Anda di halaman 1dari 29

Biografi dan Pemikiran Ibnu Khaldun

Muhammad Fariq Auliya’


E91217043

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
Biografi Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Abdurrahman ibn
Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn al-
Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Khalid
ibn ‘Usman ibn Hani ibn al-Khathab ibn Kuraib ibn
Ma’dikarib ibn al-Harish ibn Wail ibn Hujr. Dalam versi
penjelasan lain ada yang mengatakan bahwa nama
lengkap dari Ibnu Khaldun adalah Abu Zaid Abdul Rahman
ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Lahir di Tunisia
pada 27 Mei 1332 M. /1 Ramadan 732 H. Ibnu Khaldun
terlahir dari pasangan ayah dan ibu berbeda bangsa.
Ayahnya berdarah Arab, sedangkan ibunya berdarah
campuran antara Barbar dan Spanyol.
Fase pertama dari kehidupan Ibnu Khaldun
adalah masa pendidikan. Pada mulanya Ibnu
Khaldun pertama kali belajar dari ayahnya,
Muhammad ibn Muhammad. Ibnu Khaldun kecil
didik oleh ayahnya tentang pengetahuan agama
dengan sangat baik, maka dari itu Ibnu Khaldun
telah mulai menghafal al-Quran dan
mempelajari ilmu Tajwid secara baik semenjak
kecil. Selain mampu mengajarkan ilmu agama
dengan baik, ayah Ibnu Khaldun juga menguasai
beberapa keilmuan yang lain seperti syar’i,
filsafat, syair, dan retorika.
Selain belajar dari ayahnya, Ibnu Khaldun juga belajar
beberapa disiplin ilmu lain dari beberapa guru,
diantaranya Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Sa’ad al-
Anshari dan Abu al-‘Abbas Ahmad ibn Muhammad al-
Batharni dalam ilmu qira’at, Abu ‘Abdillah ibn al-‘Arabi al-
Hasyairi dan Abu al-‘Abbas Ahmad ibn al-Qashar dalam
ilmu gramatika Arab, Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Bahr
dan Abu ‘Abdillah ibn Jabir al-Wadiyasyi dalam ilmu
sastra, Abu ‘Abdillah ibn ‘Abdillah al-Jayyani dan Abu
‘Abdillah ibn ‘Abd al-Salam dalam ilmu Fiqih, Abu
Muhammad ibn ‘Abd al-Muhaimin al-Hadrami dalam ilmu
hadis, Abu al-Abbas Ahmad al-Zawawi dalam ilmu tafsir,
dan Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ibrahim al-Abili dalam
bidang ulum ‘aqliyyah, seperti filsafat, logika, dan
metafisika.
Pada saat usia Ibnu Khaldun 17 tahun, ayahnya
meninggal dunia dikarenakan wabah The Black
Death yang amat parah saat itu. Atas kejadian
wabah yang amat ganas ini, banyak masyarakat
Tunisia yang mengungsi dan meninggalkan
negaranya. Ibnu Khaldun juga turut
meninggalkan Tunisia dan akhirnya pindah ke
kota Fez di negara Maroko.
Fase kedua perjalanan hidup Ibnu Khaldun
adalah ketika berada di Fez. Setelah
kepindahannya dari tanah kelahirannya, Ibnu
Khaldun yang pindah ke Maroko memulai
petualangannya di bidang politik praktis. Karir
pertama Ibnu Khaldun di dalam pemerintahan
adalah menjadi seorang Shahib al-‘Allamah
(Penyimpan Tanda Tangan) pada saat usia Ibnu
Khaldun sekitar 20 tahun. Pemimpin yang saat
itu memerintah adalah Abu Muhammad ibn
Tafrakin.
Pada saat pemerintahan Abu ‘Inan, Ibnu
Khaldun mencoba mempromosikan diri untuk
mendapat jabatan yang lebih tinggi, hasilnya ia
diangkat oleh Sultan Abu ‘Inan sebagai
sekretaris kesultanan di Fez, Maroko. Meskipun
demikian ternyata Ibnu Khaldun tidak lama
menjabat sebagai sekretaris kesultanan. Ia
dicurigai oleh Abu ‘Inan hendak melakukan
pengkhianatan. Maka Ibnu Khaldun dipenjara
selama 21 bulan dan bebas pada saat
pemerintahan Abu Salim
Karena suasana politik yang panas pada saat itu,
akhirnya Ibnu Khaldun memilih meninggalkan
Maroko dan pindah ke Granada pada tahun
1362 M. Di Granada, Ibnu Khaldun diangkat oleh
Raja Muhammad V yang bernama Abu ‘Abdillah
Muhammad ibn Yusuf ibn Ismail ibn Ahmar
sebagai diplomat untuk mengadakan perjanjian
damai dengan Raja Pedri el-Cruel seorang raja
Kristen Castilla di Sevilla.
Seiring berjalannya waktu kedudukan Ibnu
Khaldun yang memiliki banyak perhatian dari
pemerintah Granada membuat Ibn al-Khatib
yang menjadi perdana mentri iri kepadanya.
Maka pada akhirnya Ibnu Khaldun memutuskan
untuk berhenti dari aktifitas politik praktisnya
dan mengasingkan diri untuk mendalami ilmu
pengetahuan dan mulai menulis karya-karyanya.
Setelah mengundurkan diri dunia politik praktis,
Ibnu Khladun selama 24 tahun mengabdikan
dirinya kepada bidang akademik. Di fase ketiga
kehidupannya ini Ibnu Khaldun menyelesaikan
karya terbesarnya al-Muqaddimah ketika
kembali ke tanah kelahirannya di Tunisia.
Selanjutnya beliau menghabiskan usianya di
Mesir. Selain berkonsentrasi pada bidang ilmu
pengetahuan, beliau juga menjadi seorang
hakim di masa-masa akhir hidupnya.
Pemikiran Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun adalah salah seorang filsuf Islam
yang memiliki corak pemikiran menonjol sebagai
rasionalis dan berpegang kepada logika.
Meskipun demikian, Ibnu Khaldun tidak
meninggalkan ilmu agamanya, karena memang
latar belakang pendidikan agama yang
diterimanya juga kuat.
Ibnu Khaldun telah berhasil memadukan antara
metode deduksi dengan metode induksi dalam
pengetahuan Islam. Selain itu beliau juga
berhasil membuat pemikiran sintesis antara
aliran Rasionalisme dengan aliran Empirisme.
Ibnu Khaldun menganggap keduanya sebagai
sesuatu yang sama pentingnya. Baginya apa
yang harus terjadi (dos sollen), sama pentingnya
dengan apa yang ada (dos seis).
Sintesis dari rasional dan empiris ini terjadi
ketika Ibnu Khaldun mempertemukan sejarah
dan filsafat. Menurutnya kenyataan sejarah
memberikan kekuatan pengalaman (empiris)
dan inspirasi kepada filsafat, sedangkan filsafat
menawarkan kekuatan logika (rasional) sebagai
penguji validitas dari fakta sejarah.
Pemikiran Dalam Bidang Filsafat
Alam
Menurut pandangan Ibnu Khaldun, alam
semesta ini sebenarnya lebih luas daripaada
luasnya pengetahuan manusia. Hal ini sejatinya
mengikuti pandangan dari mutakallimin yang
melihat keberadaan pengetahuan alam sebagai
bukti keberadaan Allah. Tetapi pada selajutnya
Ibnu Khaldun tidak lagi berpandangan seperti
mutakallimin dimana beliau membahas ilmu
sebagai ilmu pengetahuan murni.
Pemikiran Dalam Bidang Logika
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa pemikiran
logis tidak selalu cocok dengan keadaan yang
diserap indera, karena mengetahui tidak
semudah melihat dengan mata. Pengetahuan
yang benar dapat dicapai bilamana logika yang
benar diterapkan, tetapi tetap saja ada keraguan
di dalamnya. Maka berpikir merupakan kegiatan
yang diawali dengan pengalaman subjektif yang
dipandu oleh eksperimen.
Pemikiran Dalam Bidang Metafisika
Ibnu Khaldun menggunakan dua teori mengenai
hal ini, yaitu teori mengenai tariq al-huduth dan
tariq al-imkan. Fungsi dari teori ini adalah
membuktikan adanya Tuhan. Ibnu Khaldun
mengatakan bahwa apa saja di dunia ini baik
perbuatan maupun benda menunjukkan adanya
sebab yang mengarahkan pada wujud.
Pemikiran Filsafat Sejarah dan
Sosiologi
Pemikiran terpenting dari Ibnu Khaldun adalah berada
pada ranah filsafat sejarah dan sosial. Karya Muqaddimah
adalah bukti bahwa Ibnu Khaldun adalah filsuf yang mahir
dalam filsafat sejarah dan sosial. Pemikiran Ibnu Khaldun
tentang sejarah dan sosiologi ini secara jelas terungkap di
dalam buku jilid pertamanya yaitu Muqaddimah. Sejarah
menurut Ibnu Khaldun memiliki multi fungsi dengan
tujuan yang mulia, karena berkat sejarah kondisi bangsa-
bangsa terdahulu dalam segi perilaku serta moral
politiknya dapat dikenal. Selain itu fungsi lainnya dalam
hal pembukuan sejarah, yakni dengan mengenal peristiwa
di masa lalu, maka masa yang akan datang dapat
dipahami.
Secara ringkas para pengamat mengelompokkan
pemikiran Ibnu Khaldun di dalam kitab
Muqaddimah antara lain:
1. Pembicaraan tentang kultur. Bagi Ibnu Khaldun,
dasar pemahaman sejarah adalah dari prinsip-
prinsip ilmu. Ilmu mencakup catatan tentang
munculnya peradaban serta negara dan hukum-
hukum yang mengatur interaksi mereka;
2. Pembicaraan tentang histografi beserta prinsip
dasar dengan ilustrasi kesalahan yang dilakukan
sejarawan Arab-muslim;
3. Rekaman tetang lembaga-lembaga dan ilmu-
ilmu keislaman yang telah berkembang sampai
abad ke-14.
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa penulisan
sejarah membutuhkan sumber dan
pengetahuan yang beragam, perhitungan, dan
ketekunan. Banyak sejarawan melakukan
kesalahan dalam menguraikan cerita dan
peristiwa sejarah. Ibnu Khaldun memberikan
penjelasan kiat, seorang sejarawan atau peneliti
tentang sejarah agar dapat melakukan kajian
agar jauh dari kesalahan maka perlunya
menguasai sebab terjadinya kesalahan tersebut.
Taha Hosen mengutip tiga kesalahan tersebut
antara lain:
1. Pembenaran terhadap periwayat sehingga
peneliti cenderung mempercayai periwayat
begitu saja tanpa meneliti lebih lanjut atau
mengkritik kekurangan riwayat;
2. Keyakinan dalam diri peneliti yang
menjadikannya bersikap dogmatik yang
mengakibatkan terpengaruhnya penilaian
terhadap objek penelitian;
3. Ketidaktahuan tentang peradaban masyarakat
sehingga tidak mempu membedakan mana yang
sesuai dan yang tidak sesuai dengan tabiat
peradaban.
Mengenai kebenaran sejarah, Ibnu Khaldun
berpendapat bahwa hukum sejarah berlaku secara
universal sehingga kebenarannya dapat terungkap.
Untuk mengetahui benar atau salahnya suatu
sejarah didasarkan atas kemungkinan dan
ketidakmungkinan. Maka perlu untuk mempelajari
kehidupan manusia dengan jelas untuk mengetahui
perbedaan karakteristik pokok dengan karakteristik
umum. Sedangkan cara untuk menyatakan
kebenaran sejarah adalah dengan menggunakan
metode yang dapat ditunjukkan, dan hal tersebut
diakui oleh masyarakat sehingga terbebas dari
kesalahan.
Karya-karya Ibnu Khaldun
a. Muqaddimah (jilid pertama)
Merupakan bagian pertama dari kitab al-‘Ibar.
Kitab ini merupakan Magnum Opus-nya Ibnu
Khaldun. Kitab ini membahas tentang gejala-
gejala yang ada di masyarakat yaitu:
pemerintahan, kedaulatan, kekuasaan, otoritas,
pencaharian, penghidupan, perdagangan,
keahlian, ilmu-ilmu pengetahuan, dan sebab-
sebab serta alasan untuk memilikinya.
Di dalam Muqaddimah terdapat enam bab yang
dibahas yaitu:
1. Bab pertama membahas tentang perubahan
umat manusia secara umum. Di dalam bab ini
berisikan tentang penjelasan pentingnya
organisasi kemasyarakatan, pengaruh iklim dan
letak geografis terhadap warna kulit, letak dan
sistem kehidupan. Selain itu terdapat pula
pembahasan tentang mimpi, wahyu, dan
kesanggupan manusia mengetahui yang gaib;
2. Bab kedua membahas tentang peradaban Badui,
bangsa-bangsa dan kabilah-kabilah luar, serta
kondisi kehidupan mereka. Di dalam bagian ini
terdapat 29 pasal dimana sepuluh pasal pertama
berisi tentang bangsa-bangsa pengembara dan
pertumbuhan mereka, keadaan masyarakat, dan
asal-usul kemajuan. Selain itu dibahas pula prinsip-
prinsip umum pengendali masyarakat dalam nuansa
sosiologi filsafat sejarah. Dan selanjutnya sembilan
belas pasal tentang pemerintahan, hukum, politik,
serta hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa;
3. Bab ketiga membahas tentang dinasti,
khalifah, pangkat, pemerintahan, dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan itu. Pada bab ini
pembahasan yang ditekankan adalah tentang
filsafat sejarah untuk mengetahui sebab-sebab
runtuhnya negara;
4. Bab keempat membahas tentang negeri dan
kota, serta semua bentuk peradaban lain.
Kondisi yang terjadi di sana. Dan pertimbangan
primer serta sekunder;
5. Bab kelima mambahas tentang berbagai
aspek mencari penghidupan seperti keuntungan
dan pertukangan. Segala akhwal yang terjadi
sehubungan dengannya;
6. Bab keenam membahas tentang berbagai
macam ilmu pengetahuan, metode-metode
pengajarannya, serta kondisi yang terjadi
sehubungan dengan hal tersebut.
b. Al-‘Ibar (Jilid kedua hingga kelima)
Kitab ini merupakan sebuah inti karya dari Ibnu
Khaldun. Adapun kitab ini merupakan kitab tentang
pelajaran dan arsip sejarah zaman permulaan dan
zaman akhir yang mencakup peristiwa politik
mengenai orang-orang Arab, non-Arab, dan Barbar,
serta raja-raja besar yang semasa dengan mereka.
Kitab yang terdiri dari jilid dua hingga lima ini
menguraikan tetang sejarah, generasi-generasi dan
dinasti-dinasti dari bangsa Arab, juga bangsa lain
yang terkenal pada waktu itu seperti Yahudi (Israel),
Pontian, Syiria, dan Persia.
c. Al-Ta’rif (Jilid keenam dan ketujuh)
Kitab ini ada yang menyebutnya juga sebagai
autobiografi dari Ibnu Khaldun, karena pembahasan
terakhir dari kitab ini membicarakan tentang diri
beliau sendiri. Kitab ini pada mulanya berjudul al-
Ta’rif bi ibn Khaldun, Mu’allif Hadza al-Kitab
(Perkenalan dengan Ibn Khaldun, Pengarang Kitab
ini). Tetapi kemudian kitab ini direvisi dan berganti
judul menjadi al-Ta’rif bi Ibn Khaldun Mu’allif Hadza
al-Kitab wa Rihlatuh Gharban wa Syarqan
(Perkenalan dengan Ibn Khaldun, Pengarang Kitab
ini dan Perjalanannya ke Timur dan Barat).
Sekian dan Terima Kasih

Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai