Anda di halaman 1dari 20

Oleh : Alif Ramadhan

Dokter Pembimbing :
dr. Irma Tarida Listiawati, Sp.KK

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
9,4%
Terapi permasalahan
kulit global
inovasi Antibiotik 
resistensi,
85% pada
hormonal >  remaja
gangguang
Vaksin propionibakterium metabolisme
Protein CAMP  Acne
menurunkan Vugaris
pertumbuhan Tatalaksana Gejala 
P. acne  antibiotik papul, pustul,
dan hormonal dan nodul

Gangguan
fisiologis
dan
gangguan
kosmetik
Suatu keradangan kronis dari folikel
polisebase

Ditandai : komedo, papul, pustul, kista

Dapat sembuh sendiri, tetapi pengaruh 


kepribadian, emosi, kepercayaan diri,
sosialisasi
- Perubahan pola keratinisasi
- Produski sebum meningkat
- Produksi hormon androgen meningkat
- Stress psikis

- Genetik - Kebersihan - Iklim


- Ras - Kosmetik
- Makanan - Pekerjaan
• Sebum disintesis  • Peningkatan • P. Acne gram + • P.Acne  inflamasi
Pertama

Ketiga
Kedua

Keempat
kelenjar sebasea proliferasi bersifat anaerob pada AV 
• Sekresi  keratinosit basal dan • P. Acne  enzim menghasilkan faktor
permukaan kulit diferensiasi lipase (trigliserida kemotaktik + enzim
(hormonal) abnormal sel-sel  TG  asam lipase  kolonisasi
• Pubertas  kelenjar keratinosit folikular lemak) P. Acne  memicu
aktif  • Keratin mengisi • Hiperkeratosis inflamasi
peningkatan hormon folikel prolifratif folikel
androgen • Menyebabkan • Menyebabkan
• Androgen  folikel melebar pecahnya komedo
peningkatan ukuran
kelenjar + stimulasi
proliferasi
keratinosit
• Produksi dan
kapasitas sekresi
tidak seimbang 
pembuntuan folikel
rambut
Komedo
Keluhan tertutup
Gatal Pemeriksaan fisik
pasien dan
terbuka

Keluhan
Pemeriksaan fisik Papula Sakit pasien

Keluhan
Kosmetik Pustul Pemeriksaan Fisik
pasien

kista
Kista

Pemeriksaan
Fisik
Klasifikasi Lehmann

Komedo <20, atau Lesi Komedo 20-100, atau Lesi Kista >5, atau komedo >100,
inflamasi <15, atau Total lesi inflamasi 15-50, atau Total atau Lesi inflamasi >50, atau
<30 lesi 30-125 Total lesi >150
Ringan Sedang Berat
Erupsi
akneifor
mis

Akne
rosasea

Dermatiti
s perioral

Molusku
m
kontagios
um

Folikuliti
s
Ringan Menengah Berat
Terapi Lini Pertama Benzoyl peroxide (BP) atau retinoid Terapi kombinasi topikal** BP + Antibiotik oral + terapi kombinasi
topikal antibiotik/retinoid + topikal** BP + antibiotik/retinoid +
-atau- BP/retinoid + BP + antibiotik BP/retinoid + BP + antibiotik
Terapi kombinasi topikal** BP + -atau- -atau-
antibiotik/retinoid + Antibiotik oral + retinoid topikal + Isotretinoin oral5
BP/retinoid + BP + antibiotik5 BP
-atau-
Antibiotik oral + retinoid topikal +
BP + antibiotik
topikal5

Terapi Alternatif Penambahan retinoid topikal/BP Pertimbangkan alternatif terapi Pertimbangkan perubahan dalam
(jika belum digunakan) kombinasi antibiotik oral
-atau- -atau- -atau-
Pertimbangkan altenatif retinoid Pertimbangkan perubahan dalam Penambahan kombinasi
-atau- antibiotik oral kontrasepsi oral/
Pertimbangkan dapsone topikal5 -atau- spironolakton oral
Penambahan kombinasi kontrasepsi (wanita)
oral/ -atau-
spironolakton oral Pertimbangkan isotretinoin5
(wanita)
-atau-
Pertimbangan isotretinoin oral5
Makula eritema

Hiperpigmentasi post inflamasi

Scar

Psikologis
Imunitas alami Imunitas buatan
• Infeksi kuman • Imunitas aktif
• Antibodi pada • Imunitas pasif
plasenta bayi
Imunitas • Memaparkan suatu antigen
mikroorganisme

aktif • Bertahan lama


• Ada memori imunologi

Imunitas • Memasukkan antibodi, antitoksin,


atau immunoglobulin

pasif • Tidak bertahan lama


• Tidak memiliki memori imunologi
• Tidak hanya 1 • Hanya 1 antigen
antigen • Limfosit T
• Magrofag, • Limfosit B
neutrofil, sel
natural killer
• Sitokin, interferon
Respon imun Respon imun
non spesifik spesifik
(innate) (adaptif)
• Perlu epitop
organisme
patogen
• Pembiakan sel
pertumbuhan • Sintesis antigen
Vaksin dimatikan vaksin melalui Vaksin plasma DNA
jaringan
embrionik pada isolasi dan
suhu rendah penentuan kode
• Organisme yang gen epitop bagi • Berdasarkan
• Pengurangan gen tidak aktif setelah isolasi DNA
sel penerima
patogen pemanasan dan miroba
vaksin
penambahan bahan
kimia
Vaksin hidup
Vaksin rekombinan
dilemahkan
Bakteri P.acnes dilakukan
diidentifikasi Identifikasi sekuensing
Mekanisme faktor virulensi menggunakan dengan metode
bakteri tertinggi metode non gel nano liquid
P.acnes based isotope coded chromatograph
sebagai protein label
vakin

CAMP faktor
meningkatkan
diinjeksikan
titer antibodi menginduksi respon
melalui
terhadap imunitas
intradermal
CAMP faktor

infeksi dari
bakteri
P.acnes dan
inflamasi
berkurang
Kelompok vaksinasi CAMP
faktor yang di tambahkan
adjuvans aluminium dapat
meningkatkan titer antibodi

GFP merupakan kontrol pada


yang berfungsi sebagai penanda
GEN pada kelompok ini.
Induksi CAMP faktor +
adjuvans aluminium didapatkan
hasil protein inflamasi yang
lebih rendah

Pada vaksin CAMP faktor


didapatkan hasil protein
inflamasi P. acnes yang lebih
rendah dibanding dengan
pemberian GFP
induksi CAMP faktor dan GFP
yang ditambahkan adjuvans
aluminium didapatkan hasil
bakteri P. acnes yang lebih
rendah

Vaksin CAMP faktor


didapatkan hasil bakteri P.
acnes yang lebih rendah
dibanding dengan pemberian
GFP.
induksi CAMP faktor dan GFP
yang ditambahkan adjuvans
aluminium didapatkan hasil
ketebalan telinga pada hewan
coba yang lebih tipis.

Pada vaksin CAMP faktor


didapatkan hasil bakteri P.
acnes didapatkan hasil
ketebalan telinga pada hewan
coba yang lebih tipis dengan
pemberian GFP26.

Anda mungkin juga menyukai