Anda di halaman 1dari 28

JENIS JENIS PUPUK ANORGANIK

DAN
CARA APLIKASINYA

DISAMPAIKAN OLEH
PT OSMOSA ALAM SEMESTA
WONOSOBO, JANUARI 2015
JENIS JENIS PUPUK ANORGANIK DAN CARA APLIKASINYA

Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk


tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk
yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu.
Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya
deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur
hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk
pupuk tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis
dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga
dicantumkan pada kemasan, karena itu sangat penting untuk membaca label
kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan
jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga
takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi
pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur
hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
PENGGOLONGAN PUPUK ANORGANIK

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat
oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga
memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur
hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua
yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis
unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa
unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur
nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara.
Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran,
beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih
mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium phospat yang
mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk
daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun
tanaman. Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More, dan
Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di
tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit.
Menurut cara melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua yakni
pupuk fast release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release ditebarkan ke
tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis,
bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh
air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCL.
Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk lepas terkendali
(controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi
sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang
dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk fast
release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk
slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput
polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul. Contohnya,
polimer coated urea dan sulfur coated urea. Perlindungan secara kimiawi
dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat kimia,
sehingga bahan tersebut lepas secara terkendali. Contohnya Methylin urea, Urea
Formaldehide dan Isobutilidern Diurea. Pupuk jenis ini harganya sangat mahal
sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis
tinggi.
JENIS-JENIS PUPUK
1. PUPUK SUMBER NITROGEN
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang
disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman.
Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau
dan padi. Tembakau tidak dapat mentoleransi jumlah amonium yang tinggi. Untuk menyediakan
nitrogen pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO3-) dengan kandungan nitrogen
minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium (NH4+) karena
pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2. umumnya pupuk dengan
kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini
dapat membakar tanaman jika diberikan terlalu dekat dengan akar atau langsung kontak dengan
daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih
sering. Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama.
b. Amonium Sulfat (NH4)2 SO4
Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan
26% sulfur (S), berbentuk kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak
lambat sehingga cocok untuk pupuk dasar. Sifat reaksinya asam, sehingga tidak
disarankan untuk tanah ber-pH rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik untuk
sumber sulfur. Lebih disarankan dipakai didaerah panas.
c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam air, dan
sebagai sumber kalsium yang sangat baik karena mengandung 19% kalsium Ca.
sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis.
d. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi
menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air
dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.
2. PUPUK SUMBER POSPOR
a. SP36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam
dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut
dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.
Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.
b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis 11.52.0. Diamonium Phospat
memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0. pupuk ini umumnya digunakan
untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya
berupa butiran berwarna cokelat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan
mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan
disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya
rendah.
3. PUPUK SUMBER KALIUM
a. Kalium Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis.
Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang membutuhkannya, misalnya
kentang, wortel dan tembakau.
b. Kalium Sulfat (K2SO4)
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%.
Bentuknya berupa tepung putih yang larut didalam air, sifatnya agak
mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam.
Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau disarankan
untuk menggunakan pupuk ini.
c. Kalium Nitrat (KNO3
Mengandung 13% N dan 44% K2O. berbentuk butiran berwarna putih yang tidak
bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral.
4. PUPUK SUMBER HARA SEKUNDER
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk
menaikkan pH tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup
baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran
butiran. Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian yang
berbentuk bubuk. Warnanya putih dan butirannya halus. Pupuk ini mengandung
90-99% Ca. Bersifat lebih cepat larut dalam air.
c. Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna kuning. Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12%
MgO. Sifatnya agak sukar larut dalam air. Selain untuk memperbaiki defisiensi
Mg, pupuk ini juga bermanfaat untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah
asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S dan sedikit
Mg. Ditebarkan dalam sekali aplikasi. Jika terkena air, gypsum yang ditebarkan
akan menggumpal dan mengeras seperti tanah liat (cake). Gypsum digunakan
untuk menetralisir tanah yang terganggu karena kadar garam yang tinggi,
misalnya pada tanah di daerah pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak berpengaruh
pada perubahan pH tanah.
e. Bubuk Belerang (Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfor disuplai dalam bentuk sulfat yang terdapat pada berbagai jenis
pupuk. Kandungan sulfat tersebut tidak berpengaruh dalam penurunan pH tanah.
Selain terdapat dalam berbagai jenis pupuk, bubuk belerang adalah sumber
sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai 909%. Namun, bubuk ini
tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah defisiensi sulfur, tetapi tidak
lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH tanah. Penggunaannya tidak
boleh melebihi 25 gram/m2, karena bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala
terbakarnya daun tanaman (burning effect).
5. PUPUK SUMBER HARA MIKRO
Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa hasil
penelitian melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah
di Jawa sudah memulai membutuhkan tambahan Zn dari pupuk.
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam
anorganik dan bentuk organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam air.
Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn
yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya
digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk daun.
Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat.
Bentuk organik sintesis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang
disebut chelat. Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion
logam seperti yang dilakukan oleh koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia
dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan oleh kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga
disediakan oleh pupuk majemuk yang beredar di pasaran. Pupuk slow release
dan pupuk daun biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih unsur mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas
dan analisis telah tersedia di pasaran, kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk
majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk
berkualitas prima memiliki besaran butiran yang seragam dan tidak terlalu
higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir
semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah mendapatkan
perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan
variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16.
Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan
ketersediaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi
analisis seperti ini antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai
pupuk pada awal penanaman; dan sebagai pupuk susulan saat tanaman
memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara
lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur hara mikro dan harga
perkilogramnya, contoh cara mempertimbangkan pemilihan pupuk majemuk,
variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki kandungan hara yang lebih tinggi
daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya sangat higroskopis sehingga mudah sekali
menggumpal. Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena
bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.
b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dikenal dengan nama stomata. Sebagian besar
stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur
penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu
udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan
mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan
membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan
daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga
masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan
unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap
karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan analisis yang tepat pada
pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama dengan
analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia tanah tidak
dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap
unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan
peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika mudah
larut di dalam air tanpa menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat
pupuk daun menjadi sangat higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu
lama jika kemasannya telah dibuka.
Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman
sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak
menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya
dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi
pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun
dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan
volume air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada
alat semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan pada kemasan pupuk.
Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan,
daun akan terbakar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari
karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan
pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca
termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah
penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas
penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat
suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun
cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar
di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn.
CARA APLIKASI
CARA APLIKASI PUPUK ANORGANIK
a. Larikan
Caranya, buat parit kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan
pupuk di dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan
pada satu atau kedua sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat
melingkar di sekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk. Pupuk yang tidak
mudah menguap dapat langsung ditempatkan di atas tanah.
Setelah itu, larikan tidak perlu ditutup kembali dengan tanah. Hindari membuat
larikan hanya pada salah satu sisi baris tanam karena menyebabkan perkembangan
akar tidak seimbang. Karena itu, aplikasi pupuk kedua harus ditempatkan pada sisi
yang belum mendapatkan pupuk (bergantian). Biasanya cara ini dilakukan untuk
memberikan pupuk susulan. Tanaman dengan pertumbuhan cepat dan perakaran
yang terbatas disarankan untuk menggunakan cara larikan.
b. Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan Tanah
Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan
pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan
distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak
disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.
c. Pop Up
Caranya, pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk
yang digunakan harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji.
Cara ini lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.
d. Penugalan
Caranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang
tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang
dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan
samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan
dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.
e. Fertigasi
Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi.
Lazimnya, cara ini dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan
sistem sprinkle. Cara ini telah banyak diterapkan pada pembibitan tanaman
Hutan Tanaman Industri (HTI), lapangan golf, atau nursery tanaman yang bernilai
ekonomi tinggi. Lewat cara ini, akurasi dan penyerapan pupuk oleh akar dapat
lebih tinggi.
Pada pertanian intensif pemupukan sering dilakukan berkali-kali sehingga
beberapa cara diatas dapat dilakukan bersama-sama dalam satu musim tanam.
FUNGSI-FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO
Pupuk Kamastan adalah pupuk lengkap cair yang komposisinya mengandung
unsur hara makro dan unsur hara mikro terlengkap di antara pupuk lain yang
beredar di seluruh Indonesia. Sebelum saya jelaskan lebih lanjut akan saya
perkenalkan apa itu unsur makro dan mikro :
Unsur hara makro meliputi: N, P, K, Ca, Mg, S
Unsur hara mikro meliputi : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl
1. unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak
oleh tanaman.
Adapun jenis-jenis unsur hara makro adalah :
a). Nitrogen (N)
Merupakan unsur hara di dalam tanah yang sangat berperan bagi pertumbuhan
tanaman. Perilaku Nitrogen dalam tanah sulit diperkirakan karena
perpindahannya sangat komlpek. Lebih dari 98% nitrogen dalam tanah tidak
tersedia karena terakumulasi dalam bahan organic atau terjerat dalam mineral
liat. Dengan menggunakan KAMASTAN anda dapat memenuhi kebutuhan
nitrogen tanaman anda.
b). Fosfor (P)
Unsur fosfor merupakan zat penting tetapi selalu dalam keadaan kurang di dalam tanah.
Unsur P Sangat penting sebagai sumber energi oleh karena itu kekurangan fosfor dapat
menghambat pertumbuhan dan reaksi metabolisme tanaman. Selain itu kandungan
fosfor pada tanaman membantu dalam pertumbuhan bunga,buah,dan biji. Jika tanaman
kekurangan fosfor akan menyebabkan daun dan batang kecil,daun berwarna hijau tua
keabu-abuan,mengkilap dan terlihat pigmen merah pada bagian bawah daun lalu mati.
c). Kalsium (Ca)
Air yang dibutuhkan tanaman untuk hidup penyerapannya sangat dibantu oleh kalsium.
d). Kalium (K)
Diambil/diserap tanaman dalam bentuk : K+
Fungsi Kalium bagi tanaman adalah :
a. Membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
b. Berperan memperkuat tubuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu
tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
c. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.
d. Meningkatkan mutu dari biji/buah.
e). Belerang (Sulfur / S)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: SO4-
Fungsi belerang bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar
b. Merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein dalam bentuk cystein,
methionin serta thiamine
c. Membantu pertumbuhan anakan produktif
d. Merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti
cabai, kubis dan lain-lain
e. Membantu pembentukan butir hijau daun
f). Magnesium (Mg)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mg++
Fungsi magnesium bagi tanaman ialah:
a. Magnesium merupakan bagian tanaman dari klorofil
b. Merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic pyrophosphatse dan Carboxy
peptisida
c. Berperan dalam pembentukan buah
2. unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tanaman tapi sanga
penting.
Adapun jenis-jenis unsur hara mikro adalah :
a). Mangan (Mn)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mn++
Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vit. C
b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
b). Boron (B)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Bo O3-
Fungsi unsur hara Boron (Bo) bagi tanaman ialah:
a. Bertugas sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman
c). Tembaga (Cu)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cu++
Fungsi unsur hara Tembaga (Cu) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan dalam pembentukan enzim seperti: Ascorbic acid oxydase, Lacosa,
Butirid Coenzim A. dehidrosenam
b. Berperan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil)
d). Khlor (Cl)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cl –
Fungsi unsur hara Khlor (Cl) bagi tanaman ialah:
a. Memperbaiki dan meninggikan hasil kering dari tanaman seperti: tembakau,
kapas, kentang dan tanaman sayuran
b. Banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman
c. Banyak terdapat pada tanaman yang mengandung serat seperti kapas
e).Molibdenum (Mo)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mo O4-
Fungsi unsur hara Molibdenum (Mo) bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada leguminosa
b. Sebagai katalisator dalam mereduksi N
c. Berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran
Molibdenum dalam tanah terdapat dalam bentuk Mo S2
f). Seng (Zinc = Zn)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Zn++
Fungsi unsur hara Seng (Zn) bagi tanaman ialah:
a. Dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berperan dalam mendorong perkembangan
pertumbuhan
b. Diperkirakan persenyawaan Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh (auxin) dan
penting bagi keseimbangan fisiologis
c. Berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji/buah
g). Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+). Fe
dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma.
Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan
penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe.
Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan
efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan
berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang
mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara
ringkas sebagai berikut:
I. Catalase : H2O + H2O O2 + 2H2O
II. Peroksidase : AH2 + H2O A + H2O

Anda mungkin juga menyukai