Laporan kasus
Laporan Kasus
Pendahuluan
PENDAHULUAN
1,5 % 2,3 %
WHO,2012
Penyakit kardiovaskular
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan
Pustaka
Infark Miokard dengan ST Elevasi (STEMI)
Faktor Faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah
Usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga
Risiko
Faktor risiko yang masih dapat diubah
(berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik)
Kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan
diet yang tinggi lemak jenuh, kolesterol, serta kalori.
Patofisiologi
Infark miokard diawali dengan terbentuknya aterosklerosis
ruptur dan menyumbat pembuluh darah
• Infark miokardium akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis
kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia di sekitarnya juga mengalami
gangguan daya kontraksi
KLASIFIKASI
1. Infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) : oklusi total dari arteri
koroner ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG.
2. Infark miokard akut non ST-elevasi (NSTEMI) : oklusi sebagian
dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan
miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.
Gejala Klinis
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan
gejala kardinal pasien SKA :
1. Lokasi substermal, retrostermal, dan pr
ekordial
2. Sifat nyeri seperti ditekan, rasa
terbakar, ditindih benda berat, seperti
ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
3. Penjalaran leher, lengan kiri,
mandibula, gigi,
punggung/interskapula, dan dapat juga
ke lengan kanan.
4. Nyeri membaik atau hilang dengan
istirahat atau obat nitrat
5. Faktor pencetus : latihan fisik, stress
emosi, udara dingin, dan sesudah
makan
6. Gejala yang menyertai : mual, muntah,
sulit bernafas, keringat dingin,dan
lemas.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis (Gejala Klinis)
Pemeriksaan Penunjang
Laporan Kasus
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri Dada Kiri
Keluhan Tambahan : Dada berdebar, Pusing, Sesak nafas, gelisah
Riwayat Penyakit Sekarang:
BB : 82kg
GCS 15
65x/i 25x/ 36,8°C TB :170cm
KU : 140/100
(regular) menit (Aksila) BMI
Sedang :28,37
19
KEPALA :
PEMERIKSAAN FISIK
MATA
Normochephali, warna Konjungtiva palp. Inf. Pucat (-/-),
rambut hitam sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
T/H/M : dbn RCL/RCTL (+/+)
LEHER : Pembesaran KGB
(-)
THORAX
TVJ: R-2cmH20
I :Simetris, Retraksi intercostal (-)
retraksi supraclavikular (-)
ABDOMEN P : Nyeri tekan (-), Fremitus normal
simetris, distensi (-), H/L/R P : Sonor di lapang paru
: tidak teraba, Timpani (+), A : Ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
shifting dullness (-)
Peristaltik usus : dbn
COR
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba di ICS V
EXTREMITAS LMCS
SUPERIOR INFERIOR P: Atas ICS II LMCS
Ekstremitas Inferior: akral Kanan ICS IV parasternal
dingin (+), sianosis (-), Kiri1 jari lateral ICS V LMCS,
edema(-) Auskultasi: BJ I> BJ II, regular,
murmur (-)
PEMERIKSAAN EKG, 23/5/19, 06:50
WIB
• Non-Medikamentosa
• Bed rest
• O2 2L/menit via nasal kanul
• Diet jantung MII 1700 kkal/Hari
• Medikamentosa
• -Drip Streptokinase
TATALAKSANA • -Inj.Lovenox 0,6cc/12 jam (6 jam post streptokinase)
• -Inj pantoprazole 1 vial/12 jam
• - Clopidogrel 1x75 mg
• -Aspilet 1x20 mg
• -Drip NTG 5 meg/menit
• -Atorvastatin 1x80 mg
• -Alprazolam 1x0,5 mg
• -Laxadine syr 1xCII
BAB 4 PEMBAHASAN
Pembahasan
PEMBAHASAN
Kasus Teori
• Terdapat bebebrapa studi menyebutkan
• Pasien seorang laki-laki usia bahwa insiden kejadian SKA akan
59 tahun datng dibawa meningkat pada kelompok umur ≥ 45
keluarga dengan keluhan tahun, yang sesuai dengan teori bahwa
risiko PJK meningkat pada pria berusia
nyeri dada yang dirasakan 4 ≥55 tahun, dan usia ≥ 45 tahun yang
jam SMRS. Sekitar pukul berlaku jika onset menopause wanita
02.00 WIB. Nyeri dada normal.
• Prevalensi angka kejadian pasien yang
dirasakan hilang timbul, mengalami SKA meningkat pada laki-laki
memberat saat pasien sebesar 67,9% dibandingkan perempuan.
berbaring, bersifat menekan, Secara teori disebutkan bahwa
morbiditas laki-laki mengalami SKA yaitu
nyeri terasa seperti tembus dua kali lebih besar daripada wanita dan
kebelakang hampir terjadi 10 tahun lebih dini
dibandingkan wanita disebabkan karena
adanya estrogen endogen pada wanita
yang bersifat protektif, namun setelah
menopause meningkat dengan cepat dan
sebanding dengan laki-laki.
PEMBAHASAN
Kasus Teori
• Hal ini sesuai dengan keluhan
• Diagnosis STEMI ditegakkan pada pasien STEMI yaitu nyeri
berdasarkan keluhan yang dada tipikal yang merupakan
dialami pasien yaitu nyeri gejala kardinal pasien dengan
dada dirasakan hilang timbul, infark miokard akut, dengan sifat
memberat saat pasien nyeri lokasi sub/retrosternal,
berbaring, bersifat menekan, prekordial, rasa sakit seperti
nyeri terasa seperti tembus ditekan, rasa terbakar, ditindih
kebelakang, terasa seperti benda berat, ditusuk, dengan
terbakar. Pasien juga penjalaran ke lengan kiri, dapat
mengeluhkan mual dan juga ke leher, rahang bawah,
keringat dingin gigi, punggung/interskapula,
perut, dan dapat juga ke lengan
kanan, disertai gejala penyerta
yaitu mual, muntah, sulit
bernapas, keringat dingin,
cemas, dan lemas
PEMBAHASAN
Kasus Teori
• Beberapa studi menyebutkan bahwa
• Dari hasil anamnesis riwayat penderita diabetes, dislipidemia, dan
penyakit, pasien memiliki merokok memiliki kemampuan dalam
riwayat hipertensi tidak membentuk senyawa
proatheroskelotik, pro-inflamasi, dan
terkontrol. Riwayat DM (+) protrombus yang melalui proses
Pasien juga merupakan kompleks
seorang perokok berat. • Rokok dapat merangsang proses
aterosklerosis karena efek langsung
terhadap dinding arteri.
• Riwayat DM yang dimiliki pasien
menjadi salah satu faktor risiko pada
penyakit sindrom koroner akut,
diabetes mellitus menyebabkan
gangguan lipoprotein LDL dihepar
menurun, dan glikolasi kolagen
meningkat.Hal ini mengakibatkan
meningkatnya LDL yang berikatan
dengan dinding vaskular
PEMBAHASAN
Kasus Teori
• Kebiasaan memakan makanan
• Pasien juga memiliki yang berlemak dan jarang
kebiasaan makan makanan berolahraga dapat menyebabkan
yang berlemak dan jarang obesitas dan peningkatan
berolaharaga kolesterol dalam darah, sehingga
dapat mempermudah
terbentuknya trombus yang dapat
mengahambat aliran darah,
terutama pada pembuluh darah
koroner.
• Terjadinya trombus disebabkan
oleh ruptur plak yang kemudian
diikuti oleh pembentukan
trombus oleh trombosit. Lokasi
dan luasnya infark miokard
tergantung pada arteri yang oklusi
dan aliran darah kolateral
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Kesimpulan
KESIMPULAN
STEMI merupakan bagian dari spektrum Sindrom Koroner Akut
yang menggambarkan rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat oklusi total pembuluh darah koroner oleh
thrombus. Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis yang
sangat mengancam jiwa dan biasanya terkait dengan proses
penyakit yang disebut dengan aterosklerosis. Diagnosis STEMI
ditegakkan jika terdapat keluhan angina pectoris akut
disertai dengan adanya gambar EKG ST Elevasi yang persisten
di dua sadapan yang berdekatan.
Tatalaksana STEMI adalah melakukan tindakan reperfusi
segera, membuka kembali clot atau sumbatan sehingga darah
dapat kembali mengalir dan kematian (infark) otot jantung
lebih lanjut dapat dicegah. TIndakan reperfusi dapat
menggunakan obat pengencer darah yang kuat (fibrinolitik)
atau dengan melakukan tindakan intervensi jantung berupa
kateterisasi koroner yang dilanjutkan dengan
pemasangan stent / ring
TERIMAKASIH