Anda di halaman 1dari 35

BUSINESS COMBINATION

Presented by :
Rusman Effendi, Ak.,CA

UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA


FAKULTAS BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Referensi

1. Baker, Richard.E, Christensen. Theodore.E, Cottrel,


David.M, 2015, Advanced Accounting, 2th. Edition
Mc.Graw-Hill Education.
2. Beams, Floyd A, Anthony. Joseph H, Clement, Robin
P, 2009, Advanced Accounting, 9th Edition, Prentice
Hall.
3. Ikatan Akuntan Indoensia (IAI) member of IFAC,
2017, Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Graha
Akuntan, Menteng Jakarta.
INTRODUCTION
Di Indonesia, Standar Akuntansi Penggabungan Usaha dijelaskan
dalam PSAK No. 22 yang diadopsi dari “International Accounting
Standar” (IAS 22) sejak 1994. Masalah Akuntansi Penggabungan
Usaha telah lama menyita perhatian, baik dari Kalangan Praktisi
maupun Akademisi Akuntansi Keuangan. Hal ini dikarenakan, Akuntansi
Penggabungan Usaha telah memasuki babak baru dengan dike-
luarkannya IFRS No. 3 tentang “Business Combinations” pada tahun
2004. Perubahan tersebut merupakan bagian dari upaya Dewan
Standar Internasional yang disebut IASB (International Accounting
Standar Board) bekerja sama dengan Dewan Standar Amerika Serikat
yang disebut dengan FASB (Financial Accounting Standar Board) dalam
rangka menuju Konvergensi Standar Akuntansi Internasional. Kerja-
sama antara IASB dan FASB, akan menyebabkan dilakukannya revisi
terhadap IFRS 3 yang berlaku efektif sejak awal tahun 2010. IASB dan
FASB telah menyepakati penggunaan “Metode Akuisisi” sebagai Metode
Penggabungan Usaha (business combination).
Penggabungan Usaha dikenal juga dengan istilah “Merjer” (Merger)
dan “Akuisisi” (Acquisition). Sejarah penggabungan usaha ini, menun-
jukkan betapa besar manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan merger
dan akuisisi yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eopa Barat. Karena
Penggabungan usaha merupakan hal yang lazim dilakukan oleh pelaku
bisnis, sepanjang tidak menyalahi peraturan perundang-undangan yang
berlaku seperti Undang-undang Perseroan Terbatas, Undang-undang
Anti Monopoli dan sebagainya.
Contohnya Transaksi Merger antara Reed International (Inggris)
dan Dutch Publisher Elseiver (Belanda) dan Transaksi Akuisisi Kraft and
General Foods oleh Phillip Morris, Akuisisi PT HM Sampoerna Tbk oleh
PT Phillip Morris Indoensia. Perkembangan Akuntansi Penggabungan
Usaha di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari Perkembangan Standar
Akun-tansi Internasional yang menjadi Sumber Utama Penyusunan
Standar Akuntansi Keuangan sejak tahun 1994.
Pada saat ini, terdapat kecendrungan Pengadopsian IFRS di
seluruh dunia termasuk Negara Indonesia menyusul terjadinya skandal
Enron pada tahun 2000 dan Perusahaan-perusahaan Raksasa (Multl-
National Corporation) lainnya di Amerika Serikat. Standar Akuntansi
Keuangan di Amerika Serikat (US -GAAP) dianggap memiliki banyak
kelemahan yang dapat dijadikan celah untuk melakukan praktik mani-
pulasi akuntansi dan pelaporan keuangan (creative accounting) demi
kepentingan pihak manajemen dan pemegang saham mayoritas.
Sejak tahun 2004, International Accounting Standar Board (IASB)
yang mengeluarkan IFRS sebagai pengganti International Accounting
Standar (IAS) telah melakukan terobosan dengan Perubahan-peru-
bahan terhadap Standar Akuntansi Keuangan Internasional. Perubahan
Standar Akuntansi Keuangan yang paling revolusionir dilakukan ter-
hadap Standar Akuntansi Pengga-bungan Usaha (business com-
bination) dan Goodwill. Di Indonesia telah melakukan Konvergensi
antara PSAK dengan IFRS.
PENGERTIAN
Dalam UU Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007
tentang “Perseroan Terbatas”, khususnya pasal 1 mende-
finisikan penggabungan sebagai berikut :
“Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dila-
kukan oleh satu perseroan atau lebih untuk meng-
gabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada
dan mengakibatkan aktiva serta pasiva dari perse-
roan yang menggabungkan diri beralih karena hukum
ke perseroan yang menerima penggabungan dan se-
lanjutnya status hukum perseroan yang mengga-
bungakan diri berakhir karena hukum.
Menurut Accounting Prinsiple Board (APB) Opinion No. 16, 1970
mengemukakan bahwa :
“A business combination occurs when a corporation and one or
more incorporated or incorporated business are brought together
into one accounting entity. The single entity carries on the activities
of the previously separate, independent enterprises.”

