Anda di halaman 1dari 32

Ilmu Kesehatan Anak LAPORAN KASUS

Fakultas Kedokteran Juni 2019


Universitas Pattimura

Gizi Buruk

Sherly L. Kerjapy
2017-84-049

Pembimbing:
dr. Dwi Murti Nuryanti, Msc, Sp.A

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Ambon
2019
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : An. AYR
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 16 Kg
Alamat : Tulehu
No.RM : 05-45-48
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Masuk RS : 04 Juni 2019
SUBJEKTIF: ANAMNESIS
Keluhan Utama:

Luka pada punggung bawah sejak 5 hr SMRS

Hari 1 2 3 4 5

Pasien jatuh
dari tembok • Luka dirawat dirumah menggunakan daun sirih
yg sudah dipanaskan di api dulu
Batuk (+),
rumah -> Luka
pd punggung • Luka semakin memerah dan nyeri berlendir, sesak MRS
bawah • Demam (+) 3 hr SMRS (-), mual-
muntah (-)
Anamnesis Tambahan : Pasien merupakan anak ke 2 dari 5
bersaudara, Pasien sejak kecil hanya tinggal dengan neneknya.
Pasien mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun, setelah itu pasien
tidak minum susu tambahan apapun. Keseharian pasien biasanya
kurang makan, sehari pasien hanya makan paling banyak 2x,
makan hanya porsi kecil dan terdiri dan nasi dan ikan, pasien
jarang makan sayur, dll. Selama kecil masa pertumbuhan pasien
baik, pasien termasuk anak yang aktif.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-

Riwayat Penyakit Keluarga:


-

Riwayat Kebiasaan :
Tidak ada kebiasaan khusus
RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Jumlah Belum Tidak Vaksin Jumlah Belum Tidak Vaksin Jumlah Belum Tidak
Pernah Tahu Pernah Tahu Pernah Tahu

BCG 1 Hib 3 Hep. A

Hep. B 3 PVC Varisela

Polio 3 Influenza HPV

DPT 3 MMR Lain-lain

Campak 1 Tifoid Lengkap


OBJEKTIF: PEMERIKSAAN
FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sedang
Kesadaran : Composmentis
Gizi : BB 16 Kg, TB : 116,5 cm
Status Gizi : <-3 SD Gizi Buruk (69%)
Vital Sign
Nadi : 115x/menit
Pernafasan : 26x/menit
Suhu : 38,2o C
Saturasi O2 : 98% tanpa O2
Kepala:
Bentuk: Normochephal
Rambut : Pertumbuhan rambut baik, distribusi rambut normal, rambut tidak mudah
rontok.

Wajah :
Mata : Ikterus (-), Anemis (-/-), refleks cahaya (+), refreks pupil (+)
Hidung: Pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Candidiasi (-), stomatitis (-)
Bibir : Sianosis (-)
Gigi : (-)
Tenggorokan : T2/T2 hiperemis (+)
Telinga : Otorea (-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, skofuloderma (-)


Dada:
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada simetris,
Palpasi : Kripitasi (-), Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Cor :
Inspeksi : Ictus kordis terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba pada ICS 5 midclavic
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ S1 dan S2 Murni reguler
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, tidak ada pembesaran organ,
tidak ditemukan masa extra atau intra abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+), dbn

Extremitas :
Tonus otot : +2 (Normal)
Kekuatan otot : 5555/5555
CRT : <2 detik

Genitalia : dalam batas normal


Pemeriksaan Neurologis :
Refleks Fisiologis : (+)
Refleks Patologis : (-)
KPR : (+) Normal
APR : (+) Normal
Nervus Cranialis: Normal
Tanda rangsang meningen :
Kaku kuduk : (-)
Kernig sign : (-)
Brudsinski : I : (-) II : (-) II : (-) IV : (-)

Pemeriksaan Status Lokalis :


