Anda di halaman 1dari 90

CAIRAN DAN

ELEKTROLIT

By
Obet Bassang, S.Kep, Ns
Pokok bahasan:
1. Pengertian cairan & elektrolit
2. Fs cairan
3. Pengaturan cairan & elektrolit
4. Sistem sirkulasi
5. Komponen cairan tubuh
6. Distribusi cairan & elektrolit
7. Pergerakan cairan
8. Balance cairan
9. Faktor-faktor yg mempengaruhi keseimbangan cairan
& elektrolit
10. Gangguan keseimbangan cairan
11. Gangguan keseimbangan elektrolit
(seminar)
12. Transfusi darah
13. Asam basa
14. Keterampilan:
a. Terapi intravena (infus)
b. Transfusi darah
Quiz
Jelaskan menurut
pemahaman anda!!!

Mengapa anda
minum????
 Definisi
Cairan adalah substansi yang bersifat cair,
mudah mengalir & tidak bersifat padat maupun
gas, Ex : H2O
Elektrolit adalah zat terlarut yang membentuk ion
dalam larutan & mengantarkan listrik, Ex : Na , Ca,
Mg, K
 Fungsi Cairan Tubuh
 Pembentuk struktur tubuh
 Sarana Transportasi
 Metabolisme Sel
 Pelarut elektrolit & non elektrolit
 Memelihara suhu tubuh
Discuss please
Cairan & Elektrolit diatur oleh :
Rasa haus
Hormon (ADH, Aldosteron, prostaglandin,
glukokortikoid)
Sistem Cardiovaskuler
Ginjal
Paru-paru & Kulit
Haus
 Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepsan
renin, yg pada akhirnya menimbulkan produksi
angitensin II yg dpt merangsang hipotalamus
utk melepaskan substrat neural yg bertanggung
jawab meneruskan sensasi haus.
 Osmoreceptor dihypotalamus mendeteksi pe↑
tekanan osmotik & mengaktivasi jaringan saraf
yg dpt mengakibatakan sensasi dahaga.
 Rasa haus dpt diinduksi oleh kekeringan lokal
pd mulut akibat status hiperosmolar, rasa haus
juga muncul utk menghilangkan sensasi kering
yg tdk nyaman akibat pe↓ saliva
Anti diuretic hormone
 Di bentuk dihipotalamus dan disimpan dlm
neurohipofisis.
 Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
pe↑ osmolaritas & penurunan cairan
extrasel.
 Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pd
ductus koligentes, dgn demikian dpt
menghemat air.
Aldosteron
 Disekresi oleh kelenjar adrenal yg bekerja
pd tubulus ginjal untuk meningkatkan
absorpsi natrium.
 Pelepasan aldosteron dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium, natrium
serum, & sistem angiotensin renin serta
sangat efektif dalam mengendalikan
hyperkalemia.
Prostaglandin
 Asam lemak alami yg terdpt dlm banyak
jaringan & berfungsi dalam merespons
radang, pengendalian tek. darah, kontraksi
uterus, dan mobilitas gastrointestinal.
 Dalam ginjal, prostaglandin berperan
mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium &
efek ginjal pada ADH.
Glukokortikoid
 Meningkatkan reabsorpsi natrium & air,
sehingga volume darah naik dan terjadi retensi
natrium.
 Perubahan kadar glucocortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan volume darah.
SISTEM SIRKULASI
Sistim kardiovaskuler terdiri dari jantung sebagai
pemompa dan pembuluh darah sebagai saluran. Jadi
darah dipompakan oleh jantung ke dalam pembuluh
darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh dan
kemudian kembali lagi ke jantung sebagai suatu
sirkulasi.

Sistim sirkulasi dapat dibagi atas

1. Sirkulasi paru-paru
Mulai dari ventrikel kanan, ke arteri pulmonalis, arteriole,
kapiler,
venula, vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium
kiri.
2. Sirkulasi sistemis
Mulai dari ventrikel kiri ke aorta, arteri besar, arteriole,
kapiler,
venula, vena besar, vena cava superior dan inferior, dan
Sistem Sirkulasi Cardiovaskuler
Okeee????
Mau ribut silahkan!!!!
Asal discusi ya???

Sebutkan komponen yg termasuk


electrolyte berdasarkan pemahaman
anda???
dan bandingkan yg anion dan kation??
Komponen Cairan Tubuh
Air ( H2O )
Fungsi : Pelarut, Rx.Kimia & Metabolisme
Regulator : ADH & Aldosteron

Elektrolit terdiri atas :


Na & K
Fungsi : Memberikan lingkungan kimia listrik
yang penting u/ kontraksi otot & transmisi impuls
saraf
Regulator : Aldosteron
 Chlorida / Cl
Fungsi : Mengatur keseimbangan asam basa
& elektron netral di ekstrasel
Regulator : Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsentrasi plasma, ex ; asupan
haluaran, aktivitas, luka bakar, dsb
 Calsium / Ca

Fungsi : Penting pada pembekuan darah,


metabolisme tulang, kontraksi otot & transmisi
impuls saraf.
Regulator: Parathormon & Vit D
 Pospat / P
Fungsi : Penting pada pembentukan tulang,
Komponen ATP & sebagai buffer dalam
mempertahankan asam-basa intasel
Regulator: Parathormon & Vit D

 Nonelektrolit
Glukosa, Fruktosa, Ureum, Kreatinin, Protein
Distribusi Cairan & Elektrolit
Proporsi Cairan Tubuh :
 BBL : 80% BB
 Anak-anak : 70 % BB
 Dewasa : 60 % BB
 Usila : 40-45 % BB

Distribusi Cairan Tubuh Dewasa (60 %) :


Cairan Intra Sel (CIS) : 40 % BB
Cairan Ektra Sel (CES) : Interstitial : 15%
Plasma : 5 % (IV)
Limfe : diabaikan
Cairan Lintas Sel : s.d.a
Distribusi cairan tubuh
Cairan intra
seluler 40%

Cairan Sel Membran


tubuh 60%
Cairan interstisial
15%
Cairan ekstra
seluler 20% Dinding Kapiler

Plasma Darah 5%
Distribusi Kadar Elektrolit dlm Cairan
Tubuh
Cairan Ekstraseluler/CES Cairan Intraseluler/CIS
Kation mEq/L Kation mEq/L
Natrium 142 Kalium 150
Kalium 5 Magnesium 40
Kalsium 5 Natrium 10
Magnesium 2
Anion :
Anion :
Klorida 103
Fosfat + Sulfat 150
Bikarbonat 26
Fosfat 2 Bikarbonat 10
Sulfat 1 Proteinat 40
Asam Organik 5
Proteinat 17
Pergerakan cairan & elektrolit
I. Sirkulasi cairan dan elektrolit
1. Plasma darah bergerak diseluruh
tubuh mell sirkulasi.
2. Cairan interstisiel dan komponennya
bergerak diantara kapiler darah & sel
3. Cairan & substansi bergerak dr cairan
interstisiel ke dlm sel
II. Mekanisme pergerakan Cairan & Elektrolit
Antara Plasma – Interstitial
Dipengaruhi Oleh :
Permeabilias membran kapiler
Tekanan hydrostatik kapiler (37 di arteriol & 17 di Venula)
Tekanan osmotik Koloid (25 di arteriol & 25 mmHg di
Venula)
Mekanisme Transport :
a. Difusi → perpindahan larutan dari area konsentrasi tinggi
menuju area konsentrasi rendah sehg konsentrasi kedua
kompartemen seimbang.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh:
1. Ukuran molekul
2. Konsentrasi larutan
3. Temperatur larutan
b. Osmosis → perpindahan cairan melintasi
membran semipermiabel dari area
konsentrasi rendah menuju area
konsentrasi tinggi
Kecepatan osmosis dipengaruhi oleh:
1. Konsentrasi solute di dlm larutan
2. Suhu larutan
3. Muatan listrik
4. Perbedaan tekanan osmosis
c. Filtrasi → air dan partikel2 bergerak melewati
membran, gerakan ini akibat tekanan cairan
pada satu sisi lebih besr dibandingkan dgn sisi
lainnya → tekanan hidrostatik.
Tekanan hidrostatik intravaskuler lbh tinggi
dibanding interstitiel → air beserta O2, nutrien,
glukosa, & solut lainnya keluar dari
intravaskuler msk ke intertitiel lalu ke sel
d. Transport aktif → zat2 bergerak melewati
membran sel dari larutan yg konsentrasinya
rendah kekonsentrasi yg tinggi dgn memakai
energi

Antara Interstitial – Intracell


Mekanisme Transport :
Simple Difusi, Ex : O2, CO2, Cl
Fasilitated Difusi, Ex ; Glukosa
Transport Aktif, Ex : Na, K
Osmosis
Balance Cairan (Intake ~
Output)
Intake
Ingestion
  tergantung dari Usia & BB
Cairan oral : ???
Air dalam Makanan : ± 750 ml
Metabolisme
• Dewasa : 5ml/KgBB/hr
• Anak
• 12-14 Th : 5-6 ml/Kg BB/ hr
• 7-11 Th : 6-7 ml / Kg BB / hr
• 5-7 Th : 8-8,5 ml / Kg BB / hr
• Balita : 8 ml / Kg BB / hr
Infuse : ???
Output
SWL: Urine : 1-2 ml/ Kg BB/ Jam atau
pada org dewasa 0,5-1 ml/kg BB/jam
Feses : 50 – 500 cc / hari, anak 100-
300 cc/BAB
Muntah : ??
Perdarahan : ??
Cairan Drain : ???
Cairan NGT : ???
IWL : Tergantung Usia & BB
Dewasa : 10 cc sampi15 cc/Kg BB/24 jam
Anak : (30-usia(th) cc/ Kg BB/ 24 jam
Bayi : 30-50 cc/kg BB/hr
Bila suhu meningkat :
Setiap kenaikan 1 ° C IWL + 10 %
IWL dipengaruhi oleh : Suhu tubuh,
Kerja fisik &
Kondisi ATM
Contoh Kasus :
An ”C” usia 13 th, BB 20 kg, Suhu 39° C, datang ke
UGD RS Lakipadada dengan keluhan diare
bercampur darah sejak kemarin. Sejak kemarin
frekuensi BAB 6x / hr (asumsi sekali BAB = 200cc).
Klien belum makan sejak kemarin, hanya meminum
air teh manis 8 gelas (@ = 220cc). Terpasang
Infuse RL 1000 cc/ 24 jam. Klien mengeluh muntah
sudah 6 x (± 6 gelas aqua). Saat pemeriksaan fisik
didapatkan
N : 110x/mnt, R : 24x/mnt, S : 39,5° C & TD : 130/
90.

Hitung Balance Cairan Klien ????


Contoh Kasus :
An ”K” usia 14 th, BB 24 kg, Suhu 39° C, datang ke
UGD RS Lakipadada dengan keluhan diare
bercampur darah sejak kemarin. Sejak kemarin
frekuensi BAB 8x / hr (asumsi sekali BAB = 200cc).
Klien belum makan sejak kemarin, hanya meminum
air teh manis 7 gelas (@ = 220cc). Terpasang
Infuse RL 1200 cc/ 24 jam. Klien mengeluh muntah
sudah 6 x (± 6 gelas aqua). Saat pemeriksaan fisik
didapatkan
N : 100x/mnt, R : 24x/mnt, S : 39° C & TD : 100/ 70.

Hitung Balance Cairan Klien ????


Faktor-faktor yg mempengaruhi
keseimbangan cairan & elektrolit
 Usia
 Temperatur lingkungan
 Kondisi stress
 Keadaan sakit
 Diet
Tugas
Seminar Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Ketidakseimbangan Natrium (Na)
2. Ketidakseimbangan Kalium (K)
3. Ketidakseimbangan Kalsium (Ca)
4. Ketidakseimbangan Magnesium (Mg)
5. Ketidakseimbangan Fosfor (P)
Gg. Volume Cairan
I. Hipovolemia
Definisi : pe↓ jlh volume darah sirkulasi yang terjadi akibat
kehilangan cairan ekstraseluler.
Etiologi :
Pe ↑ Output :
 Kehilangan cairan dari sistem GIT : diare, muntah serta
drainase dari fistula & selang
 Kehilangan plasma/darah karena : luka bakar &
perdarahan
 Keringat berlebihan
 Demam
 Penggunaan obat-obatan diuretik
Pe ↓ Intake :
 Pe↓ asupan cairan per oral
 Malas Minum
Manisfestasi Klinis :
Pe↓ Volume Plasma :
 Pe↓ T.D. → pe↓ C.O. → Diuresis me↓(oliguria) & kolaps
P.D. superfisial → kulit dingin & berkeringat.
 Hipotensi
 Nadi cepat lemah
 Lethargi
Pe ↓ Volume cairan interstitial :
 Pe ↓ turgor kulit
 Kulit & membran mukosa kering
 Mata Cekung
 Pe↓ BB
 Pe↑ temperatur
Hasil Lab :
 BJ urine > 1, 025 ( N : ??? )
 Pe↑ hematokrit > 50% ( N : ♂ 45 - 52%, ♀ 37 – 48% )
 Pe ↑ BUN > 25 mg/100ml ( N : 8-25/100ml )
Secara umum kondisi defisit volume cairan
(dehidrasi) dibagi:
1. Dehidrasi isotonik → jlh cairan yg hlg
sebanding dgn jlh elektrolit yg hlg. Kadar
Na+ dlm plasma 130-145 mEq/l
2. Dehidrasi hipertonik → jlh cairan yg hlg lebih
besar dp jlh elektrolit yg hlg. Kadar Na + dlm
plasma 130-150 mEq/l
3. Dehidrasi hipotonik → jlh cairan yg hlg lebih
sedikit dp jlh elektrolit yg hlg. Kadar Na+ dlm
plasma 130 mEq/l
Kondisi dehidrasi dpt digolongkan menurut
derajat keparahannya:
1. Dehidrasi ringan
 Kehilangan cairan 5 % dr BB atau ± 1,5-2
liter.
2. Dehidrasi sedang
 kehlgn cairan 5-10 % dr BB atau ± 2-4 liter.
 Kadar Na+ 152-158 mEq/l
 Mata cekung
3.Dehidrasi berat
 Kehilangan cairan 4-6 ltr
 Kadar Na+ serum 159-166mEq/l
 Hipotensi
Diagnosa keperawatan:
kurang volume cairan
Tujuan: klien akan mempertahankan status hidrasi
yang adekuat, bj urine dalam rentang normal
Intervensi:
 Kaji faktor penyebab
 Kaji minuman yg disukai & tdk disukai &
rencanakan pemberian asupan secara bertahap
 Pantau asupan cairan klien
 Pantau haluaran urine
 Timbang BB stiap hari
II. Hipervolemia
Definisi : peningkatan jlh cairan di dlm volume
darah yang bersirkulasi
Etiologi :
Pe ↑ Intake :
 Infuse >>>
 Psychoic drinking episode
 Asupan natrium berlebih
Pe ↓ Output :
 Renal Failure
 CHD
 Gg. Endokrin, Ex : ADH & Aldosteron
 Sirosis
Manisfestasi Klinis :
Pe ↑ Volume Plasma :
 Pe↓ konsentrasi protein plasma
 Pe↓ HCT
 Pe↑ tekanan darah -> distensi V. Jugularis -> Overload sirkulasi
