Anda di halaman 1dari 50

ARSITEKTUR

JAWA
-Budaya Antropologi dan
Arsitektur-

•Ruth S P (11-057)
•Grace R W B (11-062)
•Hana Maria M S (11-069)
•Risma Indah (11-070)
•Try Aprilia S S (11-074)
•Bobby Riandi (11-089)
•Kevin (11-120)

9/8/2019 Arsitektur Jawa 1


Simbol dan Ornamen

9/8/2019 Arsitektur Jawa 2


Simbol dan Ornamen

Untuk sirkulasi
Rumah Bidang Ventilasi udara,
Tebeng
Segi Empat pencahayaan,
Tradisional dan elemen
keindahan.

9/8/2019 Arsitektur Jawa 3


Simbol dan Ornamen
Motif Ragam Hias
dan Ornamen
Motif Alam
Motif Flora
Motif Fauna

Motif Kaligrafi
matahari, Motif Anak
bintang, bunga Panah
bulan, awan, padma dan garuda dan
atau motif lung- naga
himpunan lungan (Pemakaian
bintang (tumbuh motif
tertentu tumbuhan binatang penolak bala
yang melambangk biasa
menjalar). an digunakan
keselarasan pada tebeng.
dengan
alam)

9/8/2019 Arsitektur Jawa 4


Simbol dan Ornamen

Dalam sebuah bangunan


Jawa biasanya dapat
dijumpai banyak kayu
yang diukir. Ornamen ukir
ini sarat mengandung
makna simbolis. Ornamen
ini bermacam ragamnya,
misalnya;
gunungan, tlacapan, ayam
jago, ular naga, banyu-
tetes, banaspati dan
sebagainya.

9/8/2019 Arsitektur Jawa 5


Simbol dan Ornamen

Contoh Motif Flora pada pintu, jendela dan ventilasi

Contoh Motif Flora pada pintu, jendela dan ventilasi

9/8/2019 Arsitektur Jawa 6


Simbol dan Ornamen

Berbagai tipe jendela dan pintu


9/8/2019 Arsitektur Jawa 7
Simbol dan Ornamenc

Berbagai model jeruji kayu dan besi pada jendela

Berbagai model jeruji kayu untuk ventilasi pintu dan jendela

9/8/2019 Arsitektur Jawa 8


Ragam hias kaca warna
HASIL SURVEY

9/8/2019 Arsitektur Jawa 9


Rumah di Bumi Asri

TAMPAK DEPAN RUMAH


9/8/2019 Arsitektur Jawa 10
Rumah di Bumi Asri

DETAIL ORNAMEN
9/8/2019 Arsitektur Jawa 11
Rumah di Bumi Asri

DETAIL ORNAMEN ORNAMEN MOTIF FLORA


(BUNGA)

ORNAMEN MOTIF FAUNA


ORNAMEN MOTIF FAUNA
(NAGA)
9/8/2019 Arsitektur Jawa (BURUNG) 12
Rumah dan Sanggar Tari Sekar Mayang, Kota Gede, Yogyakarta

ORNAMEN PADA PINTU

BAHU DANYANG NANASAN


9/8/2019 Arsitektur Jawa 13
Rumah dan Sanggar Tari Sekar Mayang, Kota Gede, Yogyakarta

TUMPANG SARI
9/8/2019 Arsitektur Jawa 14
Interaksi Ruang Bangunan Tradisional

9/8/2019 Arsitektur Jawa 15


Area Umum

Terdiri dari :
• regol (pintu halaman)
• pagar
• halaman depan
• pendapa
• seketheng (pintu samping kanan-kiri pendapa)
• pintu butulan/pintu samping halaman (melambangkan ikatan sosial
yang masih kuat antar tetangga),
• Sumur
• halaman antar bangunan/longkangan.

9/8/2019 Arsitektur Jawa 16


Rana

Keyplan

9/8/2019 Arsitektur Jawa 17


Area Semi Pribadi

Terdiri dari :
1. dalem (bangunan di belakang pendapa)
2. gandhok (bangunan di kiri dan kanan dalem)
3. halaman belakang.

Area Service

Terdiri dari :
gadri/gandhok mburi 1
(bangunan di belakang). 2 2

9/8/2019 Arsitektur Jawa 18


ORIENTASI BANGUNAN

A. Arah hadap bangunan yang berada di tengah


kampung
• Bangunan tradisional jawa yang berada di tengah kampung
masih mempertahankan arah hadap bangunan utara-
selatan.
B. Arah hadap bangunan yang berada di pinggir
jalan utama
• Pada dasarnya rumah yang berada di tepi jalan memiliki arah
hadap utara-selatan. Namun seiring dengan munculnya jalan
besar, rumah tradisional jawa berubah menjadi menghadap
jalan. Walaupun demikian, tata letak bangunan tetap
9/8/2019 Arsitektur Jawa 19
dipertahankan.
Rumah Joglo
4 Jenis Rumah
Tradisional Jawa Rumah Kampung
berdasarkan bentuk
Rumah Limasan
atap
Rumah Panggang Pe

9/8/2019 Arsitektur Jawa 20


• Rumah Joglo Pendapa dan Dalem
• Rumah Limasan

• Rumah Kampung Gandhok dan Gadri


• Rumah Limasan

• Rumah Panggang Pe Gardu dan Pasar

9/8/2019 Arsitektur Jawa 21


Rumah
Kampung Joglo

9/8/2019 Arsitektur Jawa 22


Rumah Induk
Rumah Jawa
Rumah Tambahan

9/8/2019 Arsitektur Jawa 23


Rumah Induk dan Hasil Survey

9/8/2019 Arsitektur Jawa 24


Pendapa

Terletak pada
Bangunan Bersifat Publik bagian Paling
tanpa dinding Depan

Elevasi Lantai 25-30 Tinggi


cm dari permukaan Bangunan
tanah 6-7 m

Pendapa di Sanggar Tari Sekar Mayang, Kota Gede, Yogyakarta


9/8/2019 Arsitektur Jawa 25
Dalem

Di Belakang Ruang
Pendapa Keluarga

Dibagi
Elevasi ≤
menjadi 2
Pendapa
bagian;
Senthong & R.
Tengah

Dalem di Sanggar Tari Sekar Mayang, Kota Gede, Yogyakarta


9/8/2019 Arsitektur Jawa 26
Senthong

Terdiri dari :

Senthong Kiwa Senthong Tengah


(Kiri) : (Petanen, Pasren, Senthong
Krobongan) : Tengen (Kanan):
Tempat
penyimpanan Ruang pemujaan Ruang Tidur
senjata / barang Dewi Sri sebagai
keramat dewi kesuburan

Senthong Tengah
Senthong memilikilevel lantai yang lebih tinggi dari
Senthong Kiwa lainnya karena senthong adalah ruang yang
bangunan Senthong Tangen
sakral.
9/8/2019 Arsitektur Jawa 27
Senthong di Sanggar Tari Sekar Mayang, Kota Gede, Yogyakarta
9/8/2019 Arsitektur Jawa 28
Pringgitan

Terletak di antara
pendapa dan dalem

Untuk tempat
pertunjukan wayang
kulit pada saat-saat
tertentu.

Pringgitan di Sanggar Tari Sekar Mayang, Kota Gede, Yogyakarta

9/8/2019 Arsitektur Jawa


29
Tratag dan Longkangan

Gang di antara pendapa dan


pringgitan

Sebagai tempat
lewat atau
pemberhentian kereta atau
kendaraan lainnya
Pada beberapa rumah joglo lainnya kendaraan berhenti
di depan pendapa (bagian ini disebut kuncung).
Bangunan yang memiliki kuncung biasanya tidak
memiliki longkangan sehingga pendapa dan pringgitan
menyatu.
9/8/2019 Arsitektur Jawa 30
Rumah Tambahan

9/8/2019 Arsitektur Jawa 31


Ghandok

Bangunan Sisi kanan dan Sisi Kiri


Dalem

Ghandok Kiri = R. Tidur Kaum Adam


Ghandok Kanan = R. Tidur Kaum Hawa

Antara gandhok dengan dalem terdapat halaman


terbuka yang membuat rumah menjadi nyaman
Ketinggian < DaLem

9/8/2019 Arsitektur Jawa 32


Gadri

Semi Terbuka
Di Belakang
dan Seperti
Dalem
Dicapai dari pintu
Emper
belakang
senthong kiwa
dan senthong
Elevasi Lantai
R. Makan tengen
< Dalem

9/8/2019 Arsitektur Jawa 33


Jenis bangunan pada rumah tradisional Jawa yang
tidak lengkap dapat terdiri atas:

• Dalem, gandhok, gadri, dan pekiwan (tanpa


pendapa)
• Dalem dan gadri
• Dalem, pendapa, dan gadri (tanpa
gandhok)

9/8/2019 Arsitektur Jawa 34


9/8/2019 Arsitektur Jawa 35
a. Pendapa
b. Dalem
c. Pringgitan
d. Gandhok
e. Pekiwan
f. Gadri
g. Emper

9/8/2019 Arsitektur Jawa 36


9/8/2019 Arsitektur Jawa 37
Kekerabatan

9/8/2019 Arsitektur Jawa 38


Hubungan Kekerabatan
Masyarakat Jawa
Perkawinan
Pada sistem kekerabatan masyarakat Jawa atau sistem
kekerabatan suku bangsa Jawa sangat dilarang adanya
perkawinan antara :

• saudara sekandung,
• saudara misan yang ayah/ibunya adalah saudara
sekandung,
• saudara misan laki-laki menurut ibunya lebih muda dari pihak
perempuannya,

Perkawinan yang termasuk nggenteni karang wulu atau


perkawinan sororat, yaitu perkawinan seorang duda dengan
adik atau kakak mendiang istrinya diperbolehkan.

Selain yang sudah disebutkan di atas pada masyarakat Jawa


terdapat juga perkawinan poligini atau wayuh yakni seorang
pria memiliki istri lebih dari seorang.
Silsilah Keluarga pada Suku Jawa
Mbah Buyut

Eyang, Mbah,
Simbah, Kakek,
Nenek

Budhe, Paman, Paklik Bibi, Buklik,


Pakdhe, Siwa
atau Uwa
Mbok Dhe Bapak / Rama Simbok / Biyung atau Pak Cilik Ibu Cilik atau
atau Siwa Mbok Cilik

Kamas, Mas, Ka Adhi, Dhimas, Dik Adhi, Dhi


Mbakyu, Mbak kang Mas, Kakang Ego / Saya atau Le Ajeng, Nduk
atau Yu atau Kang atau Dhenok
Disamping istilah-istilah kekerabatan tersebut diatas, masyarakat Jawa Timur juga
mengenal istilah kekerabatan yang berdasarkan pada batas keanggotaan dari
kelompok kerabatnya, antara lain sebagai berikut:

• Istilah keponakan diberikan kepada anak saudara laki-laki atau saudara


perempuan ego.
• Istilah nak sanak/nak ndulur untuk menyebut saudara sepupu ego.
• Istilah misanan diberikan kepada cucu-cucu saudara sekandung ayah atau ibu
ego (generasi satu buyut dengan ego).

Di dalam masyarakat Jawa Timur juga dikenal istilah kekerabatan yang


berdasarkan pada ikatan perkawinan. Istilah kekerabatannya adalah sebagai
berikut:

• Istilah bojo/garwo untuk menyebut suami atau isteri ego;


• Istilah morotuwo untuk menyebut ayah/ibu dari suami/istrl ego;
• Istilah mantu untuk menyebut suami/istri anak ego;
• Istilah besan untuk menyebut orang tua menantu ego;
• Istilah ipe untuk menyebut kakak/adik ipar ego;
• Istilah pripean untuk menyebut suami/istri ipe ego.
Urutan Silsilah Keturunan Suku Jawa
Migrasi

9/8/2019 Arsitektur Jawa 44


Sejarah

Depresi
Penduduk
Sumatera ekonomi
Jawa
dunia

Pekerja di
perkebunan
dan koloni
penduduk
Migrasi

Latar belakang kebijakan kolonisasi :

Emigrasi dan Tanah yang Kebutuhan


memperbaiki semakin tenaga kerja
taraf sempit akibat oleh
kehidupan cepatnya pemerintahan
yang masih pertamabahan Belanda dan
rendah. penduduk pihak swasta
Migrasi
Tahun 1880

Pemerintah Tiongkok dan pemerintah Inggris di India


mempersulit buruhnya ke Deli. Kedatangan buruh Jawa ke
Deli sekitar 150 orang dari Bagelen. Jumlah ini mengalir
terus, dan mengalahkan jumlah buruh kebun asal Cina dan
Tamil.

Tahun 1900-an

Adanya liberalisasi ekonomi di negeri jajahan


Belanda. Konsentrasi terbesarnya di Sumatera Timur,
saat terjadi ledakan ekspansi capital swasta di
berbagai jenis perkebunan seperti tembakau dan
karet.
Ribuan kuli kontrak didatangkan dan tinggal di barak-
barak perkebunan dengan kondisi mengenaskan,
tanpa ada kemajuan selain sekedar bisa makan dan
upah buruh Jawa lebih rendah dari pada buruh
Migrasi

Kuli Kontrak di Sumatera Utara

Setiap para kuli


menerima gaji,
pengusaha Para Bandar datang
kolonian dari kota untuk
menggelar menguras isi
perhelatan besar, kantong kuli kontrak.
berbagai tarian- Hal ini memang
tarian digelar, dirancang untuk
alcohol, seks, dan terus memiskinkan
judi dihalalkan. mereka.
Migrasi

Semakin padatnya penduduk Jawa


itulah penyebab semakin miskinnya
pedalaman, itu juga mendorong
pemerintah sebagian kolonial bersikap
toleran terhadap pengiriman tenaga
kerja ke Sumatera Timur.

Pemerintah menganjurkan kepada


penduduk Jawa yang tak mempunyai
mata pencaharian untuk berangkat ke
Sumatera Timur. Karena Jawa semakin
penting sebagai pemasok kuli pada
sekitar pergantian abad ini jumlah kuli
yang diangkut berkisar sekitar 7.000
orang setahun.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai