Anda di halaman 1dari 50

STABILITAS SISTEM TENAGA

PENGENALAN
UDIKLAT PLN
Universitas Gadjah Mada
Outline
1. Konsep Dasar dan Definisi
2. Klasifikasi Stabilitas Sistem Tenaga
2.1. Stabilitas Sudut Rotor
2.1.1. Hubungan Antara Daya dan Sudut
2.1.2. Fenomena Stabilitas
2.1.2.1. Stabilitas Transien
2.1.2.2. Stabilitas Sinyal Kecil
2.2. Stabilitas Tegangan
2.2.1. Stabilitas Tegangan Gangguan Besar
2.2.2. Stabilitas Tegangan Gangguan Kecil
2.3. Stabilitas Frekuensi
3. Parameter Penting pada Stabilitas Sistem Tenaga
3.1. Generator
3.2. Sistem Eksitasi
3.2.1. Sistem Eksitasi DC
3.2.2. Sistem Eksitasi AC
3.2..3. Sistem Eksitasi Statik
3.2.4. Pengaruh Sistem Eksitasi pada Kestabilan
3.3. Governor
3.4. Beban
3.4.1. Model Beban Statis
3.4.2. Model Beban Dinamis
3.5. Rele Proteksi
1. Konsep Dasar dan Definisi
• Stabilitas Sistem Tenaga adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga
untuk mencapai kondisi kesetimbangan kembali setelah terjadi
gangguan
• pada sistem tenaga tersebut dan semua instalasi masih terhubung
dengan sistem, kecuali instalasi yang dibuka untuk mengisolasi
instalasi yang mengalami gangguan
• Sistem tenaga adalah sebuah sistem nonlinier yang kompleks dimana
kondisinya selalu berubah
• Ketika terjadi gangguan, kestabilan sistem bergantung pada:
• Karakteristik gangguan
• Kondisi awal operasi
• Gangguan dapat dibagi menjadi gangguan besar atau gangguan kecil:
• Gangguan kecil misalnya perubahan beban yang terjadi secara kontinu
• Gangguan besar mempunyai karakteristik yang berdampak besar pada
sistem seperti hubung singkat, trip penghantar dan trip generator besar
• Setelah terjadi gangguan transien, sistem tenaga dikatakan stabil
apabila sistem mencapai suatu keadaan kesetimbangan baru dengan
semua komponen masih terhubung
• Jika sistem tidak stabil maka dapat menyebabkan terjadinya
perbedaan sudut rotor yang cukup besar antar generator atau
penurunan tegangan secara signifikan
• Kondisi tidak stabil dapat pula menyebabkan keluarnya unit
pembangkit secara kaskade dan pemadaman yang meluas pada
sistem
2. Klasifikasi pada Stabilitas Sistem Tenaga
Dengan pertimbangan:

• Sifat fisik penyebab ketidakstabilan


• Besarnya gangguan
• Respon, proses dan jangka waktu yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan stabilitas
• Metode yang tepat dalam perhitungan dan prediksi stabilitas
• Short-term atau transien: 0
sampai 10 detik
• Mid-term: 10 sampai
beberapa menit
• Long-term: beberapa
menit sampai puluhan
menit

• Perbedaan antara stabilitas


mid-term dan long-term
adalah berdasarkan
fenomena yang dianalisa
dan representasi sistem
yang digunakan
• Stabilitas long-term biasanya berfokus pada respon sistem akibat
gangguan besar yang melibatkan kontingensi pada kriteria desain
sistem normal, termasuk pemisahan sistem ke dalam beberapa island
dimana generator-generator pada island tersebut tetap sinkron

• Stabilitas mid-term berfokus pada menyinkronkan osilasi daya antar


mesin, termasuk efek fenomena yang lebih lambat seperti ekskursi
yang cukup besar pada tegangan atau frekuensi
2.1. Stabilitas Sudut Rotor
• Stabilitas Sudut Rotor adalah kemampuan dari generator yang
terinterkoneksi untuk selalu tetap tersinkronisasi pada saat kondisi
normal dan setelah terjadinya gangguan

• Stabilitas sudut rotor ini bergantung pada kemampuan untuk menjaga


kesetimbangan antara torka elektromagnetik dan torka mekanikal
pada setiap generator pada suatu sistem tenaga
• Faktor mendasar yang dapat diamati adalah hubungan antara daya
output generator sinkron terhadap sudut rotor-nya

• Ketidakstabilan dapat terjadi dalam bentuk semakin besarnya sudut


rotor pada beberapa generator yang dapat menyebabkan hilangnya
sinkronisasi dengan generator yang lain
2.1.1. Hubungan antara daya dan sudut

𝐸𝐺 𝐸𝑀
𝑃= 𝑠𝑖𝑛𝛿
𝑋𝑇

𝑋𝑇 = 𝑋𝐺 + 𝑋𝐿 + 𝑋𝑀
Diagram fasor
Kurva P-δ
• Besarnya daya maksimum yang dapat ditransfer berbanding lurus
terhadap tegangan terminal mesin dan berbanding terbalik dengan
reaktansi (reakstansi generator, transmisi dan motor)

• Untuk menjaga agar transfer daya P konstan maka sudut daya harus
mampu untuk naik seperti pada persamaan daya sebelumnya
2.1.2. Fenomena Stabilitas
• Dalam sistem tenaga, perubahan torka elektrik pada mesin sinkron
setelah terjadinya gangguan dapat dinyatakan dalam persamaan yang
terdiri dari dua komponen sebagai berikut
∆𝑇𝑒 = 𝑇𝑠 ∆𝛿 + 𝑇𝐷 ∆𝜔

• 𝑇𝑠 ∆𝛿 adalah komponen torka yang berubah sefasa dengan perubahan


sudut rotor ∆𝛿 atau disebut juga komponen torka sinkronisasi; 𝑇𝑠
adalah koefisien torka sinkronisasi
• 𝑇𝐷 ∆𝜔 adalah komponen torka yang sefasa dengan deviasi kecepatan
∆𝜔 dan disebut juga komponen torka damping; 𝑇𝐷 adalah koefisien
torka damping
2.1.2.1. Stabilitas Transien Sudut Rotor
• Stabilitas Transien adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga untuk
menjaga sinkronisasi ketika terganggu dari suatu gangguan transien
yang besar

• Stabilitas transien bergantung pada kondisi awal operasi, besarnya


gangguan dan kekuatan sistem setelah gangguan
• Pada kasus 1 (kondisi stabil),
sudut rotor naik mencapai
nilai maksimumnya dan
kemudian turun lalu
berosilasi sampai kembali ke
steady state
• Pada kasus 2, sudut rotor
naik terus sehingga
kehilangan sinkronisasi,
bentuk ketidakstabilan ini
dikenal sebagai first swing
• Pada kasus 3, sistem stabil pada ayunan instability dan disebabkan
pertama tetapi pada akhirnya menjadi tidak oleh kurangnya torka
stabil akibat osilasi. Bentuk ketidakstabilan ini sinkronisasi
umumnya terjadi ketika setelah gangguan
transien muncul ketidakstabilan small signal
• Pada power sistem yang besar, ketidakstabilan transien tidak selalu
terjadi pada ayunan pertama, tetapi dapat berasal dari penggabungan
beberapa mode osilasi yang menyebabkan perubahan sudut rotor
terhadap sudut rotor pada ayunan pertama

• Pada studi stabilitas transien, periode studi cukup 3-5 detik setelah
gangguan, dan dapat pula selama 10 detik untuk sistem yang sangat
besar yang memiliki mode osilasi interarea yang dominan
2.1.2.2. Stabilitas Sinyal Kecil
• Stabilitas small signal adalah kemampuan suatu sistem tenaga untuk
menjaga sinkronasi pada gangguan yang kecil
• Ketidakstabilan small signal yang terjadi dapat berbentuk :
• Peningkatan sudut rotor yang aperiodik karena kekurangan torka sinkronisasi
(non-oscillatory instability)
• Peningkatan osilasi pada rotor yang amplitudonya semakin besar karena
kekurangan torka damping (oscillatory instability)

• Respon natural sistem terhadap gangguan kecil tergantung pada


sejumlah faktor antara lain kondisi awal, kekuatan sistem, tipe sistem
eksitasi generator yang digunakan
Respon Natural Generator Tanpa Sistem Eksitasi Respon Natural Generator Dengan Sistem Eksitasi
terhadap Gangguan Kecil terhadap Gangguan Kecil
2.2. Stabilitas Tegangan
• Stabilitas tegangan adalah kemampuan suatu sistem tenaga untuk
menjaga tegangan pada kondisi normal pada semua bus pada sistem
setelah terjadi gangguan

• Faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan tegangan adalah


ketidakmampuan sistem tenaga untuk menjaga keseimbangan antara
kebutuhan daya reaktif dan respon dari kontrol atau kompensator
tegangan
• Tegangan sistem dikatakan stabil jika semua bus pada sistem
mempunyai kondisi operasi dimana besaran tegangan pada suatu bus
naik ketika terjadi kenaikan injeksi daya reaktif pada bus tersebut
• Sistem dikatakan tidak stabil jika ada satu bus dalam sistem yang
mengalami fenomena terjadinya penurunan besaran tegangan ketika
daya reaktif diinjeksikan di bus tersebut
• Dengan kata lain tegangan stabil jika sensitifiti V-Q bernilai positif
untuk semua bus dan tidak stabil jika ada satu bus yang memiliki
sensitifiti V-Q negatif
• Ketidakstabilan tegangan dapat terjadi dalam beberapa cara. Cara
sederhana diilustrasikan seperti pada Gambar. Sebuah jaringan
dengan dua terminal terdiri dari sumber tegangan (ES) yang
menyuplai beban (ZLD) melalui impedansi seri (ZLN)
• Jika beban naik (ZLD turun), PR naik
dengan cepat kemudian naik perlahan
sebelum mencapai nilai maksimum,
lalu kemudian turun
• Daya yang ditransfer maksimum
ketika drop tegangan pada saluran
sama besarnya dengan VR, yaitu
ketika ZLN/ZLD =1
• Pada saat ZLD turun, I naik dan VR
turun
• Pada awal dimana nilai ZLD besar, • Sewaktu Z mencapai nilai Z , efek
kenaikan I lebih dominan daripada kenaikan I LDhanya sedikit lebihLN besar
penurunan VR sehingga PR naik dibandingkan penurunan VR
dengan cepat dengan turunnya nilai • Pada saat ZLD lebih kecil dari ZLN,
ZLD penurunan VR lebih dominan
dibandingkan kenaikan I sehingga nilai PR
turun
• Power faktor beban
mempunyai efek yang
besar terhadap
karakteristik daya-
tegangan pada sistem
• Pengaruh karakteristik
daya reaktif peralatan
pada ujung penerima
ditunjukkan pada Gambar.
Sistem dikatakan stabil
pada bagian dimana
dQR/dVR bernilai positif
dan tidak stabil pada
bagian dimana dQR/dVR
bernilai negatif, batas
kestabilan adalah titik
dimana derivatif dQR/dVR
bernilai nol
2.2.1. Stabilitas Tegangan Gangguan Besar
• Stabilitas tegangan gangguan besar berfokus pada kemampuan suatu
sistem tenaga untuk menjaga tegangan pada kondisi normal setelah
terjadi gangguan besar pada suatu kondisi operasi
• Kemampuan sistem tersebut dipengaruhi oleh karakteristik beban,
peralatan kontrol dan proteksi
• Kriteria untuk stabilitas tegangan gangguan besar adalah tegangan
pada semua bus berada pada batasan standar tegangan setelah
terjadinya gangguan dan setelah bekerjanya peralatan kontrol
2.2.2. Stabilitas Tegangan Gangguan Kecil
• Stabilitas tegangan gangguan kecil berfokus pada kemampuan suatu
sistem tenaga untuk menjaga tegangan pada kondisi normal setelah
terjadi perubahan kecil
• Bentuk stabilitas ini dipengaruhi oleh karakteristik beban, peralatan
kontrol pada periode waktu yang pendek
• Kriteria untuk jenis stabilitas ini adalah pada semua bus yang ada
dalam sistem berlaku hubungan tegangan pada suatu bus naik seiring
dengan kenaikan daya reaktif pada bus tersebut
• Stabiltas tegangan biasanya tidak terjadi sendiri tetapi sejalan dengan
stabilitas sudut. Stabilitas tegangan dapat muncul duluan maupun
belakangan dan perbedaan keduanya tidak dapat terlihat dengan jelas
2.3. Stabilitas Frekuensi
• Stabilitas frekuensi adalah kemampuan suatu sistem tenaga untuk menjaga
frekuensi dalam batas nominal setelah terjadi suatu gangguan yang
menyebabkan ketidakseimbangan yang signifikan antara pembangkitan
dan beban
• Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan suatu bentuk ayunan frekuensi
yang berdampak pada trip unit pembangkit dan/atau beban
• Pada sistem yang kecil (island), stabilitas frekuensi dapat menjadi perhatian
yang utama untuk setiap gangguan yang menyebabkan hilangnya beban
atau generator secara signifikan. Pada sistem yang besar, stabilitas
frekuensi yang menjadi perhatian jika terjadi gangguan besar yang
menyebabkan sistem terpecah/split menjadi beberapa island operation
3. Parameter Penting pada Stabilitas Sistem
Tenaga
Fenomena Dinamik Parameter Penting

Stabilitas transien Generator, Inersia dan eksiter


Small signal (Stabilitas
Eksiter dan PSS
osilatori)
Stabilitas tegangan dan Batasan reaktif, control dan
kontrol proteksi
Stabilitas frekuensi dan
Inersia, governor
kontrol
3.1. Generator
• Generator sinkron memiliki dua elemen penting yaitu belitan medan
yang terletak pada rotor dan belitan armatur yang terletak pada
stator
• Belitan medan dihubungkan dengan sumber DC, ketika rotor
digerakkan oleh turbin (prime mover) maka medan magnet berputar
yang dihasilkan oleh belitan medan menginduksikan tegangan ac ke
ketiga fasa belitan armatur pada stator
• Secara umum data dan pemodelan pada generator adalah sebagai
berikut:
• Inersia
2
1 𝐽𝜔0𝑚
𝐻=
2 𝑉𝐴𝑏𝑎𝑠𝑒

• Reaktansi generator
Reaktansi Xd dan reaktansi Xq disebut sebagai reaktansi direct dan reaktansi
quadrature-aksis. Kedua reaktansi ini merepresentasikan efek induktif dari
gelombang mmf armatur dengan memisahkan komponen d dan q-aksis
Nilai beberapa parameter
Parameter Unit Hidro Unit Termal
Tipe Unit H
Reaktansi Xd 0.6 – 1.5 1.0 – 2.3
Generator
Sinkron Xq 0.4 – 1.0 1.0 – 2.3
Unit Termal
(a) 3600 r/min (2 kutub) 2.5 – 6.0 Reaktansi X’d 0.2 – 0.5 0.15 – 0.4
Transien X’q - 0.3 – 1.0
(b) 1800 r/min (4 kutub) 4.0 – 10.0
Unit Hidro 2.0 – 4.0 X”d 0.15 – 0.35 0.12 – 0.25
Reaktansi
Subtransien X”q 0.2 – 0.5 0.12 – 0.25
1.5 – 9.0
Konstanta Waktu T’d0 3.0 – 10.0 (dt)
(dt)
OC Transien
T’q0 - 0.5 – 2.0 (dt)
0.01 – 0.05
T”d0 0.02 – 0.05 (dt)
Konstanta Waktu (dt)
OC Subtransien 0.01 – 0.09
T”q0 0.02 – 0.05 (dt)
Disimpulkan bahwa nilai (dt)
Induktansi Bocor
Xl 0.1 – 0.2 0.1 – 0.2
𝑋𝑑 ≥ 𝑋𝑞 > 𝑋𝑞′ ≥ 𝑋𝑑′ > 𝑋𝑞" ≥ 𝑋𝑑" Stator
Resistansi Stator Ra 0.002 – 0.02 0.0015 – 0.005
3.2. Sistem Eksitasi
• Sistem eksitasi yang baik harus dapat mensuplai dan mengatur
besarnya arus pada field winding untuk mendapatkan tegangan
output generator yang diinginkan dalam range kapabiliti yang kontinu
• Sistem eksitasi yang baik juga harus dapat merespon terhadap
gangguan-gangguan transient dengan memperhatikan short term
kapabiliti generator, di antaranya:
• Kegagalan isolasi rotor akibat tegangan yang besar
• Pemanasan rotor akibat arus yang besar
• Pemanasan stator akibat beban VAR yang tinggi
• Pemanasan akibat flux yang berlebih
Blok Diagram Sistem Eksitasi
3.2.1. Sistem Eksitasi DC
• Sistem eksitasi jenis ini menggunakan generator dc sebagai sumber
daya eksitasinya dan menyuplai arus ke rotor mesin sinkron melalui
slip ring
• Dapat berupa sendiri dan terpisah
3.2.2. Sistem Eksitasi AC
• Sistem eksitasi jenis ini menggunakan mesin ac sebagai sumber
eksitasi generator utama
• Keluaran ac dari eksiter disearahkan menggunakan sistem penyearah

DC Regulator bekerja pada saat ac


regulator mengalami gangguan atau
diperlukan untuk kondisi-kondisi
tertentu, seperti pada saat tes atau
start-up
3.2.3. Sistem Eksitasi Statik
• Sistem eksitasi statik
merupakan sistem eksitasi
yang hanya terdapat
komponen statis (stasioner)
tanpa ada bagian yang
berputar sebagaimana pada
eksitasi dinamis (DC dan AC)
• Beberapa jenis sistem eksitasi
statik memiliki batas level
tegangan sangat tinggi dan
perlu ditambahkan pembatas
arus medan
3.2.4. Pengaruh Sistem Eksitasi pada
Kestabilan
• Menjaga stabilitas sistem tenaga bergantung pada kecepatan fault clearing,
kecepatan respon sistem eksitasi, dan forcing capacity
3.3. Governor
• Governor digunakan sebagai pengatur daya aktif atau frekuensi

• Governor pada generator dapat berupa governor isokronus maupun


governor yang memiliki karakteristik speed-droop
Isokronus

• Isokronus governor merubah katup turbin agar frekuensi kembali ke nilai


nominalnya. Kecepatan rotor terukur ωr dibandingkan dengan referensi ω0
• Isokronus governor hanya bekerja dengan baik jika generator menyuplai beban yang
terisolasi atau ketika hanya satu generator dalam sistem yang terdiri dari sejumlah
generator yang diharapkan untuk merespon perubahan beban
• Isokronus governor tidak dapat digunakan jika ada dua atau lebih generator yang
akan berpartipasi mengikuti perubahan beban karena tiap generator akan mencoba
mengembalikan frekuensi ke nilai nominalnya tergantung setingnya masing-masing
Speed-Droop

𝜔𝑁𝐿 = kecepatan tanpa beban


𝜔𝑁𝐿 − 𝜔𝐹𝐿
𝑅 % = 𝜔𝐹𝐿 = kecepatan beban penuh
𝜔0
𝜔0 = kecepatan nominal
• Untuk generator yang bekerja paralel, governor harus dilengkapi dengan
karakteristik speed droop. Speed droop atau karakteristik pengaturan
diperoleh dengan menambahkan umpan balik R pada integrator
• Jika terjadi perubahan beban maka, besarnya perubahan daya output atau
pembagian beban keduanya tergantung pada karakteristik droop unit
pembangkit tersebut atau dinyatakan dalam persamaan ∆𝑃1 𝑅2
=
∆𝑃2 𝑅1
3.4. Beban
• Karakteristik beban mempunyai pengaruh penting terhadap stabilitas
akan tetapi pemodelan beban sangat rumit karena model beban yang
digunakan dalam studi terdiri dari beragam peralatan seperti lampu,
kulkas, motor listrik, pemanas, komprosser, furnaces dll, akibatnya
komposisi beban yang tepat sulit untuk diestimasi
• representasi beban didasarkan pada sejumlah penyederhanaan
• Pemodelan beban dapat diklasifikasikan menjadi model statik dan
model dinamis
3.4.1. Model Beban Statis
𝛼
𝑉
𝑃 = 𝑃𝑜
𝑉𝑜

𝛽
𝑉
𝑄 = 𝑄𝑜
𝑉𝑜

• 𝑉𝑜 adalah tegangan referensi, 𝑃𝑜 dan 𝑄𝑜 dikenal sebagai daya beban


nominal. Besarnya nilai α dan β tergantung tipe beban (motor,
pemanas, lampu)
• Nilai α = β = 2 untuk beban impedansi konstan (Z)
• Nilai α = β = 1 untuk beban arus konstan (I)
• Nilai α = β = 0 untuk beban daya konstan (P)
• Model lain yang digunakan untuk mewakili ketergantungan beban
terhadap tegangan adalah model polinomial seperti dinyatakan dalam
persamaan
2
𝑉 𝑉
𝑃 = 𝑃𝑜 𝑎𝑃 + 𝑏𝑃 + 𝑐𝑃
𝑉𝑜 𝑉𝑜
2
𝑉 𝑉
𝑄 = 𝑄𝑜 𝑎𝑄 + 𝑏𝑄 + 𝑐𝑄
𝑉𝑜 𝑉𝑜

• Dimana aP + bP + cP = aQ + bQ + cQ = 1, 𝑃𝑜 dan 𝑄𝑜 adalah konsumsi


beban aktif dan reaktif pada tegangan referensi Vo
• Untuk mewakili ketergantungan beban terhadap frekuensi
𝛼
𝑉
𝑃 = 𝑃𝑜 1 + 𝐾𝑝𝑓 ∆𝑓
𝑉𝑜
𝛽
𝑉
𝑄 = 𝑄𝑜 1 + 𝐾𝑞𝑓 ∆𝑓
𝑉𝑜
• Dimana ∆𝑓adalah deviasi frekuensi. Umumnya nilai 𝐾𝑝𝑓 berkisar
antara 0 – 3.0, sedangkan nilai 𝐾𝑞𝑓 berkisar antara -2.0 – 0
Jenis beban Faktor daya 𝝏𝑷/𝝏𝑽 𝝏𝑸/𝝏𝑽 𝝏𝑷/𝝏𝒇 𝝏𝑸/𝝏𝒇

Residensial
0.9 1.2 2.9 0.8 -2.2
Musim Panas
0.99 1.5 3.2 1.0 -1.5
Musim Dingin
Komersial
0.85 0.99 3.5 1.2 -1.6
Musim Panas
0.9 1.3 3.1 1.5 -1.1
Musim Dingin

Industrial 0.85 0.1 6.0 2.6 1.6

Karakteristik Statik Beban


3.4.2. Model Beban Dinamis
• Pada beberapa kasus, untuk studi dinamik diperlukan perhitungan
dengan model beban dinamis, sebagai contoh:
• Studi osilasi antar area dan stabilitas tegangan
• Studi untuk sistem dengan konsentrasi motor yang banyak
3.5. Rele Proteksi
• Stabilitas transien berfokus pada kemampuan sistem untuk menjaga
sinkronisasi ketika terjadi gangguan besar, kerja rele yang tepat sangat
dibutuhkan dalam mempertahankan stabilitas sistem
• Rele proteksi harus mampu mengenali kondisi gangguan, power
swing atau out-of-step, rele juga harus selektif memilih CB yang akan
dibuka jangan sampai pada saat gangguan ada rele lain yang turut
bekerja dan mentripkan elemen yang tidak perlu dieleminir karena
hal ini dapat menyebabkan sistem mengalami ketidakstabilan
• Performa rele proteksi juga sangat mempengaruhi waktu pemutusan
gangguan atau Fault Clearing Time (FCT), dimana total FCT adalah
waktu kerja rele ditambah waktu pemutusan CB
• Waktu kerja rele adalah waktu mulai dari inisiasi gangguan sampai
rele menginisiasi sinyal trip ke CB, sedangkan waktu pemutusan
adalah waktu mulai dari inisiasi sinyal trip diterima sampai CB terbuka
• Pada sistem transmisi tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi
rentang waktu kerja rele antara 15 – 30 ms (1 atau 2 siklus) dan waktu
pemutusan CB antara 30 – 70 ms (2 atau 4 siklus)
Lokal (bus A) Remote (bus B)
CB 1 dan CB 2 CB 3 dan CB 4
Rele primer 25 ms 25 ms
Rele bantu 3 ms 9 ms
Komunikasi - 17 ms (microwave)
Modul trip CB 3 ms 3 ms
Pemutusan CB 33 ms (2 siklus) 50 ms (3 siklus)
Total waktu 64 ms 104 ms
FCT bus A: 64 ms

FCT bus B: 104 ms

Anda mungkin juga menyukai