Adib Hanafi
Dian Ayu Juniar
Dyah Puspita
Lia Indriyani
Mariska
M.Harlis
Mukhlis.P
Rosviaziani
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
konsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam
sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia).
Menurut Price (2005) gagal nafas terbagi menjadi dua :
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien
yang parunya normal secara struktural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien
dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara)
Menurut Subekti (2011) dan Rab (2008), gagal nafas terbagi menjadi
, yaitu :
Gagal Nafas Hipoksemia / Tipe 1
Dengan karakteristik PaO2 kurang dari 60 mm Hg dengan PaCO2
normal atau rendah. penyakit paru akut secara umum meliputi
pengisian cairan atau kolap unit alveolar
Hipoksemia
Terjadi pada penyakit cardiogenic atau noncardigenic pulmonary
edema (ARDS) , pneumonia, dan pulmonary hemorrhage
Gagal Nafas Hiperkapnia / Tipe II
Ditandai dengan PaCO2 lebih dari 50 mm Hg.
Hiperkapnia
Sering kali disertai dengan hipoksemia
Terjadi pada drug overdose, neuromuscular disease, chest wall
abnormalities, dan severe airway disorders [COPD].
Menurut Price (2005), berikut adalah penyebab gagal nafas
: :1. Gangguan ekstrinsik paru B. Gangguan neuromuscular
A. Penekanan pusat Cedera medulla servikalis
pernapasan Sindrom Guilain-Baree
Overdosis obat (sedative, Sklerosis amiotrofik lateral
narkotik) Miastenia gravis
Trauma serebral atau infark
Distrofi muskular
Poliomielitis bulbar
Ensefalitis
Etiologi dari gagal nafas :
1. Depresi sistem saraf pusat
2. Kelainan usaha nafas
3. Gangguan pada paru-paru
2. Gangguan Intrinsik Paru
C. Gangguan Pleura dan
a. Gangguan obstruktif
dinding dada
difus
Cedera dada (flail chest,
Emfisema, bronkitis
fraktur tulang iga)
kronik
Pneumothorak
Asma
Efusi Pleura
Fibrosis kistik
Kifoskoliosis
Obesitas
b. Gangguan retrisik paru C. Gangguan pembuluh darah
Fibrosis interstitial karena paru :
berbagai sebab Emboli paru
Sarkoidosis Emfisema berat
Edema paru
Ateletaksis
Pneumonia konsolidasi
Pemerikasan Lab Darah Lengkap
spirometri
Analisa Gas Darah
Pemeriksaan Mikrobiologi sputum
Pemeriksaan Rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit
yang tidak diketahui, terlihat gambaran akumulasi
udara/cairan
EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi
kanan (Disritmia)
Diagnosa pasti gagal nafas adalah dari pemeriksaan analisa gas
darah teteapi sering diagnoa sudah dapat ditegakkan dengan
pmeriksaan klinis saja, yaitu :
Apneu
Sianosis
Perubahan pola nafas
Analisa gas darah :
PaO2 < 60 mmHg
PaCo2 > 50 mmHg
Foto thorax
Airway management
Koreksi Hipoksemia
Berikan O2 via nasal cannula, facemask, non-rebreathing
mask, lakukan intubasi dan gunakan mechanical ventilation
bila perlu untuk memberikan O2 yang adekuat ke jaringan
Pertahankan PaO2 > 60 mmHg, arterial SaO2 > 90%
Koreksi Hiperkapnia
Penggunaan ventilasi mekanik
Obati penyakit yang melatarbelakangi gagal nafas