Anda di halaman 1dari 8

KEGAWATDARURATAN

DENGAN TRAUMA
ABDOMEN

Oleh ;
S. Eko Purnomo, SKp, MKes (MMR)
Etiologi
 Mortalitas trauma perut tidak hanya disebabkan oleh
beratnya trauma atau trauma penyerta, tetapi juga oleh
keterlambatan dalam menegakkan diagnosis. Kematian
biasanya disebabkan oleh perdarahan atau peradangan
rongga peritonium.
 Berdasarkan penyebabnya trauma perut dibagi ;
 Trauma tembus (penetrasi ke rongga perut)
 Trauma tumpul (tanpa penetrasi ke rongga perut)
Trauma tembus akibat peluru dibedakan atas 2 hal yaitu low
velocity dan high velocity. Yang terakhir ini menimbulkan kerusakan
lebih besar. Hampir semua trauma akibat peluru mengakibatkan
kerusakan organ dalam perut, sekalipun tidak memasuki rongga
perut.
Diagnosis
 Anamnesis ; sebaiknya diperoleh selengkap mungkin,
karena seringkali pasien dalam kondisi shock
 Pemeriksaan fisik ; shock dan penurunan kesd sering
menyulitkan pemeriksaan. Adanya jejas pada dinding
perut dapat menolong kearah kemungkinan adanya
trauma perut. Luka tembak/tusuk sering diikuti isi perut
keluar, hal ini tidak perlu lagi pemeriksaan rangsangan
peritoneum ataupun bising usus, tindakan laparatomi
eksplorasi harus segera dilakukan.
 Gejala trauma tumpul muncul dari akibat perdarahan,
memar atau kerusakan organ atau iritasi cairan usus.
Lanjutan diagnosis …
 Adanya darah atau cairan usus dalam rongga
peritoneum akan menyebabkan rangsang peritoneum
berupa nyeri tekan, nyeri ketuk, nyeri lepas, kekakuan
(rigidity) dinding perut.
 Kekakuan dapat disebabkan oleh hematom ddg perut,
adanya darah dalam perut dapat di tes dengan shifting
dullness, sementara udara dalam perut diperoleh pekak
hati yang beranjak atau hilang, bising usus biasanya
hilang total.
 Rangsangan peritoneum dapat memberi gejala nyeri
pada bahu yang disebut tanda KEHR.
 Diagnostik dilakukan bila sangat diperlukan, misal kadar
serum amilase naik (trauma pancreas), abdominal
paracentesis untuk mengetahui darah, cairan empedu,
isi usus ataupun udara.
Akibat trauma terhadap organ perut
 Pada luka tusuk, organ pada yang terkena akan
perdarahan, organ berongga isinya akan keluar
mengiritasi peritoneum.
 Pada luka tembak, kerusakan terjadi pada organ yang
dilalui, tapi bila high velocity akan lebih luas
 Pada trauma tumpul kerusakan akibat terjepit antara
benturan dan vertebra. Organ yang padat terjepit dan
organ berongga akan terjadi tekanan intraluminer. Organ
yang rusak biasanya berlawanan dengan arah trauma
“counter coup” yang rusak selalu permukaan lateral.
Organ padat hati dan limpha tersering pada keadaan
trauma tumpul.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang perlu diperhatikan adalah shock
dan gangguan jalan nafas.
 Pemasangan sonde lambung bermanfaat untuk
diagnostik, pengosongan lambung dan mencegah
aspirasi.
 Pemasangan kateter untuk mengosongkan kandung
kemih dan menilai urin yang keluar
 Tindakan laparatomi dilakukan bila ; ada tanda rangsang
peritoneal, shock, bising usus (-), prolaps viscera melalui luka, darah
dalam lambung / buli-buli / rektum, udara bebas peritoneum dan
lavage peritoneal hasilnya (+).
 Pasien diobservasi 24 – 48 jam.
Lanjutan penatalaksanaan …
 Luka tembak selalu membutuhkan tindakan laparatomi
apalagi high velocity
 Luka tumpul dengan kerusakan organ segera lakukan
laparatomi
 Trauma tumpul dengan jejas lakukan observasi 24 – 48
jam
 Bila ragu-ragu lakukan lavage peritoneal, bila (+)
dilajutkan dengan laparatomi
 Laparatomi ditujukan untuk mengetahui organ apa yang
rusak. Bila ada perdarahan  hentikan (penjahitan luka
atau reseksi bila ada kerusakan hati)

Anda mungkin juga menyukai