ASTUTI NOVIYANI
1731111320007
Sapp, 2004
Mekanisme Perlekatan HIV
Faktor Resiko HIV
Perilaku berisiko tinggi
• Hubungan seksual dengan pasangan berisiko tinggi tanpa menggunakan kondom
• Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakaian jarum secara bersama
tanpa sterilisasi yang memadai.
• Hubungan seksual yang tidak aman : multi partner, pasangan seks individu yang
diketahui terinfeksi HIV, kontaks seks per anal.
Sumini,2017
Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia.
Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan
sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan
keringat, air liur, air mata dan lain-lain.
Nasronudin. 2007
Patofisiologi
HIV AIDS
Jumlah AIDS dari tahun 2005-2017
Dari tahun 2005-2017 mengalami
relatif stabil setiap tahun. Jumlah
kenaikan setiap tahunnya dengan jumlah
kumulatif AIDS sampai Desember 2017
280.263 orang.
sebanyak 102.667
Kemenkes, 2017
Stadium Klinis HIV
WHO, 2005
Pemeriksaan HIV
1. Uji Serologis
• Rapid test: Reagen yang sudah dievaluasi oleh institusi
yang ditunjuk Kementerian Kesehatan, dapat mendeteksi
baik antibodi terhadap HIV-1 maupun HIV-2.
• Enzyme immunoassay (EIA): Untuk mendeteksi
antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2.
• Western Blot: Konfirmasi pada kasus yang sulit
Hongjun Li. 2014. Radiology Of HIV/ AIDS A Practical Approach. Springer: Beijing
3. Pemeriksaan CD4
Untuk mengukur status imunodefisiensi sebagai petunjuk
dini progresivitas penyakit karena jumlah CD4 menurun
lebih dahulu dibandingkan kondisi klinis pasien.
Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk memulai
pemberian ARV atau penggantian obat.
Hongjun Li. 2014. Radiology Of HIV/ AIDS A Practical Approach. Springer: Beijing
Strategi Pemeriksaan Laboratorium
Anti HIV
• Pemeriksaan laboratorium anti HIV bisa dilakukan untuk
tujuan skrining, surveilans dan diagnosis. Pemeriksaan
skrining dilakukan pada skrining donor darah UTD PMI.
Pemeriksaan surveilans bertujuan untuk melihat dinamika
epidemi HIV di Indonesia, sedangkan pemeriksaan
diagnosis dilakukan di rumah sakit maupun puskesmas.
Ratih, 2012.
Strategi III
• Pemeriksaaan strategi III adalah pemeriksaan dengan
menggunakan 3 jenis tes antibodi yang berbeda sensitivitas
dan spesivisitasnya. Kombinasi 3 reagen rapid test HIV
dapat digunakan untuk tujuan diagnosis. Reagen yang
dipilih didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas tiap
jenis reagen. Untuk diagnosis pasien tanpa gejala harus
menggunakan strategi III dengan persyaratan reagen
sebagai berikut :
Ratih, 2012.
Ratih, 2012
Interpretasi Hasil HIV
1. Positif: A1, A2, dan A3 reaktif
• Dirujuk untuk pengobatan HIV
2. Negatif:
• A1 non reaktif
• A1 reaktif, pengulangan A1 dan A2 non reaktif
• Salah satu reaktif, tapi tidak ada risiko
• Bila berisiko, dianjurkan pemeriksaan ulang minimum 3
bulan, 6 bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan pertama
sampai satu tahun.
Ratih, 2012
Interpretasi Hasil HIV
3. Indeterminate:
• Dua tes reaktif
• Satu tes reaktif dengan risiko atau pasangan berisiko
• Tes diulang 2 minggu lagi dengan sampel berbeda, jika
tetap indeterminate, lanjutkan dengan PCR
• Jika tidak ada PCR, rapid test diulang 3, 6, dan 12 bulan
dari pemeriksaan yang pertama. Jika sampai satu tahun
hasil tetap indeterminate dan faktor risiko rendah, hasil
dapat dinyatakan sebagai negatif
Ratih, 2012
Komplikasi HIV
• Lesi oral
• Neurologik
• Gastrointestinal
• Respirasi
• Dermatologik
• Sensorik
Dewanti I. 2010.