-> beban jantung >>>
 Denyut nadi kuat
 Hipertensi
Pe ↑ Volume Cairan Interstitial :
 Edeme
 Pe ↑ BB
 Pe ↑ Turgor kulit
 Bengkak pada kelopak mata
 Edeme paru -> batuk2 dgn dahak berbusa & bercak darah,
dyspnea
 Suara krekels di paru-paru
 Asites
Hasil Lab :
Pe ↓ BUN < 10 mg/100ml (N : 8-25/100ml)
Ketidakseimbangan Natrium ( Na )
 Hiponatremia
Definisi :
Kekurangan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan
perubahan tekanan osmotik.
Etiologi :
Pe↓ intake natrium
Pe output natrium karena :
SIADH oleh karena :stress,cancer,cerebral disorder,pain,trauma
Surgical & Penggunan Morphin/ obat anasthesi
Enema dengan air keran
Kehilangan melalui gastointestinal
Pengeluaran keringat meningkat
Penggunaan diuretik (terutama disertai dgn diet rendah natrium)
Pe volume cairan karena :
Penyakit ginjal
Insufisiensi adrenal
>> cairan hypotonis
Gg pompa natrium-kalium disertai pe↓ kalium sel & natrium serum
Asidosis metabolik
 Manisfestasi Klinis :
Etiologi diatas menyebabkan -> konsentrasi Natrium extracell me↓ ->
perpindahan cairan ekstrasel ke intrasel -> edema cell
Edema cell otak, MK :
• Hyperiritable
• Disorientasi, ketakutan, kecemasan & perubahan kepribadian
• Konvulsi
• Coma
• Pusing
Edema cell lain, MK :
 Lemah
 Anorexia, nausea & vomiting
 Abdominal Cramp
 Diarhea
 Nadi cepat namun lemah
 Hipotensi
 Kulit lembab & dingin
 Hasil Lab :
Natrium serum < 125 mEq/L
Osmolalitas serum < 280 mOsm/Kg
BJ Urin < 1,010
 Hipernatremia
Definisi :
Suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari
konsentrasi normal didalam cairan ekstrasel, yang dapat disebabkan
oleh kehilangan air yang ekstrem atau kelebihan natrium total
Etiologi :
Pe intake Natrium
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat
Pemberian larutan saline hipertonik lewat IV secara iatrogenik
Pe ↓ volume cairan :
Sulit menelan
Gg. rasa haus
Pe↓ air di lingkungan
Diabetes insipidus
Ber>>> perspirasi
Sekresi aldosteron yang berlebihan

Konsentrasi Cairan Ekstracell Me


 Manisfestasi Klinis
Cairan intracell ektravasasi ke ekstracell -> cell keriput,
rasa haus
Keriput pada cell otak, MK ;
 Tampak ketakutan
 Gelisah
 Coma
Keriput cell lain , MK ;
 Kulit kering
 Mukosa membran kering
 Mata cekung
 Lidah beralur jelas

 Hasil Lab
Natrium serum > 145 mEq/L
Osmolalitas serum < 280 mOsm/kg
BJ Urine < 1,010
Ketidakseimbangan Kalium ( K )
 Hipokalemia
Definisi :
Merupakan suatu kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkulasi di
dalam cairan ekstrasel tidak adekuat.
Etiologi :
Pe↓ intake K
Pe output K karena :
Penggunaan diuretik
Pe sekresi aldosteron
GI losses
Alkalosis
Poliuria
Pengeluaran keringat ber >>>>
Penggunaan cairan IV – bebas kalium secara berlebihan

Pe↓ respon otot terhadap rangsangan saraf


 Manisfestasi Klinis :
Alkalosis -> pe↓ respon otot terhadap rangsang saraf :
Gg. Pada Otot Polos GIT, MK ;
Distensi usus
Vomiting
Ileus paralitik
Pe↓ peristaltik usus
Pe↓ tonus vaskular, MK :
Hypotensi
Denyut nadi lemah & tidak teratur
Gg. Pd Otot Jantung, MK ;
Arrytmia
Heart block
Perubahan EKG : ST segment depresi & flattened T wave
Peningkatan sensitivitas terhadap obat2an digitalis
Alkalosis
Pernafasan dangkal

 Hasil Lab :
Kalium serum < 3 mEq/L
 Hiperkalemia
Definisi :
Kondisi dimana lebih besarnya jumlah kalium daripada nilai normal
kalium di ekstra sel.
Etiologi :
Pe intake Kalium melalui :
Pemberian kalium melalui IV secara iatrogenik
Pemberian transfusi darah secara cepat
Pe↓ output Kalium melalui :
Renal failure
Addison’s desease
Aldosteron inhibiting drugs (aldactone)
Shiff of kalium of intracell melalui :
Asidosis
Luka bakar & trauma
Hypoksia seluler

Pe respon otot terhadap rangsang syaraf


 Manisfestasi Klinis :
Pe↓ kekuatan konstraksi otot
Gg. Pd otot rangka, MK :
Kelemahan otot
Pernafasan dangkal
Gg. Pd otot jantung, MK :
Pe respon thd rangsang syaraf -> arrythmia
(ventrikel vibrilasi)

Pe↓ kekuatan kontraksi


. Dilatasi & flaccidity
. Pe↓ rate jantung/ stop
 Hasil Lab :
Kalium serum > 5,3 mEq/L
Ketidakseimbangan Calsium ( Ca )
 Hipercalsemia
Definisi :
Peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum & peningkatan
kalsium yang terionisasi.
Etiologi :
Pe absorbsi Ca pada GIT
Diet ber>>>
Pe pemecahan Ca dari tulang
Pe sekresi PTH -> hiperparatiroidisme
Immobilisasi yang lama
Metastase tumor tulang
Osteoporosis

Pe↓ eksresi Ca pada renal


Asidosis

Pe↓ permeabilitas & irritabilitas jaringan saraf & otot

Pe↓ aktivitas otot & saraf -> pe↓ tonus otot


 Manisfestasi Klinis
Otot polos GIT :
Distensi abdomen, kembung
Konstipasi
Nausea & vomiting
Pe↓ fungsi saraf :
Lethargy
Kelemahan
Pe↓ refleks normal
Pe↓ level kesadaran
Kecuali pada otot jantung
Pe rangsang jantung -> pe C.O. & B.P. -> Jika Ber>>>>
timbul arrythmia ( long period ) -> pe↓ pompa jantung -> pe↓ B.P.
Deposit pada jaringan lunak :
Batu ginjal
Renal failure
 Hasil Lab
Kalsium serum > 5 mEq/L
Sinar X menunjukkan adanya osteoporosis yang menyeluruh
Kavitas tulang yang menyebar
Batu saluran kemih radioopak
 Hipocalsemia
Definisi :
Merupakan penurunan kalsium dalam ekstrasel.
Etiologi :
Pe↓ absorbsi Ca pada GIT :
Defesiensi vit D, defesiensi nutrisi
Pe↓ sekresi PTH
Peny. liver, empedu & pangkreas
Ber>>> deposit Ca pada tulang
Pe eksresi Ca
Alkalosis

Pe permeabilitas & iritabilitas


jaringan saraf & otot
 Manisfestasi Klinis
Pada Otot rangka :
Twiching
Refleks hiperaktif
Spasmus Larynx
Tetani
Fraktur patologis disertai hipokalsemia kronik

Pada otot pembuluh darah :


Baal & kesemutan pd daerah jari2 & sirkuoral

 Hasil Lab
Kalsium serum < 4,3 mEq/L & perubahan EKG
Ketidakseimbangan Magnesium (Mg)
 Hipermagnesemia
Definisi :
Peningkatan konsentrasi magnesium serum
sampai diatas 2,5 mEq/L
Etiologi :
Renal Failure
Pemberian Mg parentaral secara berlebihan
 Manisfestasi Klinis :
Refleks tendon hipoaktif
Pernafasan & denyut jantung dangkal &
lambat
Hipotensi
 Hasil Lab :
Magnesium serum > 2,5 mEq/L.
 Hipomagnesemia
Definisi :
Kadar konsentrasi serum turun sampai
dibawah 1,5 mEq/L.
Etiologi :
Asupan tidak adekuat : malnutrisi &
alkoholisme
Absorpsi yang tidak adekuat : diare, muntah,
drainase naogastrik, fistula, penyakit usus
kecil, diet kalsium ber>>>
Hipoparatiroidisme
Penggunaan diuretik tiazid
Kelebihan aldosteron
Poliuria
 Manisfestasi Klinis :
Tremor otot
Confuse
Disorientasi
Takikardia
 Hasil Lab :
Magnesium serum > 1,5 mEq/L
Ketidakseimbangan Fosfor
 Hipofosfatemia
Definisi :
Konsentrasi fosfor anorganik di bawah
normal.
Etiologi :
Hiperparatirodisme, muntah, diare,
hiperventilasi, diabetik ketoasidosis,
pemberian kembali setelah periode
kelaparan, defesiensi vitamin D yang
berhubungan dengan malabsorbsi
 Manisfestasi Klinis
Parestsia, kelemahan otot, nyeri tulang,
peningkatan kerentanan terhadap infeksi
 Hasil Lab
Serum fosfor < 2,5 mg/dl
 Hiperfosfatemia
Definisi :
Kadar fosfor serum yang lebih tinggi dari
normal.
Etiologi :
GGA & GGK, masukan fosfor yang
berlebihan, kelebihan vitamin D, respirasi
asidosis, hipoparatirodisme, kerusaka
jaringan yang me↑.
 Manisfestasi Klinis
Anareksia, mual, muntah, kelemahan otot,
tetani, takikardi
 Hasil Lab
Serum fosfor > 4,5 mg/dl
Perbedaan Tonisitas Larutan
 Isotonis : Larutan dengan osmolalitas yang sama dengan plasma
Ex : NaCl 0,9% & RL
 Hipotonik : Larutan dengan konsentrasi solut lebih rendah dari plasma
Ex : NaCl 0,45%, NaCl 0,33% & Dextrosa 2,5%
 Hipertonik : Larutan dengan konsentrasi solut lebih tinggi dari plasma
Ex : Dekstrosa 5% dlm Nacl 0,45%
Dekstrosa 5% dlm RL 3%

Jenis Cairan
• Nutrient Sol, Ex : Dextrosa 5%
• Elektrolit Sol, Ex : NaCl 0,9%, RL
• Darah, U/ meningkatkan vol intravaskular karena
perdarahan.
• Plasma U/ meningkatkan plasma klien luka bakar
• Albumin u/ meningkatkan albumin plasma
Konsep Asam-Basa
Reaksi Refersibel :
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3ˉ

CO2 = 1 PH = 7
HCO3ˉ = 20

Asam adalah sekelompok zat yang mengandung hidrogen


yang terurai apabila berada dalam larutan untuk
menghasilkan H+ & anion
Basa adalah bahan yang dapat berikatan dengan H+ bebas
dengan menarik ion tersebut dari larutan
PH : Asidosis < 7,35 -7,45 < Alkalosis
Kematian apabila PH > 8 & PH< 6,8
Dampak Ketidak Seimbangan Konsentrasi
Asam-Basa ( H ) :
Perubahan eksitabilitas sel saraf & otot
Ketidakseimbangan aktivitas enzim
Retensi K
Ketidak Seimbangan Asam-
Basa
 Asidosis Respiratorik
Pe [ CO2 ]
Etiologi : penyakit paru, penekanan pusat pernafasan,
gangguan otot/saraf respirasi & tindakan menahan nafas
 Alkalosis Respiratorik
Pe [ CO2 ]
Etiologi : demam, kecemasan, keracunan aspirin, berada
di ketinggian
 Asidosis Metabolik
Pe [ HCO3ˉ ]
Etiologi : Diare berat, Diabetes Miletus, Olah raga
berlebihan, Asidosis uremik.
 Alkalosis Metabolik
Pe [ HCO3ˉ ]
Etiologi : Muntah & Ingesti obat-obatan alkali
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN
CAIRAN & ELEKTROLIT
Pengkajian
• Sirkulasi : Hipotensi
• Makanan/cairan : Muntah, edema
• Neurosensori : Pusing kepala
• Ketidaknyamanan : Pusing kepala, rasa tidak enak,
kedinginan
• Pernapasan : Kesukaran dalam bernapas,
sesak napas
• Integumen : Urtikaria, muka menjadi merah
• Keamanan : Demam

Diagnosa Keperawatan
• Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
• Hyperthermia b/d darah autolog atau infeksi
• Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
• Risiko tinggi cedera b/d reaksi infus ulang
Rencana Intervensi
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
 Tujuan :
Tanda vital dipertahankan dalam parameter yang ada
untuk mempertahankan perfusi sistemik
 Intervensi :
○ Monitor dan catat masukan dan haluaran cairan
○ Palpasi nadi perifer; perhatikan pengisian kapiler, warna/suhu
kulit; kaji mental
○ Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan
keseimbangan cairan 24 jam
○ Kaji dan laporkan tanda dan gejala hipovolemia : penurunan
tekanan darah dan haluaran urin, kelemahan, takikardi, nadi
halus, keluhan haus, penurunan CVP
○ Kaji dan laporkan tanda hypervolemia : takikardi, dispnea
dengan ronchi basah, tekanan darah normal atau tinggi
○ Lab, Hb dan Ht sesuai pesanan
2. Hyperthermia b/d darah autolog atau infeksi
 Tujuan : Suhu tubuh tetap dlm batas normal (36,8° -37,2 °C)
 Intervensi :
○ Pantau suhu klien
○ Periksa suhu sebelum dan sesudah infus ulang
○ Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur,
sesuai indikasi
○ Periksa dan catat suhu tiap 1 jam
○ Berikan selimut pendingin
3. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
 Tujuan : Menyatakan pengetahuan tentang transfusi serta
risiko yang berhubungan
 Intervensi :
○ Kaji tingkat pengetahuan
○ Berikan informasi yang relevan pada risiko transfusi dan
keuntungannya
 Dorong untuk mengungkapkan masalah tentang risiko
dan prosedur
 Kaji tingkat ansietas karena transfusi

4. Risiko tinggi cedera b/d reaksi infus ulang


 Tujuan : Transfusi akan terjadi tanpa komplikasi
atau insiden yang tak biasanya
 Intervensi :
○ Kaji pasien terhadap adanya diskrasi atau anomali
pembekuan
○ Periksa format identifikasi klien dan label sebelum infus ulang
○ Saring semua darah dan darah yang dicuci sesuai indikasi
sebelum infus ulang
○ Observasi tanda reaksi hemolitik
○ Monitor tanda vital, hematokrit, waktu protrombin dan waktu
tromboplastin parsial
Memasang Infus

Lihat slide berikutnya !!!!!!!!!!!!!!!!


TRANSFUSI DARAH

Pengertian
 Transfusi darah adla pemindahan darah dari donor
ke dlm peredaran darah penerima (resipien).
Produk darah di pesankan oleh dokter untuk
memulihkan sirkulasi darah, memperbaiki hb, atau
memperbaiki kadar protein serum.
 Darah tersusun dari komponen eritrosit, leukosit,
trombosit & plasma yg mengandung faktor-faktor
pembekuan. Masing-masing komponen
mempunyai sifat antigenik yg multiple.
 Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki
oksigenisasi jaringan & alat-alat tubuh serta
menambah produk darah untuk mengobati
penderita
Beberapa bahan yg ditransfusikan :
1. Packed Red Cells
 Komponen t.d. eritrosit yang telah di pekatkan
dgn memisahkan komponen-komponen yg
lain.
 Packed cells banyak dipakai dlm pengobatan
anemia terutama pada talasemia, leukemia
dan anemia karena keganasan lainnya.
2. Suspensi Granulosit
 Manfaat transfusi granulosit pada penderita
granulositopenia (neutropenia) yang sedang
menderita infeksi telah banyak dilaporkan.
 Banyak klinik yang memberikan transfusi
granulosit bila penderita neutropenia dengan
panas tinggi telah gagal di obati lebih dari 48
jam.
3. Suspensi Trombosit
 Transfusi trombosit telah byk dipakai sejak tahun
1960 & terbukti bermanfaat menghentikan
perdarahan karena trombositopenia.
 Indikasi : setiap perdarahan spontan atau suatu
operasi besar dengan jumlah trombositnya
kurang dari 50.000/mm3, misalnya perdarahan
pada trombochytopenia purpura, leukemia,
anemia aplastik, demam berdarah dan aplasia
sumsum tulang.
4. Kriopresipitat
 Komponen utama yang terdapat didalamnya
adalah anti hemophilic globulin (AHG).
Penggunaannya untuk menghentikan perdarahan
karena berkurangnya AHG didalam darah
penderita hemofili A.
5. Plasma
 Umumnya di perlukan untuk penderita
hiperbilirubinemia.
6. Gamaglobulin
 Dipergunakan untuk pengobatan
immunodeficiency dari
hipogamaglobulinemia atau
agamaglobulinemia kongenital.
Indikasi :
Transfusi darah diberikan atas dasar :
 Untuk mengembalikan & mempertahankan
suatu volume yg normal peredaran darah,
misalnya pd oligemia karena perdarahan,
trauma bedah atau kombustio.
 Untuk mengganti kekurangan volume
seluler atau kimia darah, misalnya anemia,
trombositopenia, hipoprotrombinemia,
hipofibrinogenemia, dll.
Indikasi :
 Anemia karena perdarahan
 Biasanya di ambil batas Hb 7-8 g%. Bila Hb turun sampai
4,5 g%, fase yg membahayakan dan transfusi darah
Anemia hemolitik
 Anemia aplastik, leukemia dan anemia refrakter
 Anemia karena sepsis
 Anemia pada orang yang mengalami operasi
 Anemia pada kehamilan yang dekat saat melahirkan.

Kontraindikasi :
 Neoplasma malignan
 Infeksi
 Darah terkontaminasi
 Koagulopati
 Hemolisis berlebihan
 Kegagalan ginjal
Reaksi Transfusi
 Reaksi Pirogen
Tanda: dgn pasien kedinginan, diikuti demam
biasanya dlm 1 jam setelah transfusi / infus.
Biasanya menggigil akan hilang setelah 15-30
menit, sedangkan demam akan menetap sampai
beberapa jam.
 Reaksi Alergi
Reaksi ini merupakan reaksi hipersensitivitas
dari pasien terhadap komponen yg tdk diketahui
dari darah donor. Reaksi ini sering terjadi & di
hubungkan dgn kemungkinan transmisi antibodi
dari donor. Reaksi ini dpt ditandai dgn urtikaria,
edema & pusing kepala.
 Reaksi Hemolitik
Dpt disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah,
inkompatibilitas plasma atau serum & pemberian
cairan nonisotonik. Gejalanya tergantung dari derajat
daripada inkompatibilitas, banyaknya darah yg
diberikan & fungsi dari hepar, ginjal serta jantung.

Gejala tersebut berupa :


Rasa tidak enak dan gelisah
Kesukaran dalam bernafas
Rasa sakit pada leher dan perikordial
Muka menjadi merah
Sesak nafas, tekanan darah menurun
Mual dan muntah-muntah
 Transmisi Penyakit Infeksi
Penyakit-penyakit yang dapat di tularkan melalui
transfusi antara lain :
○ Hepatitis
○ Malaria
○ Sifilis
Komplikasi
Komplikasi terapi transfusi, meliputi :
○ Kelebihan beban sirkulasi
○ Sepsis
○ Demam, reaksi non-hemolitik
○ Reaksi alergi
○ Reaksi hemolitik akut
○ Penularan penyakit akibat transfusi
Reaksi Samping :
 Ikterus
Semua reaksi transfusi m’babkan hemolisis
segera akibat hemolisin atau hemolisis
kemudian akibat fagositosis sel yang
teraglutinasi. Hb yang dilepaskan dari sel
darah merah kemudian diubah oleh sel-sel
fagosit menjadi bilirubin dan kemudian di
eksresikan kedalam empedu oleh hati.
Konsentrasi bilirubin dalam cairan tubuh
seringkali meningkat  ikterus.
 Febris
Merup reaksi paling sering. Disebabkan
oleh sensitivitas terhadap leukosit.
Trombosit atau protein plasma donor sering
terjadi pada penderita yang pernah
ditransfusi. Suhu pasien me selama
pemberian/sesudahnya ditandai dengan
menggigil.

 Urtikaria
Penyebab reaksi ini diduga akibat
sensitivitas protein darah yang
ditransfusikan/transfer pasif antibodi dari
donor yang bereaksi dgn bbg antigen yang
di paparkan kepada resipien.
 Edema
Beban berlebih pd sirkulasi dpt terjadi selama
transfusi yg merupakan salah satu contoh dari
masalah umum transfusi berlebih. Bila air di
infuskan ia secara cepat bergabung dgn air
tubuh keseluruhan menyebar ke ruang
ekstraseluler. Sebaliknya darah karena ukuran
sel darah merah dan molekul protein yg besar,
seluruhnya akan tetap dlm ruangan vaskuler.
Transfusi yg melebihi kebutuhan,
menyebabkan kelebihan cairan dan tubuh
tidak dapat mentoleransi shg terjadi
peningkatan permeabilitas di vaskuler shg
merembes ke CES & terjadi edema.
 Batuk
Reaksi samping lain yang dapat terjadi
berupa batuk-batuk yang disebabkan
karena membran mukosa bronchial
terlibat, namun reaksi ini jarang terjadi.
Prosedur Kerja
Persiapan Alat
 Selain alat-alat yang di gunakan untuk infus IV
 Larutan normal salin 0,9 %
 Set infus dengan filter dalam
 Kateter besar
 Produk darah yang benar
 Sarung tangan sekali pakai
Langkah-langkah
 Cuci tangan
 Kenakan sarung tangan sekali pakai
 Jelaskan prosedur pada klien. Tentukan apakah klien
pernah mendapatkan transfusi sebelumnya
 Buat jalur IV dengan kateter besar ( No.16 G atau 18 G)
 Gantungkan wadah larutan 0,9 % garam faal untuk
diberikan setelah menginfuskan darah
 Identifikasi kebenaran produk darah dan klien :
 Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantung darah dan
informasi pada kantung itu sendiri
 Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter
 Periksa tanggal kadaluwarsa pada kantung
 Dapatkan data dasar TTV dalam 30 menit sebelum
pemberian transfusi darah
 Suruh klien berkemih
 Buka set pemberian darah
 Tusuk kantung IV normal salin 0,9 %. Isi selang dengan
normal salin 0,9 %
 Dengan perlahan balikkan kantung darah1-2 kali untuk
mencampur sel-sel.
 Tusuk wadah komponen darah, buka klem pada selang
inlet dan selang bagian bawah, dan mengisi selang
sehingga filter tertutup darah
 Hubungkan selang transfusi darah ke kateter IV dengan
mempertahankan kesterilan
 Tetap bersama klien selama15-30 menit masa transfusi.
Kecepatan aliran awal selama waktu ini harus 2-5
mL/menit
 Pantau TTV klien : tiap 5 menit selama 15 menit
pertama, tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya, tiap jam
sampai unit darah terinfuskan : selama 1 jam setelah
infus selesai
 Setelah darah di infuskan, bersihkan selang dengan
normal salin 0,9 % dan letakkan kantung darah pada
kantung plastik untuk di kembalikan ke bank darah
 Buang semua bahan yang telah di gunakan di tempat
yang telah disediakan. Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
 Catat tipe dan komponen darah yang diberikan dan
respon klien terhadap terapi darah

Anda mungkin juga menyukai