Anda di halaman 1dari 49

 Pengkajian syaraf :

1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik

 Tujuan
1. Mengidentifikasi adanya disfungsi sistem
syaraf.
2. Menentukan akibat disfungsi sistem syaraf thd
aktifitas sehari-hari
3. Membandingkan data saat ini dan sebelumnya
4. Mendeteksi adanya situasi yg mengancam
kehidupan
5. Sebagai dasar utk menentukan diagnosa
keperawatan
• Pemeriksaan sistem syaraf:
1. Fungsi serebral
2. Saraf kranial
3. Sistem motorik
4. Sistem sensorik
5. Status refleks
6. Tanda rangsang meningeal

• Waktu & frekuensi melakukan


 pasien baru masuk bila memungkinkan dpt
diulang secara periodik, Bila tidak memungkinkan
cukup dikaji “neuro sign” (tk kesadaran, pupil, &
fungsi motorik)

Frekuensi pengkajian
 Setiap 4-8 jam (kondisi baik & stabil)
 Setiap 5 menit (kondisi tdk stabil
 Prinsip pemeriksaan fisik :
◦ Head to too
◦ Distal ke proximal
◦ Bandingkan tubuh sebelah kiri dan kanan

 Alat yg diperlukan
◦ Refleks hammer
◦ Garpu tala
◦ Penlight
◦ Optalmoskop
◦ Stetoskop
◦ Sudip lidah (taugh spatel)
◦ Lidi kapas/tissue
◦ Kapas yg dipilin kecil
◦ 2 tabung yg berisi air panas & dingin
 Pemeriksaan secara umum

◦ Anamnesa : umur, pekerjaan, tempat tinggal,


status perkawinan, riwayat operasi, trauma, peny.
degeneratif, peny.yg berkaitan dg saraf.
Pd bayi : peny saat ibu hamil, obat-obatan,
kesulitan saat partus, apgar score, kelainan
kongenital.

◦ Keadaan umum
1. Kesan umum : inspeksi seluruh tubuh : misal
penurunan kesadaran, bentuk kepala, edema
generalisata, tampak sakit, gelisah, dsb.
2. Pemeriksaan peny. dlm : TD, Nadi, Pernafasan,
suhu, sistem kardiopulmoner, GI, urogenital ,
anggota gerak, leher, kepala & wajah, anemia,
ikterus
1. Status mental
Observasi penampilan & tingkah laku : cara
berpakaian, kerapihan & kebersihan diri, postur,
sikap, gerakan tubuh, ekspresi wajah, aktivitas
motorik, gaya bicara & tk kesadaran.

2. Fungsi intelektual
a. Orientasi thd waktu, tempat & orang
- Waktu : tgl, hari, bulan, tahun & musim
- Tempat :Lokasi pasien saat ini, alamat rmh, kota,
negara
- Orang : menyebutkan nama sendiri, nama
anggota keluarga atau petugas yang bertugas

b. Atensi & konsentrasi


- pemeriksa menyebutkan beberapa digit nomor, pasien
diminta utk mengulang, mulai dr 2 digit, dst.
- Pasien diminta utk menghitung mundur, mulai dr
angka 100
( normal dlm 60 detik pasien dpt menjawab dg sedikir
kesalahan )
c. Memori
- Memori jangka panjang
“ Dimana & kapan anda lahir “
“ Siapa nama anak anda, berapa umur
mereka “
“ Kapan anda lulus SPK “
- Memori jangka pendek
“ Kapan anda masuk RS “
“ Siapa yang mengantar anda ke RS “
d. Retensi & recall
- menyebutkan 3 nama objek
yg berbeda,± 3 menit kemudian pasien
diminta menyebutkannya kembali
e. Kalkulasi
- diminta pasien menghitung mundur atau
menjawab hitungan sederhana
f. Berfikir abstrak
- Minta pasien menjelaskan arti pribahasa
“ Susu dibalas air tuba “
g. Similaritas
- Minta pasien menyebutkan persamaan 2
benda atau objek
“ Sebutkan persamaan jeruk dan apel “
h. Judgment
- Pertanyaan bertujuan untuk mengevaluasi
kemampuan pasien dlm membuat
keputusan, “ Apa yg anda lakukan bila
terkunci dlm lift sendirian “
i. Pengetahuan umum
- Pengetahuan bagus berarti intelegensi juga
bagus
“ Apa nama ibukota propinsi Sumatera
Barat”
“ Apa fungsi ginjal manusia “
3. Daya Pikir
- Apakah spontan, alamiah, relevan & masuk
akal, punya kesulitan berfikir, khayalan, asyik
sendiri, halusinasi, pikiran paranoid
4. Status emosional
- Apakah tingkah laku alamiah, datar, peka,
pemarah, cemas, apatis atau euforia, alam
perasaan berubah secara normal, tingkah laku
sesuai kata-kata, afek sesuai dsb.
5. Persepsi
- Agnosia : ketidakmampuan menginterpretasikan atau mengenal
benda ( agnosia auditori, taktil, visual )
- Lakukan uji kortikal dg cara menerjemahkan sensori
6. Kemampuan motorik
- Integrasi motor kortikal
- perintahkan pasien melakukan aktivitas yg berhubungan dg
keterampilan
7. Kemampuan Bahasa
- Afasia :Defisiensi fungsi bahasa
8. Apraxia
- Ketidakmampuan memulai melakukan gerakan dan melakukan
dng benar sampai selesai
1. Saraf Olfaktorius (N I)
 Minta pasien menutup mata dan satu hidung, lalu dekatkan sumber bau
ke lubang hidung yg tdk ditutup, minta pasien utk mengidentifikasi bau
tsb. Lakukan langkah yg sama utk hidung yg lain.
2. Saraf Optikus (N II)
 Periksa ketajaman penglihatan dg kartu Snellen, jari tangan, gerakan
tangan.
 Periksa lapang pandang
 Periksa fundus okuli dg Optalmoskop utk melihat fundus & optic disc utk
mengetahui adanya papil edema atau papil atropi
3. Saraf Okulomotorius, trokhlear & abdusen (N III, IV, VI)
 Kaji pupil: refleks, reaksi thd cahaya, ukuran & perdarahan
 Kaji kelopak mata thd ptosis.
 Kaji rotasi okuler
4. Saraf Trigeminus (N V)
 Fungsi sensori
Minta pasien menutup mata dan lakukan pemeriksaan pd wajah berikut
ini :
a. Rasa raba : sentuhkan gulungan kapas tipis pd area maksila,
mandibula dan frontal. Minta pasien mengatakan
“ya “ bila merasakan sentuhan. Bandingkan sisi
kiri dan kanan
b. Rasa nyeri : Sentuhkan ujung jarum dan ujung penutup jarum secara
bergantian di ketiga area wajah, minta pasien
membedakan tajam dan tumpul.
c. Rasa suhu : lakukan cara seperti di atas tetapi menggunakan tabung
berisi air panas dan air dingin
3. Saraf Trigeminus (N V)
 Fungsi sensori
Minta pasien menutup mata dan lakukan pemeriksaan pd wajah
berikut ini :
a. Rasa raba : sentuhkan gulungan kapas tipis pd area maksila,
mandibula & frontal. Minta pasien
mengatakan “ya“
bila merasakan sentuhan. Bandingkan sisi kiri &
kanan
b. Rasa nyeri : Sentuhkan ujung jarum dan ujung penutup
jarum secara, bergantian di ketiga area
wajah, minta
pasien membedakan tajam dan tumpul.
c. Rasa suhu : lakukan cara seperti di atas tetapi menggunakan
tabung berisi air panas dan air dingin
 Refleks kornea
Minta pasien melihat lurus ke depan, gunakan kapas yg telah
dipilin kecil utk menyentuh kornea mata klien dr arah samping.
Perhatikan refleks menutup mata
 Fungsi motorik
- Minta pasien utk mengatupkan bibir dan merapatkan gigi.
Periksa
otot maseter & temporalis kiri kanan, periksa kekuatan oto.
- Minta pasien membuka dan menutup mulut atau melakukan
gerakan mengunya beberapa kali, observasi kesimetrisan
mandibula
5. Saraf fasialis ( N VII )
 Fungsi sensorik
Celupkan lidi kapas ke dlm garam, sentuhkan pd
ujung lidah. Minta pasien utk mengidentifikasi
rasa. Ulangi pemeriksaan menggunakan gula,
cuka atau lemon
 Fungsi motorik
Minta pasien utk bersiul, menaikkan kedua alis bersamaan dan
menggembungkan pipi. Bandingkan kanan & kiri

6. Saraf Vestibulocochlearis (N VIII)


Uji dg detak arloji, gesekan jari di dekat telinga
Audiogram : dg tes Rinne & Weber ( menggunakan
garpu tala

7. Saraf glosopharingeal dan saraf Vagus ( N IX, N X)


Minta pasien utk membuka mulut & mengatakan “
aaa”, perhatikan gerakan palatum & uvula
Periksa gag refleks dg menyentuh pharing belakang
dg lidi kapas
8. Saraf Asesoris ( N XI )
Periksa fungsi otot trapezius ;
Minta pasien utk menaikkan kedua bahu scra
bersamaan sekuat-kuatnya mendorong telapak
tangan penderita ke atas. Pemeriksa menahan
kedua sisi bahu pasien. Perhatikan kekuatan daya
dorong

Periksa fungsi otot sternokleidomastoidalis :


Minta pasien menoleh pada satu sisi dan pemeriksa
melakukan tahanan (gerakan fleksi lateral pd
kepala/leher). Perhatikan kekuatan daya dorong

9. Saraf Hypoglosus ( N XII)


 Periksa gerakan lidah : minta pasien menjulurkan
lidah, menggerakkan lidah ke kiri & ke kanan.
Observasi kesimetrisan gerakan lidah

Periksa kekuatan otot lidah : Minta pasien


utkmendorong satu sisi pipi dh ujung lidsah.
Pemeriksa mendorong pipi dari luar dg 2 jari,
 Pengkajian dimulai dr gerakan leher, ekstremitas atas,
batang tubuh & ekstremitas bawah
 Mencakup : ukuran otot, tonus otot, kekuatan otot,
koordinasi & keseimbangan, gerakan involunter, postur &
gait.

1. Ukuran otot
 Observasi dan gunakan alat ukur, bandingkan kiri &
kanan
2. Tonus otot
 Otot dipalpasi ketika sedang istirahat & sedang sedang
dilakukan gerakan pasif.
 Tonus otot abnormal : spastisitas, rigiditas, dekortkasi
& deserebrasi
3. Gerakan involunter
 Seperti : tremor, gerakan choreiform, myoklonus, tics,
spasme & ballism
 Setiap gerakan harus dicatat frekuensi gerakan, distribusi
(otot proksimal, oto distal & hubungannya dg gerakan (
meningkat atau berkurang dg adanya gerakan )
4. Kekuatan otot
 Kaji gerakan aktif & pasif
 Bagi pasien sadar minta pasien menggenggam kuat tangan
pemeriksa bergantian dg tangan kiri & kanan
 Minta pasien utk ekstensi kedua lengan setinggi dada, berikan
tahanan dg tangan pemeriksa, begitu juga kedua kaki.

 Derajat kekuatan otot :


0 = Paralisis komplit (tdk ada kontraksi)
1 = Kontraksi oto lemah, tdk ada gerakan
2 = Tdk mampu melawan gravitasi bumi, tp masih mampu utk
bergeser
3 = Gerakan persendian penuh & hanya mampu melawan
gravitasi bumi
4 = Gerakan persendian penuh & hanya mampu melawan
gravitasi bumi, mampu melawan tahanan hanya sebentar
5 = Gerakan persendian penuh, mampu melawan gravitasi
bumi & melawan tahanan
5. Postur & Gait
 Postur (sikap tubuh) diobservasi ketika pasien
berbaring, berdiri & berjalan bila memungkinkan.
 Gait ( gaya berjalan pasien) observasi karakteristik
berjalan spt : tegak, membungkuk, badan jatuh ke
satu sisi, postur lengan dihubungkan dg badan,
bentuk ekstremitas bawah ketika berjalan
6. Keseimbangan & koordinasi
Koordinasi ektremitas atas :
- Gerakan cepat, gerakan selang-seling & uji
menunjuk satu titik ke titik lain
- catat setiap kecepatan gerakan, simteris, derajat
kesulitan
Koordinasi ekstremitas bawah :
- Pasien diminta meletakkan tumit pd kaki yg
satunya & turun perlahan-lahan ke daerah tibia
anterior.
ATAKSIA = ketidakmampuan mengarahkan
gerakan
Pemeriksaan keseimbangan
- Tes Romberg
- Keseimbangan berjalan & melompat di tempat,
 Terutama dilakukan pd pasien yg menderita
penyakit spinal cord atau kondisi yg
mempengaruhi saraf spinal.

