Anda di halaman 1dari 11

UJI KULIT

METODE PATCH TEST


NAMA KELOMPOK :
SHELA DIANSARI (201170 )
VANNISA DWI NOVIANA (20117076)
YUNUS ARI PRASETYA (201170 )
APA ITU KULIT ?
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh. Fungsinya
untuk melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan sinar matahari,
membantu mengatur suhu tubuh, merasakan sensasi sentuhan
dan nyeri, serta menghasilkan vitamin D. Sebagai bagian
terluar tubuh yang menerima berbagai paparan dari lingkungan,
kulit dapat dengan mudah mengalami gangguan atau
penyakit. Penyakit kulit dapat muncul secara tak terduga, dan
banyak orang menganggap penyebabnya selalu berkaitan dengan
kebersihan tubuh yang buruk. Padahal, ada banyak faktor yang
bisa menyebabkan munculnya penyakit kulit.
MACAM-MACAM
PENYAKIT KULIT
1. Bisul
2. Kudis (skabies)
3. Dermatitis (eksim)
4. Herpes
5. Psoriarsis
6. Jerawat
7. Kurap
PENGERTIAN DERMATITIS

Dermatitis kontak alergika (DKA) merupakan penyakit yang


sering terjadi dan dengan penata-laksanaan yang tepat dapat
dicegah. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis
terutama sifat dan lokasi lesi, anamnesis yang cermat, termasuk
pertimbangan kemungkinan beberapafaktor etiologi dan patch test
sebagai uji diagnostik. patch test gold standart keberhasilan
mengidentifikasi alergen penyebab dan edukasi pasien untuk
menghindarinya membantu memberikan kesembuhan tanpa potensi
efek samping obat dan frekuensi kunjungan ke dokter.
Diagnosis DKA ditegakkan berdasarkan hasil patch
test. Metode ini digunakan untuk mendeteksi penyebab
kontak alergi. Bila hasil patch test meragukan, dapat
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan ROAT.
APA ITU PATCH TEST ?
Patch test adalah uji kulit yang dilakukan secara in vivo dengan cara menempelkan
bahan kimia (alergen) yang dicurigai secara oklusif dalam bentuk dan konsentrasi tertentu
pada kulit normal pasien yang sensitif. Uji ini merupakan visualisasi fase elisitasi reaksi
hipersensititas tipe lambat, yang hasilnya tidak selalu sama dengan hasil kontak dengan
lingkungan pasien sehari-hari, sebab dipengaruhi oleh absorsi perkutan. Oleh karena itu
untuk menjamin dan membantu absorbsi dari bahan yang diuji, maka harus dilakukan
secara tertutup (oklusif).
Patch test dilakukan pada punggung bagian atas, tetapi dapat juga dilakukan di
punggung bagian bawah atau sisi luar lengan bagian atas. Bahan bisa padat atau cair, yang
dilarutkan atau dicampurkan dalam bahan tertentu dan dalam konsentrasi tertentu pula,
sehingga kemungkinan yang timbul benar reaksi alergi, bukan reaksi iritasi.
Patch test ini merupakan metode untuk memastikan penyebab dermatitis
dan merekomendasikan bahan yang harus dihindari serta memberikan alternatif
produk lain pada pasien tertentu. Patch test dikatakan ideal, bila dilakukan dengan
benar dan sesuai indikasi, sehingga memberi efek samping minimal.
Berbagai penelitian dilakukan dalam membuat modifikasi , terutama untuk
meningkatkan patch test sensitivitas kulit, sehingga mempertinggi nilai reliabilitas
dan validitas hasil yang diperoleh, antara lain Repeated Open Application Test
(ROAT) yang diperkenalkan Hannuksela dan Salo pada tahun 1986 .
BERAPA LAMANYA TEST
INI ?
Penempelan dipertahankan selama 24 jam untuk
memberi kesempatan absorbsi dan reaksi alergi dari kulit
yang memerlukan waktu lama. Meskipun penyerapan
untuk masing-masing bahan bervariasi, ada yang kurang
dan ada yang lebih dari 24 jam, tetapi menurut para
peneliti waktu 24 jam sudah memadai untuk kesemuanya,
sehingga ditetapkan sebagai standar.
PENILAIAN ATAU INTERPRETASI HASIL

Setelah 48 jam bahan tadi dilepas. Pembacaan dilakukan 15-25


menit kemudian, supaya kalau ada tanda-tanda akibat tekanan, penutupan
dan pelepasan dari Unit uji tempel yang menyerupai bentuk reaksi, sudah
hilang. Cara penilaiannya ada bermacam-macam pendapat. Yang dianjurkan
oleh ICDRG sebagai berikut:
+ atau : hanya eritem lemah: ragu-ragu
+ : eritem, infiltrasi (edema), papul: positif lemah
++ : eritem, infiltrasi, papul, vesikel: positif kuat
+++ : bula: positif sangat kuat
- : tidak ada kelainan : iritasi
NT : tidak diteskan
INDIKASI PATCH TEST

• Persistent eczematous eruptions ketika kontak dengan alergen


• Dermatitis kronis yang mengenai tangan, kaki, wajah, atau mata
• Pasien Eczematous dermatitis dengan resiko tinggi terkena dermatitis,
seperti petugasmedis, cosmetologists, teknisi, pekerja pabrik karet
dan plastik
• Penggunaan obat yang tidak adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Birmingham Donald J. 1982. The Prevention of Occupational Disease. Published in 1982. by the
Soap and Detergent Association. NY 10016.
Fanny Iskandar dkk. 2002. Hubungan antara Uji tempel dan peningkatan jumlah limfosit pada
penderita Dermatitis kontak Alergi pada pekerja semen ; Pertemuan Ilmiah Ke-II
Penyakit Kulit Akibat Kerja. Jakarta.
Fregert Sigfird. 1988. Kontak Dermatitis. Yayasan Ea. Medica. Jakarta.
Sulaksmono. 2000. Dermatosis Akibat Kerja, Bahan Buku Ajar. FKM Unair. Surabaya.
Retno Widowati S. 1997. Dermatosis Akibat Kerja. Seminar Penyakit Kulit Akibat Kerja.
Jakarta.
Suyoto. 1997. Uji Tempel. Seminar Penyakit Kulit Akibat Kerja, Jakarta.
Heri Sukanto. 1997. Pengelolaan Dermatosis AkibatKerja. Environmental and Occupational
Dermatology Symposium. Jakarta.
Stellman, Yeanne M.D Suzan. 1973.Work is Dangerous to your Health. Vintage Book. New York.

Anda mungkin juga menyukai