Anda di halaman 1dari 43

PROSEDUR PENANGANAN

PELANGGARAN PIDANA
PEMILU

Oleh
MOHAMAD
BAWASLU PROVINSI KALBAR
KORDIV PENINDAKAN DAN PENANGANAN PELANGGARAN
PRINSIP PENYELENGGARA

 Mandiri;
 Jujur;
 Adil;
 Berkepastian Hukum;
 Tertib;
 Terbuka;
 Proporsional;
 Profesional;
 Akuntabel;
 Efektif; Dan
 Bawaslu Provinsi adalah badan yang mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di
wilayah provinsi.
 Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota adalah badan untuk mengawasi
Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota.
 Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatan
adalah Panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi
penyelenggaraan pemilu di wilayah kecamatan atau nama lainnya
 Temuan Pelanggaran yang selanjutnya disebut Temuan adalah hasil pengawasan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan,
Panwaslu Kelurahan/ Desa, Panwaslu LN, dan/ atau Pengawas TPS pada setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu yang mengandung dugaan pelanggaran.
 Laporan Dugaan Pelanggaran yang selanjutnya disebut Laporan adalah laporan
langsung Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, Peserta Pemilu, atau
pemantau Pemilu kepada Bawaslu dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan/atau Pengawas TPS pada
setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
 Hari adalah hari kerja.
 Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/ Desa, Panwaslu LN, dan/atau Pengawas
TPS wajib melakukan penindakan terhadap dugaan pelanggaran Pemilu.
 Penindakan merupakan serangkaian proses penanganan pelanggaran
yang berasal dari Temuan/Laporan untuk ditindaklanjuti oleh instansi yang
berwenang.
 Proses penanganan pelanggaran meliputi:
 Temuan/penerimaan Laporan;
 pengumpulan alat bukti;
 klarifikasi;
 serta penerusan hasil kajian atas Temuan/Laporan kepada instansi yang
berwenang;
 pengkajian; dan/atau
 pemberian rekomendasi.
TEMUAN
 Pengawas Pemilu melakukan pengawasan pada setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu.
 Hasil pengawasan yang terdapat dugaan pelanggaran Pemilu
disampaikan dan diputuskan dalam rapat pleno Bawaslu, yang
dituangkan dalam formulir model B.2.
 Formulir sebagaimana memuat paling sedikit:
1. Pengawas Pemilu Yang Menemukan Dugaan Pelanggaran;
2. Batas Waktu Temuan;
3. Pihak Terlapor;
4. Peristiwa Dan Uraian Kejadian.
 Pengawas Pemilu termasuk pegawai jajaran Sekretariat Jenderal Bawaslu
dan/atau Sekretariat Bawaslu Provinsi dan/atau Sekretariat Bawaslu
Kabupaten/Kota, dan/atau Sekretariat Panwaslu Kecamatan yang
mendapat tugas untuk melaksanakan pengawasan.
 Dalam hal hasil pengawasan Pengawas TPS terdapat dugaan
Pelanggaran Pemilu, Pengawas TPS menyampaikan hasil pengawasan
kepada Panwaslu Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/Desa.
 Dalam hal hasil pengawasan Panwaslu Kelurahan/Desa terdapat dugaan
Pelanggaran Pemilu, Panwaslu Kelurahan/Desa menyampaikan hasil
pengawasan kepada Panwaslu Kecamatan.
INFORMASI AWAL
Investigasi atas Dijadikan TEMUAN
Dugaan pelanggaran
informasi awal untuk dugaan
yang disampaikan
menemukan Pelanggaran
kepada Pengawas
peristiwa dugaan Pemilu oleh
Pemilu dalam bentuk
Pelanggaran Pemilu Pengawas Pemilu
informasi lisan,
dan/atau informasi
tertulis. Pengawas Pemilu dapat
meminta bahan keterangan
yang dibutuhkan
• informasi dugaan pelanggaran yang
disampaikan secara langsung di kantor
Pengawas Pemilu;
• mengundang pihak yang
• informasi dugaan pelanggaran melalui berkaitan/mengetahui dugaan

telepon resmi pengaduan Pengawas •


pelanggaran Pemilu;
menemui pihak yang
Pemilu; atau berkaitan/mengetahui dugaan
Pelanggaran Pemilu; dan/atau Dalam hal melakukan Investigasi, Bawaslu, Bawa
• informasi dugaan pelanggaran yang • dalam melakukan tindakan
tersebut, Pengawas Pemilu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau
Panwaslu Kecamatan membuat laporan hasil
disampaikan dalam bentuk surat, pesan menuangkan ke dalam berita
pengawasan yang dituangkan dalam formulir ha
acara klarifikasi, penyerahan
singkat melalui telepon, faksimile, surat data, dokumen, dan/atau pengawasan
elektronik, atau di situs resmi Bawaslu, barang.

Bawaslu Provinsi, Bawaslu


Kabupaten/Kota.
C. FORMULIR MODEL B.2

Form B2 Nomor
FORMULIR TEMUAN
:…........................*

Nasional : ………………….…….
Provinsi : …………………….….

Kabupaten/Kota : ………………….…….

Kecamatan : ………………….…….

Desa/Kelurahan :………………….…….

1. DataPengawas Yang Menemukan


a. Nama : .............................................
b. Jabatan : .............................................
c. Alamat : .............................................

2. Peristiwa yang ditemukan


a. Peristiwa : .............................................................
b. Tempat Kejadian : .............................................................
c. Waktu Kejadian : .............................................................
d. Hari dan Tanggal ditemukan : .............................................................
e. Terlapor : .............................................................
f. Alamat Terlapor** : .............................................................
g. No.Telp/HP Terlapor : .............................................................

3. Saksi –saksi
1. Nama :.................................................................................
Alamat** :.................................................................................
No.Telp/Hp :.................................................................................
2. Nama :.................................................................................
Alamat** : .................................................................................
No.Telp/Hp :.................................................................................
3. Nama :.................................................................................
Alamat** :.................................................................................
No.Telp/Hp :.................................................................................
LAPORAN

 Laporan Dugaan Pelanggaran pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu


dapat disampaikan oleh:
1. Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih;
2. Peserta Pemilu
3. Pemantau Pemilu.

Pelapor dalam menyampaikan Laporan Dugaan dapat didampingi oleh


kuasanya disertai dengan surat kuasa.
 Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu disampaikan kepada Pengawas Pemilu
paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui terjadinya dugaan Pelanggaran
Pemilu.
 Laporan yang diterima secara langsung di Kantor Pengawas Pemilu yang
dituangkan dalam formulir model B.1.
 Petugas penerima Laporan membuat tanda bukti penerimaan Laporan
Dugaan Pelanggaran dalam 2 (dua) rangkap yang dituangkan dalam
formulir model B.3.
 Petugas penerima Laporan memberikan 1 (satu) rangkap tanda bukti
penerimaan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada
Pelapor dan 1 (satu) rangkap untuk Pengawas Pemilu.
Form B 1 B. FORMULIR MODEL B.1

PENERIMAAN LAPORAN
Nomor :…..........................*

Nasional : ………….
Provinsi :…………..

Kabupaten/Kota : ………….

Kecamatan : ………….

Desa/Kelurahan :………….

1. Pelapor
a. Nama : .............................................
b. Nomor Identitas(KTP/Paspor/SIM) : .............................................
c. Tempat/Tgl Lahir : .............................................
d. Jenis Kelamin : .............................................
e. Pekerjaan : .............................................
f. Kewarganegaraan : .............................................
g. Alamat : .............................................
h. No.Telp/HP : .............................................
i. Fax** : .............................................
j. E-Mail** : .............................................

2. Peristiwa yang dilaporkan


a. Peristiwa : ..............................................
b. Tempat Kejadian : ..............................................
c. Waktu Kejadian :..............................................
d. Hari dan Tanggal diketahui : ..............................................
e. Terlapor : ..............................................
f. Alamat Terlapor*** : ..............................................
g. No.Telp/HP Terlapor : ..............................................

3. Saksi –saksi
1. Nama : ..............................................
Alamat*** :..............................................
No.Telp/Hp :..............................................

2. Nama :..............................................
Alamat*** :..............................................
No.Telp/Hp :..............................................

3. Nama :..............................................
D. FORMULIR MODEL B.3

Form B 3 TANDA BUKTI PENERIMAAN LAPORAN


NOMOR:
.........................................*

Telah diterima
dari Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat :
No.Telp/HP :
HaridanTanggal :
Waktu :
Dokumen : 1. ..........................................
2. ..........................................
3. ..........................................

Laporan dugaan pelanggaran Pemilu DPR/DPD/DPRD PROVINSI/DPRD


KABUPATEN/KOTA atau Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,*)
Provinsi.............../ Kabupaten................/ Kota...............,*)
Tahun...............

, ** Diterima

oleh,

CAP

Penerima Laporan Pelapor

Keterangan:
* penomoran disamakan dengan nomor laporan
** diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun ditandatangani
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN PELANGGARAN
Paling lama 2 hari
sejak Laporan
diterima.

Langkah 1
Langkah 3
KLARIFIKASI KAJIAN PEMBERKASAN
MENERIMA Langkah 2
PENANGANAN
TEMUAN/ KAJIAN AWAL
PELANGGARAN
APORAN

Paling lama 7 + 7 hari kerja setelah


Temuan atau Laporan Dugaan
Pelanggaran diterima dan diregistrasi
Syarat formil meliputi:
• identitas Pelapor/pihak yang
berhak melaporkan;
• pihak terlapor;
• waktu pelaporan tidak
melebihi ketentuan paling Memenuhi
lama 7 (tujuh) hari sejak
diketahui terjadinya
syarat formil &
KAJIAN AWAL dan/atau ditemukannya materiil
dugaan Pelanggaran Pemilu;
dan
• kesesuaian tanda tangan REGISTRASI
dalam formulir Laporan
Dugaan Pelanggaran
dengan kartu tanda diberi nomor Laporan dan
penduduk elektronik dicatatkan dalam buku
dan/atau kartu identitas lain register penerimaan Laporan

kegiatan menganalisis Syarat materil meliputi: paling lama 3 (tiga)


keterpenuhan syarat formil dan a. peristiwa dan uraian hari sejak Laporan
syarat materil, jenis pelanggaran, kejadian; diterima
penentuan Laporan dapat registrasi b. tempat peristiwa terjadi;
c. saksi yang mengetahui
atau tidak, pelimpahan Laporan peristiwa tersebut; dan
sesuai dengan tempat terjadinya d. bukti.
dugaan Pelanggaran Pemilu
BELUM MEMENUHI
dan/atau Laporan Dugaan
SYARAT FORMIL
Pelanggaran Pemilu telah ditangani
DAN/ATAU MATERIL
dan diselesaikan oleh Pengawas
Pemilu
Pengawas Pemilu
paling lama memberitahukan kepada
2 (dua) hari Pelapor untuk memenuhi
sejak syarat formal dan/atau
Laporan syarat materil paling lama 3
(tiga) hari sejak Laporan
diterima.
diterima
Jenis Dugaan Pelanggaran

 Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu;


 Pelanggaran Administrate Pemilu;
 Tindak Pidana Pemilu; dan/atau
 pelanggaran peraturan perundang-undangan lainnya.
Pelanggaran Pidana

 Tindak Pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau


kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Umum. (psl 488 sd 554 UU 7 Th
2017)
 Sentra Penegakan Hukum Terpadu yang selanjutnya disebut Gakkumdu
adalah pusat aktivitas penegakan hukum tindak pidana Pemilu yang terdiri
atas unsur Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian Daerah, dan/atau
Kepolisian Resor, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kejaksaan
Tinggi, dan/atau Kejaksaan Negeri.
 dugaan Tindak Pidana Pemilu yang telah memenuhi syarat formil dan
syarat materil, diregistrasi dan dilakukan pembahasan pada Gakkumdu
untuk ditindaklanjuti;
Waktu Penanganan Pelanggaran

