Anda di halaman 1dari 17

1

•• Defenition
Before starting our presentation

2
•• Epidemiologi
What we do

MOLA 3
•• Our Portfolio
Our awesome projects

HIDATIDO 4
•• New Proposal
Our brand new ideas

SA 5
•• Analysis
Marketing research and our data

6
•• Contact
Keep it touch!
Us

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 1


Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal
dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka
vaskularisasi dan edematus.
Mola
Hidatidosa
• Degenerai kistis dari villi disertai
pembengkakakan hidrofik

• Avaskularitas atau tidak adanya


perubahan darah janin

• Proliferasi jaringan
trofoblas

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 3


Etiologi
• Faktor Endogen

• Faktor Ovum • Sel spermatozoa membuahi ovum yang


telah kehilangan nukleusnya atau ovum
yang memang sudah patologik atau ovum
kosong sehingga terjadi kelainan atau
gangguan dalam pembuahan.

• Faktor Kromosom • Terdapat penelitian yang membuktikan


bahwa kehamilan molahidatidosa
memiliki penyebab genetic terkait dengan
mutase gen pada kromosom 19

• Imunoselektif dari • Proliferasi dari sel sel trofoblas yaitu sel-


sel Trofoblas sel sititrofoblas dan sinsitiotrofoblast,
masing masing berproliferasi pada area
yang berbeda

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 4


Etiol
ogi
• Faktor Eksogen

1 • Usia Ibu Hamil 2 • Usia Gestasi 3 • Riwayat


Kehamilan
• Dapat terjadi pada segala usia selama • Semakin tinggi usia kehamilan maka • Resiko meningkat pada kehamilan
masa subur. kehamilannya akan semakin beresiko dengan riwayat mola hidatidosa,
abortus spontan dan pada infertilitas
• Faktor resiko lebih tinggi <20 dan >35

4 • Paritas Tinggi 5 • Keadaan Sosial 6 • Infeksi


Ekonomi Mikroorganisme
• Multipara cenderung beresiko Karena • Pemenuhan zat gizi yang kurang yang • Terjadinya infeksi sangat tergantung
trauma kelahiran dan penympangan dialami oleh ibu hamil dapat dari jumlah yang masuk dalam tubuh,
transmisi genetic. mengakibatkan gangguan virulensi serta daya tahan tubuh
pertumbuhan dan perkembangan janin manusia

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 5


12

10

2,5-5
5 4,3

2
0,82-2 0,6-1,1

Cina Jepang Afrika Marroco Iran Amerika, Australia


India dan Turki
New Zealand

Insidensi
Prevalensi molahidatidosa berbeda disetiap negara dan kemungkinan ini tergantung

social ekonomi, genetik, budaya dan factor lainnya.

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 6


Indonesia
• 1971-1977 • 1988-1991 Indonesia
• 16,4/1000 • 10,64/1000 • 13/1000
• RS Hasan Sadikin • RS Hasan Sadikin

• 21,18/1000 • 28/1000
• RS Hasan Sadikin. • RSUD Tenriawaru.

• 1978-1983 • 2008-2010

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 7


• Mola Hidatidosa • KLASIFIK • Mola Hidatidosa
Parsial Komplit
• Mola hidatidosa parsial memiliki perubahan villi yang bersifat
fokal, kurang berkembang dan mungkin tampak sebagai
jaringan janin. Perkembangannya berlangsung lambat pada
ASI • Villi korionik pada mola hidatidosa komplet
berubah menjadi suatu masa vesikel–vesikel
jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit
sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi–villi dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter
berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang dan sering berkelompok– kelompok menggantung
masih berfungsi tidak terkena. Hiperplasia trofoblastik lebih pada tangkai kecil
bersifat fokal dari pada generalisata

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 8


• Mola Hidatidosa Parsial
• 2 sperma membuahi sel telur, menciptakan 69 kromosom (triploid). Janin
dapat terbentuk pada kehamilan ini, akan tetapi janin tumbuh secara
abnormal dan tidak dapat bertahan hidup

• Mola Hidatidosa Komplit


• 1 atau 2 sperma membuahi sel telur yang tidak memiliki materi genetik..
Biasanya sel telur yang dibuahi mati pada saat itu juga. Tetapi dalam kasus
yang jarang sel tersebut terimplantasi pada uterus. Jika hal itu terjadi,
embrio tidak tumbuh, hanya sel trofoblas yang tumbuh untuk mengisi rahim
dengan jaringan mola.

Patofisiologi
• Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusia mengandung 23 pasang kromosom, dimana salah satu masing-masing pasangan dari ibu dan yang lainnya dari
ayah. Dalam konsepsi normal, sperma tunggal dengan 23 kromosom membuahi sel telur dengan 23 kromosom, sehingga akan dihasilkan 46 kromosom.

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 9


Diagno
sis
• Anamnesis

Edema Gelisah emosi


Tanda -
generalisata labil
tanda
dengan perut lebih
kehamilan
hiperefleksi besar dari
disertai
perdarahan usia
kehamilan Aktifitas
Mual muntah Hipertensi, janin (-)
berat takikardi
(HEG)

• Gejala yang dapat ditemukan pada mola hidatidosa.

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 10


Diagnosis
Pemeriksaan Fisik

01 02 03 04
• Besar Uterus • Uji batang • Gejalan • Kista teka
tidak sesuai sonde tidak • Preeklamsi
Terjadi pada 27% kasus Lutein
• Kista ovari yang diameter >6cm
usia ada tahanan • Dengan hipertensi >140/90
diikuti pembesaran ovarium.
• Pembesaran uterus yang tidak
kehamilan
konsisten disebabkan massa • Proteinuria >300mg/dl
pertumbuhan trofoblastik yang
eksesif dan tertahannya darah
konsepsi • Edema dengan hiperefleksi
dalam uterus.

• Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 11


Diagno
sa
• Pemeriksaan Penunjang

• USG
• Snow storm pattern atau Honey comb dengan

03
atau tanpa kantong gestasi

• Foto Rontgen
Abdomen
• Tidak ditemukan gambaran tulang-tulang

02
janin pada kehamilan 3-4 bulan
• .

• Laboratorium
• Kadar β-hCG >100.000mIU/ml/24jam.

01
Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 12
• Pemeriksaan Follow Up • Perbaiki Keadaan Umum
• Lama Pengawasan sekitar 1 sampai 2 tahun • Koreksi dehidrasi, transfuse daraah bila Hb
<8gr%
• Periksa kadar β-hCG setiap minggu hingga 3x normal
• Gejala preeklamsi dan HEG diobati sesuai
• Periksa kadar β-hCG setiap bulan hingga 6x normal
protocol
TATALAKSANA
• Terapi profilaksis • Pengeluaran Jaringan
dengan Sitostatika Mola
• Pemberian profilaksis diberikan apabila • Kuretase
dipandang perlu.
• Histerektomo
• Pilihannya : Metotreksat 20mg/hari IM (5 hari)

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 13


• Perforasi Uterus 1
Komplikasi
• Non-Malignan
• Selama kehamilan kadang-kadang terjadi dan jika
terjadi perforasi uterus, kuretase harus dihentikan
Laparoskopi atau laparotomi harus dilakukan untuk
mengetahui tempat terjadinya perforasi
2 • Perdarahan
• Merupakan komplikasi yang terjadi sebelum selama
dan bahkan setelah tindakan kuretase. Oleh karena
itu, oksitosin intravena dilakukan sebelum memulai
• Disseminated tindakan kuretase sehingga mengurangi kejadian
intravasculer 3 perdarahan ini.
coagulopathy
• Faktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai
aktivitas fibrinolitik. Semua pasien di skrining untuk
melihat adanya koagulopati.
4
• Embolisme
trofoblastik
• Dapat menyebabkan insufisiensi pernafasan akut.
Faktor risiko terbesar terjadi pada uterus yang lebih
besar dari yang diharapkan pada usia gestasi 16
• Infeksi pada minggu. Keadaan ini bisa fatal
servical atau 5
vaginal
• Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama
evakuasi mola dapat menyebabkan penyebaran
infeksi. Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada mola
benigna dan mola maligna. Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 14
Komplikasi Maligna.
• Mola invasif atau koriokarsinoma berkembang pada 20% kasus mola
dan identifikasi pasien penting untuk tindakan selanjutnya setelah
mola komplet, invasi uteri terjadi pada 15% pasien dan metastase 4
pasien. Tidak terdapat kasus koriokarsinoma yang dilaporkan selah
terjadi mola inkomplet meskipun ada juga yang menjadi penyakit
trofoblastik non metastase yang menetap yang membutuhkan
kemoterapi

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher 15


•5

PROGNOSI
S
Thank You!
• Any Questions?

Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUD Raden Mattaher

Anda mungkin juga menyukai