PENDAHULUAN
Sir Charles Bell adalah orang yang pertama meneliti beberapa penderita
dengan wajah asimetrik, sejak itu semua kelumpuhan n. fasialis perifer yang
tidak diketahui sebabnya disebut Bell's pals. Paralisis fasial idiopatik atau Bell’s
palsy, ditemukan oleh Sir Charles Bell, dokter dari Skotlandia. Bell’s palsy sering
terjadi setelah infeksi virus ( misalnya herpes simplex) atau setelah imunisasi,
lebih sering terjadi pada wanita hamil dan penderita diabetes serta
penderita hipertensi Lokasi cedera nervus fasialis pada Bell’s palsy adalah di
bagian perifer nukleus nervus VII.
Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologik, laboratorium dan patologi
anatomi menunjukkan bahwa BP bukan penyakit tersendiri tetapi
berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala
penyakit lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang
pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran
napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin.
EPIDEMIOLOGI
Bell’s palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. Di
dunia, insiden tertinggi ditemukan di Seckori, Jepang tahun 1986 dan insiden terendah
ditemukan di Swedia tahun 1997. Di Amerika Serikat, insiden Bell’s palsy setiap tahun
sekitar 23 kasus per 100.000 orang, 63% mengenai wajah sisi kanan. Insiden Bell’s palsy
rata-rata 15-30 kasus per 100.000 populasi.
Sedangkan di Indonesia, insiden Bell’s palsy secara pasti sulit ditentukan. Data yang
dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s palsy
sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 – 30 tahun.
Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Tidak didapati perbedaan insiden
antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan
adanya riwayat terpapar udara dingin atau angin berlebihan .
ANATOMI
Saraf otak ke VII mengandung 4
macam serabut
TEORI
TEORI INFEKSI
ISKEMIK
VIRUS
VASKULAR
TEORI TEORI
HEREDITE IMONOLOGI
TEORI ISKEMIK VASKULAR
2) Kongenital
a) anomali kongenital (sindroma Moebius)
b) trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.)
3) Didapat
a) Trauma Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)
b) Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll)
c) Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus)
d) Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll)
e) Sindroma paralisis n. fasialis familial.
GEJALA
Perasaan nyeri, pegal, linu dan rasa tidak enak pada telinga atau sekitarnya sering
merupakan gejala awal yang segera diikuti oleh gejala kelumpuhan otot wajah
berupa :
1) Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh
(lagophthalmos).
2) Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata
berputar zXke atas bila memejamkan mata, fenomena ini disebut Bell's sign.
3) Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang
lumpuh dan mencong ke sisi yang sehat.
TEMPAT/LOKASI LESI
1. Lesi di luar foramen stilomastoideus Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang
sehat,makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan sensasi dalam (deep
sensation) di wajah menghilang. lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata
yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus
menerus.
2. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani) Gejala dan tanda klinik seperti
pada (1) , ditambah dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3
bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya daya
pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus
menunjukkan lesi di daerah antara pons dan titik di mana korda timpani
bergabung dengan nervus fasialis di kanalis fasialis.
3) Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius) Gejala
dan tanda klinik seperti pada (2), (3), ditambah dengan adanya hiperakusis.
4) Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum) Gejala
dan tanda klinik seperti (1), (2), (3) disertai dengan nyeri di belakang dan di dalam
liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi pasca herpes di membran timpani dan
konka. Ramsay Hunt adalah paralisis fasialis perifer yang berhubungan dengan
herpes zoster di ganglion genikulatum. Lesi herpetik terlibat di membran timpani,
kanalis auditorius eksterna dan pina.
5) Lesi di daerah meatus akustikus interna, Gejala dan tanda klinik seperti (1), (2), (3),
(4), ditambah dengan tuli sebagi akibat dari terlibatnya nervus akustikus.
DIAGNOSIS
TATA
LAKSANA
FISIOTERAPHI OPERASI
KOMPLIKASI
Tic Facialis sampai Hemifacial
Crocodile tear phenomenon. Synkinesis.
Spasme
Antara 80-85% penderita akan sembuh sempurna dalam waktu 3 bulan. Paralisis ringan atau
sedang pada saat gejala awal terjadi merupakan tanda prognosis baik. Denervasi otot-otot
wajah sesudah 2-3 minggu menunjukkan bahwa terjadi degenerasi aksonal dan hal
demikian ini menunjukkan pemulihan yang lebih lama dan tidak sempurna.
Pemulihan daya pengecapan lidah dalam waktu 14 hari pasca awitan biasanya berkaitan
dengan pemulihan paralisis secara sempurna. Apabila lebih 14 hari, maka hal tersebut
menunjukkan prognosis yang buruk.
KESIMPULAN
1. Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (N.VII), terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak
menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis.
2. Ada 4 teori yang dihubungkan dengan etiologi Bell’s palsy yaitu teori iskemik vaskuler, teori infeksi virus, teori herediter, teori imunologi.
3. Gambaran klinis bell’s palsy dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total. Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan
menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun.
5. Penatalaksanaannya dengan terapi medikamentosa yaitu kortikosteroid, vitamin B1, B6 dan B12, analgesic, penggunaan obat antiviral
(acyclovir). Juga dilakukan rehabilitasi medik, perawatan mata seperti memakai obat salap mata (golongan artifial tears), memakai kaca.
6. Antara 80-85% penderita akan sembuh sempurna dalam waktu 3 bulan. Paralisis ringan atau sedang pada saat gejala awal terjadi merupakan
tanda prognosis baik.