 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu


Kecamatan, atau Panwaslu LN memutuskan untuk menindaklanjuti atau
tidak menindaklanjuti Temuan atau Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu,
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah Temuan atau Laporan Dugaan
Pelanggaran diterima dan diregistrasi.
 Jika memerlukan keterangan tambahan mengenai tindak lanjut
,keterangan tambahan dan kajian dilakukan paling lama 14 (empat belas)
hari kerja setelah Temuan dan Laporan diterima dan diregistrasi.
ASAS DAN PRINSIP DASAR GAKKUMDU

 Penanganan tindak pidana Pemilu dilaksanakan dalam satu atap secara terpadu oleh Gakkumdu.
 Penanganan tindak pidana Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas :
1. keadilan;
2. kepastian;
3. kemanfaatan;
4. persamaan di muka hukum;
5. praduga tidak bersalah; dan
6. legalitas.

 Penanganan tindak pidana Pemiludilaksanakan berdasarkan prinsip meliputi:


1. kebenaran;
2. cepat;
3. sederhana;
4. biaya murah; dan
5. tidak memihak.
GAKKUMDU BERKEDUDUKAN

1. Bawaslu untuk Gakkumdu tingkat pusat;


2. Bawaslu Provinsi untuk Gakkumdu tingkat daerah provinsi;
3. Bawaslu Kabupaten/Kota untuk Gakkumdu tingkat daerah
kabupaten/kota; dan
4. Panwaslu LN untuk Gakkumdu di luar negeri.

 Gakkumdu dibentuk dan ditetapkan dengan surat keputusan Ketua


Bawaslu setelah berkoordinasi dengan Kapolri dan Jaksa Agung.
 Pembentukan dan penetapan Gakkumdu Luar Negeri dilaksanakan
dengan berkoordinasi kepada menteri yang membidangi urusan luar
negeri.
Keanggotaan Gakkumdu

1. pengawas Pemilu;
2. Polri; dan
3. Kejaksaan Agung.
 Anggota Gakkumdu menjalankan tugas secara penuh waktu dalam
penanganan tindak pidana Pemilu.
STRUKTUR ORGANISASI GAKKUMDU PROVINSI

Penasehat
Pembina
Koordinator
Anggota
 Penasehat Gakkumdu Provinsi dijabat oleh:
1. Ketua Bawaslu Provinsi;
2. Kapolda; dan
3. Kepala Kejaksaan Tinggi.
 Pembina Gakkumdu Provinsi dijabat oleh:
1. Anggota Bawaslu Provinsi yang ditunjuk;
2. Direktur Kriminal Umum Polda; dan
3. Asisten Pidana Umum Kejaksaan Tinggi.
 Koordinator Gakkumdu Provinsi dijabat oleh:
1. koordinator divisi penindakan pelanggaran Bawaslu Provinsi sebagai Ketua
Koordinator Gakkumdu Provinsi;
2. Kepala Subdirektorat pada Direktorat Kriminal Umum Kepolisian Daerah dari unsur
Polri; dan
3. Asisten Tindak Pidana Umum Kejaksaan Tinggi dari unsur Kejaksaan.
 Anggota Gakkumdu Provinsi berasal dari anggota Bawaslu Provinsi, Penyidik
Tindak Pidana Pemilu pada Direktorat Reskrimum Polda dan Jaksa Penuntut
Umum pada Kejaksaan Tinggi.
STRUKTUR GAKKUMDU KABUPATEN/KOTA

1. PENASIHAT
2. PEMBINA
3. KOORDINATOR
4. ANGGOTA
 Penasihat
1. Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota;
2. Kapolres Metro/Kapolres Kota Besar/Kapolres/ Kapolres Kota; dan
3. Kepala Kejaksaan Negeri.
 Pembina :
1. anggota Bawaslu Kabupaten/Kota;
2. Kasatreskrim pada Polres Metro/Polres Kota Besar/ Polres/Polres Kota; dan
3. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri.
 Koordinator
1. Koordinator Divisi Penindakan Pelanggaran Bawaslu Kabupaten/Kota sebagai Ketua Koordinator Sentra
Gakkumdu Kabupaten/Kota;
2. Kepala Satuan Reserse dan Kriminal pada Polres Metro/Polres Kota Besar/Polres/Polres Kota; dan
3. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri.
 Anggota Gakkumdu
1. anggota Bawaslu Kabupaten/Kota,
2. Penyidik Tindak Pidana Pemilu pada Satuan Reskrimum Polres Metro/Polres Kota Besar/ Polres/Polres Kota
3. Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri.
ANGGOTA GAKKUMDU
PENGAWAS PEMILU

 Anggota Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten /Kota; dan /atau


 Sekretariat Bawaslu Provinsi, dan Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota yang
melaksanakan tugas dan wewenang di bidang penindakan pelanggaran.
ANGGOTA GAKKUMDU
PENYIDIK TINDAK PIDANA PEMILU

 Penyidik Tindak Pidana Pemilu yang ditempatkan di Gakkumdu


merupakan Penyidik Polri yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Telah Mengikuti Pelatihan Khusus Mengenai Penyelidikan Dan Penyidikan Tindak
Pidana Pemilu;
2. Cakap Dan Memiliki Integritas Moral Yang Tinggi Selama Menjalankan Tugasnya;
Dan
3. Tidak Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin.
 Penyidik diperbantukan sementara dan menjalankan tugas secara penuh
waktu serta tidak diberikan tugas lain dari instansi asalnya selama
menjalankan tugas di Gakkumdu.
 Penyidik yang diperbantukan bertugas di Sekretariat Gakkumdu selama
tahapan Pemilu ditunjuk oleh Kapolri, Kapolda, atau Kapolres berdasarkan
surat perintah.
 Jumlah Penyidikyang tergabung dalam Gakkumdu Provinsi paling
banyak 9 (sembilan) orang.
 Jumlah penyidik yang tergabung dalam Gakkumdu
Kabupaten/Kota paling banyak 6 (enam) orang.
 Ketua Bawaslu merekomendasikan kepada Kapolri untuk memberikan
penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di lingkungan Polri.
ANGGOTA GAKKUMDU
PENUNTUT UMUM

