Anda di halaman 1dari 72

PEMERIKSAAN FISIK Muhammad Satrio

NEUROLOGIS Primaeso - 113170046


Pemeriksaan tingkat kesadaran

Rangsang meningeal

Saraf kranialis

Motorik

sensorik
PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal.
Apatis, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
berhalusinasi,
Somnolen (Obtudansio, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
PEMERIKSAAN KESADARAN SECARA
KUANTITATIF
Compos Mentis (GCS: 15-14)
Apatis (GCS: 13-12)
Somnolen (11-10)
Delirium (GCS: 9-7)
Sporo coma (GCS: 6-4)
Coma (GCS: 3)
RANGSANG MENINGEAL
Tanda-tanda meningeal timbul karena tertariknya radiks-radiks saraf
tepi yang hipersensitif karena adanya perangsangan atau
peradangan pada selaput otak meninges (meningitis) akibat infeksi,
kimiawi maupun karsinomatosis. Perangsangan meningeal bisa terjadi
juga akibat perdarahan subarachnoid.
RANGSANG MENINGEAL
1. Kaku kuduk

kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar


dagu mencapai dada. Perhatikan adanya tahanan.
 (+) bila ada tahanan
RANGSANG MENINGEAL
2. Brudzinski I

kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar


dagu mencapai dada.  (+) bila gerakan fleksi
kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut
dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.
RANGSANG MENINGEAL
3. Brudzinski II

tungkai yg akan dirangsang difleksikan pd sendi


lutut, tungkai atas difleksikan pada sendi
panggul(+) bila terdapat gerakan reflektorik
berupa fleksi tungkai kontralateral pd sendi lutut
& panggul.
RANGSANG MENINGEAL
4. Kernig

Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90°) dengan tubuh,


setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap
paha. (+) bila terdapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum atau kurang dari sudut 135°.
RANGSANG MENINGEAL
5. Lasegue

Pasien berbaring, ekstensikan kedua kaki kemudian


fleksikan sendi panggul salah satu kaki dan kaki lain
tetap ekstensi.
Normal : Lasegue >60º.
Lasegue positif bila sudah timbul rasa sakit dan adanya
tahanan sebelum mencapai 60°.
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS
1. Olfaktorius
 Fungsi : pembauan
• Persiapan : Pasien hrs sadar &
kooperatif
• Bahan :kopi,teh,tembakau,jeruk,
pepperminth,kamper,aq.rosarum
• Interpretasi :
– Normal
– Hiperosmia
– Anosmia : hilangnya kemampuan
mengenali bau-bauan
– Parosmia
– Hiposmia : gangguan ini dapat
berupa penurunan daya pencium
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS
2. Optikus
a) Tajam penglihatan
b) Lapang pandang
c) Tes funduskopi
Tajam penglihatan
Pasien berdiri 6 m dari kartu snellen.
Mata kiri ditutup dengan tangan kiri dan visus
mata kanan diperiksa.
Dengan mata kanannya membaca huruf-huruf
dalam tabel snellen.
Begitu jg sebaliknya u/ mata kiri.
INTERPRETASI
•6/6 : dpt melihat huruf pd jarak 6 m, dimana oleh orang normal dpt dilihat pd jarak 6
m
•6/30 : dpt melihat huruf pd jarak 6 m, dimana oleh orang normal dpt dilihat pd jarak
30 m
BILA TDK DPT MELIHAT HURUF TERBSR , DILAKUKAN UJI HITUNG JARI
•3/60 : dpt menentukan jumlah jari pd jarak 3 m, yg oleh orang normal dpt terlihat pd
jarak 60 mtr
•1/60 : dpt menghitung jari pd jarak 1 m
BILA TDK DPT MENGHITUNG JUMLAH JARI, DILAKUKAN UJI LAMBAIAN TANGAN
DIMANA ORANG NORMAL DPT MELIHAT LAMBAIAN TANGAN PD JARAK 300 M
•1/300 : melihat lambaian tangan pd jarak 1 m
•bila hanya dpt melihat adanya sinar  visus = 1/~ orang normal dpt melihat adanya
sinar pd jarak tak terhingga ( ~ )
BILA TDK MENGENAL SINAR SAMA SEKALI
• visus = 0 ( buta total )
TES LAPANG PANDANG

Interpretasi:
 Normal
 Menyempit
Gangguan lapang pandang menjadi petunjuk lokasi lesi
Lesi di chiasma akibat dari fraktur sela, tumor gld pituitari, aneurysma a.
carotis int
Lesi pada radiatio optika bisa disebabkan krn lesi di lob. parietalis,
temporalis, oksipitalis.
Papil edema terjadi krn n. optikus diselimuti duramater, shg peningkatan TIK
disalurkan juga ke n. optikus.
Trias TIK  (SOP) : nyeri kepala, muntah, papil edema
TES FUNDUSKOPI
Gambaran retina
Normal:
• Latar belakang: merah keoranye-
oranyean
• Papil nervi optisi: lebih muda
• Pembuluh darah berpangkal pada
pusat papil memancarkan cabang-
cabangnya ke seluruh retina
• Arteri berwarna jernih dan vena
merah tua
• Reflek sinar hanya tampak pada
arteri
• Vena berukuran lebih besar dan
tampak berkelok-kelok dibanding
arteri
GAMBARAN NERVI OPTISI
Normal: bentuk lonjong, warna jingga muda, bagian temporal sedikit
pucat, batas tegas, bagian nasal agak kabur, fisiologik cupping,
vena:arteri 3:2
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS N III,
IV, VI
Saraf Kranial III (okulomotorius), IV (troklearis), dan VI (abdurens)
Mempersarafi otot2 penggerak bola mata
N. okulomotorius :
- m. rektus medialis
- m. rektus superior
- m. rektus inferior
- m. obliqus inferior
- m. konstriktor pupil
N. trokhlearis : m. obliqus superior
N. abdusen : m. rektus lateralis.
a) Fungsi dan reaksi pupil : meliputi ukuran pupil, (miosis diameter pupil <2 mm, midriasis
>5 mm), isokor/anisokor, refleks cahaya direk/indirek
b) Gerakan bola mata
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS N V
a) Fungsi motorik: menggigit gigi
lalu palpasi m. masseter dan
m.temporalis
b) Fungsi sensorik
c) Refleks trigeminal
FUNGSI MOTORIK N. TRIGEMINUS
Ps/ menggigit giginya sekuat-kuatnya, palpasi m.maseter &
temporalis
Ps/ membuka mulutnya,perhatikan deviasi rahang bawah(
m.pterigoideus lateralis)
Kayu tong spatel digigit bergantian, bandingkan bekas gigitan(
M.Pterigoideus Medialis)
FUNGSI SENSORIK N. TRIGEMINUS
Interpretasi:
Normal: gangguan
sensibilitas (-)
Kelainan:
• Analgesi
• Termanesti
• anestesi
REFLEK TRIGEMINAL
Pemeriksaan :
Reflek Kornea
Reflek Masseter
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS N. VII
Fungsi :

ekspresi wajah
sekresi galndula lakrimalis, gld sublingualis, gld
submandibularis
pengecapan 2/3 depan lidah
mengurangi getaran stapes
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS N. VII
Inspeksi otot wajah dalam keadaan istirahat
Inspeksi otot wajah dalam keadaan digerakkan
KELAINAN
Lesi infra nuklear (LMN)
- biasanya komplit, mengenai semua otot wajah, hiperakusis, sekresi air mata
dan liur ↓
- contoh umum Bell’s palsy.
> tjd pembengkakan saraf.
> dapat sembuh sempurna dalam bbrp minggu.
> bbrp mengalami “crocodile tears”
- Ramsay Hunt syndrome krn Herpes Zoster otikus
tjd paralisis otot wajah, rash di meatus akustikus eksternus, nyeri.
Lesi nuklear
 topis lesi di pons, sering krn trombosis, perdarahan, tumor, peradangan
(polioensefalitis)
 sering menyebabkan hemiparesis alternan.
Lesi supra nuklear (UMN)
 sering pada stroke
 otot dahi tidak paralisis, krn inervasi bilateral
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS N.VIII
Terdiri dari n. vestibularis & n. koklearis
Sistem vestibularis tdd : labirin, n. vestibularis, jaras vest. sentral.
Refl. Vestibulo okularis  mempertahankan mata pd obyek tertentu
Gangguan menyebabkan :

- vertigo

- nistagmus
- hilang keseimbangan
Sistem auditorius tdd telinga luar, tengah, dalam
Telinga dalam tdd koklea (tdp organ korti) dan n. akustikus (koklearis) serta
jaras2.
Gangguan pendengaran (tuli)
Tuli konduksi
- kelainan pd. telinga luar & tengah
- et. serumen, otitis media, otosclerosis
Tuli persepsi = sensorineural deafness
- kelainan pd. telinga dalam
- et. Ketulian pd lansia, occupational deafness, ototoxic deafness, infectious
deafness (mumps, rubela), acoustic neurinoma
TES PENDENGARAN GARPUTALA
TES RINNE
TES WEBER
TES SCHWABACH
PEMERIKSAAN N.VESTIBULARIS
Pemeriksaan keseimbangan :
 Uji romberg
 Jalan ditempat dengan mata tertutup
 Mengerak-gerakkan kedua anggota bagian atas, keatas, kebawah dengan mata
tertutup

Interpretasi :
 Romberg +
 Jalan berubah arah kesisi labirin yg rusak
 Deviasi kearah labirin yg rusak
PEMERIKSAAN N. GLOSSOFARINGEUS (IX)
Fungsi :

Menelan
Sekresi liur gld. parotis
Pengecapan 1/3 belakang lidah
Aff. Reflek muntah
Aff. Baroreseptor pada sinus karotikus
Aff. Kemoreseptor pada glomus karotikus.
Jarang lesi hanya terjadi pada n. IX, seringkali bersamaan dg n. X dan n. XI

Penyebab lesi :

Fraktur basis kranii


Tumor basis fosa posterior
Aneurisma a. vertebralis dan basilaris
Paralisis bulbar progresif
Normal Oropharynx

Left CN9 Dysfunction: Patient status post stroke


affecting left CN9. Uvula therefore pulled over
towards right.
PEMERIKSAAN N. GLOSSOFARINGEUS (IX)
Merupakan komponen utama persarafan parasimpatis

Fungsi :
Menelan  otot2 faring & palatum mole
Bersuara  konstriktor faring, pita suara
Sensoris  kulit telinga bag. posterior, meatus akustikus ekst.
Sensasi dari faring & laring
Aff. refl. batuk
Cardiac depresor, bronchoconstrictor,motilitas & sekresi GI
Baroreseptor dan kemoreseptor pada bulbus dan sinus aorta
Lesi n. vagus :
Intra kranial : tumor, hematom, trombosis,
Perifer : neuritis, tumor, penyakit kelenjar, trauma.

Paralisis lengkap bilateral n. vagus cepat menyebabkan kematian.


Gangguan menelan (disfagia)  paralisis n. IX dan n. X
PEMERIKSAAN NERVUS GLOSOFARINGEUS & NERVUS VAGUS ( N
IX & N X )
Pemeriksaan Fungsi Motorik
A.INSPEKSI LENGKUNG LANGIT-LANGIT
Minta penderita membuka mulut & suruh ucapkan “A a a”
Perhatikan lengkung langit-langit dan posisi uvula
B. Pemeriksaan fungsi menelan
– Minta penderita minum air
– Perhatikan mampu minum air atau air masuk ke hidung

C.Pemeriksaan Fonasi suara


 Minta penderita mengucapkan “ a.a.a.a.a.”

Interpretasi :
 Normal
 Ggn fonasi suara “sangau”
2.Pemeriksaan fungsi parasimpatis
 Inspeksi sekresi kelenjar ludah

Interpretasi :
 Normal
 Kelainan : sekresi kelenjar ludah –

3.Pemeriksaan Fungsi Sensorik


 Reflek muntah  Sentuh bagian atas
faring/palatum molle
PEMERIKSAAN N. ACCESORIUS (XI)

Mempersarafi : m. sternocleidomastoideus dan m. trapesius.


Lesi  kesulitan menolehkan kepala
Penyebab lesi :

Trauma kepala
Amiotropik lateral sclerosis
Tumor pd foramen magnum
PEMERIKSAAN N. ACCESORIUS (XI)
1.Pemeriksaan Fungsi M.Sterno Kleidomastodius
– Pasien memutar kepala ke sisi yg sehat.
 Pemeriksa meraba M.sterno kleidomastoideus sisi kontralateral.

Interpretasi :
 Normal : Kontraksi +
 Kelainan : Kontkaksi -
2. Pemeriksaan Fungsi M.Trapezius
A.Saat Istirahat
B.Saat bahu digerakkan
Interpretasi :
 Normal : simetris
 Kelainan :
Asimetris
kelemahan pd
bahu yg sakit
PEMERIKSAAN N. HIPOGLOSSUS
Mempersarafi otot2 lidah : stiloglosus, hioglosus, genioglosus
Lesi unilateral  disartria
Lesi bilateral  disartria dan disfagia
Lesi unilateral; supraneklear  kelemahan, et: trombosis, hematom, tumor, Multiple
Sclerotic
Lesi bilateral, nuklear  kelemahan dan atrofi, et : paralisis bulber, Amiotropik Lateral
Sclerotic, siringobulbi, poliomielitis
PEMERIKSAAN N. XII
Inspeksi lidah saat istirahat
Inspeksi lidah saat dijulurkan
Interpretasi :
 Normal : Deviasi –
 Kelainan : Deviasi +
MOTORIK
Postur, gaya berjalan
Trofi otot
Gerakan abnormal?
Warna kulit
Tonus otot
KEKUATAN OTOT
 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.
 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan
gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan
oleh
otot tersebut.
 2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu
melawan gaya berat ( gravitasi ).
 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.
 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula
mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.
 5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).
REFLEKS FISIOLOGIS (TENDON /
PERIOSTEUM) • Refleks biseps

Refleks biseps ( B P R )
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.
Respons : fleksi lengan pada sendi siku
Afferent : n. musculucutaneus ( c 5-6 )
Efferenst : idem • Refleks triseps
Refleks triceps ( T P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferent : n. radialis ( C 6-7-8 )
Efferenst : idem
REFLEKS FISIOLOGIS
• Refleks patella
Refleks patella ( K P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi
m. quadriceps Femoris.
Efferent: n. femoralis ( L 2-3-4 )
Afferent : idem

Refleks achilles ( A P R ) • Refleks achilles


Stimulus : ketukan pada tendon achilles
Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.
gastrocnemius
Efferent: n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : idem
REFLEKS PATOLOGIS
• Refleks babinski Refleks Oppenheim

Refleks Gordon

• Refleks Chaddock
Refleks gonda
PEMERIKSAAN SENSORIK
Sensasi nyeri
Suhu
Sentuhan ringan
Vibrasi/getaran
Nomenklatur untuk pemeriksaan sensorik.
Rasa eksteroseptif.
 Hilangnya rasa raba : ANESTESIA.
 Berkurangnya rasa raba : HIPESTESIA.
 Berlebihnya rasa raba : HIPERTESIA.

Rasa Nyeri.
 Hilangnya rasa nyeri : ANALGESIA.
 Berkurangnya rasa nyeri : HIPALGESIA.
 Berlebihnya rasa nyeri : HIPERGESIA.

62
Nomenklatur untuk pemeriksaan sensorik.
Rasa suhu.
 Hilangnya rasa suhu : THERMOANESTHESIA.
 Berkurangnya rasa suhu : THERMOHIPESTHESIA.
 Berlebihnya rasa suhu : THERMOHIPERESTHESIA.

Rasa abnormal dipermukaan tubuh.


 kesemutan : PARESTHESIA.
 nyeri panas dingin yang tidak keruan : DISESTHESIA

63
Rasa PROPIOSEPTIF = RASA RABA DALAM.
a. rasa gerak : KINESTHESIA.
b. rasa sikap : STATESTESIA.
c. rasa getar : PALESTHESIA.
d. rasa tekan : BARESTHESIA.

Rasa DISKRIMINATIF.
 Mengenal diskriminasi 2 titik : DISKRIMINASI SPASIAL.

64
PEMERIKSAAN FISIK PADA PASIEN KOMA
POLA PERNAFASAN
UKURAN PUPIL
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai