Toksikologi Umum
Pembagian Toksikologi
Toksikologi Klinis
Zat-zat Toksik
Penanganan Keracunan (Saluran Napas, Kulit, Mata,
Oral
Anti Dotum
Toxicology
EFEK TOKSIK
Efek farmakodinamik suatu zat
yang berlebihan
TOKSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari efek toksis
berbagai bahan terhadap makhluk hidup
dan sistem biologi lainnya.
PENGGOLONGAN TOKSIKOLOGI
b. Selektif
zat toksik selektif dapat menimbulkan efek toksik pada takaran
yang sangat kecil. Zat toksik selektif sebelum menimbulkan efek
akan berintereaksi dengan reseptornya. Contoh zat toksik yang
berkerja dengan cara demikian adalah CO yang mampu mengikat
hemoglobin, Hg yang dapat meningkat enzim yang mempunyai
gugus sufihidril (SH), dan insektisida yang dapat meningkat enzim
asetilkolinesterase.
ANTIDOTUM
antidotum adalah sebuah substansi yang dapat melawan
reaksi peracunan. Secara jauh, kataini berasal dari bahasa
yunani : antididonai, yang berarti
"memberikan perlawanan".
Dalam arti sempit, antidotum adalah senyawa yang
mengurangi atau menghilangkan toksisitas senyawa yang
diabsorpsi.
Terapi Antidotum terbagi menjadi :
1. Terapi non spesifik adalah suatu terapi keracunan yang
bermanfaat hampir pada semua kasus keracunan melalu cara-
cara seperti memacu muntah, bilas lambung dan memberian
zat absorben.
Penanganan
Keracunan
1Menghambat arbsorbsi
zat
2Mempercepat eliminasi 1. Mengurangi Penyerapan
pada usus
zat 2. Mengeluarkan racun dari
1. Meningkatkan eksresi urine lambung
melalui 3. Pemberian
pengasaman/pembasaan. katartik/pencahar
2. Hemodialisis.
Pemberian Antidotum 3
Penanganan 1
Keracunan Menghambat arbsorbsi
zat
Pemberian arang • Arsorbsi racun dalam usus
aktif/norit • Efektif diberikan ±2 jam setelah
racun tertelan
• Ds dws : 50g, Ds min : 30g dpt
diulang 4-6 jam.
• Dpt digunakan u/ salisilat,
acetaminofen, karbamazepin,
teofilin, obat anti depresan.
• -> kombinasi dgn bilas lambung
• Tidak dapat di :
• -> Kombinasi dgn susu / sirup ipekak
Penanganan 1
Keracunan Menghambat arbsorbsi
zat
Pengeluaran racun dari • Bilas lambung : X>1-2 jam racun
lambung tertelan
• Bahaya : Terjadi aspirasi isi lambung
• Tdk bisa diberikan pada pasien
mengantuk / koma
• Sirup Ipekak : memuntahkan isi
perut (dws dan anak)
• Aktivitas kurang
• Indikasi : Racun yang tertelan tidak
bersifat korosis dan kondisi pasien
sadar sepenuhnya.
Penanganan 1Menghambat arbsorbsi
Keracunan
zat
• Mempercepat pengeluaran racun,
Pemberian katartik atau terutama racun yang sudah di
pencahar usus.
• Diberikan setelah arang aktif. Efek
0,5-2 jam setelah pemberian (dosis
oral : 15g dgn segelas air)
• Sorbitol Pd pasien tanpa
gangguan jantung
• Mg Sulfat Pd pasien tanpa
gangguan ginjal
• KI : Mual, muntah, usus, gangguan
Ginjal.
• Pemberian jangka pjng pantau
dehidrasi & elektrolit
Penanganan
2Mempercepat eliminasi
Keracunan zat
• Pengasaman Amonium
Klorida/vit C Obat basa lemah :
Pengasaman dan amfetamin
Pembasaan Urine • Pembasaan Na.Bikarbonat
obat as.lemah : aspirin,
fenobarbital
• Menaikkan derajat ionisasi
Berkurangnya rearbsorbsi
Uji iritasi mata adalah suatu uji pada hewan uji (kelinci
albino) untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah
pemaparan sediaan uji pada mata.
Prinsip uji iritasi mata adalah sediaan uji dalam dosis
tunggal dipaparkan kedalam salah satu mata pada
beberapa hewan uji dan mata yang tidak diberi perlakuan
digunakan sebagai kontrol. Derajat iritasi/korosi dievaluasi
dengan pemberian skor terhadap cedera pada konjungtiva,
kornea, dan iris pada interval waktu tertentu.
G. UJI IRITASI AKUT DERMAL
Uji iritasi akut dermal adalah suatu uji pada hewan (kelinci
albino) untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah
pemaparan sediaan uji pada dermal selama 3 menit sampai
4 jam.
Prinsip uji iritasi akut dermal adalah pemaparan sediaan uji
dalam dosis tunggal pada kulit hewan uji dengan area kulit
yang tidak diberi perlakuan berfungsi sebagai kontrol.
Derajat iritasi dinilai pada interval waktu tertentu yaitu
pada jam ke 1, 24, 48 dan 72 setelah pemaparan sediaan uji
dan untuk melihat reversibilitas, pengamatan dilanjutkan
sampai 14 hari.
H. UJI IRITASI MUKOSA VAGINA