 Jaksa yang ditempatkan di Gakkumdu merupakan Penuntut Umum yang


memiliki kualifikasi, kompetensi, dan pengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.
 Jaksa sebagaimana diperbantukan sementara dan menjalankan tugas secara
penuh waktu serta tidak diberikan tugas lain dari instansi asalnya selama
menjalankan tugas di Gakkumdu.
 Jaksa yang diperbantukan bertugas di Kantor Sekretariat Gakkumdu selama
tahapan Pemilu.
 Jumlah Jaksa yang tergabung dalam Gakkumdu Provinsi paling banyak 5
(lima) orang.
 Jumlah Jaksa yang tergabung dalam Gakkumdu
 Kabupaten/Kota paling banyak 3 (tiga) orang.
 Ketua Bawaslu merekomendasikan kepada Jaksa Agung untuk memberikan
penghargaan kepada Penuntut Umum yang telah menyelesaikan tugas dalam
penanganan tindak pidana Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di lingkungan Kejaksaan Agung.
PENANGANAN TINDAK PIDANA PEMILU
 Penyidik dan Penuntut Umum mendampingi Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dalam menerima temuan atau
laporan tindak pidana Pemilu. (pasal 476 UU 7 th 2017)
 Pendampingan menggunakan format kelengkapan temuan atau laporan
dugaan tindak pidana Pemilu.
 Pendampingan untuk melakukan identifikasi, verifikasi, dan konsultasi terhadap
temuan atau laporan dugaan tindak pidana Pemilu.
 Dalam hal temuan atau laporan diterima, Pengawas Pemilu membuat dan
mengisi format temuan atau laporan serta memberikan nomor dan
memberikan surat tanda penerimaan laporan kepada pelapor.
 Setelah temuan atau laporan diterima, pengawas Pemilu didampingi oleh
anggota Gakkumdu sesuai dengan tingkatan melakukan klarifikasi terhadap
pelapor dan saksi yang hadir.
 Koordinator Gakkumdu sesuai dengan tingkatan menerbitkan surat perintah
Penyelidikan setelah temuan atau laporan diterima Pengawas Pemilu.
 Penyelidik melakukan Penyelidikan berdasarkan surat perintah Penyelidikan.
PEMBAHASAN PERTAMA
 Pengawas Pemilu bersama dengan Penyidik dan Jaksa paling lama 1x24
(satu kali dua puluh empat) jam melakukan Pembahasan pertama
terhitung sejak tanggal temuan atau laporan diterima dan diregistrasi oleh
Pengawas Pemilu.
 Pembahasan dipimpin oleh Koordinator Gakkumdu di setiap tingkatan.
 Pembahasan dilakukan untuk memastikan keterpenuhan syarat formil dan
syarat materiil temuan atau laporan dugaan tindak pidana Pemilu yang
telah diterima dan diregistrasi oleh Pengawas Pemilu.
 Berdasarkan hasil Pembahasan pengawas Pemilu, Penyidik, dan Jaksa
menindaklanjuti dengan menyusun kajian atau melaksanakan
Penyelidikan atas temuan atau laporan dugaan tindak pidana Pemilu.
 Hasil Pembahasan dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan I yang
ditandatangani oleh Pengawas Pemilu, Penyidik, dan Jaksa.
KAJIAN
 Pengawas Pemilu melakukan kajian hasil Pembahasan sebagaimana
paling lama 7 (tujuh) hari terhitung setelah Temuan atau Laporan diterima
dan diregistrasi oleh Pengawas Pemilu.
 Dalam penyusunan kajian pengawas Pemilu memerlukan keterangan
tambahan, penyusunan keterangan tambahan dan kajian dilakukan
paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah temuan dan laporan
diterima dan diregistrasi.
 Dalam melakukan kajian, Pengawas Pemilu dapat mengundang pelapor,
terlapor, saksi, dan/atau ahli untuk dimintakan keterangan dan/atau
klarifikasi.
 Keterangan dan/atau klarifikasi terlebih dahulu dilakukan dengan
pengambilan sumpah/janji yang dituangkan dalam berita acara di bawah
sumpah.
 Dalam meminta keterangan dan/atau klarifikasi, pengawas Pemilu
didampingi oleh Penyidik dan Jaksa.
 Hasil dari proses kajian pelanggaran Pemilu oleh Pengawas Pemilu berupa
dokumen kajian temuan atau laporan.
 Jaksa melakukan pendampingan dan monitoring dalam proses kajian dan
Penyelidikan tindak pidana Pemilu.
 Setelah melaksanakan Penyelidikan Penyelidik membuat Laporan Hasil
Penyelidikan.
PEMBAHASAN KEDUA

 Pengawas Pemilu bersama dengan Penyidik dan Jaksa melakukan Pembahasan kedua
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak temuan atau laporan diterima dan
diregistrasi oleh pengawas Pemilu.
 Pembahasan dipimpin oleh Koordinator Gakkumdu sesuai dengan tingkatan untuk
membahas kajian pengawas Pemilu dan laporan hasil Penyelidikan.
 Hasil Pembahasan untuk menyimpulkan temuan atau laporan merupakan tindak pidana
Pemilu atau bukan tindak pidana Pemilu.
 Apabila temuan atau laporan dugaan tindak pidana Pemilu berdasarkan kesimpulan
rapat dinyatakan terdapat unsur dugaan tindak pidana Pemilu, Pengawas Pemilu,
Penyidik, dan Jaksa melanjutkan penanganan temuan atau laporan dugaan tindak
pidana Pemilu ke tahap Penyidikan.
 Apabila temuan atau laporan dugaan tindak pidana Pemilu berdasarkan kesimpulan
rapat dinyatakan tidak terdapat unsur tindak pidana Pemilu, Pengawas Pemilu, Penyidik,
dan Jaksa menghentikan penanganan Temuan atau Laporan.
 Hasil Pembahasan kedua dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan II yang
ditandatangani oleh Pengawas Pemilu, Penyidik, dan Jaksa.
RAPAT PLENO PENGAWAS PEMILU