 Dilakukan pd pasien sadar, kooperatif &


mampu utk berespon

 Pengkajian mencakup : tes sensasi raba, nyeri


superfisial & posisi rasa (propriosepsi). Pasien
dlm kondisi menutup mata.
1. Sensasi taktil
 Menyentuh kedua sisi tubuh dg lembut pakai
kapas. Bandingkan distal & proksimal

2. Sensasi nyeri & suhu


 Goreskan alat yg tajam & tumpul scr bergantian
dg intensitas yg sama pd kedua sisi tubuh.
Pasien diminta membedakan ujung yg tajam dan
yg tumpul

3. Vibrasi & propriosepsi


 Getaran dg garpu tala di daerah di bagian
posterior medulla
4. Merasakan posisi
 Menunjukkan gerakan dg jari kaki

5. Integrasi sensasi
 Pasien disentuh dg objek tajam bersamaan pd
sisi tubuh yg berlawanan, tanyakan apakah
merasakan satu atau dua sentuhan.
 Stereognosis : menyentuhkan objek yg bervariasi
 Menurut Hickey (1992), sampai saat ini belum ada kesepakatan
secara internasional mengenai definisi dr berbagai tk
kesadaran.

 THE GLASGOW COMA SCALE (GCS) NILAI

Respon membuka mata :


- Buka mata spontan 4
- Buka mata bila dipanggil 3
- Buka mata bila diberi rangsang nyeri 2
- Tidak membuka mata 1

Respon verbal :
- Sesuai / berorientasi baik 5
- Bisa diajak bicara tapi bicara kacau 4
- Bicara sendiri 3
- Hanya bersuara tidak ada artinya 2
- Tidak dapat berbicara sama sekali 1
Respon motorik Nilai
- Sesuai perintah 6
- Bereaksi menyingkirkan rangsangan 5
- Bereaksi flkesi pd rangsangan nyeri 4
- Bereaksi fleksi abnormal pada rangsangan nyeri 3
- Bereaksi ekstensi abnormal pd rangsangan nyeri 2
- Tidak ada reaksi 1

ISTILAH LAIN
- Sadar penuh
Pasien sadar, orientasi thd waktu, tempat dan orang baik. Scr cepat
berespon thd ransangan eksternal minimal, mengerti pembicaraan
orang lain atau mampu membaca tulisan dan dapat mengungkapkan
pikiran baik verbal maupun tulisan

- Confusion ( bingung )
Pasien disorientasi thd waktu atau tempat, tetapi masih berorientasi
baik thd org. Mampu memberi atensi hanya sebentar, kesulitan
mengingat, dan kesultah ,mengikuti perintah.

- Delirium
Disorientasi thd waktu tempat dan orang , kehilangan kontak
dengan realitas, dann kemungkinan mengalami halusinasi
pendengaran dan penglihatan
- Letarghie
Respon pasien pelan dan lambat, baik dlm bicara, proses
pikir dan aktivitas motorik. Diperlukan peningkatan rangsang
utk membangunkan pasien

- Obtunded
Pasien tampak sangat mengantuk, pertanyaan dijawab dg
respon minimal

- Stupor
Gerakan spontan minimal, umumnya tdk berespon kecuali dg
rangsang yg hebat & terus menerus pasien akan
mengeluarkan suara yg tdk ada artinya dan membuka mata
sebentar

- Coma
Tidak berespon walaupun dg rangsangan eksternal yg hebat.
Ada koma ringan, koma dam koma dalam.
 Refleks motorik merupakan kontraksi yg
tdk disadari dr respon otot atau
sekelompok otot yg meregang tiba-tiba do
dekat daerah yg dirangsang
 Hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh : cara
menggunakan palu, posisi ekstremitas yg
tepat dan keadaan rileks pasien.

 Derajat refleks :
4+ : hiperaktif dg klonus terus menerus
3+ : hiperaktif
2+ : normal
1+ : hipoaktif
0 : tidak ada refleks
1. REFLEKS TENDON
umumnya pada anggota gerak kecuali refleks mandibula ( jaw jerk refleks)
a. Anggota gerak atas : biceps, triceps, radio periostal, ulna,
periostal, brachio radialis
b. Anggota gerak bawah
c.Jaw jerk refleks
2. REFLEKS PATOLOGIS (Refleks suoerfisial )
Hoffman ( hoffman tromkmer ), babinski, variasi babinski (openheim, gordon schaefer,
chaddock), rossolimo dan Mendel Bechterew

3. REFLEKS SUPERFISIAL ( Superfisial-cuyaneus refleks )


Refleks dinding perut (abdominal), refleks cremaster, bulbo cavernosus, anal & gluteus

4. REFLEKS PRIMITIF/ ABNORMAL


Snouting, palmo mental, grasping / forced grasping, Glabella

5. REFLEKS SARAF OTAK :


Refleks pupil, kornea, muntah / batuk
 REFLEKS BISEPS
◦ Lengan difleksikan thd siku dg sudut 90. lengan
bawah di sokong dg meja atau tangan pemeriksa.
Pemeriksa meletakkan telunjuk dan memukul dg
palu refleks,
◦ Normal :timbul fleksi pd siku kontraksi otot bisep.

