Anda di halaman 1dari 79

Mata Kuliah :

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN


(PAVEMENT MATERIALS LABORATORY TESTING)
Silabus Ringkas
I. Pengujian bahan perkerasan agregat;
1. Analisa saringan,
2. Berat jenis dan Penyerapan agregat kasar,
3. Berat jenis dan penyerapan agregat halus,
4. Berat jenis tanah,
5. Berat isi,
6. Agregat impact value,
7. Abrasi dengan mesin Los Angeles,
8. Ketahanan terhadap pelapukan (soundness test),
9. Indeks kepipihan dan kelonjongan,
10. Sand equivalent value,
11. Kelekatan agregat terhadap aspal;
II. Pengujian bahan perkerasan aspal:
1. Penetrasi,
2. Berat jenis,
3. Titik lembek,
4. Titik nyala dan titik bakar,
5. Daktilitas,
6. Kehilangan berat akibat pemanasan dengan thin
film oven test;

III. Metode perencanaan campuran metode asphalt


institute.
PENGUJIAN AGREGAT
1. PENGUJIAN ANALISA SARINGAN (SNI 03-1968-1990)
Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam
pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan.

Tujuan
Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi
besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus
dan agregat kasar.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel atau
grafik.
Ruang lingkup
Metode pengujian jenis tanah ini mencangkup jumlah
dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun
agregat kasar, yang persyaratannya tercantum pada
persyaratan benda uji.
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar dapat
digunakan antara lain :
1) Penyelidikan quarry agregat;
2) Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.

Pengertian
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase
berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan
kemudian angka-angka persentase digambarkan pada
grafik pembagian butir.
CARA PELAKSANAAN
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat
benda uji;
2) Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm
(2”); 37,5 mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm
(1/2”); 9,5 mm (3/8”); No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm);
No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm);
No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm);
3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110 + 5)0C ;
4) Alat pemisah contoh ;
5) Mesin pengguncang saringan ;
6) Talam-talam ;
7) Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainya.
2. Benda uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
banyak: benda uji disiapkan berdasar standar yang berlaku dan terkait
kecuali apabila butiran yang melalui saringan No.200 tidak perlu
diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak
menghendaki pencucian.
1) Agregat halus terdiri dari :
1. ukuran maksimum 4,76 mm ; berat minimum 500 gram
2. ukuran maksimum 2,38 mm ; berat minimum 100 gram
2) Agregat kasar terdiri dari :
1. ukuran maks. 3,5” ; berat minimum 35,0 kg
2. ukuran maks. 3” ; berat minimum 30,0
3. ukuran maks. 2,5” ; berat minimum 25,0
4. ukuran maks. 2” ; berat minimum 20,0
5. ukuran maks. 1,5” ; berat minimum 15,0
6. ukuran maks. 1” ; berat minimum 10,0
7. ukuran maks. ¾” ; berat minimum 5,0
8. ukuran maks. ½” ; berat minimum 2,5
9. ukuran maks. 3/8” ; berat minimum 1,0
3) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat
kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan
saringan No.4 ; Selanjutya agregat halus dan agrgat kasar
disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas
3. Cara pengujian
Urutan proses dalam penyajian ini adalah sebagai berikut :
1) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5) 0C,
sampai berat tetap.
2) Sering benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran
saringan paling besar ditempatkan paling aatas. Saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15
menit.

4. Perhitungan
Hitunglah persentase benda berat uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring.
5. Laporan
Laporan meliputi :
1) Jumlah persentase melalui masing-masing saringan, atau
jumlah persentase diatas masing-masing saringan dalam
bilangan bulat ;
2) Grafik kumulatif ;
3) Modulus kehalusan (finess modulus).
100.00
0.075

90.00

SPESIFIKASI
80.00 CAMPURAN

70.00
PERSEN LOLOS (%)

60.00

50.00
GRADASI CAMPURAN
40% RAP + 60% RAM
40.00

30.00

20.00 GRADASI CAMPURAN


60% RAP + 40% RAM

10.00

0.00
0.01 0.1 1 10 100
0.075

0.42

4,75

76,2
2

UKURAN SARINGAN (mm)


2. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1969-1990)
Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh,
berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari
agregat kasar.

Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah,
berat jenis kering permukaan jenis dan berat jenis semu serta
besarnya angka penyerapan.
Ruang Lingkup
Pengujian dilakukan terhadap agregat kasar, yaitu yang tertahan oleh saringan
berdiamter 4,75 mm (saringan no. 4); hasil pengujian ini dapat digunakan dalam
pekerjaan :
1) penyelidikan quarry agregat;
2) perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton;
3) perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C;
2) berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadan jenuh pada suhu 25°C;
3) berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25°C;
4) penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap
berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
CARA PELAKSANAAN
1. Peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
1) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8)
dengan kapasitas kira-kira 5 kg;
2) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air selalu tetap;
3) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
keranjang;
4) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110±5)°C;
5) Alat pemisah contoh;
6) Saringan no. 4 (4,75 mm).
2. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 (4,75) mm
diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak
kira-kira 5 kg.

3. Cara Pengujian atau Prosedur


Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1) Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan;
2) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai
berat tetap; sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat
jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya
digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu
dilakukan pengeringan dengan oven;
3) Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk);
4) Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam;
5) Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan
halus satu persatu;
6) Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj);
7) Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air
(Ba), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu
standar (25°C);
8) Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir
berat dan ringan; bahan semacam ini memberikan harga-harga berat
jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat
hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan
4. Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
diberikan sebagai berikut :

Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh, dalam gram
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air, dalam gram
3. Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles
(SNI 2417:2008)
Pendahuluan
Cara uji ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat
kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los
Angeles. Tujuannya untuk mengetahui angka keausan yang
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap
berat semula dalam persen.
Hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.

1. Ruang lingkup
Metode pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan
agregat kasar dengan ukuran 75 mm (3 inci) sampai dengan ukuran
2,36 mm (saringan No.8) dengan menggunakan mesin abrasi Los
Angeles.
2. Acuan normatif
 SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan
agregat halus dan kasar
 SNI 03-6865-2002, Tata cara pelaksanaan program uji antar
laboratorium untuk penentuan presisi metode uji bahan
konstruksi
 SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
 SNI 13-6717-2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh
agregat
 ASTM C 125, Terminology relating to concrete and concrete
aggregate
 ASTM C 131-01 atau AASHTO T 96-02, Standard Test Method for
Resistance to Degradation of Small-Size Coarse Aggregate by
Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine
 ASTM C 535-96, Standard Test Method For Resistance to
Degradation of Large Size Coarse Aggregate by Abrasion and
Impact in the Los Angeles Machine
3. Istilah dan definisi
1. bola baja
besi bulat dan masif dengan ukuran dan berat tertentu yang digunakan
sebagai beban untuk menggerus agregat pada mesin abrasi
2. gradasi A
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1½ inci)
sampai dengan agregat ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)
3. gradasi B
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 19,0 mm (3/4 inci)
sampai dengan agregat ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)
4. gradasi C
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 9,5 mm (3/8 inci)
sampai dengan agregat ukuran butir 4,75 mm (saringan No. 4)
5. gradasi D
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 4,75 mm (saringan
No.4) sampai dengan agregat ukuran butir 2,36 mm (saringan No.8)
6. gradasi E
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 75 mm (3 inci)
sampai dengan agregat ukuran butir 37,5 mm (1½ inci)
7. gradasi F
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 50 mm (2,0 inci)
sampai dengan agregat ukuran butir 25,0 mm (1,0 inci)
8. gradasi G
material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1½ inci)
sampai dengan agregat ukuran butir 19,0 mm (3/4 inci)
9. keausan
perbandingan antara berat bahan yang hilang atau tergerus (akibat
benturan bola-bola baja)
terhadap berat bahan awal (semula)
10. mesin abrasi Los Angeles
alat simulasi keausan dengan bentuk dan ukuran tertentu terbuat dari
pelat baja berputar dengan kecepatan tertentu
11. saringan No.12 (1,70 mm)
besarnya lubang saringan adalah 1,70 mm atau dalam 1 inci persegi
terdapat 12 lubang
4. Ketentuan
1. Peralatan
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:
a) mesin abrasi Los Angeles;
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter dalam 711 mm (28 inci) panjang dalam 508 mm (20 inci);
silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan
berputar pada poros mendatar; silinder berlubang untuk
memasukkan benda uji; penutup lubang terpasang rapat sehingga
permukaan dalam silinder tidak terganggu; di bagian dalam silinder
terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5 inci);
b) saringan No.12 (1,70 mm) dan saringan-saringan lainnya;
c) timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5
gram;
d) bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 27/32 inci)
dan berat masing-masing antara 390 gram sampai dengan 445
gram;
e) oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk
memanasi sampai dengan 110°C ± 5°C;
f) alat bantu pan dan kuas.
2. Benda uji
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut:
1) gradasi dan berat benda uji sesuai Tabel 1;
2) bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada temperatur
110°C ± 5°C sampai berat tetap.

5. Pelaksanaan
1. Persiapan benda uji
Persiapan benda uji terdiri atas:
a) cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110°C ± 5°C
sampai berat tetap;
b) pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki
dengan cara penyaringan dan lakukan penimbangan;
c) gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang
dikehendaki;
d) catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.
2. Cara pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a) pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat
dilakukan dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara dalam berikut:

Tabel Daftar gradasi dan berat benda uji


b) benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles;
c) putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm;
jumlah putaran gradasi A, gradasi B, gradasi C dan gradasi D adalah 500
putaran dan untuk gradasi E, gradasi F dan gradasi G adalah 1000
putaran;
d) setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan No.12 (1,70 mm); butiran yang tertahan di
atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada
temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap;
e) jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan
100 putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan
No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara
100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan di atas saringan No.12
(1,70 mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20;
f) metode pada butir e) tidak berlaku untuk pengujian material dengan
metode ASTM C 535-96 yaitu Standard Test Method for Resistance to
Degradation of Large-Size Coarse aggregate by Abrasion and impact in
the Los Angeles Machine.
6. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus berikut:

dengan pengertian:
a. adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram;
b. adalah berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan
dalam gram.

7. Laporan
Keausan dilaporkan sebagai hasil rata-rata dari dua pengujian yang
dinyatakan sebagai bilangan bulat dalam persen.
Gambar Peralatan mesin abrasi Los Angeles
ASPAL

1. METODE PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL PADAT

Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan
pengujian berat jenis aspal padat dan ter dengan piknometer.

Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk menentukan berat jenis aspal padat.

Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan terhadap semua aspal padat, selanjutnya hasilnya
dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran serta
pengendalian mutu perkerasan jalan.

Pengertian
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25oC.
CARA PELAKSANAAN
1. Peralatan
1) termometer;
2) bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian
(25oC ± 0,1oC);
3) piknometer 30 ml;
4) air suling sebanyak 1000 ml;
5) bejana gelas, kapasitas 1000 ml.
2. Benda Uji
Benda uji adalah contoh aspal padat sebanyak ± 100 gram

3. Cara Pengujian
Urutan cara pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40 mm; kemudian rendam dan jepitlah
bejana tersebut dalam bak perendam sehingga perendam sekurang-
kurangnya 100 mm;
aturlah suhu bak perendam pada suhu 25oC;
2) bersihkan, keringkan, dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1
mg; (A)
3) angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air
suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan;
4) letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penutup sehingga
rapat; kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam;
diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam selama sekurang-
kurangnya 30 menit, kemudian angkatlah dan keringkan dengan lap;
timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg; (B)
5) panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 100 gram, sampai
menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat;
pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 111oC di atas titik
lembek aspal;
6) tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering
hingga terisi ¾ bagian;
7) biarkan piknometer sampai dingin, selama tidak kurang dari 40 menit dan
timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg; (C)
8) isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar;
9) angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di
dalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat; masukkan dan
diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30
menit; angkat, keringkan, dan timbanglah piknometer. (D)
4. Perhitungan
Hitunglah berat jenis dengan rumus :

Keterangan :
δ = berat jenis aspal
A = berat piknometer (dengan penutup) (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
C = berat piknometer berisi aspal (gram)
D = berat piknometer berisi asal dan air (gram)

5. Laporan
laporan berat jenis aspal padat sampai tiga angka dibelakang
koma.
2. PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian untuk menentukan penetrasi aspal keras atau
lembek (solid atau semi solid).

Tujuan
Tujuan metode ini adalah menyeragamkan cara pengujian untuk
pengendalian mutu bahan dalam pelaksanaan pembangunan

Ruang Lingkup
Pengujian untuk mendapatkan angka penetrasi dan dilakukan pada
aspal keras atau lembek. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat
digunakan dalam pekerjaan :
1) pengendalian mutu aspal keras atau ter;
2) untuk keperluan pembangunan atau pemeliharaan jalan.
Pengertian
1) yang dimaksud dengan penetrasi adalah masuknya jarum
penetrasi ukuran tertentu, beban tertentu, dan waktu tertentu ke
dalam aspal pada suhu tertentu;
2) aspal keras (asphalt cement) adalah suatu jenis aspal minyak
yang didapat dari residu hasil destilasi minyak bumi pada
keadaan hampa udara.

CARA PELAKSANAAN
Peralatan
1) alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik-
turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1
mm;
2) pemegang jarum seberat (47,5±0,05) gram yang dapat dilepas
dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan;
3) pemberat dari (50 ± 0,05) gram atau (100 + 0,05) gram masing-
masing dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban
100 gram dan 200 gram;
4) jarum penetrasi dibuat dari stainless steel tanda (grade) 140oC
atau HRC 54 sampai 60 .Ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung dengan berat jarum 2,5 ± 0,05 gram;
5) cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder
dengan dasar yang rata berukuran sebagai berikut :

Penetrasi Diameter Dalam/Tinggi


dibawah 200 55 mm 35 mm
200 sampai 350 70 mm 45 mm
6) bak perendam (water bath);
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat
menahan suhu 25°C dengan ketelitian lebih kurang 0,1oC; bejana
dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 mm
di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah
permukaan air dalam bejana;
7) tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi;
tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan
tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak;
8) pengatur waktu;
untuk pengukuran penetrasi dengan tangan (manual) diperlukan
stop watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang
dan kesalahan tertinggi per 60 detik; untuk pengukuran penetrasi
dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh
melebihi 0,1 detik;
9) termometer, termometer bak perendam harus ditera
Benda Uji
Benda uji adalah aspal keras atau ter sebanyak ± 100 gram yang
dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
1) panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup air
untuk dapat dituangkan; pemanasan contoh untuk ter tidak lebih
dari 60oC di atas titik lembek dan untuk aspal tidak lebih dari 90oC
di atas titik lembek;
2) waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit; aduklah
perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh;
3) setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam tempat contoh dan
diamkan hingga dingin; tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm; buatlah dua benda
uji (duplo);
4) tutup benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu
ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil, dan 1,5
sampai 2 jam untuk yang besar.
Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air
tersebut ke dalam bak perendam yang bersuhu 25°C; diamkan dalam bak
tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil, dan 1,5 sampai 2
jam untuk benda uji besar;
2) periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
bersihkan jarum penetrasi dengan toluen atau pelarut lain kemudian
keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum;
3) letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar
(100 ± 0,1) gram;
4) pindahkan tempat air berikut benda uji dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi;
5) turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji; kemudain aturlah angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya;
6) lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stop watch selama (5±0,1)
detik; bila pembacaan stop watch lebih dari (5 ± 1) detik, hasil tersebut tidak
berlaku;
Laporan
Laporkan angka penetrasi rata-rata dalam bilangan bulat sekurang-
kurangnya 3 pembacaan dengan ketentuan di bawah ini :

Apabila perbedaan antara masing-masing pembacaan melebihi


toleransi, pemeriksaan harus diulang.
Keterangan Lain :
Aspal dengan penetrasi kurang dari 350 dapat diuji dengan alat-alat dan
cara pemeriksaan ini, sedangkan aspal dengan penetrasi antara 350-500
perlu dilakukan dengan alat-alat lain.
Pemeriksaan Titik Lembek Aspal
PA-0302-76 (AASHTO T-53-74 / ASTM D-36-70)

Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang berkisar
antara 30 °C sampai 200 °C. Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan
berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan di dalam cincin
berukuran tertentu sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang
terletak pada tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan pemanasan. Jadi titik
lembek adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai
meleleh) di bawah kondisi spesifik dari tes.

Peralatan
1. Cincin kuningan
2. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gram sampai 3,55 gram.
3. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu.
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi
± 12 cm berkapasitas 800 ml
5. Termometer
6. Penjepit
7. Alat pengarah bola.
Benda Uji
1. Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus-
menerus hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan
dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara
cepat keluar.
2. Setelah cair merata tuanglah contoh ke dalam dua buah cincin.
Suhu pemanasan aspal tidak melebihi 56 °C di atas titik
lembeknya.
3. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan
letakkan kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi
lapisan dari campuran talk dan sabun.
4. Tuang contoh kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu
sekurang-kurangnya 8 °C di bawah titik lembeknya sekurang-
kurangnya 30 menit.
5. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan
pisau yang telah dipanaskan.
Prosedur Kerja
1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak ± 25 gram;
2. Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas kedudukan dan letakkan
pengarah bola di atasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan
tersebut kedalam bejana gelas;
3. Isilah bejana dengar air suling, dengan suhu (25 ± 1) °C sehingga
tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm;
4. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara
kedua benda uji (kurang lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin);
5. Periksalah dan aturlah jarak antara permukaan pelat dasar benda
uji sehingga menjadi 25,4 mm;
6. Letakkan bola baja yang bersuhu 25 °C di atas dan di tengah
permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 25 °C
menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah bola.
7. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5 °C permenit;
Kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini.
Untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak
boleh melebihi 0,5 °C.
DATA PEMERIKSAAN DAN HITUNGAN
Berdasarkan pengujian titik lembek dan ter yang dilakukan oleh kelompok I diperoleh
data sebaga berikut:

Suhu yang Waktu Titik Lembek


diamati (°C) 1 2
5 00’00’ 00’00’
10 2’35’ 2’35’
15 8’59’ 8’59’
20 17’06’ 17’06’
25 21’48’ 21’48’
30 25’18’ 25’18’
35 28’50’ 28’50’
40 35’23’ 35 43o 42o
3. PENGUJIAN VISKOSITAS ASPAL (SNI 03-6441-2000)
Ruang Lingkup
1. Metode ini mencakup prosedur pengukuran viskositas apparen
aspal minyak pada temperatur 38oC sampai 260°C,
menggunakan alat Brookfield Termosel.
2. Metode ini tidah dimaksudkan untuk semua permasalahan
keamanan yang berkaitan dengan penggunaannya. Merupakan
tanggung jawab pengguna standar ini untuk menerapkan
tindakan-tindakan yang sesuai dengan keamanan dan kesehatan,
dan menentukan penerapan dari batas-batas yang harus ditaati
sebelum menggunakan standar ini.
Acuan
• ASTM D 4402-95 : Standard Test Method for Viscosity
Determinations of Unfilled Asphalts Using the Brookfield
Thermosel Apparatus.
• SNI 06-2433-1991 : Metode Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
Dengan Alat Cleveland Open Cup.
Pengertian
1. Viskositas apparen adalah perbandingan antara tegangan geser dengan loju
geser cairan Newtonian atau Non Newtonian.
2 Cairan Newtonian adalah cairan dimana laju geser berbanding lurus dengan
tegangan geser. Bila tidak berbanding lurus cairan adalah Non Newtonian.
Beberapa cairan memperlihatkan kedua sifat tersebut, baik Newtonian
maupun Non Newtonian tergantung pada laju geser.
3. Viskositas; koefisien viskositas adalah perbandingan antara tegangan geser
yang diberikan dengan laju geser. Nilai koefisien ini adalah suatu ukuran
ketahanan terhadap pengaliran cairan. Satuan viskositas dalam Standar
Internasional (SI) adalah Pascal sekon (Pa.s). Satuan viskositas dalam sistim
centimeter gram sekon (cgs) adalah poise (dyreis/cm2) dan nilai ini setara
dengan 0,1 Pascal sekon (Pa.s).
Biasanya satuan viskositas dinyatakan dalam centipoise (cP), dimana 1 cP
sama dengan 1 milipascal sekon (mPa.s).
Ringkasan Pengujian
Viskometer Brookfield Termosel, yang diuraikan dalam prosedur ini,
digunakan untuk mengukur viskositas aspal minyak pada berbagai
temperatur. Torsi pada spindel yang berputar pada temperatur tertentu
digunakan untuk mengukur ketahanan relatif terhadap perputaran dalam
tabung benda uji.
Nilai viskositas aspal dalam milipascal sekon (MPPa.s) diperoleh dengan
mengalikan hasil pembacaan torsi dengan suatu faktor
Kegunaan
1. Pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur viskositas apparen aspal
minyak pada temperatur yang diinginkan.
2. Beberapa jenis aspal minyak, mungkin memperlihatkan sifat Non Newtonian
pada kondisi pengujian atau selama penggunaannya pada rentang
temperatur tertentu.
Karena nilai viskositas Non Newtonian bukan merupakan sifat khusus suatu
material, tetapi mencerminkan perilaku cairan dan sistim pengukuran, maka
nilai pengukuran yang didapat pada pengujian ini tidak selalu dapat
memperkirakan kinerja aspal pada kondisi yang diinginkan.
3. Perbandingan nilai-nilai viskositas Non Newtonian hanya dapat dilakukan bila
pengukuran dilakukan dengan viskometer yang sejenis, pada kondisi
tegangan geser dan geseran yang sama.
Peralatan
1. Sistem pengukuran Viskositas temperatur tinggi dari Brookfield Termosel
menggunakan Brookfield Sinkroelektrik Termosel Standar, yang terdiri atas
model-model LV, RV HA atau HB yang penggunaannya tergantung pada
rentang viskositas.
2. Spindel.
3. Sistem Termosel.
o Wadah pemanas dan tabung benda uji.
o Pengontrol Strip Chart Recorder (SCR) dan Probe.
o Peralatan untuk membuat grafik.
Prosedur
1. Baca dan pahami informasi pada petunjuk operasional dari pabrik
pembuat alat sebelum mulai melaksanakan.
2. Nyalakan alat Termosel.
3. Atur pengontrol temperatur sesuai temperatur pengujian yang diinginkan.
4. Kalibrasi pengontrol sesuai petunjuk operasional.
5. Tunggu 1,5 jam (sampai termosel mencapai temperatur pengujian),
dengan Spindel terpilih di dalam tabung benda uji (periksa lampu
pengontrol).
6. Isi tabung benda uji dengan aspal sesuai spindel yang digunakan. Lakukan
dengan hati-hati untuk menghindari panas yang berlebihan pada benda uji
dan menghindari pengapian benda uji yang mempunyai pemanasan titik
nyala rendah. Hitung berat yang diperlukan dari data berat jenis atau
kepadatan benda uji. Benda uji yang diperlukan sekitar 8 sampai 10 ml.
7. Jangan mengisi benda uji secara berlebihan. Volume benda uji sangat
menentukan sistim kalibrasi. Untuk memperoleh benda uji yang mewakili,
lakukan terus pengadukan pada aspal.
8. Ketinggian cairan harus segaris dengan batang spindel pada garis kira-
kira 3,2 mm diatas bagian atas spindel yang meruncing.
9. Dengan menggunakan alat penjepit masukkan tabung yang berisi
benda uji ke wadah pemanas.
10. Tempatkan viskometer tepat diatas wadah pemanas.
11. Pasang spindel ke viskometer, dan turunkan viskometer sehingga
spindel masuk kedalam benda uji. Pemilihan spindel dapat dilakukan
berdasarkan pengujian awal.
12. Biarkan aspal sampai mencapai temperatur pengujian yang konstan
(kurang lebih 15 menit).
13. Jalankan viskometer Brookfield model RV, HA, HB pada 20 rpm, atau
untuk model LV pada 12 rpm, dan amati hasil pembacaan. Bila hasil
pembacaan terletak diantara angka 2 dan angka 98, lanjutkan
pengujian.
14. Catat tiga pembacaan setiap 60 detik dari setiap temperatur
pengujian.
15. Lakukan prosedur yang sama untuk setiap temperatur pengujian
yang diinginkan.
16. Bila pada temperatur pengujian terendah, pembacaan masih diatas
angka 98, kurangi kecepatan spindel dan lanjutkan pengujian.
17. Bila pembacaan masih diatas angka 98, gunakan spindel lain yang
lebih kecil dan ulangi pengujian.
18. Kalikan faktor viskositas dengan pembacaan viskometer Brookfield
untuk mendapatkan viskositas dalam centipoise (cP).
19. Selama pengukuran viskositas, jangan mengubah kecepatan
putaran spindel, karena akan mengubah laju geser.

Pelaporan
1. Laporan temperatur pengujian nomor spindel, kecepatan putaran
dan hasil. Sebagai contoh Viskositas pada 60oC =105 Mpa dengan
nomor spindel yang digunakan LV 27.
2. Gambarkan grafik hubungan viskositas dengan temperatur pengujian
untuk setiap tiga atau lebih temperatur
PEMERIKSAAN MARSHALL
MAKSUD DAN TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastisitas ( flow ) dari campuran aspal .
Ketahanan ( stabilitas ) ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk
menerima beban sampai terjadi kelelahan beaban sampai terjadi kelelahan
plastisitas ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang
terjadi akibat suatu beban batas runtuh yang dinyatakan dalam mm, atau
0,01”.
BENDA UJI
Agar pencampuran dan pemadatan dapat menghasilkan campuran yang baik,
maka salah satu syaratnya adalah kekentalan aspal harus cukup sedemikian
sehingga peran aspal dalam proses pencampuran dan pemadatan dapat
maksimal.
Metode ini menyarankan bahwa pada saat pencampuran kekentalan (
viskositas ) kinetis aspal adalah 170 ± 20 centistokes. Nilai kekentalan ini
dapat dicapai pada rentang suhu tertentu yang sering disebut sebagai suhu
pencampuran dan suhu pemadatan. Kedua rentang suhu ini dapat dicari
dengan menggunakan grafik hubungan antara suhu dengan viskositas yang
dapat dikembangkan untuk setiap jenis aspal.
Tahap pembuatan benda uji :
1. Agregat dikeringkan pada suhu 105 - 110oC minimum selama 4 jam,
keluarkan dari alat pengering ( oven ) dan tunggu sampai beratnya
tetap.
2. Agregat dipisahkan kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki ( sesuai
spek ) dengan cara penyaringan.
3. Bahan disiapkan untuk benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak ± 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-
kira 63,5 mm ± 1.27 mm.
4. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan
dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk
memperoleh berat agregat yang diperlukan dari masing-masing fraksi
untuk membuat satu benda uji adalah dengan mengalikan nilai
tengah tersebut terhadap total berat agregat.
5. Panci pencampur beserta agregat dipanaskan kira-kira 28 oC diatas
suhu pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair
pemanasan sampai 14 oC diatas suhu pencampuran.
6. Aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan dituangkan
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah
dipanaskan tersebut, kemudian aduklah dengan cepat, dengan
tetap mempertahankan masih di dalam rentang suhu pemadatan,
sampai agregat terselimuti aspal secara merata.
7. Sementara itu, atau sebelumnya, perlu disiapkan alat untuk
memadatkan,yaitu dengan membersihkan perlengkapan cetakan
benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan
panaskan sampai suhu antara 93,3 – 148,9oC.
8. Cetakan diletakkan diatas landasan pemadat dan tahan dengan
pemegang cetakan.
9. Selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan diletakkan ke dalam dasar cetakan.
10. Seluruh campuran dimasukkan kedalam kedalam cetakan dan
tusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan
sebanyak 15 kali keliling pinggirnya dan 10 kali di bagian tengahnya.
11. Alat pemadat disiapkan dan dilakukan pemadatan dengan
menumbuk spesimen dengan jumlah tumbukan sebanyak 35, 50,
atau 75 yang disesuaikan dengan jenis lalu lintas yang direncanakan.
12. Tumbukan dilakukan dengan tinggi jatuh 457,2 mm dan selama
pemadatan harus diperhatikan agar kedudukan sumbu palu
pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
13. Pelat alas berikut leher sambung dilepaskan dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang
kembali pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang
dibalikkan tadi. Lakukan penumbukan lagi dengan jumlah yang sama.
14. Keping alas dilepaskan dan dinginkan sampai diperkirakan tidak akan
terjadi perubahan bentuk jika benda uji dikeluarkan dari mold.
Untuk mempercepat proses pendinginan, dapat digunakan kipas
angin. Proses pendinginan biasanya dilakukan sekitar 2 – 3 jam.
15. Benda uji atau spesimen Marshall dikeluarkan dari mold dengan
hati-hati dan kemudian letakkan spesimen pada permukaan yang
rata dan biarkan sampai benar-benar dingin. Sebaiknya didiamkan
pada suhu ruang selama 24 jam.
PERALATAN
1. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi
7,62 cm lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Alat pengeluar benda uji. Untuk benda uji yang sudah dipadatkan
dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ejector.
3. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang
berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas
45,7 cm
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30,38 x 30,48 x 2,54 cm dan di jangkarkan pada lantai
beton di keempat bagian sudutnya
c. Pemegang cetakan benda uji
4. Alat pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah
didapatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat
ekstruder yang berdiameter 10 cm.
5. Alat Marshall lengkap dengan :
a. Kepala penekan ( Breaking Head ) berbentuk lengkung
b. Cincin penguji ( proving ring ) berkapasitas 2.500 kg dan atau 5000
kg, dilengkapi arloji ( dial ) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm
c. Arloji pengukur pelelehan ( flow ) dengan ketelitian 0,25 mm
beserta perlengkapannya
6. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur yang mampu memanasi
sampai 200 oC ( ± 3 oC ).
7. Bak perendam ( Water bath ) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai
20 - 60°C ( ± 1 oC ).
8. Timbangan yang dilengkapi denagn penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan 5 kg
dengan ketelitian 1 gram.
9. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC
dan 100 oC dengan ketelitian 1 % dari kapasitas.
10. Perlengkapan lain :
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
aspal.
b. Sendok pengaduk dan perlengkapan lain.
c. Kompor dan alat pemanas ( hot plate ).
d. Sarung tangan dari asbes dan sarung tangan dari karet dan
pelindung pernafasan atau masker.
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg.
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah.

PELAKSANAAN
Ada tiga tahap pengujian yang dilakukan dari metode Marshall, yaitu
tahap pertama adalah melakukan pengujian berat jenis, pengukuran
stabilitas dan flow, serta pengukuran kerapatan dan analisa rongga.
Sebelum dilakukan pengujian spesimen atau benda uji Marshall, perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
o Benda uji harus bersih dari kotoran organik, minyak, kertas dan
sebagainya.
o Setiap benda uji diberi tanda pengenal yang mencirikan minimal
jumlah aspal yang diberikan.
o Ukur tinggi masing-masing benda uji dengan menggunakan jangka
sorong dengan ketelitian 0,1 mm. Tinggi benda uji adalah rata-rata
dari 3 kali pengukuran.
1. Pengukuran Berat Jenis :
a. Timbang benda uji dan dapatkan Berat Benda Uji Kering
b. Masukkan benda uji ke dalam airbersuhu 25 °C selama 3 sampai
5 menit dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan Berat
Benda Uji dalam Air.
c. Angkat benda uji dari dalam air, selimuti dengan kain yang dapat
menyerap air, dan segera timbang untuk mendapatkan Berat Benda
Uji Kondisi Jenuh-Kering Permukaan (SSD). Penyelimutan dengan
kain adalah hanya untuk menghilangkan air yang berada di
permukaan dan dilakukan dengan cepat. Proses dari sejak
pengambilan benda uji dari dalam air, penyelimutan dengan kain
dan penimbangan sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
d. Berat Jenis Curah ( Bulk Spesific Gravity ) benda uji adalah Berat
Benda Uji Kering / (Berat Benda Uji Kondisi Jenuh Kering Permukaan
– Berat Benda Uji dalam Air).
2. Pengukuran Stabilitas dan Flow :
a. Benda uji direndam dalam bak perendam ( water bath ) selama 30
- 40 menit suhu tetap ( 60 ± 1 ) °C
b. Benda uji dikeluarkan dari bak perendam atau dari oven dan
diletakkan ke dalam segmen bawah kepala penekaan dengan
catatan bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda
uji dari bak perendaman sampai tercapainya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
c. Segmen dipasang atas diatas benda uji dan diletakkan
keseluruhannya dalam mesin penguji.
d. Arloji pengukuran pelelhan (flow) dipasang pada kedudukannya diatas
salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada
angka nol, sementara selubung tangkai arloji ( sleeve ) dipegang teguh
terhadap segmen atas kepala penekan.
e. Kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh
alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
f. Jarum arloji tekan diatur pada kedudukan angka nol.
g. Pembebanan diberikan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar
50 mm permenit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau
pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji
tekan dan dicatat pembebanan maksimum.
h. Nilai pelelehan ( flow ) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur
pelelehan dicatat pada saat pembebanan maksimum tercapai.

DATA PEMERIKSAAN
( Data praktikum terlampir )
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
1. Perhitungan : (contoh)
a. Tebal benda uji ( t ) = 65,1 mm
b. Kadar aspal terhadap agregat ( a ) = 6,92 %
c. Kadar aspal terhadap campuran ( b ) = 6,50 %
d. Berat jenis bulk agregat kasar = 2,32
e. Berat jenis semu agregat kasar =.4,135
f. Berat jenis efektif agregat kasar = (2,32 + 4,135)/2 = 3.23
g. berat jenis bulk agregat halus = 2,8
h. Berat jenis semu agregat halus = 2.88
i. Berat jenis efektif agregat halus = (2,8 + 2,88)/2 = 2,84
j. Berat kering benda uji ( c ) = 1190,6 gr
k. Berat benda uji SSD ( d ) = 1204,1 gr
l. Berat benda uji dalam air ( e ) = 682,2 gr
m. Volume benda uji ( f ) = 508,4 gr
n. Berat volume benda uji ( g ) = 2,34 gr
o. Berat jenis max. teoritis ( h ) = 2,27 gr/cc
p. Berat jenis aspal = 1.017
q. Berat jenis agregat efektif :

r. Berat jenis agregat curah :

s. Volume aspal terhadap benda uji ( i )


2. Pembahasan :
Pemeriksaan marshal dilakukan untuk menentukan ketahanan
atau stabilitas terhadap kelelehan plastisitas (flow) dari
campuran aspal. Ketahanan (stabilitas) ialah kemampuan suatu
campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelahan plastisitas. Kelelahan plastisitas (flow) ialah keadaan
perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat
suatu beban batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau
0,01”.
Hubungan antara stabilitas dan flow adalah berbanding lurus;
semakin besar stabilitas, semakin besar flownya begitu juga
sebaliknya .
Jadi, jika semakin besar nilai stabilitasnya maka aspal akan
semakin mampu menahan beban, demikian juga sebaliknya.
Dan jika flow semakin tinggi maka perubahan aspal semakin
mampu menahan beban.
Syarat aspal :
- Stabilitas > 800
- VFA > 65 %
- VIM 3 - 5 %
- FLOW > 2 mm
- MQ > 200 kg/mm
- VMA > 16 %

G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan Marshall diperoleh data sebagai berikut :

Dari percobaan didapat kadar aspal optimum terhadap campuran = 6.65 % .

Anda mungkin juga menyukai