Anda di halaman 1dari 12

FARMAKOTERAPI GI & RESPIRASI

kasus 3
Dosen Pengampu : Dian Oktianti

Kelompok 7 :
Eti Lovinia (050218A070)
Eva Fitri R (050218A071)
Fahturrahman (050218A072)
Farida Riski A.P (050218A073)
Fenty Fitriyani (050218A074)
Firmansyah (050218A076)
Fita Yuliana (050218A077)
Fitri Eliza (050218A078)
Fittrotus Ardya Y (050218A079)
Florida Botha (050218A080)
Kasus 7
R/ salbutamol 4 mg
aminopylin 300 mg
m.f. Pulv.dtd no X
da in caps
Seorang Kakek usia 75 tahun S 3 dd 1 caps
menderita sesak nafas yang
lama, mengalami mual serta R/ Berotec MDI no I
tidak nafsu makan. S 2x1 puff

R/ Cimetidin No X
Antasida No X
m.f pulv.dtd no X
da in caps
S 3 dd 1 caps
Subjective & Objective

Subjective Objective

- Pasien laki-laki Hasil pemeriksaan fisik :


- Usia : 75 tahun Sesak nafas
- Riwayat penyakit : Sesak nafas Mual
lama Tidak nafsu makan
- Keluhan pasien : Mual dan tidak
nafsu makan Hasil pemeriksaan lab : -
Assesment
Dilakukan berdasarkan metode Rasionalitas Penggunaan Obat (RPO), ditinjau dari
beberapa aspek:
Tepat pasien :
Pemilihan penggunaan obat pada pasien lansia perlu diperhatikan dosisnya, karena
adanya penurunan fungsi organ pada lansia.

Tepat indikasi :
Obat Indikasi Ketepatan
• Tepat indikasi berarti obat
Indikasi
yang diberikan seharusnya
sesuai dengan indikasi atau Salbutamol Bronkodilator Tepat
sesuai gejala yang dialami Aminofilin Bronkodilator Tepat
pasien.
Berotec Bronkodilator Tepat
Tidak diketahui penyebab dari MDI
gejala yang dialami pasien Cimetidine Antihistamin Tepat
pada kasus ini karena H2 blocker
keterbatasan data yang
Antasida Menetralkan Tepat
dimiliki, kemungkinan sesak
asam
yang dialami pasien
lambung
merupakan gejala dari asma.
Tepat Obat dan Dosis
Salbutamol (DIH, 2012)  Short Acting β2 Agonist >> mengatasi serangan akut
 Mekanisme : stimulasi resepor β2 yang menyebabkan bronkodilatasi. Agonis
β2 kerja singkat (albuterol) adalah terapi pilihan untuk menghilangkan gejala
akut dan bronkospme
 Dosis untuk lansia : Bronkospasme : 2mg 3-4 kali/hari. Dosis maksimum : 8mg
4 kali/hari
 Dosis dalam resep : 4 mg 3 kali/hari (Dosis sesuai)
Aminofilin (DIH, 2012)  Metilxantin >> index terapi sempit
 Mekanisme : merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh
darah pulmonal
 Dosis untuk lansia > 60 th maksimal 400 mg/hari
 Dosis dalam resep : 900 mg/hari >> 900mg > 400mg (dosis tidak sesuai)
Berotec MDI (Fenoterol HBr)  Long Acting β2 agonist >> terapi jangka panjang
 Mekanisme : Berotec adalah bronkodilator yang efektif digunakan pada asma
akut dan kondisi lain dengan penyempitan nafas napas reversible
 Dosis : 1 atau 2 inhalasi sampai 3-4 inhalasi/hari . Maksimal 8 inhalasi/hari
 Dosis dalam resep : 2x1 puff (dosis sesuai)
 Kombinasi fenoterol dan xantin (aminofilin) akan memperkuat kerja fenoterol
(ISO Farmakoterapi, 2008)
Antasida  Antasida : Al (OH)3, Mg (OH)3
 Mekanisme : meredakan gejala akibat kenaikan asam lambung, sperti gastritis,
ulkud peptic, ulser duodenal dengan gejala mual, nyeri lambung dan nyeri ulu hati.
 Dosis dalam resep : 3 x sehari (30 kapsul) (dosis tidak sesuai)

Cimetiden  Antihistamin H2 blocker >> untuk mengatasi GERD atau tingginya asam lambung
yang disebabkan oleh asma
 Mekanisme : cimetidine secara kompetitif menghambat histamin pada reseptor
H2 dari sel parietal lambung yang mengakibatkan penurunan sekresi asam
lambung, volume lambung dan konsentrasi ion hidrogen
 Dosis dalam resep : 3 x sehari (30 kapsul) (dosis tidak sesuai)
Interaksi & Efek Samping Obat

Waspada Efek Samping Obat :


Interaksi Obat :
a. Salbutamol : nausea and
vomiting  Berotec + turunan metilxantin
b. Aminophyllin : nausea and (aminofillin) : peningkatan hipokalemia
vomiting, ulkus lambung  Cimetiden + aminofillin : dapat
c. Berotec MDI : mual muntah, meningkatkan efek aminofillin
tremor Aminofilinindeks terapi sempit 
d. Cimetidine : diare, ruam, efeknya meningkattoksisitastakikardi
mialgia  Antasida dan cimetidin jika diresepkan
e. Antasida : diare atau sembelit, kombinasi akan menurunkan absorbsi
nyeri perut, hypophopataemia dari cimetidine.
Plan
 Dilakukan pemeriksaan dan diagnosis lebih lanjut sehingga dapat diberikan pengobatan yang lebih
tepat

 Apabila pasien terdiagnosis asma maka perlu diberikan terapi asma yang sesuai dengan tingkat
keparahan dari asma

 Aminofilin sebaiknya tidak digunakan, karena memiliki indeks terapi yang sempit dan tidak dianjurkan
untuk lansia (DIH)

 Salbutamol 4 mg tetap digunakan karena merupakan Drug of Choice pada lansia. Salbutamol dalam
bentuk PO memiliki efek samping mual & muntah pada lansia sehingga dalam resep ini dapat
direkomendaikan diganti dengan salbutamol inhaler

 Berotec MDI tetap diberikan. Dimana pemakaian berotec MDI dapat ditambah dengan spacer untuk
memudahkan pasien dalam penggunaan obat

 Cimetidin & antasida tidak boleh dicampur dalam pembuatannya

 Antasida tetap diberikan untuk mengatasi mual dan efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan
obat lain. Namun apabila mual dan tidak nafsu makan disebabkan karena GERD maka yang diberikan
cimetidin.
 Cimetidin karena mempunyai efek samping yang tinggi serta berinteraksi dengan obat lain maka dapat
direkomendasikan diganti dengan ranitidine yang mempunyai efek samping minimal.

 Untuk terapi non farmakologi dapat diberikan curcuma untuk penambah nafsu makan dan mengatur
pola hidup sehat
Monitoring

Selama 1-6
bulan pantau Pemeriksaan
gejala asma yang faal paru
terjadi
Komunikasi, informasi dan edukasi
KIE •Asma itu sendiri
•Tujuan pengobatan
 Salbutamol diminum satu •Identifikasi faktor pencetus
jam sebelum makan •Obat obat yang di gunakan
 Bila menggunakan antasida, (Indikasi,ES)
antasida diminum 2 jam
setelah makan
 Bila menggunakan cimetidin, Penanganan serangan
cimetidin diminum 1 jam asma dirumah
sebelum makan
 Sebelum digunakan, Berotec
MDI dikocok beberapa kali.
Setelah menggunakan
berotec MDI pasien
dianjurkan untuk berkumur
Kesimpulan

Berdasarkan kasus yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa


pemilihan pengobatan pada kasus tersebut tidak rasional,
karena:
1. Terdapat obat dengan indeks terapi sempit (tidak cocok
untuk pasien geriatri)
2. Terdapat beberapa obat yang overdosis
3. Terdapat interaksi obat
Daftar Pustaka
• Aberg, J.A., Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Godman, M.P.,
and Lance, L.L. 2012. Drug Information
Handbook, 20th Edition. Amerika : Lexy
Comp.
• Elin, Y.S., dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : Isfi
Penerbitan.
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008
Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. ASMA -
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai