Dietetika Klinik I
Menghasilkan garam empedu
Metabolisme zat gizi
Menyimpan vitamin larut lemak, vitamin
B12 dan C,A, mineral Fe, Zn dan Mg
Menyimpan glikogen dan menggunakannya
untuk menormalkan kadar glukosa darah
Sintesis protein tubuh, trigliserida dan
kolesterol
Detoksifikasi
Gangguan metabolisme protein, terutama
perubahan distribusi dan metabolisme asam
amino
1. Sintesis albumin berkurang
2. Kadar AARC (isoleusin, leusin dan valin)
dalam darah menurun
3. Kadar AAA (Phenilalanin, triptopan,
tirosin), metionin dan glutamin meningkat
3. Sintesis urea berkurang sehingga terjadi
penimbunan amonia dalam darah.
Steatorrhea
Virus
Alkohol
Toksik
Defisiensi beberapa
nutrien
Penyakit (ex.
malnutrisi dan
obesitas)
Hipoglikemia.
Kelainan metabolisme protein, berupa
gangguan keseimbangan asam amino,
peningkatan amonia, penurunan
pembentukan urea, albumin, fibrinogen
dan alfa globulin.
Gangguan emulsi lemak, penyerapan
lemak, dan vitamin larut lemak akibat
penurunan produksi garam empedu.
Penurunan kadar riboflavin, asam
nikotinat, piridoksin, vitamin C, asam
folat, vitamin B12, feritin serum dan
transferin, serta calsium.
@ Peradangan yang disebabkan oleh virus
(A,B,C,D dan E),konsumsi alkohol berlebihan
dan keracunan toksin
@ Penyebab : obat, toksin, obstruksi, alkohol dan
virus
@ Gejala : Lemah, sakit kepala,anorexia, mual
dan muntah, demam, penurunan berat
badan,serta jaundice (kuning)
@ Bersifat kronik dan akut.
Asesemen
◦ Antropometri : Berat badan, tinggi badan
Biokimia :
hiperbilirubinemia, fosfatase alkali serum normal atau
terjadi sedikit peningkatan, leukositosis, HBs Ag (+)
(pada hepatitis virus), SGOT & SGPT ↑.
Fisik Klinis :
mudah lelah, ikterus (jaundice), nyeri abdomen,
hepatomegali, mual, muntah, anoreksia
Dietary :
◦ konsumsi Makananan kurang
Diagnosis Masalah Gizi ( Potensi )
DiaRiwayat Makan :
NI. 2.1. NI 4.3, NI. 5.4 NI5.6.2
◦ Biokimia
NC. 2.2
◦ Antropometri
NC. 3.2
◦ Fisik Klinis
NC.2.2
◦ Riwayat Personal
NB. 1.3
Intervensi Gizi
◦ Pemberian makan ( Diit Hati )
◦ Edukasi gizi
◦ Konseling gizi
◦ Kolaborasi
Monev
◦ Monitoring : Lihat perkembangan data sign dan symtom
◦ Evaluasi : Bandingkan data sign/syntom sekarang, dgn awal
atau bandingkan dengan gold standar
TUJUAN
1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan
mencegah kerusakan lebih lanjut
2. Mencegah katabolisme protein
3. Mencegah penurunan berat badan
4. Meningkatkan berat badan bila kurang.
Prinsip Diit
1. Energi Tinggi untuk mencegah pemecahan
protein tubuh , diberikan bertahap sesuai
kemampuan pasien 40-45 kkal/Kg BB.
2. Protein 1,25 -1,5 g/Kg BB agar terjadi
anabolisme protein
3. Lemak Cukup 20-25% dari energi total.
Bila tjd steatorea berikan lemak rantai
sedang (MCT/Medium Chain Triglicerida).
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai
dengan tingkat defisensi.
◦.
◦ KH cukup, diutamakan yang berasal dari KH
sederhana.
◦ Cairan, bila ada oedema dibatasi.
◦ Makanan tidak bergas, tidak merangsang, tidak
bersoda dan beralkohol serta mudah cerna.
◦ Bentuk makanan disesuaikan kemampuan
penderita, dapat lunak/biasa
Syarat Diet
1. Makanan Padat Kalori ,Porsi kecil tapi sering
± 6 kali/hari
2. Higine makanan dan minuman perlu
diperhatikan.
3. Hindari makanan yang merangsang dan
menimbulkan gas seperti kacang
merah,kol,sawi lobak,durian,nangka.
4. Memberikan multivitamin untuk
meningkatkan nafsu makan
5. Hindari makanan berlemak tinggi dan santan
Adalah penyakit hati kronis yang bersifat
irreversible, ditandai dengan fibrosis hati
yang difus dengan nodul-nodul regenerasi
akibat nekrosis sel hati.
Etiologi dapat diakibatkan oleh penyakit
kronik pada parenkim hati yang dapat
disebabkan oleh alkohol, hepatitis virus B,
obstruksi saluran empedu.
Komplikasi pada sirosis hepatis :
◦ Asites
◦ Peritonitis
◦ Varises osefagus
◦ Hematemesis melena
◦ Ensefalopati hati
◦ Karsinoma hepatoseluler
◦ Sindrome hepatorenal
Penyakit hati kronis kemampuan menerima
protein ↓, kemampuan deaminasi ↓ kadar
amonium darah ↑ ensefalopati.
Pada penyakit hati kronis terjadi ↑
penggunaan asam amino rantai cabang
(AARC/BCAA) konsentrasinya di plasma ↓
konsentrasi asam amino aromatik (AAA)
↑ ensefalopati
BCAA : isoleusin, leusin, valin
AAA : tirosin, fenilalanin, metionin
Perbandingan antara BCAA dan AAA yang
diharapkan adalah 3,5 : 1
Sumber BCAA : kacang-kacangan
Asesmen
Antropometri : berat baan, Tinggi badan
Biokimia ;
◦ Leukopenia
◦ Leukositosis
◦ Hb rendah
◦ trombosit rendah
◦ kolesterol menurun
◦ albumin serum rendah
◦ SGOT, SGPT dan alkali fosfatase meningkat ringan
Fisik dan klinis :
◦ Stadium awal : mual, anoreksia, kembung, dan kelemahan.
◦ Stadium lanjut : varises esofagus, hipertensi portal,
pelebaran vena abdomen, spenomegali, acites, ikteris,
vascular spider, palmar erythema, edema, BB menurun,
anemis, hematemesis dan ensefalopati
◦ Dietary :
◦ Asupan energi dan zat gizi
◦ Asupan cairan
Diagnosis masalah gizi ( potensi )
◦ Riwayat Makan :
NI. 2.1. NI 4.3, NI. 5.4 NI5.6.2
◦ Biokimia
NC. 2.2
◦ Antropometri
NC. 3.2
◦ Fisik Klinis
NC.2.2
◦ Riwayat Personal
NB. 1.3
Tujuan :
◦ Meningkatkan regenerasi jaringan hati
◦ Mencegah katabolisme protein
◦ Mencegah penurunan BB / meningkatkan BB
◦ Mencegah / mengurangi ascites, varises esofagus
dan hipertensi portal
◦ Mencegah koma hepatik
Syarat :
◦ Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein
40 -45 kkal / kg bb
Lemak cukup 20 – 25 % total kalori,
diutamakan yang mudah cerna (MCT).
Pemberian 45 g/h mempertahankan
sistem imun.
Protein, pada sirosis terkompensasi 1,25 –
1,5 g/kg BB, apabila terdapat tanda
ensefalopati diberikan rendah. Protein
nabati mempercepat pengeluaran amoniak
mengurangi status ensefalopati tapi tidak
dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
Diutamakan protein yang kaya BCAA
KH cukup, sebagai sumber energi utama
mencegah penggunaan protein sebagai
energi
Vitamin dan mineral diberikan sesuai
dengan tingkat defisiensi.
Serat cukup, untuk menjaga peristaltik usus
mempertahankan bakteri kolon dan pH
konon, mengurangi amonia darah,
meningkatkan rasio AARC/AAA
Natrium diberikan rendah, tergantung
tingkat edema dan ascites
Cairan sesuaikan dengan keadaan odema
/ ascites
Bentuk makanan sesuai keadaan penderita
Dianjurkan pemberian makan malam hari
untuk mencegah glukoneogenesis akibat
sedikitnya cadangan glikogen hati
mempertahankan keseimbangan nitrogen
Tn K usia 30 Tahun BB =54 Kg TB = 175 cm dirawat
dirumah sakit dengan keluhan panas dingin disertai nyeri
dibawah perut, mual, pusing, badan lemah, suhu 38 C,
warna urine seperti teh, mata kuning dan tinja berwarna
pucat. SGOT 50 u/l tinggi, SGPT 40 u /l tinggi, Globulin
rendah, Albumin 3.5 g / dl Asupan sehari dirumah sakit
hanya menghabiskan 35%. Kebiasaan makan dirumah 3 x
sehari jarang mengonsumsi sayuran dan buah suka
makanan bersantan dan gurih serta digoreng. HbSAG (+),
diagnosa medis Hepatitis B. ( klp 1.2 )
Tugas :
Lakukan screning gizi
buat NCP dan Intervensi
Susun menu sehari
praktek kan
Ny. W. dibawa kei rumah sakit. pekerjaan ibu rumah
tangga. Hasil pengukuruan antopometri tb 155 cm
dan berat badan 60 kg, keluhan mudah lelah,mual,
dan muntah, mata dan kulit warna kuning, mual,
Pemeriksaan Lab HbsAg ( + ), SGOT 48 u/l SGPT
,40 u/l , asupan makan sehari di rumah sebelum
dirawat energi 1000 kkal, protein 30 g, diagnosis
medis Hepatitis C. pasien dirawat di kelas 3 ( Klp
3,4, 5 )
Tugas :
Lakukan screning gizi
buat NCP dan Intervensi
Susun menu sehari
praktek kan
Ny F. masuk rumah sakit karena mual muntah,kurang
nasfu makan, dan abdomen Acites. Skelara ikterik (+) BB=
80 Kg, TB = 140 cm usia 55 tahun. Albumiin rendah, HgB
rendah, SGOT dan SGPT tinggi, LDH tinggi. HbsAg (-)
Mengalami hepatomegali berdasarkan foto rotgen. Pernah
dirawat 5 tahun yang lalu karena hepatitis B. Kebiasaan
makan 2 X sehari terdiri dari nasi, lauk nabati, sayuran dan
buah. Tidak suka makan buah apel dan anggur. Pantang
makan daging sapi Asupan sehari di rumah sakit hanya
menghabiskan 50% makanan yang disajikan. Diagnosa
dokter Cirrosis Hepatis. ( Klp 6,7 )
Tugas :
Lakukan screning gizi
buat NCP dan Intervensi
Susun menu sehari
praktek kan
Tn B usia 56 tahun dirawat dirumah sakit selama 1 minggu
karena pembengkakan perut(acites), pucat, mual muntah,
badan lemas kesadaran pasien menurun. BB =78, TB =
167 cm . setahun yang lalu dirawat selama 2 minggu
karena cirrosis Hepatis. Albumin rendah, Ammonia tinggi,
BUN tinggi, AST dan ALT tinggi. Diagnosa Dokter
Encephalopathy hepatic. Dirumah sakit diberikan makanan
saring 3 hari yang lalu tetapi karena kesadaran menurun
diinstruksikan akan di pasang NGT. ( Klp. 8.9 )
Tugas :
Lakukan screning gizi
buat NCP dan Intervensi
Susun menu sehari
praktekkan