Novinka Sinta isnainiyah (191810301027) Pandya Arya Wijayanto (191910301144) Tuhan (ilah) sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan Islam untuk menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai dasar kepercayaan umat Muslim Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS : 45 (Al-Jatsiiyah) : 23, yaitu: َ َّللاُ َعلَى ِع ْل ٍم َو َخت َ َم َعلَى س ْم ِع ِه َّ ُضلَّه َ َوقَ ْلبِ ِه َو َج َع َل َعلَى أَفَ َرأَي َ َ ْت َم ِن ات َّ َخ َذ ِإلَ َههُ َه َواهُ َوأ )٢٣( ََّللا أَفَال ت َ َذ َّك ُرون ِ َّ َاوة ً فَ َم ْن َي ْهدِي ِه ِم ْن َب ْع ِد َ ص ِر ِه ِغش َ َب “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? ُ غ ْي ِري فَأ َ ْو ِق ْد ِلي يَا َها َم ان َ ت لَ ُك ْم ِم ْن ِإلَ ٍهُ َوقَا َل ِف ْر َع ْو ُن يَا أَيُّ َها ْال َمأل َما َع ِل ْم ُ سى َو ِإنِِّي أل َظنُّهُ ِمن َّ َ ص ْر ًحا لَعَ ِلِّي أ َ ط ِل ُع ِإلَى ِإلَ ِه ُمو َ اجعَ ْل ِلي ْ َين ف ِّ ِ َعلَى ِ الط )٣٨( َْال َكا ِذبِين dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta". Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Pemikiran Barat Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yg menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tsb mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tenteng Tuhan menurut teori evolusionisme : Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditunjukkan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengruh negatif. Animisme Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai suatu yg aktif sekalipun bendanya telah mati. Politeisme Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama- lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Henoteisme Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan. Namun manusia masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteime (Tuhan tingkat Nasional). Monoteisme Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, Ilmu Ushuluddin dikalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Aliran tersebut adalah: Mu’tazilah Aliran ini merupakan kaum rasionalis dikalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Qadariah Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Jabariah Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semanga perjuangan. Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2) Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at- taubah: 52, Ibrahim:11) Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7) Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al- mukminun: 2, 7) Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Al-mukminun: 3, 5) Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6) Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74) Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62) Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya. Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran. Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya. Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin. Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah yang dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai kepada Allah SWT, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang artinya "Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya tak akan terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya" Menjalankan keenam rukun iman. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman) Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist yang menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda: "Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".