 REFLEKS TRISEPS
- Lengan pasien difleksikan pd siku dan diposisikan di depan
dada.
Pemeriksa menyokong lengan pasien, tendon triseps
diketok dg
refleks hammer
- Normal : kontraksi otot triseps dan ekstensi siku

 REFLEKS GRASPING
- Jari pemesriksa saling bertautan dg jari-jari pasien ekstensi
pd
pergelangan tangan.
- Normal : ujung-ujung jari pasien menahan ujung-ujung
jari
pemeriksa.
 REFLEKS BRAKIORADIALIS
- Lengan pasien diletakkan di atas meja atau disilangkan di atas perut.
Ketukan
palu dg lembut 2,5-5 cm di atas siku ( Lengan dlm keadaan fleksi &
supinasi

 REFLEKS PATELLA
- Pasien dlm keadaan duduk atau tidur telentang. Jika telentang,
pemeriksa menyokong kaki klien agar memeudahkan relaksasi otot.
- Normal : kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut

 REFLEKS ANKLE
- Kaki dlm keadaan dorsi fleksi pd pergelangan kaki dan palu diketok pd
bagian tendon archiles

 REFLEKS CREMASTER
- Goresan bagian dlm paha akan memberi respon berupa terangkatnya
testis pada sisi yg sama

 REFLEKS ANAL
- Kulit di dekat anus digores scr perlahan dg jarum, akan menimbulkan
otot
spincter ani eksterna yg dpt diketahui dg rectal toucher
 REFLEKS DINDING PERUT
- Lakukan goreskan pada di kulit perut dari lateral
menuju ke garis tengah, mulai dr atas umbilikus,
setinggi umbilikus dan di bwh umbilikus ( 4 goresan
pd
sisi kanan & 4 pd sisi kiri : akan timbul kontraksi otot
dinding perut menjauhi umbilicus

 REFLEKS BABINSKI
- Telapak kaki digores dr bawah ke atas dg ujung
ballpoint
- Normal : penarikan tungkai dan fleksi hari-jari kaki
termasuk jempol
- Abnormal : ekstensi /dorsoflkesi jari jempol, jari-jari
lain
menyebar atau membuka.
 Kaku kuduk :
- tangan pemeriksa di bawah kepala pasien
- kepala ditekuk (fleksi), usahakan dagu
mencapai dada
- bila dagu mencapai dada, kaku kuduk (-)
- bila ada tahanan dan dagu tdk mencapai
dada kaku kuduk (+)
 Pasien berbaring lurus, kedua tungkai lurus
 Satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan di
persendian panggulnya, tungkai yh lain harus
lurus.
 Pd kedaan normal , kt dpt mencapai sudut 70
derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan
 Bila sdh timbul rasa sakit sebelum mencapai 70
derajat, disebut Laseque (+)
 Penderita dibaringkan dg fleksi pd
persendian panggul sampai sudut 90 derajat
 Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pd
persendian lutut
 Biasanya kt dpt melakukan ekstensi sampai
sudut 135 derajat antara tungkai bawah dan
tungkai atas. Bila tdk kerniq (+)
1. COMPUTED TOMOGRAPHY (CT)
- Teknik sinar –x, dg bantuan komputer dimana sinar –x yg
diserap oleh jaringan diukur dan dicatat secara digital
- Hasil : berupa bayangan (tomogram) bagian tubuh yg
diperiksa
gambarannnya.
- Hipodensitas (lebih hitam dr sekitarnya, misalnya rongga
berisi
cairan)
- Hiperdensitas ( lebih putih dr sekitarnya : misalnya
tengkorak)
- Dpt menggunakan media kontras secara IV utk memperjelas
bagian patologis, misal tunor, perdarahan, infark dan
abnormalitas.
2. ANGIOGRAFI SEREBRAL
- Cara kerjanya dengan melihat bayangan radiologis
pembuluh
darah otak dengan menggunakan media kontras
- Adalah alat utk menyelidiki penyakit vaskular, aneurisma
dan malformasi arteriovena, serta utk mengetahui
keadaan sirkulasi serebral
- Kebanyakan dilakukan dg memasukkan kateter melalui
a.femoralis di antara sela paha dan masuk menuju
pembuluh darah bagian atas.
3. POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY
- Mengukur perfusi, pengambilan oksigen dan konsumsi glukosa
di bagian otak secara tepat dg zat radioaktif berumur pendek
- Spt pd : peny. Alzheimer, tumor otak, lesi epleptogenik, stroke.

4. SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY


- Adalah teknik pencitraan 3 dimensi yg menggunakan prosedur
obat nuklir yg memakai radionuklida, instrumen yg
memancarkan dan mendeteksi, secara berurutan, foto tunggal.
- Utk mendeteksi luas dan daerah abnormal dr otal yg juga
mendeteksi, melokalisasi dan mengukur stroke, lokasi kejang
dlm
epeilepsi dan mengevaluasi perfusi sebelum & sesudah prosedur.

5. MAGNETIC RESONANCE TOMOGRAPHY ( MRT )


- Menggunakan gelombang elektromagnetik yg dipancarkan
tubuh
sebagai respon terhadap lapangan magnetik yg kuat di luar
tubuh
- Sangat sensitif, mampu mendeteksi trombus akibat aneurisma
atau
angioma yg tidak tampak dg angiografi maupun CT-Scan
- Lama pemeriksaan 1-2 jam, sulit dilakukan pada PSA yg tidak
stabil
6. DOPPLER SONOGRAFI
- Prinsipnya mirip dg efek dopler, yaitu perbedaan
frekuensigelombang suara yg terdeteksi diantara transmitter dan
receiver
- Utk mengetahui kondisi aliran dlm pembuluh darah otak
- Dpt mendiagnosis stenosis, vasospasme, kelainan pembuluh darah,
pembuluh darah ekstrakranial (arteri karotis)

7. ELEKTROENSEFALOGRAFI ( EEG)
- Memanfaatkan aktifitas bioelektriks di dlm otak dg memasang
elektroda di
kulit kepala
- Dpt menilai adanya gangguan sirkulasi, perubahan aliran listrik di
otak
akibat gg metabolisme sel syaraf yg menghambat hantaran impuls
listrik
- Dpt menilai beratnya perubahan : derajat gangguan kesadaran, letak
lesi
patologis di otak, progresivitas penyakit.
- Penafsiran EEG harus dikombinasikan dg pemeriksaan diagnostik lain.

8. ECHOENSEFALOGRAPHY
- Menggunakan gelombang ultrasonik untuk mendeteksi proses tumor “
Space occupying lession “
- Dpt ,elihat dilatasi ventrikel ( hidrosefalus)
- Hasil kurang tepat bila dibandingkan CT-Scan
9. Pemeriksaan CSS
- Utk memeriksa sel, protein, glukosa dlm CSS
- Dpt mendiagnosa adanya radang, tumor SSP, mengetahui
adanya PSA
- Pungsi lumbal pd lumbal 4-5
- Pungsi menimbulkan tekanan di riongga spinal, jika
bersamaan
ada peningkatan TIK, bisa timbul konstriksi medula
oblongata di
foramen magnum sehingga pusat fungsi vital dpt
terganggu
- Cara ini termasuk tindakan invasif

10. SCINTIGRAPHY OTAK


- Utk mendeteksi adanya SOL
- Isotop radioaktif disuntik secara intravena , direkam pola
distribusinya dg kamera sinar gama
- Bila sawar darah otak terganggu, isotop terkumpul di dlm
jaringan patologis, misalnya : tumor, abses, infark
Aktivitas
Sistem
Saraf

Integrasi
Perilaku
Proses dlm
Manusia
Tubuh
Karakteristik Aktivitas SS

Integrated Fixed
(terpadu) (tetap)

Aktivitas
Multiple Independent
Sistem
(simultan) (bebas)
Saraf

Successive Interactive
(berurutan)
Pyramidal tract
- control most of our fine movements

Tectospinal tract
- coordinating head and eye movements
as part of the optic reflexes

Vestibulospinal tract
- influences postural muscles

Reticulospinal tract
- inhibition or facilitation of movement

From : The Central Nervous System, P. Brodal

49

Anda mungkin juga menyukai