Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FARMAKOKINETIK KLINIK

AMINOGLIKOSIDA
Yoneta Srangenge, M.Sc, Apt

Nama : Dian oktaviani


Kelas : VI.B

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


PADANG
2019
antibiotika golongan aminoglikosida

• Sreptomisin dari Streptomyces griseus tahun 1943


• Neomisin Streptomyces fradiae 1949
• Framisetin Streptomyces lavandulae 1953
• Kanamisin Streptomyces kanamyceticus 1957
• Paromomisin Streptomyces rimosus 1959
• Gentamisin Micromonospora purpurea 1963
• Tobramisin Streptomyces tenebrarius 1968
• Amikasin Asilasi kanamisin A 1972
APA ITU AMINOGLIKOSIDA ?

Senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang
terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa. Dengan
adanya gugusan-amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan
garam sulfanya yang digunakan dalam terapi mudah larut
dalam air.

Suatu jenis antibiotik yang digunakan untuk pengobatan penyakit


infeksi oleh bakteri-bakteri aerob gram negatif dan beberapa
bakteri anaerob yang belum resisten terhadap antibiotik golongan
ini.
Spektrum kerja aminoglikosida
• Secara in vitro senyawa aminoglikosida aktif terhadap bakteri gram neg aerob.
• Diantara bakteri Gram positif hanya Staphylococcus yang dapat diinhibisi oleh
aminoglikosida.
• Tidak aktif terhadap bakteri anaerob seperti Clostridia, Rickettsia, jamur dan virus.

Mekanisme kerja aminoglikosida

 Aminoglikosida berdaya kerja bakterisida.


 Aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S dari ribosom sehingga sub unit 70 S
nya tidak terbentuk maka terjadi inhibisi sintesis protein karena salah baca
kode genetik , asam amino yang salah yang disambungkan pada rantai
polipeptida sehingga terbentuk protein yang berbeda.
 Disamping itu ada mekanisme lain yaitu merusak membran sel bakteri
sehingga bakteri mati.
MEKANISME RESISTENSI
AMINOGLIKOSIDA

a. Bakteri memproduksi enzym transferase atau enzym penginaktivasi lain


yang dapat menginaktivasi aminoglikosida melalui adenilisasi, asetilasi
atau fosforilasi
b. Ada kesalahan saat masuknya aminoglikosida ke dalam sel, misal adanya
mutasi pada protein porin
c. Terjadi perubahan (mutasi atau delesi) pada reseptor pada subunit 30s
ribosom
BIOAVAIBILITAS

Antibiotik aminoglikosida merupakan senyawa yang sangat


larut dalam air dan sukar larut dalam lipid. Akibatnya obat –
obat ini sukar dia absropsi bila di berikan secara oral harus di
berikan secara parenteral untuk mengobati infeksi sistemik.
Volume distribusi

Volume distribusi aminoglikosida = 0,25 L/kg kisaran 0,1 -0,5 L/kg karena
aminoglikosida terdistribusi sangat buruk ke dalam jaringan adiposa,
penggunaan berat badan tanpa lemeak akan menghasilkan nilai perkiraan v
yang lebih akurat pada pasieen obes di banding berat badan total (BBT). Vd
aminoglikosida pada obes dapat juga di sesuaikan berdasarkan berat badan
ideal (BBI) pasien di tambah 10% dari kelebihan berat badan pasien .
V aminoglikosida = (0,25L/kg)(BBI)+(BBT-BBI)
(pada pasien obes)

Pasien tidak obes


Berat badan ideal
Untuk pria (kg) = 50+ (2,3) ( tinggi dalam inchi>60)
Untuk wanita (kg) = 45 + (2,3) ( tinggi dalam inchi>60)
Pada pasien pasien pediactric berusia di bawah 5 tahun cendrung
memiliki volume distribusi lebih tinggi. Antara usia lahir dan 5 tahun
cendrung terus distribusi cendrung terus menurun dari nilai awal
0,5L/kg samapai dengan nilai dewasa sebesar 0,25L/kg.

Pada anak berusia 5 tahun


Aminoglikosida(L) =(0,5L/kg-(usia dalam tahun /5x0,25)(berat badan
dalam kg)
Klirens (cl)

Antibiotik aminoglikosida di eliminasi hampir semuanya melalui rute renal.


Karena klirens aminoglikosida dan klirens kreatinin memiliki nilai yang mirip
pada berbagai fungsi ginjal, klirens aminoglikosida dapat di estiminasi dengan
persamaan yang di gunakan.

Cl untuk pria (mL/menit) = (140-usia)(BB)/(72)(SCr)

Cl untuk wanita (mL/menit) = (0,85) (140-usia)(BB)/(72)(SCr)


ABSORBSI

 Aminoglikosida sangat polar sehingga sulit diabsorbsi di saluran


cerna, hanya 1% yang diabsorspsi (oral atau rektal),karna
kelarutannya kecil

 Aminoglikosida tidak diinaktivasi di saluran cerna dan langsung


dieksresi di feses dalam bentuk tidak berubah

• Diabsorbsi baik jika diinjeksi intramuscular. Lebih baik diberikan


melalui injeksi intramuscular bila kondisi pasien normal (perfusi
darah ke intramuscular baik)
• Pemberian one daily lebih dipilih dari pada twice daily.
• Post antibiotical Effect (PAE) selama <2 jam untuk bakteri gram
negatif dan 2-7 jam untuk bakteri gram positif , serta
• bioavailabilitas 100%
• Jika diberikan IM dan IV, diabsobsi baik dan konsentrasi puncak
di plasma 30-90 menit setelah pemberian

• Jika diberikan infus IV, konsentrasi puncak 30-60 menit


DISTRIBUSI

 Dapat menembus plasenta


 Dapat menembus CSF dengan adanya inflamasi karena meningitis 15-24%
sedangkan pada normal meningeas: 10-20%
 Larut dalam ASI
 Pregnancy risk factor, tidak aman untuk ibu hamil dan dapat digunakan untuk
terapi meningitis tapi kontraindikasi pada wanita menyusui
 Konsentrasi tinggi ditemukan di ginjal dan cochlea atau organ lain 
eliminasi dari jaringan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding
plasma
Metabolisme

Tidak dimetabolisme sehingga aman untuk penderita gangguan


hepar dan tidak terpengaruh oleh bahan-bahan yang bersifat
inducer/inhibitor enzim
EKSKRESI

 Eksresi aminoglikosida berlangsung melalui ginjal terutama dengan filtasi


glomerulus

 Biasanya 12 jam setelah obat diberikan

 Pada pasien yang gagal ginjal, perlu penyesuaian dosis (dosis diturunkan atau
peningkatan interval) dan monitoring efek terapetik

 Khususnya neomisin  yang tidak diabsorbsi diusus, utuh dalam feses

 Waktu paruh lebih panjang terjadi pada neonatus,bayi,dan pasien dengan


penurunan fungsi ginjal

Ganiswarna, 1995
Lanjutan..

 Diekskresi melalui ginjal 94-98%


 Perlu dosis adjustment untuk penderita renal impairment
 ClCR .60 ml/menit: pemberian setiap 8 jam
 ClCR 40-60 ml/menit: pemberian setiap 12 jam
 ClCR 20-40 ml/menit: pemberian setiap 24 jam
 CLCR < 20 ml/menit : loading dosis
 Protein Binding : 0 – 11 %
Waktu Paruh Eliminasi

 Infant
berat bayi baru lahir rendah (1-3 hari) : 7-9 jam : selanjutnya > 7 hari : 4-5 jam
 Anak : 1,6 -2,5 jam
 Dewasa :
Fungsi ginjal normal : 1,4 – 2,3 jam
Penyakit ginjal : 28 – 86 jam
 * Kadar Puncak : I.M : 45 – 120 menit
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, S.1995. Farmakologi Dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Farmakologi


fakultas kedokteran universitas Indonesia :

Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Diterjemahkan


oleh bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku III
Salemba medika

Winter. 2004. Basic Clinical Pharmacokinetics. Ed 4. lippincott williams &


wilkins. USA

Anda mungkin juga menyukai