 Pengawas Pemilu melaksanakan rapat pleno untuk memutuskan temuan atau laporan
ditingkatkan ke tahap Penyidikan atau dihentikan.
 Rapat pleno didasarkan pada hasil Pembahasan kedua, kajian pengawas Pemilu, dan
laporan hasil Penyelidikan.
 Dalam hal rapat pleno memutuskan temuan atau laporan penanganan pelanggaran
Pemilu dihentikan, Pengawas Pemilu mengumumkan status temuan atau laporan disertai
dengan alasan penghentian dan memberitahukan kepada Pelapor.
 Dalam hal rapat pleno memutuskan temuan atau laporan penanganan pelanggaran
Pemilu dihentikan, Pengawas Pemilu mengumumkan status temuan atau laporan disertai
dengan alasan penghentian dan memberitahukan kepada Pelapor.
 Dalam hal rapat pleno memutuskan dugaan pelanggaran Pemilu ditingkatkan pada
tahap Penyidikan, pengawas
 Pemilu meneruskan temuan atau laporan kepada Penyidik dan menerbitkan surat
perintah tugas untuk melaksanakan Penyidikan.
Penerusan berkas pelanggaran
1. Surat pengantar
2. surat perintah tugas untuk melaksanakan Penyidikan yang dikeluarkan oleh Pengawas
Pemilu
3. daftar Isi;
4. temuan atau laporan dugaan tindak pidana Pemilu;
5. hasil kajian;
6. laporan hasil Penyelidikan;
7. surat undangan klarifikasi;
8. berita acara klarifikasi;
9. berita acara klarifikasi di bawah sumpah;
10. berita acara Pembahasan pertama;
11. berita acara Pembahasan kedua;
12. daftar saksi dan/atau ahli;
13. daftar terlapor;
14. daftar barang bukti;
15. barang bukti; dan
16. administrasi Penyelidikan Gakkumdu dari unsur Polri.
 Penerusan temuan atau laporan dilakukan oleh pengawas Pemilu kepada
Polri di Sekretariat Gakkumdu.
 Penyidik membuat administrasi penerimaan penerusan Temuan atau
Laporan berupa:
1. laporan dugaan tindak pidana Pemilu;
2. surat tanda bukti laporan; dan
3. nomor registrasi laporan dugaan tindak pidana Pemilu.
Penyidikan

 Penyidik melakukan Penyidikan setelah diterbitkan surat pemberitahuan


dimulainya Penyidikan oleh Koordinator Gakkumdu dari unsur Polri.
 Penerbitan surat pemberitahuan dimulainya Penyidikan bersamaan
dengan dikeluarkannya surat perintah Penyidikan.
 Penyidik menyerahkan surat pemberitahuan dimulainya Penyidikan dan
administrasi Penyidikan lainnya yang telah ditandatangani Koordinator
Gakkumdu dari unsur Polri kepada Jaksa.
 Penyidik melakukan Penyidikan paling lama 14 (empat belas) hari terhitung
sejak penerusan laporan dugaan tindak pidana Pemilu yang diterima dari
Pengawas Pemilu.
 Jaksa melakukan pendampingan dan monitoring terhadap proses
Penyidikan.
Pembahasan Ketiga

 Penyidik menyampaikan hasil Penyidikan dalam Pembahasan ketiga


yang dipimpin oleh Koordinator Gakkumdu dari unsur Polri.
 Pembahasan ketiga dilakukan selama proses Penyidikan.
 Pembahasan ketiga dihadiri oleh Pengawas Pemilu, Penyidik Tindak Pidana
Pemilu, dan Jaksa untuk membahas hasil Penyidikan.
 Pembahasan ketiga menghasilkan kesimpulan pelimpahan kasus kepada
Jaksa.
 Hasil Pembahasan Ketiga dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan III
yang ditandatangani oleh Pengawas Pemilu, Penyidik Tindak Pidana
Pemilu dan Jaksa.
PENYAMPAIAN BERKAS PERKARA

 Waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak penerusan Temuan atau Laporan
yang diterima dari Pengawas Pemilu dan/atau laporan Polisi dibuat serta dapat dilakukan
tanpa kehadiran tersangka.
 Dalam hal hasil Penyidikan belum lengkap, Jaksa mengembalikan berkas perkara kepada
Penyidik disertai petunjuk kelengkapan berkas perkara paling lama 3 (tiga) hari.
 Apabila berkas perkara) telah dilengkapi, Penyidik menyampaikan berkas perkara
kepada Jaksa paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal penerimaan berkas perrkara.
 Pengembalian berkas perkara dari Jaksa kepada Penyidik hanya dilakukan 1 (satu) kali.
 Penyerahan dan pengembalian hasil Penyidikan dan berkas perkara dilaksanakan di
Sekretariat Gakkumdu.
 Setelah berkas perkara diterima Jaksa dan dinyatakan lengkap Penyidik menyerahkan
barang bukti dan tersangka kepada Jaksa.
 Penyerahan dapat dilakukan tanpa kehadiran tersangka.
 Penyerahan dilakukan di Sekretariat Gakkumdu.
PENUNTUTAN

 Penuntut Umum melimpahkan berkas perkara kepada Pengadilan Negeri


paling lama 5 (lima) hari terhitung sejak berkas perkara diterima dari
Penyidik dan surat pengantar pelimpahan yang ditandatangani oleh
Pembina Gakkumdu dari unsur Kejaksaan sesuai dengan tingkatan.
 Penuntut Umum membuat rencana dakwaan dan surat dakwaan.
 Penuntut Umum menyusun rencana Penuntutan dan membuat surat
tuntutan.
 Penuntut Umum melaporkan rencana dakwaan dan surat dakwaan dan
/atau rencana tuntutan dan surat tuntutan kepada Pembina Sentra
Gakkumdu dari unsur Kejaksaan sesuai dengan tingkatan.
 Surat dakwaan tembusannya disampaikan kepada Koordinator
Gakkumdu.
PEMBAHASAN KEEMPAT

 Setelah putusan pengadilan dibacakan, Penuntut Umum melaporkan


kepada Koordinator Gakkumdu sesuai dengan tingkatan.
 Gakkumdu sesuai tingkatan melakukan Pembahasan keempat dipimpin
oleh Koordinator dari unsur Jaksa paling lama 1x24 (satu kali dua puluh
empat) jam setelah putusan Pengadilan dibacakan.
 Pembahasan keempat dihadiri oleh pengawas Pemilu, Penyidik Tindak
Pidana Pemilu dan Jaksa.
 Pembahasan keempat dilaksanakan untuk menentukan sikap Gakkumdu
dalam:
1. melakukan upaya hukum terhadap putusan pengadilan; atau
2. melaksanakan putusan pengadilan.
 Dalam hal hasil Pembahasan keempat menentukan Gakkumdu melakukan
upaya hukum Penuntut Umum mengajukan banding dan memori banding
paling lama 3 (tiga) hari setelah putusan dibacakan.
 Dalam hal terdakwa melakukan upaya hukum banding terhadap putusan
pengadilan, Penuntut Umum membuat kontra memori banding.
 Jaksa melaksanakan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap paling
lama 3 (tiga) hari setelah putusan diterima.
 Pelaksanaan putusan dapat didampingi oleh Penyidik dan Pengawas Pemilu.
TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai