Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS PADA TN.

K DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE DAN MASALAH


KEPERAWATAN NYERI DI RUANG IIIA RSU. HAJI SURABAYA

Jihan Robbaniyah (20184663022)


Lisa Choiriyah (20184663006)
Ika Putri (20184663046)
Muhammad Zaki (20184663025)
Yoga Firmansyah A (20184663041)
Pendahuluan
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan.
Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang
medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang
merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri
tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat
dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat
subjektif. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau
isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu
dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.
Pembahasan
• Untuk mengetahui definisi nyeri
• Untuk mengetahui etiologi nyeri
• Untuk mengetahui manifestasi klinik dari nyeri
• Untuk mengetahui patofisiologi nyeri
• Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
nyeri
• Untuk mengetahui komplikasi nyeri
• Untuk mengetahui penatalaksanaan nyeri
• Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien nyeri
Definisi
• Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2009).
Klasifikasi Nyeri
• Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri
akut dan kronis.
• Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai
adanya peningkatan tegangan otot.
• Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-
lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6
bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
• Faktor resiko Nyeri akut
Etiologi Nyeri
• Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
• Menunjukkan kerusakan
• Posisi untuk mengurangi nyeri
• Muka dengan ekspresi nyeri
• Gangguan tidur
• Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
• Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
• Nyeri kronis
• Perubahan berat badan
• Melaporkan secara verbal dan non verbal
• Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
• Kelelahan
• Perubahan pola tidur
• Takut cedera
• Interaksi dengan orang lain menurun
• Factor predisposisi
• Trauma
• Peradangan
• Trauma psikologis
• Factor presipitasi
• Lingkungan
• Suhu ekstrim
• Kegiatan
• Emosi
Manifestasi Nyeri

• Gangguam tidur
• Posisi menghindari nyeri
• Gerakan meng hindari nyeri
• Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
• Perubahan nafsu makan
• Tekanan darah meningkat
• Pernafasan meningkat
• Depresi
Fisiologis Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud
adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,
hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan
macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh
reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis
serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang
ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-
serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsa horn. Dorsal horn
terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga terbentuk
substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi
sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama,
yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa
informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang
terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal
dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan
neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan
respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Hidayat, 2009).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Nyeri
1. Arti nyeri
2. Persepsi nyeri
3. Toleransi nyeri
4. Reaksi terhadap nyeri
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri
tekan di abdomen
• Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang
abnormal
• Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan
lainnya
• CT Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh
darah yang pecah di otak
Komplikasi
• Edema Pulmonal
• Kejang
• Masalah Mobilisasi
• Hipertensi
• Hipertermi
• Gangguan pola istirahat dan tidur
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan keperawatan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3. Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang)
4. Kompres hangat
5. Mengajarkan teknik relaksasi
• Penatalaksanaan medis
1. Pemberian analgesic
2. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
3. Plasebo
4. Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
Pengkajian Fokus
• Perilaku non verbal
• Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir
bawah, dll.
• Kualitas
• Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia
ketahui.
• Factor presipitasi
• Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
• Intensitas
• Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat menggunakan skala dari 0-10.
• Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri:
• Waktu dan lama
• Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa
nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
• Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
• P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
• Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
• R (region) : daerah perjalanan nyeri
• S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
• T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut
• Nyeri kronis
DAFTAR PUSTAKA

• Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
• Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis
Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
• Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis
Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
• Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo:
Mosby An Affiliate OfElsefer.
• Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
• Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC
LAPORAN KASUS
KELOMPOK 2

Jihan Robbaniyah (20184663022)


Lisa Choiriyah (20184663006)
Ika Putri (20184663046)
Muhammad Zaki (20184663025)
Yoga Firmansyah A (20184663041)
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN DASAR
Ruangan : III A / SHOFA 3
Tanggal Pengkajian : 19 September 2018 Jam : 08.00

IDENTITAS
• NamaPasien : Tn . K
• Umur : 23 thn
• No. Register: -
• Jenis Kelamin : Laki- laki
• Suku Bangsa : Indonesia
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Pendidikan : SLTA
• Alamat : -
• Tanggal MRS : 18 September 2018
• Diagnosa Medis : Daire, + vomiting + hipokalemi
STATUS KESEHATAN
Keluhan utama saat Masuk RS :
Pasien BAB lebih dari 10x/hari dengan konsistensi cair, ampas(+),
darah (-), Lendir(-) disertai mual dan muntah 4-6x/hari
Mengeluh nyeri perut dengan skala 4
Keluhan utama saat pengkajian :
Pasien masih lebih dari 10x/hari, mual dan muntah 4-6x/hari,
merasa nyeri perut dengan skala 2.
Pasien mengatakan badan terasa lemas dan tidak kuat
menyangga tubuhnya
Riwayat kesehatan :
Riwayat Kesehatan/Penyakit sekarang :
• Pasien mengatakan BAB cair lebih dari 10x/hari, disertai mual dan muntah 4-
6x/hari, serta nyeri perut. Pasien sebelumnya sudah minum obat oralit dan
diapet tapi tidak ada perubahan, kemudian dibawa ke RS Krian dan dirawat
selama 5 hari, kemudian diperbolehkan pulang. Tetapi sore harinya pasien
kambuh lagi (mengalami diare, mual, muntah, nyeri perut) kemudia pasien
dibawa ke RSU Haji Surabaya pada hari selasa jam 18.30 WIB, dan dokter
menganjurkan untuk dirawat inap.
Riwayat Kesehatan/Penyakit dahulu :
• Pasien memiliki penyakit tifus sejak SD dan pernah dirawat di rumah sakit karena
DHF saat SLTA, selain itu pasien hanya mengalami batuk pilek biasa.
Riwayat Kesehatan/Penyakit keluarga :
• Penyakit keluarga yang sering terjadi adalah demam, batuk ,pilek dan pusing
• Kedua orang tua tidak memiliki penyakit tertentu, nenek pernah menderita
penyakit diabetes
Vital Signs:
• Kesadaran /GCS : 456
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Frekuensi Pernapasan : 26x/menit
• Suhu : 37,5 C
• Nadi : 105x/menit
• Berat Badan : 60 kg
• Tinggi Badan : 155cm
Pengkajian pola fungsi
kesehatan gordon
POLA FUNGSI KESEHATAN :
Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
• Data Subyektif:
• SMRS : Jika sakit pasien membeli obat diapotik, dan pergi kepuskesmas jika
setelah minum obat tidak ada perunbahan/belum sembuh. Pasien merokok
sejak SLTA, dan memiliki kebiasaan minum kopi saat malam hari 2-3 cangkir.
• MRS : Pasien tidak merokok dan tidak minum kopi lagi
• Data Obyektif:
• Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
• I : Keadaan umum pasien terlihat lemah/bedrest, airway bebas, pergerakan
dada simetris, pasien meringis kesakitan
• P : Terdapat nyeri tekan pada ulu hati/perut bagian atas, akral hangat, CRT<3
detik, nadi reguler
• P : Perkusi paru normal sonor, perkusi abdomen timpani
• A : Bunyi nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada nafas tambahan. Bunyi
jantung S1 S2 tunggal
• Masalah Keperawatan
Pola Nutrisi– Metabolik
Data Subyektif:
• SMRS : Pola makan 3x sehari (pagi, siang, malam) dengan menu
makanan yang bervariasi, pasien memiliki kebiasaan minum kopi
dimalam hari 2-3 cangkir sejak 3 bulan yang lalu.
• MRS : Pola makan 3x sehari tetapi hnaya menghabiskan ¼ porsi makan
yang telah disediakan karena merasa mual, pasien BAB cair lebih dari
10x/hari, mual dan muntah 5-6x/hari.
• Data Obyektif:
• Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
• I : Kesadaran umum pasien lemah, pasien meringis kesakitan,
kesadaran komposmentis, GCS 456, tidak ada lesi pada abdomen.
• P : Terdapat nyeri tekan pada ulu hati/perut bagiana atas, akral hangat,
CRT<3detik, nadi reguler
• P : Perkusi pada abdomen menghasilkan suara timpani/kembung
• A : Auskultasi bising usus >30x/menit
Masalah Keperawatan
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pola Eliminasi Alvi &Uri
Data Subyektif:
• SMRS : BAB 1x sehari saat bangun pagi, warna kuning, bau khas feses
• BAK ±5x/hari.
• MRS : BAB lebih dari 10x/hari, konsistensi cair, ampas (+), lendir(-),
darah (-), warna kuning, bau khas.
• BAK ±7x/hari, warna kuning, tidak ada oliguria, tidak ada poli uria,
tidak ada anuria, tidak ada inkontinensia urine dll.
Data Obyektif:
• Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
• I : Keadaan umum pasien lemah, kesdaaran komposmentis, GCS 456,
pasien meringis kesakitan, inspeksi daerah anus tidak terkaji apakah
ada iritasi atau tidak.
• P : Terdapat nyeri tekan pada ulu hati/ perut bgian atas
• P : Perkusi abdomen timpani
• A : Auskultasi bising usus >30x/menit
Masalah Keperawatan
• Kekurangan volume cairan
Pola Aktifitas
Data Subyektif:
• SMRS : Pasien berkeja sebagai sopir ekspedisi, sehari-hari berada dijalan dan istirahat dirumah
pada malam hari saat dirumah bermain dengan kedua anaknya
• Fungsional level codes : 0 = mandiri
• MRS : hanya berbaring ditempat tidur kondisi pasien lemas
Data Obyektif:
• Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
• I : kesadaran umum pasien lemah, pasien meringis kesakitan, kesadaran komposmentis, GCS
456, meringis kesakitan
• P : Terdapat nyeri tekan pada ulu hati/perut bagiana atas, akral hangat, CRT<3detik, nadi reguler
• P : Perkusi pada abdomen timpani/kembung, perkusi paru sonor
• A : Bunyi nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada nafas tambahan. Bunyi jantung S1 S2
tunggal
• TTV = TD : 110/70, RR : 26x/menit, N : 105x/menit, S : 37,5
• Kemampuan merawat diri :
• Makan : 4 (mandiri)
• Mandi : 2 (membutuhkan bantuan)
• Berpakaian 2 (membutuhkan bantuan)
• Toileting 2 (membutuhkan bantuan)
• Mobilisasi 2 (membutuhkan bantuan)
• Ambulasi 2 (membutuhkan bantuan)
• Masalah Keperawatan
Pola Istirahat Tidur
Data Subyektif:
• SMRS : Tidur hanya pada malam hari sekitar jam 12 malam sampai
pagi jam 7, ±6 jam. Aktivitas sebelum tidur nonton TV, bermain
dengan anak, bermain HP.
• MRS : Pagi 2 jam dan malam ±8 jam, siang ±1 jam. Lebih sering tidur
selama di RS.
Data Obyektif:
• Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
• I : Kesadaran umum pasien lemah, pasien meringis kesakitan,
kesadaran komposmentis, GCS 456, meringis kesakitan
• P : Terdapat nyeri tekan pada ulu hati/ perut bagiana atas, akral
hangat, CRT<3detik, nadi reguler
• P : Perkusi pada abdomen timpani/kembung, perkusi paru sonor
• A : Bunyi nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada nafas
tambahan. Bunyi jantung S1 S2 tunggal
Masalah Keperawatan
Pola Persepsi kognitif
Data Subyektif:
• SMRS : Pasien mempunyai gangguan pada penglihtan (silinder) dan
menggnakan kacamata, alergi dingin jika terkena dingi hidung
tersumbat, tidak pernah mengalami nyeri perut sebelumnya
• MRS : Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian atas (ulu hati) dengan
skala 2. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, rasa nyeri seperti diremas, nyeri
hilang setelah mendapat obat.
Data Obyektif:
• Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
• I : kesadaran umum pasien lemah, pasien meringis kesakitan, kesadaran
komposmentis, GCS 456, meringis kesakitan
• P : terdapat nyeri tekan pada ulu hati/perut bagiana atas, akral hangat,
CRT<3detik, nadi reguler
• P : Perkusi pada abdomen timpani/kembung, perkusi paru sonor
• A : Bunyi nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada nafas tambahan.
Bunyi jantung S1 S2 tunggal
Masalah Keperawatan
• Nyeri akut
Pola Konsep diri dan Persepsi diri
• SMRS : Pasien bekerja sebagai sopir ekspedisi, tinggal bersam istri dan
kedua anaknya, pasien tidak memiliki masalah terhadap fisik, pasien tidak
memiliki gangguan harga diri
• MRS : Pasien tidak dapat melakukan aktivitas , pasien ingin cepat sembuh
dan cepat beraktivitas seperti biasanya, pasien mengatakan bahwa penyakit
yang dialaminya sekarang adalah pelajran baginya gar lebih menjaga
kesehatan
Masalah Keperawatan
Pola hubungan peran
• Persepsi klien tantang pola hubungan
• Keluarga : Hubungan pasie dengan istri dan kedua anaknya terjalin dengan
baik, hubungan dengan orang tua juga baik
• Teman/orang lain : Pasien cukup banyak kenalan tetangga rumah, teman
bekerja. Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain penitng karena
hidup membutuhkan bantuan orang lain.
• Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab
• Pasien mengatakan ingin segera sembuh agar dapat kembali berkumpul
dengan istri dan anak serta dapat kembali bekerja.
Masalah Keperawatan
Pola Reproduksi Seksual
Data Subyektif:
• Pasien mengatakan sudah menikah dan sudah mempunyai 2 orang anak
Data Obyektif:
• Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
• Tidak terkaji
Masalah Keperawatan
Mekanisme Koping
• Kemampuan mengendalian stress
• Pasien mengatakan jika memiliki masalah bercerita kepada istri dan kedua
orang tua gar bisa mendapat solusi dari masalah yang dialami
• Sumber pendukung
• Sumber perndukung adalah keluarga
Masalah Keperawatan
Pola tata nilai dan kepercayaan
• Pasien beragama islam, tidak ada kepercayaan spriritual yang berpengaruh
terhadap pengambilan keptusan. tidak ada kepercayaan kultural yang
berpengaruh dengan kesehatan.
Masalah Keperawatan
Daftar masalah keperawatan
1. Nyeri akut
2. Kekurangan volume cairan
Analisa data, intervensi dan
implementasi, evaluasi
• D:\seminar\ANALISA DATA.docx
Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai