Anda di halaman 1dari 88

Curriculum Vitae

Nama : dr. Achmadi Sulystio Nugroho, Sp. OG


TTL : Semarang, 17 Juli 1976
Riwayat pend: FK Uninsula (Pend. Dokter Umum)
FK Unsri (PPDS Obsgyn)
Riwayat Pekerjaan: Puskesmas Nibung (2003 – 2013)
RSUD dr. Sobirin (2017 – sekarang)
Hipertensi Dalam Kehamilan
Diagnosis Hipertensi
Hypertension is diagnosed empirically
when appropriately taken blood
pressure exceeds 140 mm Hg systolic
or 90 mm Hg diastolic. Korotkoff
phase V is used to define diastolic
pressure.
Hipertensi gestasional
&
Preeklampsia
dapat muncul sebelum, selama, atau setelah persalinan

Eklampsia
Pada wanita dengan preeklampsia

kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain


dan dapat muncul sebelum, selama, atau setelah
persalinan
ETIOLOGI
DAN
PATOFISIOLOGI
Etilogi

Tidak diketahui
Potential etiologies

Abnormal trophoblast invasion of uterine blood vessels


Immunological intolerance between fetoplacental and
maternal tissues
Maladaptation to the cardiovascular changes or
inflammatory changes of pregnancy

 Dietary deficiencies

Genetic abnormalities
More Likely To Develop In
Women With The Following Characteristics

 Are exposed to chorionic villi for the first time


 Are exposed to a superabundance of chorionic villi, as
with twins or hydatidiform mole
 Have preexisting conditions of endothelial cell
activation or inflammation such as diabetes or renal or
cardiovascular disease
 Are genetically predisposed to hypertension
developing during pregnancy
Risk Factors for Preeclampsia
 Nulliparity
 Multifetal gestation
 Obesity
 Family history of preeclampsia–eclampsia
 Preeclampsia in a previous pregnancy
 Abnormal uterine Doppler studies at 18 and 24 wk
 Pregestational diabetes mellitus
 Presence of thrombophilias
 Hypertension or renal disease
TIMING OF DELIVERY
Pencegahan
Latar Belakang
 Perdarahan terutama perdarahan pasca salin
masih menjadi penyebab tersering kematian ibu
di Indonesia

 Perdarahan paska salin akan meningkatkan


morbiditas dan mortalitas bila tidak ditangani
secara adekuat
Mengapa kematian maternal
akibat perdarahan masih tinggi?
1. Keterlambatan mengenali adanya syok
karena perdarahan

2. Kegagalan untuk melakukan resusitasi yang


adekuat
Kegawatdaruratan

hasil yang
merugikan
Tidak (cacat )
mendapatkan
pertolongan
yang cepat dan
tepat  bahkan
meninggal
Mengapa ????
1. Penilaian jumlah perdarahan secara visual sama
sekali TIDAK AKURAT

2. Tenaga kesehatan cenderung memperkirakan


jumlah perdarahan lebih sedikit daripada
kenyataannya (30 – 50% lebih sedikit)

3. Ketidakakuratan makin tinggi seiring dengan


makin banyaknya jumlah perdarahan

4. Pemahaman mengenai resusitasi belum


optimal
Perdarahan paska salin
< 24jam setelah kelahiran bayi ( Dini )

> 24 jam setelah kelahiran bayi ( lambat )

minor (500–1000 ml)

mayor (lebih dari 1000 ml)


PPH – causes, Remember the 4 T’s !

Tone - uterine atony (70%)
Tissue – retained placenta (20%)
‹Tears - vagina/cervix (10%)
‹Thrombin –coagulopathy (<1 %)
PPH – Risk factors ‹
Previous PPH ‹
Antenatal bleeding ‹
Polyhydramnios, twins, macrosomia ‹
Protracted labour ‹
Placenta praevia (marginalis) ‹
High age and/or BMI ‹
PE, DIC, IUFD, Abruption
PPH - prophylaxis

Active management of 3rd stage


Prinsip Penanganan perdarahan
pasca salin
Profesor Sir Arul akan mengatakan bahwa PPH paling baik dikelola
dengan menggunakan algoritma “HAEMOSTASIS’ di bawah ini:
 H – ask for Help
 A – Assess (vital parameters, blood loss) and resuscitate
 E – Establish the cause, ensure availability of blood
 M – Massage uterus
 O – Oxytocin infusion
 S – Shift to theatre/anti-shock garment – bimanual compression
 T – Tamponade test
 A – Apply compression sutures
 S – Systematic pelvic devascularisation
 I – Interventional radiologist – if appropriate, uterine artery
embolisation
 S – Subtotal/total abdominal hysterectomy
Tanda dan Gejala SYOK karena
Perdarahan
 Tanda awal terjadinya syok adalah gelisah dan
agitasi, kadang-kadang disertai rasa haus yang
sangat yang berkembang menjadi pusing bila
darah yang keluar sudah sekitar 30% (1500 –
2000 mL)

 Penurunan kesadaran adalah tanda yang sudah


terlambat  kondisi kritis
 Frekuensi nadi akan meningkat setelah terjadi
kehilangan darah sekitar 15–20%

 Capillary refill menurun setelah kehilangan


darah sebanyak 15% dan hampir hilang setelah
jumlah darah yang hilang sekitar 40%

 Tekanan darah baru turun setelah jumlah darah


yang keluar sekitar 30–40%
1. Pemberian oksigen, bila tersedia dapat
menggunakan NRM (non rebreathable
mask).

2. Pasang kateter foley.

3. Pasang infus dua jalur dengan abocath 14G

4. Ambil darah untuk sampel darah (cross


match) dan minta bantuan salah satu
keluarga untuk segera ke PMI
5. Lakukan resusitasi cairan kristaloid (RL)
dengan cepat

6. Jika perdarahan diperkirakan lebih dari 1500


mL, begitu kondisi lebih stabil segera dirujuk
7. Lakukan kontak dengan tempat rujukan
sehingga tempat rujukan dapat
mempersiapkan tindakan yang akan
dilakukan

8. Perhatikan dengan baik kesadaran pasien,


nadi, tekanan darah dan urine output
Penanganan Atonia Uteri
1. Masase uterus

2. Pemberian oksitosin.
3. Kompresi bimanual
interna/eksterna:
bisa mengurangi
perdarahan walaupun
dalam kondisi
kontraksi uterus tetap
lembek  memberi
kesempatan resusitasi
untuk mengganti
darah yang keluar
3. Lakukan tamponade uterus: masukkan
gulungan kasa padat ke dalam cavum uteri
atau dengan kondom kateter bila ada. Ambil
kembali tampon/kondom setelah 24 – 36 jam
Cara menggunakan kondom
kateter
1. Dengan cara aseptik, kateter karet steril
dimasukkan ke dalam kondom dan
diikatkan pada ujung kondom dengan
benang (gambar 1)

2. Kandung kencing dikosongkan dengan


kateter foley kontinu

3. Masukkan kondom tersebut ke dalam


cavum uteri (gambar 2)
Manajemen Retensi Plasenta/Sisa Plasenta
1. Lakukan manual plasenta

2. Pemberian uterotonika

3. Periksa kelengkapan plasenta

4. Tetap melakukan masase Uterus


Ingat
 Jika plasenta sudah lahir dan kontraksi uterus
tetap lembek

 eksplorasi  atonia uteri


Manajemen trauma pada jalan lahir
Trauma pada jalan lahir harus dicurigai
bila terjadi perdarahan tetapi kontraksi
uterus tetap baik

 Segera inspeksi Vagina dan


Serviks
Manajemen koagulopati
1. Bila eksplorasi berhasil menyingkirkan
kemungkinan ruptur uteri dan retensi sisa
plsaenta  perdarahan dari jalan lahir dengan
kontraksi uterus yang baik mungkin
disebabkan defek koagulasi

2. Terapi dengan tranfusi faktor pembekuan (FFP


dan atau trombosit)
Perdarahan Antepartum (PAP)
Definisi
• Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 mgg
• PAP bisa bersumber dari plasenta dan bisa juga bukan
karena plasenta
• Klasifikasi PAP:
1. Plasenta Previa
2. Solutio plasenta
3. Belum jelas sumbernya. Seperti Ruptur sinus
marginalis, plasenta letak rendah, dan vasa previa
 PAP tejadi kira-kira 3 % dari semua persalinan
 PAP merupakan salah satu penyebab kematian ibu di
Indonesia
 Setiap PAP memerlukan rawat inap dan
penatalaksanaan segera
Plasenta Previa
Definisi:
• Plasenta Previa: letak abnormal dari plasenta yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir
• Klasifikasi:
1. Plasenta Previa Totalis : Plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang
menutupi sebagian ostium uteri intenum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepi
nya berada pada pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah: plasenta yang
implantasi nya pada segmen bawah rahim sedemikian
rupa sehingga tepi bawah nya berjarak ± 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal
Etiology
 Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun
diduga akibat vaskularisasi yang tidak memadai,
mungkin sebagai akibat proses peradangan atau atrofi.
 Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim seperti bekas
bedah sesar, dan sebagai nya berperan dalam proses
peradangan dan kejadian atrofi endometrium
Patofisiologi
 Perdarahan pada plasenta previa terjadi pada
kehamilan trimester ketiga karena saat itu mulai
terbentuk SBR (bagian dari isthmus uteri ) sehingga
bagian plasenta di daerah tersebut lepas
 Plasenta di SBR menyebabkan bagian terendah anak
tidak bisa masuk PAP (kepala floating/ kelainan letak)
Gejala klinik dan diagnosa
 Setiap Perdarahan antepartum harus dicurigai
plasenta previa sebelum terbukti bukan plasenta
previa
 Anamnesis,perdarahan tanpa nyeri , tiba-tiba, tanpa
penyebab, biasanya darah berwarna segar
 Pemeriksaan luar, bagian janin belum masuk PAP,
sering terjadi gangguan presentasi dan letak janin
Diagnosa
 Inspekulo : untuk mengetahui sumber perdarahan
 Penentuan letak plasenta secara tak langsung dengan
radiografi, radioisotop, dan USG
 Penentuan plasenta secara langsung dengan meraba
plasenta melalui kanalis servikalis . Pemeriksaan ini
sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
perdarahan hebat. Harus dikerjakan di meja Operasi
Penanganan
 Terapi ekspektatif
 Tujuan : agar bayi tidak lahir prematur, penderita
dirawat
 Syarat terapi ekspektatif: preterm dengan perdarahan
sedikit kemudian berhenti , belum inpartu, KU ibu
cukup baik dan janin hidup
 Beikan antibiotik profilaksis, tokolitik dengan:
1. Mg SO4 8 gram dosis awal lanjut 4 gram
setiap 6 jam
2. Salbutamol 3x 2 mg/hari ( hati-hati tachicardi
> 120x mnt
3. Indometacin 3x 25 mg oral/ hari ( hati-hati
gangguan fungsi ginjal)
Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan
 Betametasone 12 mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru
Terapi ekspektatif
 Lakukan pemeriksaan USG untuk penentuan usia
kehamilan, letak plasenta, dan presentasi janin
 Tes busa/ bubble test untuk mengetahui kematangan
paru
 Konservatif sampai usia 37 mgg
 Jika perdarahan berhenti pasien dapat dipulangkan
dengan persyaratan rumah pasien dekat dan segera
kembali jika perdarahan
Terapi Aktif
Dilakukan pada:
 Perdarahan antepartum yang banyak , KU ibu buruk
tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi bayi
 Plasenta previa > 37 mgg
 Perbaikan KU terlebih dahulu sebelum tindakan
dengan tranfusi darah
Terapi aktif
 Seksio secarea untuk plasenta previa totalis dan
parsialis
 Melahirkan pervaginam terutama plasenta previa
lateralis/ marginalis atau plasenta letak rendah,
dilakukan dengan cara:
- Amniotomi dan akselerasi , pembukaan > 3cm
dilanjutkan dengan OD jika his tidak adekuat
Solutio Plasenta
 Definisi:
 Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasi nya yang
normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunya yaitu sebelum anak lahir. Biasanya terjadi
pada masa gestasi 22 mgg atau berat fetus > 500 gram
Klasifikasi
Pedarahan keluar Perdarahan tersembunyi

KU Pederita relatif lebih baik Keadaan umum penderita lebih jelek

Plasenta terlepas sebagian atau komplit Plasenta terlepas luas

Jarang berhubungan dengan hipertensi Sering berkaitan dengan Hipertensi


Ruptura Uteri
Definisi :
 Robekan atau diskontinuitas dinding rahim
akibat dilampauinya daya regang miometrium
Etiologi
 Disebabkan anomali atau kerusakan yang telah
ada sebelum nya misal nya karena trauma, dan
atau sebagai komplikasi persalinan pada rahim
yang masih utuh
 Paling sering terjadi pada rahim yang telah
diseksio sesarea pada persalinan sebelumnya
Resiko tinggi
 Pasien yang memiliki resiko tinggi :
1. Persalinan yang mengalami distosia
2. Grande multipara
3. Pengguna oksitosin / prostaglandin
4. Post SC sebelum nya atau operasi lain pada
rahim
5. Pernah histerorafia
Gambaran klinis
 Adanya perdarahan yang dapat dipantau lewat :
1. Hb dan tekanan darah yang menurun, nadi
yang cepat dan kelihatan anemis
2. Hipovolemia serta pernapasan yang sulit
berhubung nyeri abdomen akibat robekan
rahim
3. Janin mulai dapat teraba di bawah dinding
abdomen ibu
4. Kekuatan HIS menurun
Diagnosis
 Ruptura uteri yang imminen mulai dikenal pada
ring bandl yang semakin tinggi
Penatalaksanaan khusus
 Ruptura uteri merupakan komplikasi yang
sangat fatal, pengenalan dan penanganan
segera dan tepat, akan menyelamatkan dari
kematian. Karena sebagian besar kasus ini harus
diselesaikan dengan tindakan operatif maka
setelah melakukan upaya stabilitas berikan
segera cairan isotonik (RL atau garam fisiologi)
500 ml dalam 15-20 mnt kmd lanjutkan hingga
mencapai 3 liter dalam 2 jam pertama
Penatalaksaan khusus
 Setelah stabilisasi dan kondisi pasien
memadai,lakukan laparatomi untuk melahirkan
anak dan plasenta
 Bila konservasi uterus masih diperlukan dan
kondisi jaringan memungkinkan, lakukan
reparasi uterus, bila luka mengalami nekrosis
yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan,
lakukan histerektomi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai