Anda di halaman 1dari 10

Novi Widiastuti

• Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi
kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif.
• Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia
20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang
dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik(physically trantition) transisi
secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa
awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik
atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan
dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal
merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim
dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa
karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal
merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan
kebebasan yang diperolehnya.
Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001)
tugas perkembangan dewasa awal adalah
1. menikah atau membangun suatu keluarga
2. mengelola rumah tangga
3. mendidik atau mengasuh anak
4. memikul tangung jawab sebagai warga negara
5. membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu,
dan
6. melakukan suatu pekerjaan.
7. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang
mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya.
Karakteristik dewasa awal menurut Hurlock (1993) bahwa

Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri


dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang
diperolehnya
• Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego;

• Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien;

• Mengendalikan perasaan pribadi;

• Keobjektifan;

• Menerima kritik dan saran;

• Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi;

• Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru;


• Usia reproduktif (Reproductive Age).
• Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age).
• Usia Banyak Masalah (Problem age).
• Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension).
• Masa keterasingan sosial.
• Masa komitmen.
• Masa Ketergantungan.
• Masa perubahan nilai.
• Masa Kreatif.
• Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri).
• Belajar hidup bersama dengan suami istri.
• Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
• Mengelolah rumah tangga.
• Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
• Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak.
• Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai
pahamnya.
• Persepsi seks maya pada dewasa awal. Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andini, menunjukkan bahwa
baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan istiadat budaya timur, dimana manusia
harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam bersikap dan berperilaku. Menurut Azwar (dalam
Riyanti dan Prabowo, 1998) kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan
pengaruh yang kuat dalam sikap seseorang terhadap berbagai macam hal.
• Penundaan usia perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkwaninan. Dari hasil penelitian
didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap terhadap penundaan usia perkawinan
dengan intensi penundaan usia. Hal ini berarti mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan
usia perkawinan akan memberikan keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari segi biologis, psikologis,
sosial dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan memberikan waktu lebih banyak bagi mereka untuk
membentuk identitas pribadi sebagai individu yang matang secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.
• Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja. Adanya ketakutan menghadapi krisis
pernikahan dan berujung perceraian merupakan hal/kondisi yang membuat wanita bekerja ragu tentang
kesiapan menikah mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang dipublikasikan di media massa saat ini
sehingga dianggap menjadi menjadi fenomena biasa. Salah satu penyebab wanita yang bekerja
memutuskan untuk menunda pernikahan adalah keraguan dapat berbagi secara mental dan emosional
dengan pasangannya. Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja termanifestasi dengan adanya
ketakutan menghadapi krisis perkawinan serta ragu tentang kemampuan mereka berbagi secar mosional
dengan pasangannya kelak. Selain kesiapan psikis juga ketidak siapan fisik. Individu yang merasa memiliki
kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit, misal DM) cenderung ragu melangkah menuju jenjang pernikahan.
• Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.
• Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.
• Bersedia dan mampu menjadi pasangan menjadi pasangan dalam hubungan seksual.
• Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim.
• Memiliki kelembutan dan kasih saying kepada orang lain.
• Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.
• Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.
• Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.
• Bersedia menerima keterbatasan orang lain.
• Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan
dengan ekonomi.
• Bersedia menjadi suami isteri yang bertanggung jawab.
• Individu yang memiliki kematangan emosi akan memiliki kesiapan menikah yang lebih
baik, artinya mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan dan beradaptasi setelah
memasuki pernikahan.
• Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas. Dewasa
awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan
identitas diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa
ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami
kekaburan identitas.
• Kemandirian vs tidak mandiri
• Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh
jenjang pendidikan dan karir.
• Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)
• Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri

Anda mungkin juga menyukai