Sedangkan PSAK No. 22, 1994 tentang “Penggabungan Usaha” ,


Paragraf 08 mendefinisikan bahwa :

“Penggabungan Usaha sebagai “Penyatuan dua atau lebih


perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena
satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memper-
oleh kendali atau aktiva dan operasi peru-sahaan lain.”
International Financial Reporting Standard (IFRS) No.3 tentang
“Business Combination” Paragraf 04 Tahun 2004, memberikan definisi
yang lebih spesifik sebagai berikut :
“ A business combination is the bringing together of separate enti-
ties or business into one reporting entity. The result of nearly all
business combinations is that one entity, the acquire. If an entity
obtains control of one or more entities that are not business, the
bringing together of those business is not a business combinations.”
Arti definisi IFRS No. 3 adalah :
“Kombinasi usaha merupakan penggabungan beberapa entitas
menjadi satu entitas pelaporan. Hasil dari penggabungan usaha
tersebut adalah satu entitas memiliki kendali atas satu atau lebih
usaha dari entitas yang bergabung. Apabila suatu entitas memiliki
kendali atas satu entitas lain atau lebih yang bukan merupakan ken-
dali atas usahanya, maka penggabungan tersebut bukan peng-
gabungan usaha.”
Selanjutnya dalam PSAK No. 22 (Revisi 2010, 2014) tentang
“Kombinasi Bisnis”, penerapan paragraf 03 mendefinisikan bahwa :

“Kombinasi Bisnis sebagai suatu “Transaksi atau peristiwa lain yang


mana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau
lebih bisnis. Pihak pengakuisisi mungkin memperoleh pengendalian
atas pihak yang diakuisisi dengan beberapa cara, misalnya :
• Dengan mengalihkan kas, setara kas atau aset lainnya (termasuk
aset neto yang merupakan suatu bisnis);
• Dengan menimbulkan liabilitas;
• Dengan menerbitkan kepentingan ekuitas;
• Dengan memberikan lebih dari satu jenis imbalan, ata;
• Tanpa mengalihkan imbalan, termasuk yang hanya berdasarkan
kontrak (lihat paragraf 43).
TEORI YANG MELATAR BELAKANGI
TERJADINYA KOMBINASI BISNIS
Terdapat sejumlah Teori, yang menjelaskan tentang Motivasi yang
Melatarbelakangi Terjadinya suatu Penggabungan Usaha, antara lain :
a. Teori Efisiensi
Menurut teori ini, merger dapat meningkatkan efisiensi, karena
gabungan dua atau lebih entitas akan menjadi lebih sinergi.
b. Teori kekuatan Pasar
Keinginan untuk meningkakan pangsa pasar (market share) juga
dapat menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Peng-
gabungan dua atau lebih perusahaan yang sebelumnya saling ber-
saing menjual produk yang sama, secara teoritis akan meningkatkan
pengguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda.
c. Teori Diversifikasi
Dengan memiliki bidang usaha yang beraneka ragam, maka suatu
perusahaan dapat menjaga stabilitas penda-patannya.
d. Teori Prestise
Meskipun secara logika agak sulit diterima, ternyata banyak
perusahaan yang melakukan merger bukan karena motif ekonomi,
melainkan justru karena motivasi ingin meningkatkan prestise.

