• Activity-based management (ABM) adalah pendekatan untuk seluruh sistem yang terintegrasi
dan berfokus pada perhatian manajemen atas berbagai aktivitas dengan tujuan meningkatkan
nilai bagi pelanggan dan laba yang dihasilkan dari penyediaan value tersebut.
• ABC adalah sumber utama informasi manajemen berbasis aktivitas.
Perbedaan ABC dengan ABM
ABC ABM
Didominasi sejarah dan berfokus pada Mencari kedepan, mencari cara untuk menghidari
pengendalian biaya yang ada biaya yang tidak perlu dan menempatkan sumber
daya yang ada untuk penggunaan maksimum
Melaporkan hasil operasional dan taktis internal Strategik, berfokus pada pemahaman elemen
kunci dari nilai perspektif pelanggan
Merupakan sumber data penjelas Memberikan informasi yang bisa ditindaklanjuti
Tujuan Utama ABM
Dimensi Biaya
Dimensi Proses
Analisis Aktivitas
Efisiensi
Kualitas
Waktu
Cost Of Quality
• Dalam usaha untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan mutu
dari suatu produk.
• Biaya mutu harus dikendalikan dengan tepat oleh suatu perusahaan, karena:
a. Dengan meningkatnya biaya mutu maka hasil produksi akan semakin
rumit.
b. Meningkatnya kesadaran akan biaya daur hidup produk termasuk di
dalamnya biaya pemeliharaan, tenaga kerja dan suku cadang.
c. Adanya kebutuhan akan insinyur dan pengelola mutu yang secara efektif da
pat membeberkan biaya produksi dalam bahasa manajemen umum yaitu ua
ng.
COQ dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis biaya, yaitu:
• Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya
hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat
dibutuhkan oleh konsumen.
• Konsep just in time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan untuk aktivitas
produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh
proses produksi , sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan
barang / penyimpanan barang / stocking cost.
Tujuan JIT
1. Untuk mengurangi waktu set-up dan ukuran.
2. Untuk mencapai tujuan 'nol produk cacat' di bidang manufaktur.
3. Untuk fokus pada perbaikan terus-menerus.
4. Untuk berkonsentrasi pada yang melibatkan dan menggunakan pengetahuan tenaga kerja untuk
tingkat yang lebih besar.
5. Tata Letak peralatan sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan jarak perjalanan antara
persediaan dan mesin.
6. Untuk mengurangi persediaan dan dengan demikian menghemat pada persediaan biaya angkut
persediaan.
7. Untuk menghilangkan limbah (seperti waktu lama set-up, aliran material, scrap, kerusakan mesin,
saham yang lebih tinggi, pengerjaan ulang, pemeriksaan dll).
8. Untuk mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan limbah dan memecahkan melalui
keterlibatan karyawan total.
9. Untuk menghubungkan para pekerja menjadi multi-fungsi untuk mempertahankan dan
memungkinkan mereka untuk menjalankan beberapa mesin pada satu waktu.
Kelebihan JIT
1. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat penyimpanan
dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
2. Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya memerlukan modal
kerja yang rendah.
3. Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan akibat produk yang
ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi semakin rendah.
4. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan mendadak dalam
permintaan.
5. Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok oleh Supplier (Pemas
ok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
Kekurangan JIT
1. Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero Tolerance for
mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-
bahan produksi ataupun produk jadi yang mengalami kecacatan. Hal ini dikarenakan tingkat
persediaan bahan-bahan produksi dan produk jadi yang sangat minimum.
2. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun ketepatan
pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing yang bersangkutan.
Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan mengakibatkan terhambatnya semua jadwal
produksi yang telah direncanakan.
3. Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.
4. Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi permintaan yang
mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.
Lean Production and Accounting
Tahun 1988
Tahun 1990
Mei 1994