FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA Biografi Ibnu Khaldun Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Abdurrahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn al- Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Khalid ibn ‘Usman ibn Hani ibn al-Khathab ibn Kuraib ibn Ma’dikarib ibn al-Harish ibn Wail ibn Hujr. Dalam versi penjelasan lain ada yang mengatakan bahwa nama lengkap dari Ibnu Khaldun adalah Abu Zaid Abdul Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Lahir di Tunisia pada 27 Mei 1332 M. /1 Ramadan 732 H. Ibnu Khaldun terlahir dari pasangan ayah dan ibu berbeda bangsa. Ayahnya berdarah Arab, sedangkan ibunya berdarah campuran antara Barbar dan Spanyol. Fase pertama dari kehidupan Ibnu Khaldun adalah masa pendidikan. Pada mulanya Ibnu Khaldun pertama kali belajar dari ayahnya, Muhammad ibn Muhammad. Ibnu Khaldun kecil didik oleh ayahnya tentang pengetahuan agama dengan sangat baik, maka dari itu Ibnu Khaldun telah mulai menghafal al-Quran dan mempelajari ilmu Tajwid secara baik semenjak kecil. Selain mampu mengajarkan ilmu agama dengan baik, ayah Ibnu Khaldun juga menguasai beberapa keilmuan yang lain seperti syar’i, filsafat, syair, dan retorika. Selain belajar dari ayahnya, Ibnu Khaldun juga belajar beberapa disiplin ilmu lain dari beberapa guru, diantaranya Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Sa’ad al- Anshari dan Abu al-‘Abbas Ahmad ibn Muhammad al- Batharni dalam ilmu qira’at, Abu ‘Abdillah ibn al-‘Arabi al- Hasyairi dan Abu al-‘Abbas Ahmad ibn al-Qashar dalam ilmu gramatika Arab, Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Bahr dan Abu ‘Abdillah ibn Jabir al-Wadiyasyi dalam ilmu sastra, Abu ‘Abdillah ibn ‘Abdillah al-Jayyani dan Abu ‘Abdillah ibn ‘Abd al-Salam dalam ilmu Fiqih, Abu Muhammad ibn ‘Abd al-Muhaimin al-Hadrami dalam ilmu hadis, Abu al-Abbas Ahmad al-Zawawi dalam ilmu tafsir, dan Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ibrahim al-Abili dalam bidang ulum ‘aqliyyah, seperti filsafat, logika, dan metafisika. Pada saat usia Ibnu Khaldun 17 tahun, ayahnya meninggal dunia dikarenakan wabah The Black Death yang amat parah saat itu. Atas kejadian wabah yang amat ganas ini, banyak masyarakat Tunisia yang mengungsi dan meninggalkan negaranya. Ibnu Khaldun juga turut meninggalkan Tunisia dan akhirnya pindah ke kota Fez di negara Maroko. Fase kedua perjalanan hidup Ibnu Khaldun adalah ketika berada di Fez. Setelah kepindahannya dari tanah kelahirannya, Ibnu Khaldun yang pindah ke Maroko memulai petualangannya di bidang politik praktis. Karir pertama Ibnu Khaldun di dalam pemerintahan adalah menjadi seorang Shahib al-‘Allamah (Penyimpan Tanda Tangan) pada saat usia Ibnu Khaldun sekitar 20 tahun. Pemimpin yang saat itu memerintah adalah Abu Muhammad ibn Tafrakin. Pada saat pemerintahan Abu ‘Inan, Ibnu Khaldun mencoba mempromosikan diri untuk mendapat jabatan yang lebih tinggi, hasilnya ia diangkat oleh Sultan Abu ‘Inan sebagai sekretaris kesultanan di Fez, Maroko. Meskipun demikian ternyata Ibnu Khaldun tidak lama menjabat sebagai sekretaris kesultanan. Ia dicurigai oleh Abu ‘Inan hendak melakukan pengkhianatan. Maka Ibnu Khaldun dipenjara selama 21 bulan dan bebas pada saat pemerintahan Abu Salim Karena suasana politik yang panas pada saat itu, akhirnya Ibnu Khaldun memilih meninggalkan Maroko dan pindah ke Granada pada tahun 1362 M. Di Granada, Ibnu Khaldun diangkat oleh Raja Muhammad V yang bernama Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Yusuf ibn Ismail ibn Ahmar sebagai diplomat untuk mengadakan perjanjian damai dengan Raja Pedri el-Cruel seorang raja Kristen Castilla di Sevilla. Seiring berjalannya waktu kedudukan Ibnu Khaldun yang memiliki banyak perhatian dari pemerintah Granada membuat Ibn al-Khatib yang menjadi perdana mentri iri kepadanya. Maka pada akhirnya Ibnu Khaldun memutuskan untuk berhenti dari aktifitas politik praktisnya dan mengasingkan diri untuk mendalami ilmu pengetahuan dan mulai menulis karya-karyanya. Setelah mengundurkan diri dunia politik praktis, Ibnu Khladun selama 24 tahun mengabdikan dirinya kepada bidang akademik. Di fase ketiga kehidupannya ini Ibnu Khaldun menyelesaikan karya terbesarnya al-Muqaddimah ketika kembali ke tanah kelahirannya di Tunisia. Selanjutnya beliau menghabiskan usianya di Mesir. Selain berkonsentrasi pada bidang ilmu pengetahuan, beliau juga menjadi seorang hakim di masa-masa akhir hidupnya. Pemikiran Ibnu Khaldun Ibnu Khaldun adalah salah seorang filsuf Islam yang memiliki corak pemikiran menonjol sebagai rasionalis dan berpegang kepada logika. Meskipun demikian, Ibnu Khaldun tidak meninggalkan ilmu agamanya, karena memang latar belakang pendidikan agama yang diterimanya juga kuat. Ibnu Khaldun telah berhasil memadukan antara metode deduksi dengan metode induksi dalam pengetahuan Islam. Selain itu beliau juga berhasil membuat pemikiran sintesis antara aliran Rasionalisme dengan aliran Empirisme. Ibnu Khaldun menganggap keduanya sebagai sesuatu yang sama pentingnya. Baginya apa yang harus terjadi (dos sollen), sama pentingnya dengan apa yang ada (dos seis). Sintesis dari rasional dan empiris ini terjadi ketika Ibnu Khaldun mempertemukan sejarah dan filsafat. Menurutnya kenyataan sejarah memberikan kekuatan pengalaman (empiris) dan inspirasi kepada filsafat, sedangkan filsafat menawarkan kekuatan logika (rasional) sebagai penguji validitas dari fakta sejarah. Pemikiran Dalam Bidang Filsafat Alam Menurut pandangan Ibnu Khaldun, alam semesta ini sebenarnya lebih luas daripaada luasnya pengetahuan manusia. Hal ini sejatinya mengikuti pandangan dari mutakallimin yang melihat keberadaan pengetahuan alam sebagai bukti keberadaan Allah. Tetapi pada selajutnya Ibnu Khaldun tidak lagi berpandangan seperti mutakallimin dimana beliau membahas ilmu sebagai ilmu pengetahuan murni. Pemikiran Dalam Bidang Logika Ibnu Khaldun mengatakan bahwa pemikiran logis tidak selalu cocok dengan keadaan yang diserap indera, karena mengetahui tidak semudah melihat dengan mata. Pengetahuan yang benar dapat dicapai bilamana logika yang benar diterapkan, tetapi tetap saja ada keraguan di dalamnya. Maka berpikir merupakan kegiatan yang diawali dengan pengalaman subjektif yang dipandu oleh eksperimen. Pemikiran Dalam Bidang Metafisika Ibnu Khaldun menggunakan dua teori mengenai hal ini, yaitu teori mengenai tariq al-huduth dan tariq al-imkan. Fungsi dari teori ini adalah membuktikan adanya Tuhan. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa apa saja di dunia ini baik perbuatan maupun benda menunjukkan adanya sebab yang mengarahkan pada wujud. Pemikiran Filsafat Sejarah dan Sosiologi Pemikiran terpenting dari Ibnu Khaldun adalah berada pada ranah filsafat sejarah dan sosial. Karya Muqaddimah adalah bukti bahwa Ibnu Khaldun adalah filsuf yang mahir dalam filsafat sejarah dan sosial. Pemikiran Ibnu Khaldun tentang sejarah dan sosiologi ini secara jelas terungkap di dalam buku jilid pertamanya yaitu Muqaddimah. Sejarah menurut Ibnu Khaldun memiliki multi fungsi dengan tujuan yang mulia, karena berkat sejarah kondisi bangsa- bangsa terdahulu dalam segi perilaku serta moral politiknya dapat dikenal. Selain itu fungsi lainnya dalam hal pembukuan sejarah, yakni dengan mengenal peristiwa di masa lalu, maka masa yang akan datang dapat dipahami. Secara ringkas para pengamat mengelompokkan pemikiran Ibnu Khaldun di dalam kitab Muqaddimah antara lain: 1. Pembicaraan tentang kultur. Bagi Ibnu Khaldun, dasar pemahaman sejarah adalah dari prinsip- prinsip ilmu. Ilmu mencakup catatan tentang munculnya peradaban serta negara dan hukum- hukum yang mengatur interaksi mereka; 2. Pembicaraan tentang histografi beserta prinsip dasar dengan ilustrasi kesalahan yang dilakukan sejarawan Arab-muslim; 3. Rekaman tetang lembaga-lembaga dan ilmu- ilmu keislaman yang telah berkembang sampai abad ke-14. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa penulisan sejarah membutuhkan sumber dan pengetahuan yang beragam, perhitungan, dan ketekunan. Banyak sejarawan melakukan kesalahan dalam menguraikan cerita dan peristiwa sejarah. Ibnu Khaldun memberikan penjelasan kiat, seorang sejarawan atau peneliti tentang sejarah agar dapat melakukan kajian agar jauh dari kesalahan maka perlunya menguasai sebab terjadinya kesalahan tersebut. Taha Hosen mengutip tiga kesalahan tersebut antara lain: 1. Pembenaran terhadap periwayat sehingga peneliti cenderung mempercayai periwayat begitu saja tanpa meneliti lebih lanjut atau mengkritik kekurangan riwayat; 2. Keyakinan dalam diri peneliti yang menjadikannya bersikap dogmatik yang mengakibatkan terpengaruhnya penilaian terhadap objek penelitian; 3. Ketidaktahuan tentang peradaban masyarakat sehingga tidak mempu membedakan mana yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan tabiat peradaban. Mengenai kebenaran sejarah, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa hukum sejarah berlaku secara universal sehingga kebenarannya dapat terungkap. Untuk mengetahui benar atau salahnya suatu sejarah didasarkan atas kemungkinan dan ketidakmungkinan. Maka perlu untuk mempelajari kehidupan manusia dengan jelas untuk mengetahui perbedaan karakteristik pokok dengan karakteristik umum. Sedangkan cara untuk menyatakan kebenaran sejarah adalah dengan menggunakan metode yang dapat ditunjukkan, dan hal tersebut diakui oleh masyarakat sehingga terbebas dari kesalahan. Karya-karya Ibnu Khaldun a. Muqaddimah (jilid pertama) Merupakan bagian pertama dari kitab al-‘Ibar. Kitab ini merupakan Magnum Opus-nya Ibnu Khaldun. Kitab ini membahas tentang gejala- gejala yang ada di masyarakat yaitu: pemerintahan, kedaulatan, kekuasaan, otoritas, pencaharian, penghidupan, perdagangan, keahlian, ilmu-ilmu pengetahuan, dan sebab- sebab serta alasan untuk memilikinya. Di dalam Muqaddimah terdapat enam bab yang dibahas yaitu: 1. Bab pertama membahas tentang perubahan umat manusia secara umum. Di dalam bab ini berisikan tentang penjelasan pentingnya organisasi kemasyarakatan, pengaruh iklim dan letak geografis terhadap warna kulit, letak dan sistem kehidupan. Selain itu terdapat pula pembahasan tentang mimpi, wahyu, dan kesanggupan manusia mengetahui yang gaib; 2. Bab kedua membahas tentang peradaban Badui, bangsa-bangsa dan kabilah-kabilah luar, serta kondisi kehidupan mereka. Di dalam bagian ini terdapat 29 pasal dimana sepuluh pasal pertama berisi tentang bangsa-bangsa pengembara dan pertumbuhan mereka, keadaan masyarakat, dan asal-usul kemajuan. Selain itu dibahas pula prinsip- prinsip umum pengendali masyarakat dalam nuansa sosiologi filsafat sejarah. Dan selanjutnya sembilan belas pasal tentang pemerintahan, hukum, politik, serta hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa; 3. Bab ketiga membahas tentang dinasti, khalifah, pangkat, pemerintahan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu. Pada bab ini pembahasan yang ditekankan adalah tentang filsafat sejarah untuk mengetahui sebab-sebab runtuhnya negara; 4. Bab keempat membahas tentang negeri dan kota, serta semua bentuk peradaban lain. Kondisi yang terjadi di sana. Dan pertimbangan primer serta sekunder; 5. Bab kelima mambahas tentang berbagai aspek mencari penghidupan seperti keuntungan dan pertukangan. Segala akhwal yang terjadi sehubungan dengannya; 6. Bab keenam membahas tentang berbagai macam ilmu pengetahuan, metode-metode pengajarannya, serta kondisi yang terjadi sehubungan dengan hal tersebut. b. Al-‘Ibar (Jilid kedua hingga kelima) Kitab ini merupakan sebuah inti karya dari Ibnu Khaldun. Adapun kitab ini merupakan kitab tentang pelajaran dan arsip sejarah zaman permulaan dan zaman akhir yang mencakup peristiwa politik mengenai orang-orang Arab, non-Arab, dan Barbar, serta raja-raja besar yang semasa dengan mereka. Kitab yang terdiri dari jilid dua hingga lima ini menguraikan tetang sejarah, generasi-generasi dan dinasti-dinasti dari bangsa Arab, juga bangsa lain yang terkenal pada waktu itu seperti Yahudi (Israel), Pontian, Syiria, dan Persia. c. Al-Ta’rif (Jilid keenam dan ketujuh) Kitab ini ada yang menyebutnya juga sebagai autobiografi dari Ibnu Khaldun, karena pembahasan terakhir dari kitab ini membicarakan tentang diri beliau sendiri. Kitab ini pada mulanya berjudul al- Ta’rif bi ibn Khaldun, Mu’allif Hadza al-Kitab (Perkenalan dengan Ibn Khaldun, Pengarang Kitab ini). Tetapi kemudian kitab ini direvisi dan berganti judul menjadi al-Ta’rif bi Ibn Khaldun Mu’allif Hadza al-Kitab wa Rihlatuh Gharban wa Syarqan (Perkenalan dengan Ibn Khaldun, Pengarang Kitab ini dan Perjalanannya ke Timur dan Barat). Sekian dan Terima Kasih