Lesi mulut sebagai indikator
infeksi HIV
• Lesi-lesi mulut dijumpai pada hampir 50 %
orang terinfeksi HIV dan 80% pada individu
yang terdiagnose AIDS
• Indikator awal adanya penurunan imunitas
• Prediksi perkembangan HIV ke AIDS
• Menentukan waktu untuk terapi infeksi
oportunistik dan terapi anti HIV (ARV)
• Membantu evaluasi perkembangan penyakit
Dewanti I. 2010.
Oral Manifestation 0f HIV
• Sekitar 95% penderita HIV/AIDS mengalami manifestasi
klinis pada rongga mulut dan lebih sering merupakan
tanda awal infeksi yang terjadi dalam rongga mulut:
Harlina, 2011
Oral Thrush
Harlina, 2011
Erythomateus Candidiasis
• Berupa plak kemerahan halus yang biasanya ditemukan
pada palatum, mukosa bukal dan dorsum lidah.
• Permukaan eritema menunjukkan atrofi dan peningkatan
vaskularisasi.
• Lesi ini memiliki tepi yang difus, yang membantu
membedakannya dari erythroplakia, yang mempunyai
demarkasi yang lebih tajam.
Harlina, 2011
Harlina, 2011
Angular Chelitis
• Merupakan fisura yang terinfeksi dari komisura mulut,
sering dikelilingi oleh eritema atau keretakan di sudut
bibir.
• Lesi ini sering terinfeksi oleh Candida dan Staphylococcus
aureus.
• Kulit kering dapat mempercepat perkembangan fisura di
komisura sehingga memungkinkan invasi mikroorganisme.
Harlina, 2011
Harlina, 2011
Hairy Leukoplakia
• Merupakan suatu lesi spesifik pada infeksi HIV yang
disebabkan oleh virus Epstein Barr
• Lesi ini biasanya terjadi pada lateral lidah, tetapi dapat pula
pada permukaan ventral, dorsal lidah, dan mukosa pipi.
• Cepat tumbuh
• Status imunitas menurun
• Gingiva, vestibulum bukal
area retromolar
• Nekrosis gingiva gigi
yang terlibat goyah.
Askinyte D, 2015.
Linear Gingival Erythema
Askinyte D, 2015.
Necrotizing Ulcerative Periodontitis
• Periodontitis dengan ulserasi atau nekrosis jaringan
periodontal dan tulang alveolar.
• Kerusakan lokal
• Pocket minimal
• Tidak respon terhadap
terapi konvensional
• Halitosis
• Gigi goyah
Askinyte D, 2015.
Makna klinis lesi mulut terkait
infeksi HIV
● Dalam kasus status HIV invidu tidak atau belum
diketahui; maka adanya lesi mulut memberikan
indikasi kuat adanya infeksi HIV.
● Untuk seseorang yang hidup dengan HIV+
tetapi belum mendapat terapi; adanya lesi mulut
dapat menandakan perkembangan penyakitnya.
● Sedang bagi mereka yang hidup dengan HIV+
dan mendapatkan terapi antiretroviral; adanya
lesi di mulut dapat menandakan adanya
kegagalan /efek samping terapi.
Harlina. 2011.
Tatalaksana HIV
• Penatalaksanaan HIV/AIDS termasuk terapi ARV (ART) dimaksudkan
untuk menghambat replikasi virus.Terdapat empat kelas antiretroviral
(ARV) yang tersedia untuk pengobatan HIV.
1. Nukleosida Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTIs)
Target obat golongan ini adalah enzim /reverse transcriptase.
2. Non-Nukleosida Transcriptase Inhibitors(NNRTIs)
Sama seperti nukleosida analog target obat golongan ini adalah enzim
reverse transcriptase. Namun obat ini langsung berikatan secara
nonkompetitif dengan enzim reverse transcriptase pada posisi dekat dengan
tempat berikatan nukleosida. Pada akhirnya, akan mengurangi pengikatan
nukleosida. Berbeda dengan NRTIs, NNRTIs tidak rerlu diaktivasi dalam
sel.
3. Protease Inhibitors (PIs)
HIV protease memotong polipeptida virus menjadi subunit fungsional. Jika
enzim protease dihambat maka akan terbentuk partikel virus yang tidak bisa
menginfeksi·
4. Fusion Inhibitor
Bekerja seperti gembok pada pintu gerbang pabrik yang
menghalangi HIV untuk masuk.
Nasronudin. 2007
A. Pemberian ARV jika tersedia tes CD4
• Infeksi HIV Stadium IV menurut kriteria WHO, tanpa
memandang jumlah CD4 T limfosit
• Infeksi HIV Stadium III menurut kriteria WHO dengan jumlah
CD4 T limfosit <350 sel/mm
• Infeksi HIV Stadium I atau II menurut kriteria WHO dengan
jumlah CD4 <200 sel/mm.
B. Pemberian ART jika tidak tersedia tes CD4
• Stadium IV WHO, tanpa memandang jumlah limfosit total
• Stadium III WHO, tanpa memandang jumlah limfosit total 3
• Stadium II WHO dengan jumlah limfosit total <1200 sel/mm^3
Nasronudin. 2007
NANDA International. 2015.
Nasronudin. 2007
Chatterjee S et al. 2018
Daftar Pustaka
• Chatterjee S et al. Periodontist’ Perspective of HIV
Manifestation.HIV& AIDS Review Journal 2018. Vol 17(4):
229-234
• Askinyte D, Matulionyte R, Rimkevicius A. Oral Manifestation
Of HIV Disease: A Review. Stomatologija, Baltic Dental And
Maxillofacial Journal. 2015. 17(1): 21-28
• Dewanti I D A R. Manifestasi Oral Human Imuune Deficiency
Virus (HIV)/ Aquired Immuno Deficiency Syndrome Pada
Anak. Stomatognatic (Journal KG UNEJ). 2010. 7(2): 79-84
• Sapp J P, Eversole L R, Wysocki G P. 2004. Contemporary
Oral And Maxillofacial Patology 2nd Edition. Mosby: St. Louis,
Missouri
• Nasronudin. 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologi
Molekuler, Klinis Dan Sosial. Surabaya: Airlangga University
Press.
Daftar Pustaka
• Ersha Riri Febrina And Ahmad Armen. Laporan Kasus:
Human Immunodeficiency Virus - Acquired
Immunodeficiency Syndrome Dengan Sarkoma Kaposi. Jurnal
Kesehatan Andalah. 2018. Vol 7(3): 131-134
• Hongjun Li. 2014. Radiology Of HIV/ AIDS A Practical
Approach. Springer: Beijing
• Harlina. 2011. Manifestasi Rongga Mulut Penderita HIV/AIDS
Dan Penaganannya. FKG UNHAS PRESS: Makasar
• Smeltzer S C, Bare B G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Vol 2 Edisi 8. EGC: Jakarta
• NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions
And Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
• Ratih, Woro Umi. 2012. Strategi Pemeriksaan Laboratorium
Anti HIV. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas. Yogyakarta.
Vol. 9 No 2.
Daftar Pustaka
• Gunawan Yudhi Tri, dkk. Hubungan Karakteristik ODHA
Dengan Kejadian Loss To Follow Up Terapi ARV Di
Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1
Maret. 2016.
• Maria Lina Rosilawati dan Budiman Bela. Teknik Reverse
Transcription – Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan
Hibridisasi Dot Blot dengan Pelacak DNA untuk Deteksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam Serum
Darah Universa Medicina 2007; 26: 111–9.
• Sumini, dkk. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap
Kejadian HIV/AIDS pada Pengguna Napza Suntik (Studi
Epidemiologi Di Kota Pontianak). Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas 2 (1), 2017, 36-45.