Anda di halaman 1dari 28

BERAT BAYI LAHIR

RENDAH DENGAN IKTERIK


NEONATORUM
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Ari Yunanto, Sp.A(K), SH
dr. Pudji Andayani, Sp.A(K)
SUBJEKTIF
 Data Ibu
Ibu didiagnosis G1P0A0, usia kehamilan 33 minggu, ibu melahirkan secara SC di
RSUD Ulin Banjarmasin. Ibu masuk RS pada hari Minggu tanggal 5 Mei 2019 di
karenakan ibu mengalami nyeri perut dan kenceng-kenceng sejak hari sabtu. Ibu
mengikuti program kehamilan dengan dokter Sp.OG dan merencanakan operasi sc
a/i gamelli dan letak sungsang pada tanggal 9 Mei 2019, tetapi pada tanggal 5 mei
ibu sudah merasakan kontraksi hebat dan harus melakukan operasi cito. Ibu tidak
mengalami rembesan air, keputihan, demam ,maupun nyeri saat BAK.
 Data Bayi
Bayi di lahirkan pada tanggal 05-05-2019 pukul 23.53 wita. Bayi langsung
menangis kuat. Berat badan bayi saat lahir 1685 gram dengan panjang badan 42
cm , lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 27 cm, As 7-8-9 dan DS 0
Objektif
Pemeriksaan Fisik Bayi
a. Tanggal : 5 Mei 2019
b. Umur : 1 hari

Antropometri
Berat badan lahir : 1685 gram
Panjang badan : 42 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 27 cm
Objektif
Tanda vital

Kesadaran : tangis kuat, gerak aktif


Denyut jantung : 146 kali/menit
Respirasi : 45 kali/menit
Suhu : 36,5 °C
CRT : <3 detik
SpO2 : 98% tanpa O2
Pemeriksaan Fisik Bayi
Jantung : S1∞ S2 tunggal, bising (-),
Tanggal : 5 Mei 2019
Kulit : Kemerahan (+), sianosis (-), murmur (-)

ikterik (-) Abdomen : distensi(-), bising usus (+)

Kepala : normosefali Genitalia : perempuan, labium mayor


tidak menutupi labium minor menonjol
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera
Ekstremitas : akral hangat, parese (-/-),
ikterik (-)
edem (-/-), tanda
Hidung : simetris, deviasi septum (-),
ortholani (-), barlow (-)
pernapasan cuping hidung (-),
Tulang belakang : skoliosis (-), spina bifida(-),
epistaksis (-)
meningokel (-)
Telinga : simetris, rekoil cepat kembali,
Tanda fraktur : deformitas (-), nyeri (-)
lipatan pinna jelas
Neurologi : refleks Morro (+)
Mulut : mukosa bibir basah, sianosis (-)
refleks rooting (+)
gusi berdarah (-), labioskisis (-)
refleks sucking (+)
Toraks : simetris, retraksi (-)
refleks grasping (+)
Paru : suara napas vesikuler, ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
Follow up
Tanggal : 6 Mei 2019 (05.00 wita)
Umur : 2 hari Kulit : pucat(-) ikterik(-) sianosis(-)
No RM : 1-42-75-01 Kepala : caput suksadenium (-)
Ruang : IIA Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung: pch (-)
S) Tangis (+) Mulut : sianosis (-)
Gerak (+) Thorax : retraksi (-)
BAB (+) Abdomen : distensi (-)
BAK (+) Ekstremitas : akral hangat (+) edema(-)
O) Denyut jantung : 151 kali/menit
Respirasi : 50 kali/menit
Suhu : 37 °C
CRT : <3 detik
SpO2 : 99% tanpa O2
Berat badan lahir : 1685 gram
Berat badan sekarang : 1570 gram
Follow up
Tanggal : 7 Mei 2019 (05.00 wita)
Umur : 3 hari Kulit : pucat(-) ikterik(-) sianosis(-)
No RM : 1-42-75-01 Kepala : caput suksadenium (-)
Ruang : IIA Mata : Konjungtiva anemis(-)
Hidung: pch(-)
S) Tangis (+) Mulut : sianosis(-)
Gerak (+) Thorax : retraksi (-)
BAB (+) Abdomen : distensi (-)
BAK (+) Ekstremitas : akral hangat (+) edema(-)
O) Denyut jantung : 120 kali/menit
Respirasi : 45 kali/menit
Suhu : 37,1 °C
CRT : <3 detik
SpO2 : 99% tanpa O2
Berat badan lahir : 1685 gram
Berat badan sekarang : 1510 gram
Follow up
Tanggal : 8 Mei 2019(05.00 wita)
Umur : 4 hari Kulit : pucat(-) ikterik(+) sianosis(-)
No RM : 1-42-75-01 Kepala : caput suksadenium (-)
Ruang : IIA Mata : Konjungtiva anemis(-)
Hidung: pch(-)
S) Tangis (+) Mulut : sianosis(-)
Gerak (+) Thorax : retraksi (-)
BAB (+) Abdomen : distensi (-)
BAK (+) Ekstremitas : akral hangat (+) edema(-)
O) Denyut jantung : 136 kali/menit
Respirasi : 46 kali/menit
Suhu : 36,5 °C
CRT : <3 detik
SpO2 : 99% tanpa O2
Berat badan lahir : 1685 gram
Berat badan sekarang : 1470 gram
Follow up
Tanggal : 9 Mei 2019(05.00 wita)
Umur : 2 hari Kulit : pucat(-) ikterik(+) sianosis(-)
No RM : 1-42-75-01 Kepala : caput suksadenium (-)
Ruang : IIA Mata : Konjungtiva anemis(-)
Hidung: pch(-)
S) Tangis (+) Mulut : sianosis(-)
Gerak (+) Thorax : retraksi (-)
BAB (+) Abdomen : distensi (-)
BAK (+) Ekstremitas : akral hangat (+) edema(-)
O) Denyut jantung : 142 kali/menit
Respirasi : 44 kali/menit
Suhu : 37,3 °C
CRT : <3 detik
SpO2 : 98% tanpa O2
Berat badan lahir : 1685 gram
Berat badan sekarang : 1420 gram
Assessments

 BBLR
 BKB
 SMK
 Ikterik neonatorum
Planning
 Observasi KU dan TTV
 Inj.Vitamin K1 1 mg
 Fototerapi
 PO : Ferriz drops 1 x 0,3 ml
San-B-plex drops 1 x 0,5 ml
Probiotik 1 x 5 tetes
 ASI on demand
 KMC
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DEFINISI

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2012.
Etiologi

BBLR disebabkan oleh :


 usia kehamilan yang pendek (prematuritas)
 IUGR (Intra Uterine Growth Restriction)
 atau keduanya

Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko,


seperti faktor ibu, janin dan lingkungan.
Faktor ibu
 komplikasi kehamilan : anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi saluran
kemih
 Menderita penyakit :malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
 Kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang
dari 1 tahun).
 berat badan sebelum hamil rendah, penambahan
berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan,
malnutrisi

Festy PW. 2011. Analisis Faktor Risiko pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Sumenep. Surabaya:
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Faktor plasenta dan janin

 plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi


kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

 Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda


(gemeli), kelainan kromosom

Asiyah S, Suwoyo, Mahaendriningtyastuti. Karakteristik bayi berat lahir rendah sampai tribulan II tahun 2009 di Kota
Kediri. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 2005: 210-22
Masalah kelahiran BBLR

 Hipotermi
 Gangguan pernafasan
 Imaturitas imunologi
 Hipoglikemia

Festy PW. 2011. Analisis Faktor Risiko pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Sumenep. Surabaya:
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Penanganan BBLR

 Mempertahankan suhu tubuh normal


 KMC
 Mencegah infeksi
 Pengawasan nutrisi

Mutalazimah. Hubungan lingkar lengan atas dan kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. 2005; 6(2):114-26
IKTERIK NEONATORUM
DEFINISI
 Ikterus neonatorum adalah akumulasi bilirubin yang berlebihan
dalam darah yang ditandai dengan jaundice pada kulit, sklera,
mukosa dan urin (Mitayani, 2009).
 Peningkatan kadar bilirubin lebih sering terjadi pada bayi kurang
dari 38 minggu masa gestasi (American Academy of Pediatrics,
2004).
Secara klinis, ikterik pada neonatus akan tampak bila konsentrasi
bilirubin serum >5mg/dL.

19
Ikterus dibedakan berdasarkan tanda-tanda yang muncul pada neonatus.
Ikterus fisiologi akan muncul pada hari kedua dan ketiga pasca lahir dan
terlihat jelas pada hari ke-5 sampai ke-6 (Saputra, 2014).
Kadar bilirubin indirek neonatus cukup bulan tidak melebihi 10 mg/dl,
peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl per hari dengan kadar
bilirubin direk tidak melebihi 1 mg/dl. Ikterus tidak terbukti terkait dengan
keadaan patologis dan menghilang pada 10 hari pertama (Arief, 2009).
Ikterus patologi terjadi dalam 24 jam pertama segera setelah lahir dan
menetap setelah dua minggu pertama, kadar bilirubin pada neonatus cukup
bulan >10 mg/dl atau >12,5 mg/dl pada neonatus kurang bulan, bilirubin
meningkat >5 mg/dl per hari, kadar bilirubin direk melebihi satu mg/dl dan
mempunyai hubungan dengan proses hemolitik (Arief, 2009).
Epidemiologi

 Etika mengungkapkan bahwa angka kejadian ikterus


terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi
prematur (Etika, 2006)
 Di RSCM dengan prevalensi ikterus pada bayi baru
lahir tahun 2003 sebesar 58% untuk kadar bilirubin
≥5mg/dL dan 29,3% untuk kadar bilirubin ≥12 mg/dL
pada minggu pertama kehidupan. kemudian di RS Dr.
Kariadi Semarang dengan prevalensi ikterus
neonatorum sebesar 13,7% (Sastroasmoro, 2004)

20
Faktor risiko
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

21
MANIFESTASI KLINIS
PENGOBATAN
 Pada hiperbilirubinemia, bayi harus tetap
diberikan ASI dan jangan diganti dengan air
putih atau air gula karena protein susu akan
melapisi mukosa usus dan menurunkan
penyerapan kembali bilirubin yang tidak
terkonjugasi. Pada keadaan tertentu bayi perlu
diberikan terapi sinar. Transfusi tukar jarang
dilakukan pada ikterus dini atau ikterus karena
ASI. Indikasi terapi sinar dan transfusi tukar
sesuai dengan tata laksana hiperbilirubinemia.
27
 Yang perlu diperhatikan pada bayi yang mendapat terapi sinar
adalah sedapat mungkin ibu tetap menyusui atau memberikan
ASI yang diperah dengan menggunakan cangkir supaya bayi
tetap terbangun dan tidak tidur terus. Bila gagal menggunakan
cangkir, maka dapat diberikan dengan pipa orogastrik atau
nasogastrik, tetapi harus segera dicabut sehingga tidak
mengganggu refleks isapnya. Kegiatan menyusui harus sering (1-2
jam sekali) untuk mencegah dehidrasi, kecuali pada bayi kuning
yang tidur terus, dapat diberikan ASI tiap 3 jam sekali. Jika ASI tidak
cukup maka lebih baik diberikan ASI dan PASI bersama daripada
hanya PASI saja.
 Ikterus dini yang menetap lebih dari 2 minggu ditemukan pada
lebih dari 30% bayi, sehingga memerlukan tata laksana sebagai
berikut :
 jika pemeriksaan fisik, urin dan feses normal hanya diperlukan
observasi saja.
 dilakukan skrining hipotiroid
 jika menetap sampai 3 minggu, periksa kadar bilirubin urin, bilirubin
direk dan total.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai