1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
Tujuan
1. Mengidentifikasi adanya disfungsi sistem
syaraf.
2. Menentukan akibat disfungsi sistem syaraf thd
aktifitas sehari-hari
3. Membandingkan data saat ini dan sebelumnya
4. Mendeteksi adanya situasi yg mengancam
kehidupan
5. Sebagai dasar utk menentukan diagnosa
keperawatan
• Pemeriksaan sistem syaraf:
1. Fungsi serebral
2. Saraf kranial
3. Sistem motorik
4. Sistem sensorik
5. Status refleks
6. Tanda rangsang meningeal
Frekuensi pengkajian
Setiap 4-8 jam (kondisi baik & stabil)
Setiap 5 menit (kondisi tdk stabil
Prinsip pemeriksaan fisik :
◦ Head to too
◦ Distal ke proximal
◦ Bandingkan tubuh sebelah kiri dan kanan
Alat yg diperlukan
◦ Refleks hammer
◦ Garpu tala
◦ Penlight
◦ Optalmoskop
◦ Stetoskop
◦ Sudip lidah (taugh spatel)
◦ Lidi kapas/tissue
◦ Kapas yg dipilin kecil
◦ 2 tabung yg berisi air panas & dingin
Pemeriksaan secara umum
◦ Keadaan umum
1. Kesan umum : inspeksi seluruh tubuh : misal
penurunan kesadaran, bentuk kepala, edema
generalisata, tampak sakit, gelisah, dsb.
2. Pemeriksaan peny. dlm : TD, Nadi, Pernafasan,
suhu, sistem kardiopulmoner, GI, urogenital ,
anggota gerak, leher, kepala & wajah, anemia,
ikterus
1. Status mental
Observasi penampilan & tingkah laku : cara
berpakaian, kerapihan & kebersihan diri, postur,
sikap, gerakan tubuh, ekspresi wajah, aktivitas
motorik, gaya bicara & tk kesadaran.
2. Fungsi intelektual
a. Orientasi thd waktu, tempat & orang
- Waktu : tgl, hari, bulan, tahun & musim
- Tempat :Lokasi pasien saat ini, alamat rmh, kota,
negara
- Orang : menyebutkan nama sendiri, nama
anggota keluarga atau petugas yang bertugas
1. Ukuran otot
Observasi dan gunakan alat ukur, bandingkan kiri &
kanan
2. Tonus otot
Otot dipalpasi ketika sedang istirahat & sedang sedang
dilakukan gerakan pasif.
Tonus otot abnormal : spastisitas, rigiditas, dekortkasi
& deserebrasi
3. Gerakan involunter
Seperti : tremor, gerakan choreiform, myoklonus, tics,
spasme & ballism
Setiap gerakan harus dicatat frekuensi gerakan, distribusi
(otot proksimal, oto distal & hubungannya dg gerakan (
meningkat atau berkurang dg adanya gerakan )
4. Kekuatan otot
Kaji gerakan aktif & pasif
Bagi pasien sadar minta pasien menggenggam kuat tangan
pemeriksa bergantian dg tangan kiri & kanan
Minta pasien utk ekstensi kedua lengan setinggi dada, berikan
tahanan dg tangan pemeriksa, begitu juga kedua kaki.
5. Integrasi sensasi
Pasien disentuh dg objek tajam bersamaan pd
sisi tubuh yg berlawanan, tanyakan apakah
merasakan satu atau dua sentuhan.
Stereognosis : menyentuhkan objek yg bervariasi
Menurut Hickey (1992), sampai saat ini belum ada kesepakatan
secara internasional mengenai definisi dr berbagai tk
kesadaran.
Respon verbal :
- Sesuai / berorientasi baik 5
- Bisa diajak bicara tapi bicara kacau 4
- Bicara sendiri 3
- Hanya bersuara tidak ada artinya 2
- Tidak dapat berbicara sama sekali 1
Respon motorik Nilai
- Sesuai perintah 6
- Bereaksi menyingkirkan rangsangan 5
- Bereaksi flkesi pd rangsangan nyeri 4
- Bereaksi fleksi abnormal pada rangsangan nyeri 3
- Bereaksi ekstensi abnormal pd rangsangan nyeri 2
- Tidak ada reaksi 1
ISTILAH LAIN
- Sadar penuh
Pasien sadar, orientasi thd waktu, tempat dan orang baik. Scr cepat
berespon thd ransangan eksternal minimal, mengerti pembicaraan
orang lain atau mampu membaca tulisan dan dapat mengungkapkan
pikiran baik verbal maupun tulisan
- Confusion ( bingung )
Pasien disorientasi thd waktu atau tempat, tetapi masih berorientasi
baik thd org. Mampu memberi atensi hanya sebentar, kesulitan
mengingat, dan kesultah ,mengikuti perintah.
- Delirium
Disorientasi thd waktu tempat dan orang , kehilangan kontak
dengan realitas, dann kemungkinan mengalami halusinasi
pendengaran dan penglihatan
- Letarghie
Respon pasien pelan dan lambat, baik dlm bicara, proses
pikir dan aktivitas motorik. Diperlukan peningkatan rangsang
utk membangunkan pasien
- Obtunded
Pasien tampak sangat mengantuk, pertanyaan dijawab dg
respon minimal
- Stupor
Gerakan spontan minimal, umumnya tdk berespon kecuali dg
rangsang yg hebat & terus menerus pasien akan
mengeluarkan suara yg tdk ada artinya dan membuka mata
sebentar
- Coma
Tidak berespon walaupun dg rangsangan eksternal yg hebat.
Ada koma ringan, koma dam koma dalam.
Refleks motorik merupakan kontraksi yg
tdk disadari dr respon otot atau
sekelompok otot yg meregang tiba-tiba do
dekat daerah yg dirangsang
Hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh : cara
menggunakan palu, posisi ekstremitas yg
tepat dan keadaan rileks pasien.
Derajat refleks :
4+ : hiperaktif dg klonus terus menerus
3+ : hiperaktif
2+ : normal
1+ : hipoaktif
0 : tidak ada refleks
1. REFLEKS TENDON
umumnya pada anggota gerak kecuali refleks mandibula ( jaw jerk refleks)
a. Anggota gerak atas : biceps, triceps, radio periostal, ulna,
periostal, brachio radialis
b. Anggota gerak bawah
c.Jaw jerk refleks
2. REFLEKS PATOLOGIS (Refleks suoerfisial )
Hoffman ( hoffman tromkmer ), babinski, variasi babinski (openheim, gordon schaefer,
chaddock), rossolimo dan Mendel Bechterew
REFLEKS TRISEPS
- Lengan pasien difleksikan pd siku dan diposisikan di depan
dada.
Pemeriksa menyokong lengan pasien, tendon triseps
diketok dg
refleks hammer
- Normal : kontraksi otot triseps dan ekstensi siku
REFLEKS GRASPING
- Jari pemesriksa saling bertautan dg jari-jari pasien ekstensi
pd
pergelangan tangan.
- Normal : ujung-ujung jari pasien menahan ujung-ujung
jari
pemeriksa.
REFLEKS BRAKIORADIALIS
- Lengan pasien diletakkan di atas meja atau disilangkan di atas perut.
Ketukan
palu dg lembut 2,5-5 cm di atas siku ( Lengan dlm keadaan fleksi &
supinasi
REFLEKS PATELLA
- Pasien dlm keadaan duduk atau tidur telentang. Jika telentang,
pemeriksa menyokong kaki klien agar memeudahkan relaksasi otot.
- Normal : kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut
REFLEKS ANKLE
- Kaki dlm keadaan dorsi fleksi pd pergelangan kaki dan palu diketok pd
bagian tendon archiles
REFLEKS CREMASTER
- Goresan bagian dlm paha akan memberi respon berupa terangkatnya
testis pada sisi yg sama
REFLEKS ANAL
- Kulit di dekat anus digores scr perlahan dg jarum, akan menimbulkan
otot
spincter ani eksterna yg dpt diketahui dg rectal toucher
REFLEKS DINDING PERUT
- Lakukan goreskan pada di kulit perut dari lateral
menuju ke garis tengah, mulai dr atas umbilikus,
setinggi umbilikus dan di bwh umbilikus ( 4 goresan
pd
sisi kanan & 4 pd sisi kiri : akan timbul kontraksi otot
dinding perut menjauhi umbilicus
REFLEKS BABINSKI
- Telapak kaki digores dr bawah ke atas dg ujung
ballpoint
- Normal : penarikan tungkai dan fleksi hari-jari kaki
termasuk jempol
- Abnormal : ekstensi /dorsoflkesi jari jempol, jari-jari
lain
menyebar atau membuka.
Kaku kuduk :
- tangan pemeriksa di bawah kepala pasien
- kepala ditekuk (fleksi), usahakan dagu
mencapai dada
- bila dagu mencapai dada, kaku kuduk (-)
- bila ada tahanan dan dagu tdk mencapai
dada kaku kuduk (+)
Pasien berbaring lurus, kedua tungkai lurus
Satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan di
persendian panggulnya, tungkai yh lain harus
lurus.
Pd kedaan normal , kt dpt mencapai sudut 70
derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan
Bila sdh timbul rasa sakit sebelum mencapai 70
derajat, disebut Laseque (+)
Penderita dibaringkan dg fleksi pd
persendian panggul sampai sudut 90 derajat
Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pd
persendian lutut
Biasanya kt dpt melakukan ekstensi sampai
sudut 135 derajat antara tungkai bawah dan
tungkai atas. Bila tdk kerniq (+)
1. COMPUTED TOMOGRAPHY (CT)
- Teknik sinar –x, dg bantuan komputer dimana sinar –x yg
diserap oleh jaringan diukur dan dicatat secara digital
- Hasil : berupa bayangan (tomogram) bagian tubuh yg
diperiksa
gambarannnya.
- Hipodensitas (lebih hitam dr sekitarnya, misalnya rongga
berisi
cairan)
- Hiperdensitas ( lebih putih dr sekitarnya : misalnya
tengkorak)
- Dpt menggunakan media kontras secara IV utk memperjelas
bagian patologis, misal tunor, perdarahan, infark dan
abnormalitas.
2. ANGIOGRAFI SEREBRAL
- Cara kerjanya dengan melihat bayangan radiologis
pembuluh
darah otak dengan menggunakan media kontras
- Adalah alat utk menyelidiki penyakit vaskular, aneurisma
dan malformasi arteriovena, serta utk mengetahui
keadaan sirkulasi serebral
- Kebanyakan dilakukan dg memasukkan kateter melalui
a.femoralis di antara sela paha dan masuk menuju
pembuluh darah bagian atas.
3. POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY
- Mengukur perfusi, pengambilan oksigen dan konsumsi glukosa
di bagian otak secara tepat dg zat radioaktif berumur pendek
- Spt pd : peny. Alzheimer, tumor otak, lesi epleptogenik, stroke.
7. ELEKTROENSEFALOGRAFI ( EEG)
- Memanfaatkan aktifitas bioelektriks di dlm otak dg memasang
elektroda di
kulit kepala
- Dpt menilai adanya gangguan sirkulasi, perubahan aliran listrik di
otak
akibat gg metabolisme sel syaraf yg menghambat hantaran impuls
listrik
- Dpt menilai beratnya perubahan : derajat gangguan kesadaran, letak
lesi
patologis di otak, progresivitas penyakit.
- Penafsiran EEG harus dikombinasikan dg pemeriksaan diagnostik lain.
8. ECHOENSEFALOGRAPHY
- Menggunakan gelombang ultrasonik untuk mendeteksi proses tumor “
Space occupying lession “
- Dpt ,elihat dilatasi ventrikel ( hidrosefalus)
- Hasil kurang tepat bila dibandingkan CT-Scan
9. Pemeriksaan CSS
- Utk memeriksa sel, protein, glukosa dlm CSS
- Dpt mendiagnosa adanya radang, tumor SSP, mengetahui
adanya PSA
- Pungsi lumbal pd lumbal 4-5
- Pungsi menimbulkan tekanan di riongga spinal, jika
bersamaan
ada peningkatan TIK, bisa timbul konstriksi medula
oblongata di
foramen magnum sehingga pusat fungsi vital dpt
terganggu
- Cara ini termasuk tindakan invasif
Integrasi
Perilaku
Proses dlm
Manusia
Tubuh
Karakteristik Aktivitas SS
Integrated Fixed
(terpadu) (tetap)
Aktivitas
Multiple Independent
Sistem
(simultan) (bebas)
Saraf
Successive Interactive
(berurutan)
Pyramidal tract
- control most of our fine movements
Tectospinal tract
- coordinating head and eye movements
as part of the optic reflexes
Vestibulospinal tract
- influences postural muscles
Reticulospinal tract
- inhibition or facilitation of movement
49