Anda di halaman 1dari 13

LATAR BELAKANG

Bovine
Ephemeral
Fever
BEF

Etiologi

single stranded RNA,


genus Ephemerovirus,
family Rhabdoviridae.
epidemiologi
Gejala klinis

Gejala klinis yang ditemukan berupa demam, dengan kenaikan suhu 2° –


4°C dari suhu normal, dalam jangka waktu 1 – 4 hari. Penderita terlihat
gemetar (tremor), anoreksia dan kehilangan nafsu minum, dengan
frekuensi respirasi dan jantung yang meningkat. Pada hewan yang sedang
berproduksi, terjadi penurunan produksi air susu yang sangat drastis.
Terjadi eksudat hidung dan mata, hipersalivasi, dan atoni rumen.
Kepincangan terlihat sehari sesudah demam.
Diagnosa banding

Rift Valley fever bluetongue


Terapi dan pengendalian

Pada penyakit Bovine Ephemeral Fever (BEF) tidak perlu dilakukan tindakan
pengobatan, yang dilakukan hanyalah berupa tindakan terapi symptomatis,
untuk menghilangkan rasa sakit dan demam yang timbul.
Hewan penderita dengan kasus penyakit yang berat, harus diusahakan agar
tidak terjadi komplikasi infeksi sekunder.
melakukan penyemprotan insektisida, serta menghindari adanya genangan
air di sekitar kandang, untuk mencegah berkembang biaknya larva
Culicoides.
PROFIL DAERAH BLITAR
RENCANA PENYELIDIKAN DAN TINDAKAN
PENANGGULANGAN
RENCANA PENYELIDIKAN RENCANA PENANGGULANGAN

1. Menentukan dan 1. Membersihkan tempat


memastikan etiologi indukan dengan cara
pnyakit bef memberantas sarang
2. Mengidentifikasi nyamuk
sumber penularan
2. Menggunakan gusanex
3. Menggambarkan sebagai perlindungan
distribusi penyebaran
penyakit 3. Menggunakan cara
(time,place,person) mekanik dengan
4. Meningkatkan sistem jebakan nyamuk
kewaspadaan dini.
LOKASI KEJADIAN BEF
Penyakit BEF di Kabupaten Blitar pada bulan Januari sampai dengan September banyak
terjadi di Daerah dataran tinggi yaitu sebesar 52 % dari jumlah kasus BEF sebanyak
248 ekor dengan jumlah 42 ekor pada kecamatan Wonotirto dan sebanyak 71 ekor
pada kecamatan Panggungrejo. Pada kecamatan wonotirto dan Kecamatan
Panggungrejo berbatasan langsung dengan laut dan memiliki banyak
hutan/Pegunungan sehingga banyak vector nyamuk berkembang biak di pohon-pohon
di hutan. Pada daerah Kec. Sutojayan berbatasan dengan kecamatan Wonotirto
dimana Kecamatan Sutojayan merupakan dataran rendah tetapi berbatasan langsung
dengan sungai Brantas. Kejadian kasus BEF berdasarkan isikhnas berjumlah 72
kasus pada kecamatan Sutojayan. Tingginya kasus BEF di Kecamatan Sutojayan
dipengaruhi oleh banyaknya hutan dan pegunungan sehingga jumlah vector nyamuk
juga tinggi. Kecamatan Panggungrejo, Wonotirto Dan Kecamatan Sutojayan
merupakan lahan kering yang cukup kritis tetapi pada musim penghujan memiliki
curah hujan yang tinggi. Sedangkan di kecamatan lain merupakan dataran rendah dan
diketahui kejadian kasus BEF tidak setinggi pada kecamatan Panggungrejo, Wonotirto
dan Kec. Sutojayan.
BULAN TERJADINYA
Kejadian BEF paling tinggi terjadi pada bulan-bulan maret dan April dengan jumlah
kasus pada bulan maret sebesar 79 kasus dan pada bulan April sebesar 74
kasus. Pada bulan tersebut terjadi curah hujan tinggi sehingga banyak genangan
air dan meluapnya aliran sungai. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan
tingginya air pada parit-parit rumah tangga sehingga vector nyamuk mudah
berkembang pada wilayah tersebut. Cuaca pada bulan tersebut juga tidak
menentu yaitu terjadi peralihan suhu dari panas pada siang hari ketika tidak
terjadi hujan dan suhu sangat dingin pada saat malam hari. Terjadinya suhu
secara tiba-tiba tersebut banyak hewan yang stress sehingga menurunkan daya
tahan tubuh hewan.,
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan prevalensi penyakit Bovine Ephemeral Fever (BEF) yang
ada Kabupaten Blitar, dapat disimpulkan :
1. Prevalensi penyakit Bovine Ephemeral Fever (BEF) sebesar 8,3 %, karena tatalaksana
pemeliharaan sudah cukup baik, walaupun pola pemeliharaan sapi hanya sebagai
Rojokoyo (tabungan),
2. Sebaran penyakit Bovine Ephemeral Fever (BEF) di dua puluh satu Kecamatan
Kabupaten Blitar, menunjukkan tingkat kejadian yang tinggi terjadi di Kecamatan
Sutojoyo sebanyak 72 kasus, Panggungrejo sebanyak 71 kasus dan Wonotirto 42
kasus, hal itu karena secara geografis merupakan daerah perbukitan dan tatalaksana
pemeliharaan tidak baik,
3. Sebaran penyakit di dua Kecamatan yakni Kecamatan Binangun dan Kademangan
yang menunjukkan rendahnya tingkat kejadian penyakit Bovine Ephemeral Fever
(BEF), yaitu hanya terdapat 12 kasus di Kecamatan Binangun dan 6 kasus di
Kecamatan Kademangan, yang secara geogafis merupakan dataran rendah dan
berhawa panas, dengan tatalaksana pemeliharaan yang cukup baik.
SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan di Kabupaten Blitar, disarankan :
1. Menghilangkan atau meminimalkan vektor penyebab penyakit Bovine Ephemeral
Fever (BEF).
2. Memperhatikan manajemen pemeliharaan, perawatan kandang dan ternak,
khususnya pada sapi potong Peranakan Limousin.
3. Secepatnya melaporkan pada tenaga medis kesehatan hewan setempat, apabila
dijumpai ada ternak yang menunjukkan gejala klinis penyakit Bovine Ephemeral
Fever (BEF) di daerahnya.
4. Memaksimalkan pelaporan kejadian penyakit di iSiknas agar pelaporan penyakit
BEF terkontrol dan dapat dicegah.

Anda mungkin juga menyukai