Ditemukan V. excoriasi pada regio lumbal, kemerahan (+), hangat
(+), Nyeri (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LAB 4/6/19) Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Hasil
Normal
Jumlah eritrosit 5,21 x 106/mm3 3,5-5,5

Normal
Hemoglobin 12.4 g/dL 11,0-17,0

Menurun
Hematokrit 38.5% 35,0-55,0

MCV 73,9 um3 80-100 Menurunl

MCH 23.8 pg 27-32 Menurun

MCHC 32.2 g/dL 32-36 Normal

RDW 15.5 % 11-16 Normal

Jumlah trombosit 162 x 103/uL 150-400 Menurun

MPV 7.8 fL 6-11 Normal

Jumlah leukosit 4.3 x 103/uL 4,0-12,0 Normal

Hitung jenis leukosit


Limfosit 14,2% 20-40 Menurun

MID 5,7% 2-10 Normal

Granulosit 80,1% 50-80 Meningkat


ASSESSMENT
DIAGNOSIS MASUK
Vulnus excoriatum et regio lumbal with secunder infection
Tonsillitis akut
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 18 tpm
Injeksi cefotaxim 3 x 600 mg / IV
Injeksi gentamisin 2 x 40 mg / IV
Injeksi metronidazol 3 x 150 mg / IV
Rawat Luka pagi dan sore
FOLLOW UP
Hari/tgl S O A P Instruksi
5/06/2019  Demam (-)  N. 88x/mnt  Vulnus Excoriatum et  IVFD RL 18 tpm
PH.1  Batuk (+)  S. 36.6’c region lumbal +  Injeksi cefotaxim 3 x 600
 Nyeri pada luka  P. 20x/mnt secondary infection mg / IV
(+)  Status lokalis : vulnus 7 x 7 cm,  Tonsilitis akut  Injeksi gentamisin 2 x 40
nyeri tekan (+), kemerahan (+) mg / IV
 BB : 16,4 Kg, BBI 22 Kg, TB :  Injeksi metronidazol 3 x
116,5 cm, IMT : 12,8 kg/m2, 150 mg / IV
 Status Gizi : < -3 SD = Gizi  Rawat Luka pagi dan sore
Buruk

6/06/2019  Demam (-)  N. 88x/mnt  Vulnus Excoriatum et  IVFD RL 18 tpm  F100


PH.2  Batuk (+)  S. 36.5’c region lumbal +  Injeksi cefotaxim 3 x 600
 Nyeri pada luka  P. 20x/mnt secondary infection mg / IV
(-)  Status lokalis : vulnus 7 x 7 cm,  Tonsilitis akut  Injeksi gentamisin 2 x 40
nyeri tekan berkurang,  Gizi Buruk mg / IV
kemerahan (+), luka sudah  Injeksi metronidazol 3 x
mulai mongering. 150 mg / IV
 BB : 16,4 Kg, BBI 22 Kg, TB :  Rawat Luka pagi dan sore
116,5 cm, IMT : 12,8 kg/m2,
 Status Gizi : < -3 SD = Gizi
Buruk
7/06/2019  Demam (-)  N. 90x/mnt  Vulnus Excoriatum et  IVFD RL 18 tpm .
PH.3  Batuk (+)  S. 36.7’c region lumbal +  F100 8 x 200 cc
 Nyeri pada luka (-)  P. 20x/mnt secondary infection  Injeksi cefotaxim 3 x 600
 Status lokalis : vulnus 7 x 7 cm,  Tonsilitis akut mg / IV
nyeri tekan berkurang, kemerahan  Gizi Buruk  Injeksi gentamisin 2 x 40
(+), luka sudah mulai mongering. mg / IV
 BB : 16 Kg, BBI 22 Kg, TB : 116,5  Injeksi metronidazol 3 x 150
cm, IMT : 12,8 kg/m2, mg / IV
 Status Gizi : < -3 SD = Gizi Buruk  Rawat Luka pagi dan sore

8/06/2019  Demam (-)  N. 80x/mnt  Vulnus Excoriatum et  IVFD RL 18 tpm  Pulv Batuk 3 dd 1
PH.4  Batuk (+)  S. 37’c region lumbal +  F100 3 x 200 cc Salbutamol 0,5 mg
 Nyeri pada luka (-)  P. 20x/mnt secondary infection  Injeksi cefotaxim 3 x 600 Ambroxol 10 mg
 Belum BAB 4 hari  Status lokalis : vulnus 7 x 7 cm,  Tonsilitis akut mg / IV CTM 1 mg.
nyeri tekan berkurang, kemerahan  Gizi Buruk  Injeksi gentamisin 2 x 40 Dexametason ½ tab
(-), luka sudah mulai mongering. mg / IV
 BB : 16,8 Kg, BBI 22 Kg, TB :  Injeksi metronidazol 3 x 150
116,5 cm, IMT : 12,8 kg/m2, mg / IV
 Status Gizi : < -3 SD = Gizi Buruk  Rawat Luka pagi dan sore

9/06/2019  Batuk berkurang  N. 82x/mnt  Vulnus Excoriatum et  IVFD RL 18 tpm


PH.5  Demam (-)  S. 37’C region lumbal +  F100 3 x 200 cc
 Belum BAB 5 hr  P. 20x/menit secondary infection  Pulv Batuk 3x1
 Status lokalis : vulnus 6 x 6 cm,  Tonsilitis akut  Injeksi cefotaxim 3 x 600
nyeri tekan berkurang, kemerahan  Gizi Buruk mg / IV
(-), luka sudah mengeing  Injeksi gentamisin 2 x 40
 BB : 17,3 Kg, mg / IV
 Status Gizi : < -3 SD = Gizi Buruk  Injeksi metronidazol 3 x 150
mg / IV
 Rawat Luka pagi dan sore
10/06/2019  Batuk minimal  N. 102x/mnt  Vulnus excoriatum et  IVFD RL 18 tpm  Konsul dr. Sp. B
PH.6  Demam (-)  S.36’C region lumbal  F100 3 x 200 cc  Mebendazol 2 x 100 mg
 Belum BAB 6 hari  P. 20x/menit  Rhinofaringiis akut  Pulv Batuk 3x1 (3 hari)
 Nyeri punggung  Status lokalis : vulnus 6 x 6 cm,  Gizi buruk  Injeksi cefotaxim 3 x 600 mg /  Pyrantel 1 x 160 mg
pada daerah luka (-) nyeri tekan berkurang, kemerahan  Susp helminthiasis IV  Cek albumin
 Sering garuk hidung (-), luka sudah mengeing  Injeksi gentamisin stop
 BB : 16,6 Kg,  Injeksi metronidazol stop
 Rawat Luka pagi dan sore

11/06/2019  Demam (-)  N. 84x/mnt  Combutsio gr II a  IVFD RL 18 tpm


PH.7  Batuk (-)  S.36’C terepitelisasi  F100 3 x 200 cc
 Nafsu makan  P. 20x/menit  Rhinofaringitis akut  Pulv Batuk 3x1
membaik  BB : 17 kg Kg,  Gizi buruk  Injeksi cefotaxim 3 x 600 mg /
 BAB sudah setelah  Luka di punggung bawah sudah  Hleminthiasis IV
minum obat cacing mongering  Injeksi gentamisin stop
namun belum ada  Albumin 3,4 gr/dl  Injeksi metronidazol stop
cacing yang keluar  Mebendazol 2 x 100 mg (3
hari)
 Pyrantel 1 x 160 mg
 Zalf gentamisin

12/06/2019  Demam (-)  N. 84x/mnt  Combutsio gr II a  IVFD RL 18 tpm  Aff infuse


PH.7  Batuk (-)  S.36’C terepitelisasi  F100 3 x 200 cc  Stop injeksi
 Nafsu makan  P. 20x/menit  Rhinofaringitis akut  Pulv Batuk 3x1  Berikan F100 sampai 5
membaik  BB : 17 kg Kg,  Gizi buruk  Injeksi cefotaxim 3 x 600 mg / hari
 BAB (-)  Luka di punggung bawah sudah  Hleminthiasis IV  BLPL
mongering  Injeksi gentamisin stop
 Injeksi metronidazol stop
 Mebendazol 2 x 100 mg (3
hari)
 Pyrantel 1 x 160 mg
 Zalf gentamisin
Diagnosis Keluar
Combutsio gr IIa terepitelisasi
Rhinofaringitis akut
Gizi buruk
Helminthiasis
BAB II
DEFINISI
TEORI KASUS

Gizi buruk adalah keadaan dimana status gizi Pasien Usia 7 tahun
menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) BB 16 Kg
dengan Z-score <-3, CDC <70% dan atau TB 116,5 cm
dengan tanda-tanda klinis (marasmus, Pengukuran Status Gizi menurut CDC = 69 % ->
kwasiorkor dan marasmus-kwasiorkor). Gizi Buruk

Menurut WHO salah satu masalah gizi buruk Pasien dalam sehari makan paling banyak 2x
terjadi akibat konsumsi makanan yang tidak dengan porsi makan yg sedikit, jarang makan
cukup mengandung energi dan protein serta sayur, tidak minum susu tambahan apapun.
karena adanya gangguan kesehatan.
FAKTOR PENYEBAB
TEORI KASUS

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Pasien lahir dan besar diasuh oleh neneknya.
ada 3 faktor penyebab gizi buruk, yaitu: Ibu pasien bekerja sebagai TKW dan sudah
•Keluarga miskin berpisah dari ayahnya.
•Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi
yang baik bagi anak
•Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti:
jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
dan diare jantujng, TB, HIV, dll
ASSESEMENT AWAL
TEORI KASUS

•Anamnesis Kegawatdaruratan Berdasarkan anamnesis, pasien MRS dengan


•Anamnesis Lanjut keluhan Luka dan nyeri pada punggung bawah
Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit akibat terjatuh dari tembok rumah, keluhan
Riwayat pemberian ASI
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa
disertai adanya demam, batuk (+), sesak (-),
hari terakhir mual/muntah (-), makan/minum kurang.
Hilangnya nafsu makan
Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru Pasien Lahir tolong oleh dukun beranak,
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Batuk kronik
sehingga tidak diketahui BB dan PB lahir.
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung Pasien minum ASI sampai usia 2 tahun, dan
Berat badan lahir mendapat imunisasi lengkap
Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-
lain
Riwayat imunisasi Pasien termasuk anak yang aktif, suka bermain
Apakah ditimbang setiap bulan dengan teman sebaya, pasien sekarang dalam
Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang usia sekolah (kelas 1 SD).
sosial anak)
Diketahui atau tersangka infeksi HIV
Tidak ada riwayat penyakit lainnya
PEMERIKSAAN FISIK
•Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada
kedua punggung kaki. Tentukan status gizi dengan
menggunakan BB/TB-PB
•Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk
(hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
•Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang
lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun.
•Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu
aksilar < 35.5° C).
•Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal
jantung
•Sangat pucat
•Pembesaran hati dan ikterus
LANJUTAN
Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
Ulkus pada mulut
Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit
Lesi kulit pada kwashiorkor:
Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir).
Tanda dan gejala infeksi HIV
Pada kasus, pemfis yang didapatkan adalah penentuan status gizi <-3 SD ((%), edema (-), tanda
dehidrasi (-), syok (-), tanda-tanda gizi buruknya lainnya tidak ditemukan, hanya terlihat anak
tampak kurus.
KLASIFIKASI
Marasmus
Berdasarkan gejala tersebut, pasien lebih cocok untuk ciri
Marasmus
TATALAKSANA
TERAPI GIZI
JADWAL PEMBERIAN MAKANAN ANAK SESUAI FASE
FORMULA WHO DAN MODIFIKASINYA
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai