Anda di halaman 1dari 90

Manajemen Mutu Dan Keselamatan Pasien

Ns Ni Nyoman Gunahariati S Kep. MM


PENGERTIAN

Mutu yankes adalah:


Memenuhi atau melebihi kebutuhan &
harapan pelanggan melalui
peningkatan berkelanjutan atas seluruh
proses
(Mary R.Zimmerman)
Konsep dan definisi mutu
 Mutu pelayanan kesehatan berarti memberikan pelayanan kepada pasien
dengan kompetensi yang handal, komunikasi yang baik, pengambilan
keputusan yang tepat, dan sensitifitas budaya yang kuat.
 Mutu adalah konsep yang bersifat komprehensif dan multisegi yang
mengukur 1 atau lebih dimensi mutu, seperti diantaranya kompetensi
teknis, akses pelayanan, efektifitas, efisiensi, hubungan interpersonal,
kontinuitas, keselamatan, dan fasilitas (Brown, na).
 Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby)
 Mutu pelayanan kesehatan adalah memberikan
pelayanan kepada pasien dengan kompetensi yang handal,
komunikasi yang baik, pengambilan keputusan yang tepat,
dan sensitifitas budaya yang kuat.

 Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses


kegiatan yang dilakukan oleh profesi keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan pasien dalam mempertahankan
keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012).
1.

2.

3.

5
6
7
Pimpinan RS menetapkan :
 proses, prosedur dan hasil (outcome) yang akan
dinilai;
 ketersediaan “ilmu pengetahuan” (science) dan
“bukti” (evidence) untuk mendukung penilaian;
 bagaimana penilaian dilakukan;
 bagaimana penilaian diserasikan dengan rencana
menyeluruh dari penilaian mutu dan keselamatan
pasien;
 frekuensi dari penilaian.
8
Tujuan Mutu Pelayanan Kesehatan
1. Tujuan Umum
Mempunyai fungsi untuk memberikan arahan dan pedoman dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas .

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengambil langkah-langkah yg diperlukan dlm upaya mencegah
situasi yang dapat menimbulkan resiko keselamatan pasien.
b. Membuat strategi yg komprehensif tentang upaya peningkatan pelayanan
kesehatan secara berkelanjutan dgn pertimbangan utama kesejahteraan,
perlindungan, keamanan, dan keselamatan pasien.
c. Mengembangkan budaya keselamatan pasien di seluruh area rumah sakit.
4. Menjelaskan otoritas dan tanggung jawab pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan mutu

5.Memfasilitasi komunikasi, pelaporan, dan dokumentasi


terhadap seluruh aktifitas peningkatan mutu dan keselamatan
pasien pada staf medis, non medis, dan manajemen.
Manfaat
Manfaat Jaminan Mutu layanan kesehatan yaitu:

 Pemahaman staf terhadap tingkat mutu layanan


yang ingin dicapai.
 Meningkatkan efektifitas layanan yang diberikan.
 Mendorong serta meningkatkan efesiensi dalam
pengelolaan layanan kesehatan.
 Melindungi pelaksanaan layanan kesehatan dari
gugatan hukum.
 Semakin meningkatnya mutu pelayanan.
STRATEGY
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN

 Pelanggan & harapan: harapan pelanggan


diidentifikasi
 Peningkatan kinerja: melaksanakan
kinerja-konseling
 Proses perbaikan
 Budaya yang mendukung perbaikan terus
menerus
 Budaya kerja yang mendukung:
organisasi tertib, harus sejalan dgn
peningkatan mutu
Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan

Menurut Nursalam cit Triwibowo (2013).


a. Tahap pertama adalah penyusunan standar atau kriteria.
Dimaksudkan agar asuhan keperawatan lebih terstruktur
dan terencana berdasarkan standar kriteria masing-masing
perawat.

b. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai


dengan kriteria. Informasi disini diharapkan untuk lebih
mendukung dalam proses asuhan keperawatan dan
sebagai pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
c.Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam
memilih informasi yang akurat diharuskan penyeleksian
yang ketat dan berkesinambungan. Beberapa informasi
juga didapatkan dari pasien itu sendiri.

d. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa


data. Perawat dapat menyeleksi data dari pasien dan
kemudian menganalisa satu persatu.

e. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Ditahap ini berfungsi


untuk meminimalkan kekeliruan dalam pengambilan
keputusan pada asuhan dan tidakan keperawatan
Dimensi Mutu Keperawatan
 Berfokus pada pasien (patient centered), upaya yang
dilakukan berfokus pada pasien yang disesuaikan dengan
budaya pasien, dan pilihan pasien
 Equitable, masalah yang diambil berlaku sama untuk setiap
pasien tanpa melihat, jenis kelamin, ras, suku, status social
ekonomi
 Waktu dan kesempatan (Timely and accessible), masalah
yang diselesaikan disesuaikan dengan waktu dan dilakukan
sesuai dengan kondisi yang nyata dengan sumber daya
yang ada/tersedia.
DIMENSI MUTU
 Aman /safety yaitu meminimalkan resiko terhadap luka, infeksi,
dan bahaya jatuh. Keamanan disini melibatkan pemberi
layanan kesehatan dan pasien
 Efektif /effectiveness yaitu tingkatan dimana hasil (outcome)
yang diharapkan dari pelayanan dapat tercapai
 Efisien yaitu rasio antara output pelayanan terkait dengan
biaya yang dikeluarkan untuk memberikan atau menyediakan
pelayanan
 Access yaitu pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh letak
geografis, tingkat social, ekonomi, budaya, organisasi, dan
perbedaan bahasa.
 Appropriateness / kesesuaian
 Acceptability / penerimaan
Dimensi Mutu
 Aman (Safety) , topik masalah yang diangkat merupakan
suatu kondisi yang dapat meningkatkan keamanan bagi
pasien, keluarga, dan seluruh staf / karyawan
 Efektif (effective), masalah yang diselesaikan berdasarkan
kajian terkini (evidence based) dan hasil yang dilakukan
perbaikan memperbaiki status pasien dan masyarakat
 Effisien (efficient) , masalah yang diambil akan diharapkan
meningkatkan efisiensi pelayanan dengan meningkatkan
penggunaan sumber sumber yang ada, mengurangi hal hal
yang tidak berguna
Alwi, A. (2011) tiga pendekatan penilaian mutu yaitu :
1. Input
Aspek struktur meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan
untuk dapat melaksanakan kegiatan berupa sumber daya
manusia, dana dan sarana.
2. Proses
Merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara
profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan
tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan pasien,
meliputi metode atau tata cara pelayanan kesehatan dan
pelaksanaan fungsi manajemen.
3. Output : Aspek keluaran adalah mutu
pelayanan yang diberikan melalui tindakan
dokter, perawat yang dapat dirasakan oleh
pasien dan memberikan perubahan ke arah
tingkat kesehatan dan kepuasan yang
diharapkan pasien.
 suatu cara utk mengukur
mutu dari suatu kegiatan
 merupakan variabel yg
digunakan utk menilai
perubahan
21
KRITERIA INDIKATOR YANG BAIK :

1. Sahih (valid) yi benar-2 dpt dipakai utk mengukur


aspek yg akan dinilai

2. Dapat dipercaya (reliable), yi mampu menunjukkan


hasil yg sama pada saat berulang kali, utk waktu
sekarang maupun yg akan datang

3. Sensitif yi cukup peka utk mengukur, sehingga jml


nya tidak perlu banyak

4. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan


ukuran yg jelas, tidak bertumpang tindih

22
 Menciptakan lingkungan yang menyadari
perlunya mengukur mutu (klinis):
 Memahami konteks/latar belakang
penyusunan indikator (apa yang ingin
dikerjakan, mengapa, bagaimana, sebaik
apa, dan problem apa yang mungkin
dijumpai)
 Kejelasan tujuan penyusunan indikator
 Identifikasi pendukung dan penghambat dan
bagaimana mengatasi nya 23
24
 Menciptakan lingkungan yang menyadari
perlunya mengukur mutu (klinis):
 Membentuk tim penyusun ( Ada PIC
pengumpul data mutu )
 Pelajari sistem mutu yang ada
 Tentukan sumber informasi yang
dibutuhkan untuk menyusun indikator
 Workshop untuk mendapat dukungan dari
pihak terkait
25
 Penyusunan indikator:
 Review indikator-indikator yang ada dari
literatur maupun dari KEMENKES
 Review indikator-indikator yang selama ini
digunakan
 Identifikasi unit-unit terkait

26
 Identifikasi indikator-indikator yang dapat
dimonitor
 Susun indikator dan buat kamus indikator
nya
 Tetapkan metoda pengumpulan data dan
sumber informasi
 Tentukan metoda analisis
 Sosialisasi
 Tetapkan cara pelaporan indikator
27
 Penerapan indikator:
 Monitor proses pengumpulan data
 Monitor analisis terhadap indikator dan pelaporannya
 Monitor penggunaan hasil analisis indikator
 Review:
 Kaji ulang terhadap indikator, cara pengumpulan data,
analisis dan hasil analisis, pemanfaatan indikator
untuk perbaikan, tindak lanjut perbaikan
 Perbaikan/penambahan/pengurangan indikator
 Evaluasi dan ongoing monitoring

28
 Ada kejelasan tujuan dan latar belakang dari tiap-tiap
indikator, mengapa indikator tersebut penting dan dapat
menunjukkan tingkat kinerja organisasi/bagian/unit kerja
 Kejelasan terminologi yang digunakan
 Kapan pengumpulan data (kapan indikator harus di
update), kapan harus dianalisis, cara analisis, dan
interpertasinya
 Numerator dan denominator
 Threshold (target)
 Dari mana data diperoleh (sistem informasi untuk
mendukung perolehan data)

29
30
PEMILIHAN INDIKATOR
KLINIK
• Prioritas tinggi
• Sederhana
• Mulai dengan sedikit indikator
• Data tersedia
• Ditingkatkan secara bertahap
• Dampak terhadap pengguna dan pelayanan
• Mengukur berbagai dimensi mutu

31
 Dipersyaratkan dalam standar akreditasi.
 Dipersyaratkan oleh pemilik (pertanggung
jawaban)
 Ketersediaan data
 High risk, high cost, high volume, problem
prone
 Konsensus
 Dipersyaratkan oleh customer
32
STANDAR AKREDITASI RS INDIKATOR MUTU
Standar AP.1.4.1. • Asesmen awal medis harus
Asesmen awal medis dan lengkap dalam waktu 24 jam
keperawatan harus lengkap dalam setelah pasien masuk rawat
waktu 24 jam setelah pasien masuk inap
rawat inap atau lebih cepat • Asesmen awal keperawatan
tergantung kondisi pasien atau harus lengkap dalam waktu 24
sesuai kebijakan rumah sakit. jam setelah pasien masuk rawat
inap

Elemen Penilaian AP.1.5.1. Asesmen medis sebelum operasi


1. Kepada pasien yang
direncanakan operasi, dilaksanakan
asesmen medis sebelum operasi
(lihat juga PAB.7, EP 1 dan 2).

Elemen Penilaian 1.6. Asesmen gizi pada pasien dengan


3. Pasien dengan risiko masalah risiko masalah nutrisional
nutrisional menurut kriteria akan
mendapat asesmen gizi.
33
STANDAR AKREDITASI RS INDIKATOR MUTU
Standar AP.1.7. • Skrining nyeri
Semua pasien rawat inap dan rawat • Asesmen nyeri
jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa
yang nyerinya.
Elemen Penilaian SKP.VI. Asesmen awal risiko pasien jatuh
Rumah sakit menerapkan proses
asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan asesmen ulang bila
diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan dll.
Elemen Penilaian PAB.7. Asesmen bedah sebelum tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan,
dokter yang bertanggungjawab
mendokumentasikan informasi
asesmen yang digunakan untuk
mengembangkan dan mendukung
tindakan invasif yang direncanakan
(lihat juga AP.1.5.1, EP 1; AP.5.3, EP 34
3 dan AP.6.4, EP 3)
STANDAR AKREDITASI RS INDIKATOR MUTU
Standar AP.5.3.1. Pelaporan nilai kritis
Ada prosedur melaporkan hasil tes
diagnostik yang kritis

Standar AP.5.3. Waktu tunggu hasil pemeriksaan


Hasil pemeriksaan laboratorium laboratorium
tersedia / selesai dalam waktu sesuai
ketetapan rumah sakit.

Standar AP.5.4. • Pemeriksaan alat lab seminggu


Semua peralatan untuk pemeriksaan sekali
laboratorium diperiksa secara teratur, • Kalibrasi alat setahun sekali
ada upaya pemeliharaan, dan • Respon time perbaikan alat 24
kalibrasi, dan ada pencatatan terus jam
menerus untuk kegiatan tsb.

35
36
1. Pimpinan manajemen dan pimpinan
klinis mengidentifikasi indikator kunci
untuk sasaran keselamatan pasien.

2. Data penilaian digunakan untuk


menilai efektivitas peningkatan

37
1. Ketetapan identifikasi pasien

2. Peningkatan Komunikasi yang efektif

3. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu


diwaspadai

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,


tepat pasien operasi

5. Pengurangan risiko infeksi terkait


pelayanan kesehatan

6. Pengurangan risiko jatuh

38
INDIKATOR MUTU TAHUN 2016

RSUP Sanglah Denpasar JUDUL INDIKATOR


NO
IPSG / KESELAMATAN PASIEN STANDAR
Persentase Pelaksanaan Komunikasi efektif verbal atau via telepon yang dilakukan 100
1 Readback dan verifikasi dalam 1x24 jam
2 Persentase Pelaporan Critical Value Hasil Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium 100
3 Persentasi Pelaksanaan Prosedur Marking Site 100

Persentase kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan 100


4 dengan metode enam langkah dan lima momen
Persentase Kesesuaian Pelabelan Obat High Alert Dan Lasa Pada Saat Dispensing 100
5
Obat Dari Farmasi Ke Unit Perawatan Pasien
Kelengkapan Pengisian Format Check List Keselamatan Pasien Pada Pasien dengan 100
6 Tindakan Pembedahan Dengan Sedasi dan local Anestesi, dan Prosedur Diagnostik
Invasive
Persentase Permintaan (prescription/ R/) Elektrolit Konsentrasi Pekat (NaCl 3% , 100
7
7,46%) yang diencerkan di Instalasi Farmasi
Persentase Pelaksanaan Prosedur Identifikasi pada saat sebelum memberikan tranfusi 100
8 darah atau produk darah
9 Insiden pasien jatuh selama perawatan rawat inap di rumah sakit 0

Persentase kesesuaian pengisian form handover perawat yang dilakukan pada saat 90
10 pergantian jaga (antar shift) 39
 Setiap unit kerja / instalasi wajib menentukan indikatornya
sendiri berdasarkan permasalahan dan prioritas
 Indikator unit / instalasi wajib mendukung indikator yang
ditetapkan sebagai indikator kunci RS
 Unit kerja / instalasi wajib memilih 2-3 indikator yang
dijadikan prioritas project perbaikan yang dilakukan
analisis mendalam berdasarkan PDCA / PDSA
 Dalam memilih indikator dapat merujuk indikator-2 yang
ada di Standar Pelayanan Minimum RS, BLU,
KEMENKES , dan juga unggulan RS
 Unit kerja disamping melakukan project perbaikan
indikator , juga diwajibkan mengumpulkan data terkait data
indikator yang diwajibkan oleh regulasi Nasional .
40
AKREDITASI RUMAH SAKIT

Definisi :
Akreditasi RS merupakan proses peningkatan
mutu pelayanan yang dilakukan terus menerus
oleh RS.
Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu
pelayanan RS setelah dilakukan penilaian bahwa
RS telah memenuhi standar Rumah Sakit.
TujuanDefinisi
: dan Tujuan Akreditasi
1. Untuk surveior
a. Sebagai acuan dalam melakukan telaah regulasi pada
waktu survei.
b. Sebagai acuan dalam melakukan telaah dokumentasi bukti
pelaksanaan kegiatan pada waktu survei
c. Sebagai acuan dalam melakukan wawancara ,observasi
dan meminta staf RS melakukan simulasi.
d. Sebagai panduan dalam memberikan skor dan nilai.
2. Untuk Rumah Sakit
a. Sebagai acuan dalam menyusun regulasi pada waktu
survei.
b. Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan dan
dokumentasinya.
c. Sebagai acuan dalam melatih staf terkait dengan
Implementasi standar .
(ARK,HPK,AP,
I. KELOMPOK STANDAR
PAP,PAB,PKPO
PELAYANAN BERFOKUS MKE)
PADA PASIEN
(7 BAB)
(PMKP,PPI,TKRS
II. KELOMPOK ,
STANDAR STANDAR MANAJEMEN MFK, KKS,
(6 BAB)
NASIONAL RS MIRM)
AKREDITASI
RUMAH SAKIT III. SASARAN SKP
ED 1 KESELAMATAN PASIEN

PONEK
HIV/AIDS
IV. PROGRAM NASIONAL TB
PPRA
GERIATRI
V. INTEGRASI
PENDIDIKAN
KESEHATAN DALAM IPKP
PELAYANAN RS
1.
1.
PENGELOMPOKAN
STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PASIEN
BAB
Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3. Asesmen Pasien (AP)
4. Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
7. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
2. STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT
8. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
9. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
10. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
11. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
12. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
13. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
3. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. SASARAN 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. SASARAN 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. SASARAN 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai (High Alert Medications)
4. SASARAN 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar,
prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.
5. SASARAN 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
6. SASARAN 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
4. PROGRAM NASIONAL
4. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
5. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
6. Program Menurunan Angka Kesakitan TB
7. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
8. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
5. INTEGRASI PELAYANAN DALAM PENDIDIKAN KLINIS DI RUMAH
SAKIT
SASARAN KESELAMATAN
KESELAMATAN PASIEN
ENAM PEMANDU
Keselamatan Pasien Rumah Sakit

I. UU NO 44/2009 TTG RUMAH SAKIT


II. KERANGKA KERJA KOMPREHENSIF KESELAMATAN
PASIEN RS
III. STANDAR & AKREDITASI KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
IV. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
RS
V. PROGRAM WHO PATIENT SAFETY
VI. ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT
Peraturan Per UU Keselamatan Pasien
Regulatory Framework
1. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 251/MENKES/SK/VII/2012
Tentang Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
6. PERMENKES 11/2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
PENGERTIAN
Keselamatan Pasien Rumah Sakit – KPRS
• Suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih
aman.
(KKP-RS PERSI 2005)
Yang dimaksud dengan keselamatan
pasien (patient safety)
adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.
Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen
risiko
terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar
dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi
serta meminimalisir timbulnya risiko.
(Penjelasan UU 44/2009 ttg RS pasal 43)
KEY PATIENT SAFETY STRATEGIES
SASARAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI Rumah sakit
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. Identifikasi pasien secara benar.
2. Meningkatkan komunikasi efektif.
3. Meningkatkan keselamatan penggunaan obat-
obat yang perlu kewaspadaan tinggi.
4. Menerapkan keselamatan Operasi dengan
menjamin sisi Operasi yang tepat, prosedur
yang tepat, & pasien yang tepat.
5. Menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan.
6. Menurunkan risiko cedera karena jatuh.
Standar keselamatan pasien
 Standar SKP 1 : RS menyusun pendekatan untuk
memperbaiki ketepatan identifikasi pasien
dengan benar
 Standar SKP 2 : RS menyusun pendekatan agar
komunikasi diantara para petugas pemberi
perawatan semakin efektif
 Standar SKP 3 : RS mengembangkan pendekatan
untuk memperbaiki keamanan obat-obatan yang
harus diwaspadai
 Standar SKP 4 : RS menyusun pendekatan
untuk memastikan lokasi pembedahan yg
benar, prosedur yg benar,pembedahan pada
pasien yg benar
 Standar SKP 5 : RS menyusun pendekatan
untuk mengurangi risiko infeksi akibat
perawatan kesehatan
 Standar SKP 6 : RS menyusun cara
pendekatan untuk mengurangi risiko cedera
pada pasien akibat jatuh
Tehnik melakukan identifikasi
S1 : Identifikasi :
Pasien secara benar
Ucapkan Salam, perkenalkan diri
 Minta pasien menyebutkan Nama dan Tanggal Lahir, lalu
cocokan dg Nomer Rekam Medik sebelum melakukan
prosedur, dengan pertanyaan terbuka.
 Untuk pasien tidak sadar, Pasien anak atau Pasien yang
mengalami keterbatasan lainnya, Identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu pasien.
 Petugas mencocokkan Identitas pasien dengan gelang
Identitas Pasien .
 Pasien yang tidak dapat menyebutkan nama: gelang
Identitas diperiksa dengan rekam medik oleh 2 orang
petugas
IDENTIFIKASI PASIEN SECARA AKURAT

Ada 2 gelang identitas :


• gelang warna biru untuk laki-
laki
• gelang merah muda (pink)
untuk wanita.
Dan warna gelang tambahan:
• Merah : alergi
• Kuning : resiko jatuh
Indikator melakukan identifikasi secara benar:
1. Pasien diidentifikasi minimal dua Identitas : nama dan Tanggal
Lahir
Tidak boleh menggunakan nomor kamar atau nomor
tempat tidur .Jangan memanggil nama pasien
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat dan Diet pasien
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian transfusi darah atau
produk darah lainnya.
 Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen
lain untuk keperluan pemeriksaan.
 Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau
tindakan prosedur ( Radiotherapi, HD )
Stempel read back
6
Contoh penempelan label
high alert
Penataan obat high alert di
farmasi
 Pada SITE MARKING DILAKUKAN:
organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.
 Multiple structures (jari tangan, jari kaki).
 Multiple level (operasi tulang belakang: cervical, thoracal, lumbal).
 Multiple lesi yang pengerjaannya bertahap.
 Daerah gigi
 Penandaan area operasi/site marking dilakukan oleh dokter operator
dengan melibatkan pasien dan keluarga menggunakan spidol anti air
 Khusus untuk neonatus menggunakan gelang warna putih yang
bertuliskan tempat area operasi

 Sebelum dilaksanakan operasi terapkan


pengisian Checklist Keselamatan Operasi
untuk memastikan:
 Tepat pasien.
 Tepat prosedur.
 Tepat daerah/ lokasi operasi.
CHECK LIST KESELAMATAN PASIEN DI RUANG OPERASI
SEBELUM DIANESTESI SEBELUM INSISI SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN
RUANG OPERASI
Time Out
Masuk Ruang Operasi
Paraf Keluar Ruang Operasi
Pastikan semua anggota tim
Memperkenalkan nama dan
Pasien sudah dipastikan : Paraf
perannya
Perawat konfirmasi dgn tim: Paraf
Identitas Dokter bedah, anestesi dan perawat
Sisi Operasi Konfirmasi secara verbal mengenai Nama prosedur yang tercatat
Pasien Kebenaran, jlh instrumen,
Prosedur kassa, jarum
Sisi
Informed Consent Prosedur
Tanda operasi ada/tidak Antisipasi keadaan kritis Bagaimana spesimen diberi
Cek Keselamatan Anestesi Dokter bedah review label (termasuk nama
Oximeter siap dan berfungsi keadaan kritis atau langkah-langkah pasien)
yang tidak diharapkan, lama operasi, Apakah ada masalah pada
Apakah pasien alergi? antisipasi kehilangan darah alat
Ya
Tidak Tim anestesi review
Dokter bedah, anestesi dan
apakah ada keadaan pasien yang
Adakah risiko aspirasi? perlu diperhatikan? Perawat review hal-hal
Ya Tim perawat review penting untuk pemulihan
Tidak Sudah steril (termasuk indikator pasien
Adakah risiko perdarahan? hasil) ?Adakah masalah alat?
Apakah antibiotik profilaksis telah
500 ml (7ml/kg BB pd diberikan
anak) Ya
Tidak Tidak
Ya, sudah disiapkan Apakah ada hasil imaging?
Ya
transfusi Tidak
Pelabelan tindakan invasif
symbol
Letakkan tanda ini pada:
 bed pasien
Depan pintu kamar
pasien
Area yang berpotensi
untuk menyebabkan
jatuh/cedera

JANGAN LUPA PASIEN YANG


BERISIKO JATUH TAMBAHKAN
GELANG WARNA
KUNING………..
PASTIKAN PROTOKOL
PEMANTAUAN RISIKO JATUH
Prediksi pasien jatuh

4 Kelompok pasien Resiko Jatuh


 Geriatrik
 Post Pembedahan
 Pediatrik
 Psikiatri
Tujuan Keselamatan Pasien
Tujuan Sasaran Keselamatan Pasien

1.Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah


sakit
2.Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
4.Terlaksananya program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan KTD
TUJUH LANGKAH MENUJU
KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP
1. Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil.

2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA


Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang KP di RS
INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
3. Kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah.

KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


4. Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat melaporkan kejadian /
insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS.

5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien.
BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP
6. Dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana & mengapa kejadian itu timbul.
CEGAH CEDERA DNG IMPLEMENTASI SISTEM KP
7. Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Implementasi 7 langkah Menuju KP

1. Budaya Keselamatan Pasien (1)

2. Leadership (2,3)

3. Pelaporan (4)

4. Standard (5,7)

5. Pendidikan dan Pelatihan (6)


Budaya Keselamatan Pasien
1. RS melakukan survey awal tentang keselamatan
pasien (Agency for Healthcare Research and Quality )
2. Menyusun strategi pengembangan, perbaikan dan
evaluasi secara berkala sesuai hasil survey
budaya keselamatan Pasien
3. Sosialisasi system dan alur komunikasi kepada
seluruh staf
4. RS melakukan evaluasi berkala tentang kepuasan
karyawan
BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

PENGERTIAN :
 adalah kepercayaan, sikap dan nilai sebuah
organisasi kesehatan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
berdasarkan struktur, praktek, peraturan dan
kontrol keselamatan pasien.
 Mencakup tiga komponen yaitu :
 budaya kerja,
 budaya pelaporan (insiden)
 budaya belajar
(Croll, Coburn, & Pearson, 2012).
 Budaya keselamatan pasien terfokus pada nilai,
kepercayaan, dan asumsi staf terhadap iklim organisasi
(pelayanan kesehatan) dalam peningkatan program
keselamatan pasien (The Health Foundation, 2013).

 Organisasi (pelayanan kesehatan) yang memiliki budaya


keselamatan pasien yang cenderung positif dapat dilihat
dari komunikasi saling percaya (mutual trust) antar
komponen, dengan persepsi yang sama tentang
pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan
besarnya manfaat tindakan pencegahan (Agency for
Healthcare Research and Quality, 2004).
Budaya keselamatan pasien membutuhkan tiga
elemen penting yaitu :
1.Kepercayaan, walaupun proses pelayanan
kesehatan memiliki risiko yang tinggi, namun
dirancang kegiatan yang dapat mencegah
kesalahan.
2.Komitmen, dari organisasi untuk
mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan
3. Lingkungan kerja, kedisiplinan manajer yang
dirasakan saat staf diketahui meningkatkan
risiko cedera pasien dan keluarga
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya
keselamatan pasien :
A. Faktor personal yaitu cenderung dari orang/
manusia yang bekerja dalam suatu orgaisasi
rumah sakit. Faktor personal ini terdiri dari:
1)Pengetahuan
2)Sikap
3)Motivasi
4)Kompetensi
5)Kepribadian
B. Faktor perilaku organisasi yaitu kondisi
lingkungan kerja yang diukur dari segi
organisasi pelayanan kesehatan secara
umum. Faktor perilaku organisasi yaitu:
1)Kepemimpinan
2)Kewaspadaan Situasi
3)Komunikasi
4)Kerja Tim
5)Stress
6)Kelelahan
7)Kepemimpinan Tim
8)Pengambilan Keputusan
C. Faktor lingkungan merupakan pendukung proses pelayanan
dalam organisasi kesehatan, yang terdiri dari :
1) Perlengkapan
2) Peralatan
3) Mesin
4) Kebersihan
5) Teknik
6) Standar prosedur operasional

Instrumen survey budaya keselamatan pasien yang telah


baku digunakan di RSUP Sanglah Denpasar sejak
tahun 2012, yang merupakan adopsi dari Hospital
Survey on Patient Safety Culture Agency for
Healthcare Research and Quality (AHRQ).
Leadership
1. Pimpinan melakukan pencanangan/deklarasi program KP di RS
2. RS membentuk TKPRS yang mengkoordinasikan dan
melaksanakan program KP di RS
3. Pimpinan melakukan rapat koordinasi multidisiplin untuk kasus
sulit secara rutin
4. Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien scr rutin
5. Menyiapkan anggaran program KP
6. Pimpinan memilih dan tetapkan PS officer/champion di setiap
unit pelayanan
Petunjuk Penerapan keselamatan pasien
Fase Persiapan
1. Tetapkan Kebijakan dan Rencana Jangka Pendek TKP -
RS dan Program Tahunan TKP - RS
Pimpinan rumah sakit  menetapkan kebijakan,
Rencana Jangka Pendek dan program tahunan
disesuaikan dengan kondisi RS dan pemahaman
konsep TKP - RS. ( Program Keselamatan Pasien
dan Program Budaya Keselamatan pasien )
2. Tetapkan unit kerja yang bertanggung-jawab mengelola
program KPRS
3. Pilih Penggerak ( Champion ) yang akan menjadi motor
penggerakan KPRS dan pelatihannya…..Patient
safety Officer
4. Buku Pedoman/Buku Saku KPRS
B. FASE PELAKSANAAN
 - Deklarasi Gerakan Moral Keselamatan Pasien
 - Program 7 Langkah Keselamatan Pasien
 - Program Penerapan Standar Akreditasi Keselamatan
pasien
 -Program Keselamatan Pasien pada unit pelayanan
tertentu sebagai model
 -Program Khusus Ronde Keselamatan Pasien
 -Forum diskusi Rapat Bulanan/ Tri wulanan/ Diskusi
Kasus
 -Melakukan Survey Budaya Keselamatan Pasien……1
tahun sekali
C. FASE EVALUASI
BANNER, LAGU DAN PIN
KESELAMATAN PASIEN

Anda mungkin juga menyukai