ellips (L2) = 24 km
Kemiringan pada jarak 0,9 L (I) = 1329/(0,9 . 5550) = 0,0266
Koefisien pengaliran () = 0,62
Langkah – langkah perhitungan :
1). Menghitung luas ellips
nF = 0,25 x x L1 x L2 = 0,25 x x 36 x 24 = 678,24 km2
2). Menghitung harga 1
1970
nF = 3960 1720.β 1
β 1 0,12
1 = 0,6911
3). Menghitung besarnya debit dengan cara mencoba harga curah hujan
terpusat maksimum (R), diambil contoh untuk kala ulang 2 tahun, dengan
Ro = 1,6296 m3 / dt / km2
Qo = 1 x Ro x A = 0,6911 x 1,6296 x 455,96 = 513,5086 m3 / dt
Lanjutan
6). Menentukan harga 2 yang didapat dari tabel hubungan Tc dan nF .Untuk Tc = 13,9103 dan nF =
678,24 km2 diperoleh 2 = 0,8729
Maka harga koefisien reduksi adalah
= 1 x 2 = 0,6911 x 0,8729 = 0,6033
7). Menghitung harga RT
10xβ x R 10x0,6033x 135,2670
RT = = = 1,6296 m3 / dt / km2
36xTc 36x13,9103
Sehingga diperoleh Ro = RT (nilai Ro yang diperoleh ini hasil dari beberapa kali coba – coba)
8). Menghitung debit banjir rancangan dengan kala ulang 2 tahun
RxR T xA
Q2T= 200
Tc . R
b). r Tc 1 ; bila ; 2 jam < Tc < 19 jam
= 0,5247
r 118,18
5). RT = = 4,7464
3,6 x Tc 3,6 x 6,9164