Anda di halaman 1dari 73

STROKE

Preseptor : dr. Asep Nugraha Sp.S


DEFINISI
Definisi
• Stroke adalah sindrom dengan ciri-ciri :

Sudden Onset
Focal / Global involvement of the Central Nervous System
Lack of Rapid Resolution
Vascular cause
SUDDEN ONSET
• Ditandai dari muncul nya
gejala secara tiba-tiba
• Defisit fokal yang munculnya
perlahan menandakan kausa
lain seperti tumor intrakranial
atau penyakit degeneratif otak
FOCAL INVOLVEMENT
• Stroke menimbulkan gejala sesuai dengan area otak yang
terganggu peredaran darahnya

Ischemic Stroke : penyumbatan pada pembuluh darah


tertentu dapat menimbulkan pola gejala yang mengacu pada area
otak
Hemorrhagic Stroke : stroke jenis ini menimbulkan gejala yang
kurang bisa diprediksi karena dapat menimbulkan gejala defisit
neurologis pada area otak yang jauh dari area pendarahan yang
terjadi karena kenaikan tekanan intrakranial, edema, ataupun
penyebaran pendarahan
FOCAL INVOLVEMENT
• Stroke dengan global involvement akan menimbulkan global
cerebral dysfunction (encepalopathy)
Biasanya disebabkan karena Cardiac Arrest dan Subarachnoid
Hemorrhage

• Kebanyakan kasus stroke dapat kita tentukan area defisit yang terjadi
dari gejala yang muncul dan dapat dibedakan menjadi
• Right side or left side of the brain
• Anterior or posterior cerebral circulation
SIRKULASI OTAK
Anterior Cerebral Circulation
• Mensuplai darah Cortex serebri, Subcortical white matter,
Basal ganglia, dan Internal Capsule
• Berasal dari arteri karotis interna dan percabangannya :
• Anterior choroidal
• Anteriod cerebral A.
• Middle Cerebral A.
Posterior Cerebral Circulation
• Mensuplai darah Batang Otak, Cerebellum, Thalamus dan
lobus Occiptal + Temporal
• Berasal dari arteri arteri basilar dan vertebral :
• Posteroinferior, Antero-inferior, dan Superior Cerebellar A.
• Posterior Cerebral A.
LACK OF RAPID RESOLUTION
• Gejala stroke yang membaik (biasanya dalam 1 jam) dan tidak
adanya bukti infrak serebri dinamakan Transient Ischaemic
Attack (TIA)
• TIA penting untuk didiagnosis karena 5-10% pasien TIA akan
mengalami stroke dalam waktu 2 hari dan 10-20% akan
mengalami stroke dalam waktu 3 bulan
• Gejala TIA yang berbeda-beda dalam rekurensi menandakan
emboli jauh yang berulang (contoh : cardiac embolism)
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi
• Penilitian Indonesia :
• 15% total kematian
• 50/100000 pada daerah rural (Tasikmalaya) & 0,5% pada daerah urban (Jakarta)
• 600/100.000 disabilitas karena stroke

• Sebuah penelitian di Amerika mengatakan :


• Dari selusuh insidensi stroke, 88% merupakan Ischaemic Stroke
• 10% dari Ischaemic stroke mengalami kematian dalam 30 hari
• 30% survivor stroke membutuhkan bantuan ADL
• 20% survivor stroke membutuhkan bantuan ambulasi
• 15% survivor stroke membutuhkan perawatan intensif di RS
Gejala
• Posterior : Menimbulkan gejala yang mengacu pada brainstem,
cerebellum, atau keduanya
• Koma
• Drop attack
• Vertigo
• Nausea & Vomit
• CN Palsy
• Ataxia
• Crossed sensorimotor deficit -->
• Anterior : Biasanya mengacu pada disfungsi hemisfer
• Apraxia, Aphasia, dan Agnosia
Carotid Transient Vertebrobasilar Transient
Ischemic Attack Ischemic Attack
• Transient Ipsilateral • Bilateral visual field defect OR
Monocular Blindness binocular vision loss
• Contralateral homonymous • Biasanya bilateral weakness
visual field defect namun bisa unilateral
• Contralateral body weakness • Bilateral atau crossed
• Contralateral body sensory (ipsilateral face & kontralateral
loss body) sensory loss
• Aphasia • 2 dari gejala dibawah :
• Vertigo
• Diplopia
• Dysphagia
• Ataxia
FAKTOR RISIKO
a)Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
• Hipertensi, DM, penyakit jantung, merokok, TIA, kurang olahraga, kolesterol tinggi, atrial
fibrilasi, stenosis karotis, riwayat penyakit arteri, alkohol, dan penggunaan kontrasepsi.

b)Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :


• Umur
• Umur 50 tahun: 2 x resiko stroke
• Umur 65 tahun: 4 x resiko stroke
• Umur 75 tahun: 8 x resiko stroke
• JBangsa
• Stroke infark: black > white > asia
• Stroke perdarahan: black > asia > white
• Riwayat stroke / TIA
• Riwayat keluarga dengan stroke
C) Faktor risiko tinggi yang dapat menyebabkan stroke infark:

• Bising jantung tanpa gejala klinis dengan angka kejadian 1,5% per
tahun
• Riwayat infark miokard dengan angka kejadian 1,5% per tahun
• Stenosis karotis tanpa gejala klinis dengan angka kejadian 2% per
tahun
• Fibrilasi atrium non-katup dengan angka kejadian 5% per tahun
• Riwayat TIA dengan angka kejadian 6% per tahun
• Riwayat iskemik stroke sebelumnya dengan angka kejadian 10% per
tahun
Hipertensi
• Untuk mendiagnosis hipertensi, harus dilakukan anamnesis riwayat yang lengkap dan pemeriksaan
fisik, kemudian screening untuk penyakit kardiovaskular lainnya, screening penyebab hipertensi
sekunder, dan komorbiditas lainnya. Pasien hippertensi tidak mempunyai gejala yang spesifik, yaitu
nyeri kepala, dizziness, palpitasi, mudah lelah.
Klasisfikasi WHO &JNC
Tekanan darah Tekanan Darah Tekanan
Kategori Tekanan Tekanan Sistolik Darah
Darah Darah (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Sistolik(m Diastolik(
mHg) mmHg) Normal <120 dan <80
Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89
Optimal <120 <80 Hipertensi 140-159 atau 90-99
derajat 1 ≥160 atau ≥100
Normal 120-129 80-84 Hipertensi
derajat 2
Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 140-159 90-99
1 Hipertensi 160-179 100-109
derajat 2 ≥180 ≥110
Hipertensi derajat ≥140 <90
3 Hipertensi
sistolik terisolasi
Pemeriksaan fisik
• Berat badan dan tinggi badan
• Heart Rate
• Mata : Untuk melihat tanda –tanda hipertensi retinopati
• Leher : Palapasi untuk melihat apakah terdapat pembesaran
tyroid gland, dan menilai apakah terdapat tanda tanda
hypothyroid atau hyperthyroid
• Dada : Mencari tanda tanda CHF dan LVH
• Auskultasi pada arteri carotid , arteri femoral dan palpasi pada
femoral dan pedal pulses, dan abdomen untuk mencari “bruit”
Lab Test
Diabetes Melitus
TIPE STROKE
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Stroke infark
• Infark aterotrombotik: infark yang berasal dari aterosklerosis
pada pembuluh darah ekstrakranial yang sampai ke otak ataupun
trombus in-situ
• Infark kardioemboli: gangguan irama jantung (AF/flutter), CHF,
kelainan katup jantung menyebabkan stasis pada aliran darah
sehingga terbentuk emboli
• Infark lakuner: infark pada cabang kecil yang menyebabkan
infark kecil. Jaringan rusak dibersihkan makrofag membentuk
lubang kecil/lakuna. Ciri-cirinya adalah hemiplegia motorik
murni, stroke sensori murni, clumsy hand dysarthia dan
ipsilateral hemiparesis ataxia
Patofisiologi
1. Turunnya suplai oksigen ke sel
2. Suplai ATP berkurang
3. Kerja Na-K ATPase menurun
4. Gangguan pompa Na-K menyebabkan pembengkakan sel
5. Depolarisasi
6. Aktivasi saluran Ca-Na
7. Pelepasan glutamat ekstraseluler
8. Aktivasi reseptor glutamat
9. Influks Ca dan Na
10. Penumpukan
11. Sel mati
Pendarahan intrakranial
• Pendarahan intraserebral
• Pendarahan subarachnoid
• Pendarahan intrakranial karena AVM(arterovenous
malformation)
Tipe stroke Nyeri kepala Gangguan Defisit fokal
kesadaran
Infark +/- +/- +++
Pendarahan intraserebral +++ +++ +++
Pendarahan subarachnoid +++ ++ +/-
Patofisiologi
• Pembuluh darah pecah karena tidak kuat menahan tekanan
• Darah merembes keluar ke jaringan otak
• Pembentukan hematoma jaringan
• Meningkatnya tekanan intrakranial
• Peningkatan tekanan intrakranial menurunkan perfusi darah ke
otak
• Kematian jaringan otak akibat turunnya suplai nutrisi
Klasifikasi berdasarkan lokasi

Sistem karotis Sistem vertebrobasiler


• Motorik: parese saraf otak & • Kontralateral
ekstrimitas ipsilateral
• Sensorik: hipestesi saraf otak dan • Kontralateral
ekstrimitas ipsilateral • Hemianopsia homonim
• Visual: hemianopsia homonim kontralateral, quadranopsia
kontralateral, amaurosis fugax
pada TIA blackout pada TIA
• Gangguan kortikal: ganguan • Gangguan batang otak:
fungsi luhur, afasia (hemisfer
dominan), agnosia (hemisfer keseimbangan, vertigo,
non-dominan) diplopia
Tipe stroke infark berdasarkan lokasi
1. Sindrom arteri karotid
• Sindrom middle cerebral artery
• Anterior cerebral artery
• Anterior choroidal artery
• Posterior cerebral artery
2. Sindrom vertebral artery
3. Sindrom basilar artery
4. Stroke lakunar
Tipe stroke pendarahan berdasarkan lokasi
• Pendarahan putamen 35%
• Pendarahan kaudat 5%
• Pendarahan thalamus 10-15%
• Penddarahan lobar 25%
• Pendarahan cerebellum 5-10%
• Pendarahan pons 5%
• Pendarahan mesencephalon (langka)
• Pendarahan medulla (langka)
• Pendarahan intraventricular 3%
TANDA DAN GEJALA
Gejala Klinis
Gejala klinik sistem karotis :
• Disfungsi motorik berupa hemiparese kontralateral, pada umumnya
parese motorik saraf otak sejajar/ipsilateral dengan parese ekstremitas,
lainnya disartria.
• Disfungsi sensorik berupa hemihipestesi kontralateral, hipestesi saraf
otak sejajar dengan hipestesi ekstremitas, dapat juga berupa parestesia.
• Gangguan visual berupa hemianopsia homonim kontralateral (pada
TIA dapat berupa amaurosis fugax).
• Gangguan fungsi luhur, seperti afasia (gangguan berbahasa, bila lesi
pada hemisfer dominan, umunya hemisfer kiri), agnosia (lesi pada
hemisfer non dominan).
Gejala klinik sistem vertebrobasiler :
• Disfungsi motorik berupa hemiparese alternans yaitu parese motorik
saraf otak tidak sejajar/kontralateral dengan parese ekstremitas,
lainnya disartria.
• Disfungsi sensorik berupa hemihipestesi alternans yaitu hipestesi saraf
otak tidak sejajar dengan hipestesi ekstremitas.
• Gangguan visual berupa hemianopsia homonim, satu atau dua sisi
lapang pandang, buta kortikal (terkenanya pusat penglihatan di lobus
oksipitalis)
• Gangguan lainnya berupa gangguan keseimbangan, vertigo dan
diplopia.
Gejala klinik fokal :
• Lumpuh sebelah tubuh
• Bicara rero/mulut mencong
• Baal-baal/kesemutan sebelah tubuh
• Tidak dapat bicara atau tidak mengerti pembicaraan
• Penglihatan menjadi ganda
• Baal-baal sekitar mulut
• Pusing berputar
• Pandangan menjadi gelap sesaat
Gejala klinik non fokal (global)
• Penurunan kesadaran
• Nyeri kepala
• Muntah
• Kejang
PEMERIKSAAN FISIK &
PENUNJANG
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi atropi otot, kedutan, • Pemeriksaan fungsi sensorik :
gerak involunteer extroception sensory (light
• Kekuatan ekstrimitas pada tangan touch, nyeri dan suhu),
dan kaki propiosepsi (position sense dan
direction, getaran)
• Meningeal reflex : kudu kaku,
kaki kuduk, Brudzinski I-IV,
lasig & kernig
Reflex Fisiologis
Reflex Patologis
Reflex primitive
Evaluasi Menelan
• Clinical Swallow Evaluation (CSE) dilakukan pada pasien yang akan
diperiksa fungsi menelan dengan menggunakan alat. CSE dimulai dengan
melakukan anamnesis terkait keluhan menelan pada pasien seperti sejak
kapan, lokalisasi keluhan menelan, batuk, kesedak, nyeri menelan, impact
dari keluhannya.
• Karakteristik general yang harus diperhatikan antara lain tingkat kesadaran,
artikulasi, intonasi suara, intensitas nada, dll.
• Evaluasi rongga mulut meliputi
• Inspeksi kualitas, simetri/tidak, sensasi, gerak volunter : bibir, lidah, rahang,
gigi, palatum
• Reflex gag (dengan menggunakan tongue spattel), abnormal primitif reflex
(biting, routing)
• Untuk pemeriksaan dibutuhkan tounge blade, sumber cahaya, makanan,
cairan, dan alat bantu makan.
Evaluasi Menelan
• Trial menelan  pasien menelan es, air atau makanan padat
• Kemampuan menahan bolus/makanan di mulut dan mengunyah 
jika tidak bisa, maka ada gangguan pada fase menelan orofaring
• Kemampuan menelan, apakah disertai batuk, usaha menelan yang
berulang, perubahan suara, kesulitan menelan  jika ada tanda-tanda
kesedak seperti batuk, maka kemungkinan besar disebabkan oleh
gangguan fase menelan faringeal; jika terdapat kesulitan
menelan/usaha menelan berulang, kemungkinan disebabkan oleh
gangguan fase menelan esofageal
• Pemeriksaan lanjutan evaluasi menelan  Video fluoroscopic swallow
studies (VESS), Flexible endosxopic evaluation of swallowing (FESS),
etc.
Pemeriksaan penunjang untuk stroke
• MRI/CT
• Glukosa darah
• Elektrolit serum/ tes fungsi ginjal
• EKG
• Penanda iskemi jantung
• Darah lengkap termasuk trombosit
• Prothrombin time/international normalized ratio (INR)
• Activated thromboplastin time
• Saturasi oksigen
DIAGNOSA
agnosis Stroke
Anamnesis : deficit neurologis, tanda tanda focal atau global, on set mendadak, berlangung selama berapa lama, vascular couse, thrombotic atau embolik?, karotis
atau veterbasilar?
Pemeriksaan fisik :
• Kesadaran : Penentuan status kesadaran pada pasien stroke sangat penting, penurunan kesadaran pada penderita stroke terjadi karena Tekanan Tinggi
Intrakranial yang sangat hebat sehingga mampu menekan bagian ARAS yang merupakan pusat kesadaran. Penurunan kesadaran menjadi tolok ukur pada
penentuan jenis stroke dengan menggunakan skoring baik dengan Sirijaj-Stroke-Score maupun Gajah mada Stroke Score.
• Tekanan darah
• Heart rate : Pengukuran ini sangat penting, jumlah kontraksi jantung yang dihitung dibandingkan dengan nadi yang di ukur. Pulsus defisit terjadi jika perbedaan
heart rate dan nadi ≥20 x/mnt. Pulsus derfisit dapat ditemukan pada artrial fibrilasi yang kemungkinan menjadi pencetus stroke.
• Pernapasan
• Suhu
• Turgor dan gizi
Status interna:

 Kepala : Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan akibat kelainan jantungnya maka dapat berkomplikasi menjadi stroke.

 Leher : Apakah terdapat peningkatan JVP?, Terdapat Bruit? hal ini menunjukkan terdapat gangguan aliran pada pembuluh darah yang dapat menjadi faktor
pencetus stroke (emboli)

 Paru-paru : Penting pada pasien stroke yang sedang dirawat, karena komplikasi non neurologis stroke salah satunya Pneumonia dan edema paru.

 Jantung : Apakah ada pembesaran jantung? Bunyi Murmur? Kelainan katup jantung.? (Penyakit Jantung merupakan faktor resiko mayor terjadinya stroke).

 Pada pemeriksaan fisik stroke kardioemboli selalu ditemukan kelainan jantung berupa adanya disritmia jantung (contoh: fibrilasi atrium, sick sinus syndrome),
adanya bising jantung (contoh: stenosis mitral, aorta stenosis kalsifikasi), gagal jantung kongestif (setelah AMI), penyakit penyerta (contoh: SLE, endokarditis).
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

• Cognitive deficits
• Visual field abnormalities:
• Ocular palsy, nystagmus, or internuclear opthamolgia
• Hemiparesis
• Hemiataxia
Pemeriksaan Penunjang
CT scan

• Pemeriksaan ini merupakan


pemeriksaan baku emas untuk
membedakan stroke infark
dengan stroke perdarahan.
• Stroke infark, gambaran CT
scannya secara umum adalah
didapatkan gambaran hipodense
sedangkan pada stroke
perdarahan menunjukkan
gambaran hiperdens.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan MRI : Pemeriksaan ini sangat • Pemeriksaan penunjang lain : Pemeriksaan
baik untuk menentukan adanya lesi di untuk menetukan faktor resiko seperti darah
batang otak (sangat sensitif). rutin, komponen kimia darah (ureum,
kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah,
• Pemeriksaan Angiografi fungsi hepar), elektrolit darah, Thoraks Foto,
EKG, Echocardiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk
menentukan apakah lokasi pada sistem
karotis atau vertebrobasiler, menentukan
ada tidaknya penyempitan, oklusi atau
aneurisma pada pembuluh darah.
Siriraj Stroke Score

SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri


kepala)+(0,1 x tekanan diastolik)-(3 x atheroma) – 12
Nilai SSS Diagnosa
• >1 Perdarahan otak
• < -1 Infark otak
-1 < SSS < 1 Diagnosa meragukan
(Gunakan kurva atau CT Scan)
Skor Gajah Mada
KOMPLIKASI
Komplikasi
• Aphasia
• Bladder and bowel incontinence
• Deep vein thrombosis
• Depression (impaired cognition, dan physical disability)
• Dysphagia --> aspirasi, malnutrisi, dan dehidrasi
• Jatuh
• Infection (aspirasi dan kateter)
• Post-stroke central vein (Dejerine-Roussy)
• Seizure
• Skin breakdown dan contracture
TATALAKSANA
Tujuan : menurunkan morbiditas dan mortalitas
PRAHOSPITAL
1. Deteksi gejala stroke
2. Pengiriman pasien
1) Perhatikan UGD RS yang dituju (mempunyai CT scan)
2) Transportasi (ambulans) dilengkapi dengan :
- Personil terlatih
- Oksigen
- Glukometer
- Pulse oksimeter
- EKG
UGD
1. Evaluasi cepat dan diagnosis (berbarengan dengan terapi umum)
- Anamnesis
- Pemeriksaan TTV
- Pemeriksaan fisik dan neurologi

2. Terapi umum
1) Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
- Pemberian O2 jika SpO2 < 95%
- Pemasangan pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar
- Intubasi ETT (terpasang tidak lebih dari 2 minggu) atau laryngeal mask airway
diperlukan pada pasien dengan hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2 > 50 mmHg)
2) Stabilisasi hemodinamik
- Cairan kristaloid/koloid IV
UGD
4) Pengendalian TTIK
- Elevasi kepala 20o-300  menurunkan blood flow
- Hindari penekanan vena jugular  menurunkan blood flow
- Hindari pemberian cairan hipotonik  normal salin
- Hindari hipertemi  antipiretik suhu > 38,5 dan atasi infeksi
- Jaga normovolemia  pasang NGT dan kateter
- Jaga normoventilasi  bila perlu intubasi
- Osmoterapi  mannitol 20% 0,5-1 gr/kgBB
- Atsai kejang  diazepam 5-20 mg iv bolus pelan
UGD
5. Pemeriksaan Penunjang
- Foto thorax
- EKG
- CT scan kepala tanpa kontras
- Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal
hemostasis, kadar gula darah, analisis urin, analisa gas darah,
dan elektrolit)
UGD
Hipertensi Emergensi

Jika TD > 200/105 mmHg  antihipertensi intravena (Nikardipin, diltiazem)

• Target penurunan
- Stroke infark : 20%-25% MAP dalam 24 jam
- Stroke perdarahan : 20%-25% MAP dalam 1 jam, dalam 24 jam TD harus normal

𝑇𝐷𝑆+(2 ×𝑇𝐷𝐷)
MAP =
3

TDS : tekanan darah sistolik


TDD : tekanan darah diastolic
MAP : mean arterial pressure
TATALAKSANA UMUM
RUANG RAWAT INAP (STROKE UNIT/ICU)
1. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
- Cairan isotonis seperti NaCl 0,9%
- Kebutuhan cairan 30ml/kgBB/hari

2. Menjaga nutrisi
- Nutrisi enteral sudah harus diberikan dalam 48 jam, jika terdapat gangguan menelan pasang NGT
- Kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari (karbohidrat 30-40%, lemak 20-25%, protein 20-30%)

3. Mengatasi hipertensi
- Stroke infark : TD > 220/105 mmHg
- Stroke perdarahan : TD > 180/105 mmHg
 Antihipertensi oral

4. Monitoring gula darah


hati-hati hiperglikemireaktif
TATALAKSANA KHUSUS
RUANG RAWAT INAP (STROKE UNIT/ICU)
1. Pemberian antiagregasi pada stroke infark
Aspiririn 1x81 mg, klopidrogel 1x75 mg, cilostazol 2 x 50-100 mg

2. Pemberian antikoagulan pada stroke emboli

3. Manajemen faktor risiko


Contoh : dislipidemia

4. Mobilisasi pasif dan aktif (fisioterapi)


disesuaikan dengan defisit neurologis
TATALAKSANA KHUSUS
STROKE INFARK
Obat Trombolitik rtPA
- Fibrinolitik dengan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator)
diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis stroke iskemik akut
tegak
- Dosis rtPA IV 0,9 mg/kgBB (Max 90 mg), 10% dari dosis diberikan
secara bolus pada menit pertama, sisanya diberikan secara IV selama
60 menit
- Kriteria inklusi :
• Waktu pemberian < 3 jam
• Diagnosis ditegakan neurologist & didukung ct scan
• Persetujuan tertulis dari penderita/keluarga
PENATALAKSAAN KHUSUS
Stroke Infark
- Kriteria eksklusi: • Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus
urinarius dalam 3 minggu sebelumnya
• Usia>80 tahun
• Tekanan darah sistolik > 185 mmHg, diastolik >110 mmHg
• Defisit neurologi yang ringan dan cepat membaik atau
perburukan defisit neurologi yang berat • Glukosa darah <50 mg/dl atau > 400 mg/dl
• Gambaran perdarahan intrakranial pada CT Scan • Gejala perdarahan subarcahnoid
• Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan • Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi
terakhir atau pungsi lumbal dalam 1 minggu sebelumnya
• Infark multilobar (gambaran hipodens > 1/3 hemisfer • Jumlah platelet <100.000/mm3
serebri
• Mendapat terapi heparin dalam 48 jam yang
• Kejang pada saat onset stroke berhubungan dengan peningkatan aPTT
• Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal • Gambaran klinis adanya perikarditis pascainfark miokard
• Riwayat stroke atau cedera kepala berat dalam 3 bulan • Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya
sebelumnya
• Wanita hamil
• Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada
pemeriksaan fisik • Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan oral atau bila
sedang dalam terapi antikoagulan INR < 1,7.
• Riwayat pembedahan mayor atau trauma berat dalam 2
minggu sebelumnya
HIPERTENSI EMERGENSI
Pemberian Nikardipin

• Dosis 0,5 microgram/kgBB/menit


cek tensi setiap 15 menit, dosis dapat dinaikkan menjadi 1-1,5
mg/kgBB/menit
• Kandungan dalam 1 amp = 5 cc = 10 mg
bila 1 mg = 1000 microgram
maka dalam 1 amp perdipine 10 mg = 10.000 microgram
• Pemberian perdipine dalam 1 syringe pump
bila perdipine 10 mg (1 amp) dilarutkan dalam 50 cc PZ, maka
10.000 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
1 cc PZ = = 200 microgram
50 𝑐𝑐
HIPERTENSI EMERGENSI
• Rumus
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 ×𝐵𝐵 ×𝑣𝑜𝑙 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Dosis pemberian = × 60 mnt
𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑒 ×1000

Contoh :
BB = 50 kg, pelarut = 50 cc

0,5 ×50 ×50


Dosis pemberian = × 60
10 ×1000
= 0,125 x 60
= 7,5 cc/jam
PENCEGAHAN STROKE SEKUNDER
• Pengendalian faktor risiko
• Modifikasi gaya hidup
REHABILITASI
• Meningkatkan outcome dan mencegah komplikasi
• Rehabilitasi berupa : fungsional (fisioterapi, terapi bicara)dan
psikososial (social support)
o Fisioterapi : melatih otot-otot anggota gerak terutama yang
mengalami kelumpuhan
o Terapi bicara : penderita yang mengalami gangguan
komunikasi, baik gangguan pusat biacara atau otot-otot bicara
o Social support : dukungan keluarga dan orang sekitarnya
karena penderita rentan mengalami depresi akibat kecacatan
yang dialami
TATALAKSANA DISLIPIDEMIA

Keterangan. CHD: coronary heart disease,


HDL-C : kolesterol HDL, LDL-C : kolesterol
LDL, dan Lp(a): lipoprotein (a)
TATALAKSANA DISLIPIDEMIA
PROGNOSIS
Prognosis
• Sampai saat ini belum ada aturan yang secara jelas untuk prediksi outcome dari stroke.
• Dari penelitian, diketahui bahwa angka mortalitas stroke pada 1 bulan dan 1 tahun pertama sekitar 19%
dan 23%. Sedangkan untuk stroke pendarahan, angka mortalitas 1 bulan pertama sekitar 30-40%;
kematian sering terjadi di hari-hari pertama paska stroke.
• Beberapa faktor yang dapat memengaruhi prognosis seperti : Lokasi, luas dan pembengkakan infark 
infark pada area suplai middle cereberal artery dapat menyebabkan pergeseran struktur sentral,
herniasi transtentrorial, dan kematian
• Jika tidak terjadi perbaikan klinis dalam waktu 1-2 minggu maka outcome untuk fungsi motor dan
bicara tidak baik
• Aphasia, dysarthria, cerebellar, ataxia, dan berjalan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
kembali baik, apabila terdapat lebih dari 6 bulan gejala akan permanen
• Gangguan fungsi pencernaan dan kemih biasanya hanya bertahan beberapa minggu
• Seizure jarang terjadi pada pasien stroke
• Beberapa pasien mengeluhkan lesu dan depresi paska stroke
• Apabila infark terjadi berulang pada periode waktu bulan dan tahun, maka dapat terjadi dementia dan
gait

Anda mungkin juga menyukai