e. Teori Keuntungan Pajak


Dengan keuntungan di bidang perpajakan melalui pengurangan
kewajiban pembayaran pajak, justru menjadi salah satu motivasi
yang melatarbelakangi suatu merger.
f. Teori Under Valuation
Penilaian suatu harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya
pada suatu perusahaan, akan menjadi pendorong minat perusahaan
lainnya untuk menggabungkan perusahaan yang satu dengan peru-
sahaan lainnya melalui merger.
ALASAN
PENGGABUNGAN USAHA
Menurut Beams (2003), terdapat beberapa faktor
yang mendorong suatu perusahaan melakukan peng-
gabungan usaha, antara lain :
a. Keuntungan dari sisi Biaya (Cost advantage)
Salah satu penyebab utama dari perusahaan yang me-
lakukan penggabungan usaha adalah untuk meningkat-
kan cost effectiveness dan cost eficiency dengan cara
melakukan penguasaan pada perusahaan lain yang men-
jadi tumpuan atau ketergantungan dalam kegiatan ope-
rasionalnya.
b. Menekan risiko atau Meminimalkan risiko (Lower risk),
c. Mengurangi penundaan operasi karena saat menga-
lami masalah perusahaan lainnya bisa menopang
untuk memecahkan masalah tersebut,
d. Menghindari pengambilalihan usaha secara paksa
(Advance of takeover),
e. Pengakusisian harta tak berwujud suatu
perusahaan oleh perusahaan lainnya (Acquisitions
of intangible assets).
f. Terdapat faktor lainnya
TUJUAN
PENGGABUNGAN USAHA
Suatu Perusahaan Melakukan Merjer dengan Perusa-
haan lain dengan maksud untuk :
1. Tujuan Umum (General Purpose)
Tujuan Umum Perusahaan Melakukan Merjer dengan
Perusahaan lain, yakni :
a. Untuk meningkatkan pangsa pasar dan nilai tambah (value
added) melalui upaya penciptaan efisiensi yang lebih baik,
b. Untuk meningkatkan sinergi operasional, sinergi keuangan,
strategic realignment dan bagi bank publik berdasarkan q-
ratio.
2. Tujuan Khusus (Special Purpose)
Selain itu, masih terdapat Tujuan Khusus lain yang ingin
dicapai dalam Penggabungan Usaha, antara lain :
a. Penghematan Biaya
Sebenarnya, tujuan perusahaan melakukan Merger di-
dasarkan pada pertimbangan ekonomis dan dalam rangka
memenangkan persaingan dalam bisnis yang semakin
kompetitif. Penghematan biaya dapat dicapai, karena dua
atau lebih perusahaan yang memiliki kekuatan yang berbeda
melakukan penggabungan, sehingga mereka da-pat
meningkatkan nilai perusahaan secara bersama-sama.
b. Kekauatan Monopoli
Suatu perusahaan besar yang melakukan merger den-gan
perusahaan yang setara atau lebih kecil lingkup bisnisnya,
dapat memberikan kesan bahwa perusahaan tersebut
memiliki kemampuan yang jauh lebih baik, baik dalam aset
maupun dalam kemampuan manajerialnya. Dengan melalui
merger, maka kemampuan aset peru-sahaan semakin besar
dan mampu melakukan operasi pada skala yang lebih
ekonomis. Konsekuensinya, peru-sahaan hasil merger
tersebut dapat menurunkan biaya per unitnya, akibatnya
harga jual barang atau jasa dapat ditekan lebih rendah per
unitnya. Hal ini dapat menambah pangsa pasar dan menjadi
pemimpin pasar (market leader) pada sektor bisnis yang
dijalankan oleh perusa-haan.
c. Menghindari Kebangkrutan
Merger juga dimaksudkan untuk menghindari perusa-haan dari risiko
bangkrut, dimana kondisi salah satu atau kedua perusahaan yang ingin
bergabung sedang dalam ancaman kebangkrutan. Penyebabnya bisa
karena mis-management atau disebabkan faktor-faktor lainnya seper-ti
kehilangan pasar, keusangan teknologi dan atau kalah bersaing dengan
perusahaan lainnya. Melalui merger kedua perusahaan akan berusaha
untuk menciptakan suatu strategi baru untuk menghindari dari risiko
bang-krut.

d. Memanfaatkan Insentif Pajak


Merger juga dimaksudkan untuk memanfaatkan insentif pajak yang
diberikan oleh pemerintah karena adanya kebijakan baru mengenai
bidang perpajakan. Misalnya, terdapat produk tertentu yang oleh undang-
undang per-pajakan dan peraturan perpajakan dibebaskan dari
pengenaan pajak untuk mendorong perningkatan produk tersebut di masa
mendatang.
e. Melakukan Diversifikasi
Seandainya dua atau lebih perusahaan yang berada dalam
jalur bisnis yang sama melakukan merger, maka perusahaan
baru sebagai hasil merger akan memilki beraneka ragam
produk. Mekanisme diversifikasi ini, sebenarnya membagi
risiko perusahaan yang tidak hanya ditanggung sendiri tetapi
telah berbagi, sehingga peng-hasilan atau hasil yang
diharapkan akan semakin besar
f. Memperbesar Perolehan Pinjaman Bank
Merger juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemam-
puan perusahaan dalam memperbesar perolehan pinjam-an
bank. Bank atau lembaga kredit lainnya, dapat memberikan
pinjaman kredit pada suatu perusahaan den-gan
pertimbangan besarnya aset yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Semakin besar aset perusahaan, jumlah
pinjaman yang dapat direalisasikan juga akan semakin besar,
dan begitu sebaliknya.
g. Memanipulasi Pendapatan per Lembar Saham
Merger juga sering diarahkan untuk memanipulasi
pendapatan per lembar saham (earning per share/ EPS).
Secara umum, perusahaan hasil merger akan memiliki ke-
mampuan untuk menciptakan laba yang jauh lebih besar
dengan yang dicapai sebelumnya secara individu. Semen-tara
jumlah kepemilikan yang dimiliki oleh shareholders tidak
mengalami perubahan yang berarti. Kondisi tersebut dapat
Menaikkan “Earning After Tax” (EAT) dan sekaligus EPS.
Kondisi EPS yang semakin baik, tentunya dapat Meningkatkan
Nilai Perusahaan, sehingga banyak investor akan melakukan
investasi langsung (direct investment) ke perusahaan hasil
merger tersebut.
h. Meningkatkan Efisiensi Manajemen
Merger juga dimaksudkan untuk mengarahkan perusa-haan
beroperasi secara lebih efisien. Motif ini, sering dijadikan
sebagai indikator utama dari sebuah kebijakan merger.
BENTUK-BENTUK
PENGGABUNGAN USAHA
Ditinjau dari sudut bentuknya, Penggabungan Usaha terbagi atas 3 kelompok,
sebagai berikut :
1. Berdasarkan Jenis Kegiatan Usaha dari Perusahaan yang Terkait, Merger
terbagi atas :
a. Merger Horizontal
Merger yang dilakukan oleh Perusahaan-perusahaan yang mempunyai jenis
kegiatan usaha yang sama dan sebelumnya justru saling bersaing di dalam
mempro-duksi barang/ jasa yang sama dalam suatu wilayah pemasaran.
Contoh :
- Merger antara Daimler Benz dengan Chrysler.
- Merger antara Exsson dengan Mobile Oil.
b. Merger Vertikal
Merger yang dilakukan oleh Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang/
jenis usaha yang sejenis, tetapi berbeda dalam tingkat operasinya. Biasanya
transaksi merger vertikal ini dilakukan oleh pembeli dan penjual dalam “supply
chain”.
Contoh :
- Merger Vertikal yang dilakukan oleh PT Gudang Garam dengan PT Surya, untuk
menjaga kontinuitas pasokan kerja sebagai bahan baku utama dalam industri
rokok.
c. Merger Konglomerasi
Merger yang dilakukan oleh Perusahaan-
perusahaan yang saling tidak mempunyai hubungan,
baik dalam arti horizontal maupun vertikal.
Contoh :
- Merger antara Procter and Gamble yang
memproduksi barang konsumsi dengan Vicks
Richardson yang meru-pakan perusahaan farmasi.
2. Berdasarkan Status Hukum (Legalitas), Merger ter-bagi atas :
a. Statutory Merger
Merger yang dilakukan oleh dua atau lebih Perusa-haan secara sah dan tuntas
berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, baik yang dikeluarkan oleh
pihak yang berwenang maupun berdasarkan per-janjian merger yang dibuat oleh
kedua belah pihak.
b. De-facto Merger
Merger yang dilakukan oleh dua atau lebih Perusa-haan tanpa didukung oleh
peraturan hukum yang ber-laku di tempat perusahaan-perusahaan yang terlibat
merger tersebut berdomisili.

3. Berdasarkan Sikap Direksi dari Perusahaan yang akan Digabung, yakni :


a. Agreed Merger
Sejak awal Direksi perusahaan yang akan digabung-kan, menyetujui rencana
Merger. Bahkan justru Direksi Perusahaan yang akan digabungkan tersebut yang
mengusulkan dan mendorong agar perusahaan yang akan menerima
penggabungan tertarik untuk melakukan merger.
b. Upopposed Merger
Direksi perusahaan yang akan digabungkan tersebut tidak menolak rencana
penggabungan usaha, tetapi juga tidak berinisiatif mendorong perusahaan yang
akan menerima penggabungan untuk melakukan merger.
c. Dependent Merger
Sejak awal Direksi perusahaan yang akan digabung-
kan, menolak rencana Merger. Bahkan kadang kala
pihak direksi aktif yang melakukan tindakan-tindakan
guna mencegah terjadinya merger.
d. Competitive Merger
Sejak awal Direksi perusahaan yang akan digabung-
kan, menghadapi lebih dari satu tawaran untuk mela-
kukan merger dari dua atau lebih perusahaan yang
akan menerima penggabungan, sehingga direksi
mempunyai keleluasaan untuk menentukan pilihan
yang paling mengungtungkan.
PERSYARATAN
PENGGABUNGAN USAHA
Menurut Peraturan No. IX G.1 tentang “Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha
Perusahaan Publik atau Emiten” yang dikeluarkan oleh Bapepam mengemukakan
bahwa :
“Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Wajib Memenuhi Persyaratan
sebagai berikut :
a. Direksi atau Komisaris Perusahaan Publik atau Emiten yang akan melakukan
penggabungan usaha atau peleburan usaha wajib membuat pernyataan kepada
Bapepam dan Rapat Umum Pemegang Saham bahwa :
“Penggabungan usaha atau peleburan usaha dilakukan dengan memper-
hatikan kepentingan perseroan, masya-rakat, dan persaingan sehat dalam
melakukan usaha, serta ada jaminan tetap terpenuhinya hak-hak pemegang
saham publik dan karyawan”.

b. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) harus didukung oleh
pendapatan yang diberikan pihak independen;
c. Memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Publik atau
Emiten, dan
d. Perusahaan Publik atau Emiten yang akan Melakukan Peng-gabungan Usaha atau
Peleburan Usaha wajib menyampaikan pernyataan penggabungan usaha atau
peleburan usaha kepada Bapepam yang berisi Rancangan Penggabungan Usaha
atau Peleburan Usaha.
TATA CARA
PENGGABUNGAN USAHA
Berdasarkan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang “Penggabungan, Peleburan dan
Pengambilalihan Perseroan Terbatas, Tata Cara Merger Perusahaan diatur sebagai
berikut :
• Direksi Masing-masing perseroan, setelah memperoleh persetujuan komisaris,
wajib menjajaki kelayakan pengga-bungan usaha atau peleburan usaha yang
meliputi penela-ahan atas :
• Keadaan usaha perseroan serta perkembangan hasil usaha perseroan, dengan
memperhatikan laporan ke-uangan perseroan yang telah diaudit oleh akuntan
yang terdaftar di Bapepam selama 3 (tiga) tahun ter-akhir.
• Hasil analisis pihak independen mengenai kewajaran nilai saham dan aktiva
tetap perseroan serta aspek hukum penggabungan usaha atau peleburan usaha.
• Metode dan tata cara konversi saham yang akan digu-nakan, yang didukung oleh
keterangan dari pihak in-dependen mengenai hal tersebut.
• Cara penyelesaian kewajiban perseroan terhadap pi-hak ketiga.
• Cara penyelesaian hak-hak pemegang saham yang ti-dak setuju terhadap
penggabungan usaha atau pele-buran usaha.
• Struktur organisasi dan sumber daya manusia setelah penggabungan usaha atau
peleburan usaha,
• Analisis manajemen terhadap kondisi perseroan sete-lah penggabungan usaha
atau peleburan usaha.

Direksi Masing-masing perseroan secara bersama-sama wajib menyusun
Rancangan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha yang telah disetujui
komisaris yang sekurang-kurangnya wajib memuat hal-hal sebagai berikut,
• Nama dan tempat kedudukan perseroan yang akan mela-kukan penggabungan usaha atau
peleburan usaha.
• Alasan serta penjelasan dari masing-masing perseroan yang akan melakukan penggabungan
usaha atau pele-buran usaha.
• Tata cara konversi saham dari masing-masing perseroan yang akan melakukan penggabungan
usaha atau pele-buran usaha terhadap saham perseroan hasil pengga-bungan usaha atau
peleburan usaha.
• Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil penggabungan usaha (jika ada) atau
rancangan akta pendirian perseroan baru hasil peleburan usaha.
• Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam dari masing-
masing perseroan yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha, yang
meliputi 3 tahun buku terakhir.
• Dalam hal efektifnya Pernyataan Penggabungan usaha atau Peleburan Usaha melebihi 180
hari dari laporan keuangan tahunan terakhir, maka laporan keuangan tersebut harus
dilengkapi dengan laporan keuangan interim yang telah diaudit, sehingga jangka waktu antara
tanggal efektifnya Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha dan tanggal laporan keuangan
interim tidak melebihi 180 hari.
• Laporan keuangan proforma perseroan hasil pengga-bungan usaha atau peleburan usaha
yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
• Nama dan tempat kedudukan perseroan hasil pengga-bungan usaha atau peleburan usaha.
• Hasil penilaian pihak independen mengenai kewajaran nilai saham dan kekayaan perseroan.
• Hasil penilaian tenaga ahli mengenai aspek tertentu dari penggabungan
usaha atau peleburan usaha (jika diper-lukan)
• Pendapat akuntan yang terdaftar di Bapepam mengenai metode dan tata
cara konversi saham sebagaimana ter-muat dalam Rancangan
Penggabungan Usaha atau Pele-buran Usaha.
• Pendapat hukum dari konsultan hukum independen yang terdaftar di
Bapepam mengenai aspek hukum dari pengga-bungan usaha atau
peleburan usaha.
• Cara penyelesaian status karyawan perseroan yang akan melakukan
penggabungan usaha atau peleburan usaha.
• Cara penyelesaian hak dan kewajiban perseroan yang akan melakukan
penggabungan usaha atau peleburan usaha terhadap pihak ketiga.
• Cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas yang tidak setuju
terhadap penggabungan usaha atau peleburan usaha.
• Susunan direksi dan komisaris perseroan hasil pengga-bungan usaha atau
peleburan usaha.
• Perkiraan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manfaat dan kerugian
serta masa depan perseroan yang diperoleh dari penggabungan usaha
atau peleburan usaha
• Perkiraan saat pelaksanaan penggabungan usaha atau peleburan usaha.

Anda mungkin juga menyukai