Anda di halaman 1dari 46

SARS AND MERS COV

1 februari sampai 27 maret 2003, sudah 15


negara yang melaporkan adanya penularan
SARS dengan total penderita 1408 orang
dengan 53 kematian itu berarti dibandingkan
keadaan pada tanggal 21 maret 2003,
bertambah dengan 2 negara lain yang meliputi
350 kasus dengan 10 kematian

Di Indonesia ditemukan jumlah kasus probable


sebanyak 2 orang (1 WNA, 1 WNI) dan jumlah
kasus suspect sebanyak 7 orang (1 WNA dan 6
WNI).
Perjalanan penemuan SARS
 November 2002:
 Wabah penyakit pernapasan misterius terjadi di Provinsi Guangdong, China,
membuat ratusan sakit parah dan puluhan orang meninggal dunia.
 Pertengahan Februari 2003:
 Virus menyebar ke Vietnam dan Hong Kong; melalui perjalanan antar negara.
 Pertengahan Maret:
 Virus menyebar ke Singapura dan Kanada.
 15 Maret:
 Seorang dokter Singapura melakukan perjalanan ke Jerman melalui New
York, dalam perjalanan ia menderita sakit, ia didiagnosis SARS di Frankfurt.
 17 Maret:
 Organisasi Kesehatan Dunia memfasilitasi kolaborasi dari 11 laboratorium di
10 negara untuk mengidentifikasi penyebab SARS.
 24 Maret:
 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ( CDC) mengumumkan bahwa
strain coronavirus menyebabkan SARS.
 29 Maret:
 Dr Carlo Urbani, petugas WHO yang menagani kasus-kasus pada awal
kejadia di Hanoi, meninggal SARS
DEFINISI

SARS (Severe Acute Respiratory


Syndrome)  Jenis kegagalan paru-
paru dengan berbagai kelainan yang
berbeda, yang menyebabkan
terjadinya pengumpulan cairan di
paru-paru (edema paru).
SUSPECT CASE
 ADALAH SESEORANG SETELAH 1
FEBRUARI 2003 MENDERITA SAKIT
DG. GEJALA :
 DEMAM TINGGI (>38C), dengan satu
atau lebih gejala gangguan pernafasan
yaitu : batuk, nafas pendek, kesulitan
bernafa, dengan satu atau lebih
keadaan sebagai berikut :
 dalam 10 hari terakhir sebelum sakit
mempunyai riwayat kontak erat dengan
seseorang yang didiagnosis sebagai
penderita SARS atau dalam 10 hari terakhir
sebelum sakit melakukan perjalanan ke
“affected areas”
DEFINISI KONTAK ERAT DAN
“AFFECTED AREAS”

• KONTAK ERAT ADALAH ORANG YANGMERAWAT,


TINGGAL SERUMAH, ATAU BERHUBUNGAN
LANGSUNG DENGAN CAIRAN SALURAN
PERNAFASAN ATAU JARINGAN TUBUH
PENDERITA SARS

• “AFFECTED AREAS” MENURUT WHO (14 April


2003) ADALAH KANADA
(TORONTO),SINGAPURA,CINA
(GUANGDONG,SHANXI,BEIJING,HONGKONG,TAI
WAN) DAN VIETNAM (HANOI)
• PROBABLE CASE
ADALAH SUSPECT CASEDENGAN GAMBARAN FOTO
THORAXMENUNJUKKAN TANDA-TANDA
PNEUMONIA ATAU “RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME”

ATAU
– SESEORANG YANG MENINGGAL KARENA PENYAKIT
SALURAN PERNAFASAN YANG TIDAK JELAS
PENYEBABNYA DAN PADA PEMERIKSAAN AUTOPSI
DITEMUKAN TANDA PATOLOGIS BERUPA “
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME “ YANG TIDAK
JELAS PENYEBABNYA
KARAKTERISTIK VIRUS
• Coronavirus  agen penyebab SARS. Virus ini
stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama
1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada
penderita diare.
• Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap
berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi.
• Metode penularannya melalui udara serta kontak
langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien.
Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan
batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang
terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh
pasien SARS.
Faktor Predisposisi

- Faktor diri : jenis


kelamin, imunologi.
- Faktor lingkgn :
pola hidup, asap
rokok, polusi udara,
cuaca, kepadatan
tempat tinggal.
- Faktor sosek
rendah.
Cara Penularan
Sars ditularkan
melalui kontak
dekat :
Waktu merawat
penderita tinggal
satu rumah.
Kontak lgsg dgn
sekret
Cairan tbh/penderita
suspect.
Udara
Manifestasi Klinis
- Suhu badan > 38
derajat celsius.
- Batuk
- Sulit bernafas
- Nafas pendek
 Gejala + kontak
dekat = Susp.
SARS
• Invasi virus SARS melalui droplet/paparan
cairan/ alat atau pakaian terkontaminasi 
Virus corona stabil pada tinja dan urine
pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat
bertahan lebih dari 4 hari pada penderita
diare.  masuk melalui saluran pernapasan
 bersarang di paru-paru berinkubasi
dalam paru-paru selama 2-10 hari 
inflamasi paru-paru  menimbulkan
manifestasi klinis seperti ISPA atau
bahkan pneumonia.

Patofisiologi
- Bila dirontgen
(pneumonia) &
gagal pernafasan =
probable SARS/
terkena SARS.
- Limfosit menurut
- Trombosit menurut
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologis : air bronchogram :
streptococcus pneumonia
• Pada pemeriksaan fisik : dengan
menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal ( seperti ronchi atau
wheezing ). Tekanan darah seringkali
rendah dan kulit, bibir serta kuku
penderita tampak kebiruan ( sianosis,
karena kekurangan oksigen )
• Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk
mendiagnosis SARS
• Pemeriksaan laboratorium : Leukosit
• Pemeriksaan bakteriologis : sputum, darah,
aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosintesis,
bronkoskopi dan biopsy
• Test DNA sequencing bagi coronavirus
yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya
mampu mendeteksi antibody.
Penatalaksanaan
1. Isolasi
2. Therapi suportif
umum (Terapi
oksigen,
nebulisasi,
Fisioterapi,
Pengaturan cairan,
kortokosteroid
pada fase sepsis
berat, Obat
inotropik,
Cont’
• Ventilasi mekanis
• Drainase empiema
• Bila terdapat gagal nafas,
diberikan nutrisi dengan
kalori cukup)
Terapi Antibiotik

• Idealnya berdasarkan jenis


kuman penyebab Utama
ditujukan pada
S.pneumonia, H.Influensa
dan S.Aureus
Abses paru
Efusi pleural
Empisema
Gagal nafas
Perikarditis
Meningitis
Atelektasis
Hipotensi
Delirium
Asidosis metabolic
Dehidrasi
Septikemia
Definisi :
MERS CoV : Penyakit sindrom
pernapasan yang disebabkan oleh virus
Corona yang menyerang saluran
pernapasan mulai dari ringan sampai
(The Coronavirus Study Group of the International Committee on
berat
Taxonomy of Viruses , May 2012)

Kasus pertama dilaporkan April 2012 di


Arab Saudi

MERS Cov
Manifestasi Klinis
 ISPA
 Seperti infeksi pernapasan akut berat
(severe acute respiratory infection/SARI
 Pneumonia
 Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), disertai gagal ginjal, perikarditis
dan Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC).
 Pada pasien immunocompromise ditemukan
gejala awal demam dan diare.
Kasus dalam penyelidikan/suspek
A. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
dengan tiga gejala di bawah ini: Demam (≥38°C) atau ada riwayat
demam, Batuk, Pneumonia, ARDS berdasarkan gejala klinis atau gambaran
radiologis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan system kekebalan
tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda tidak
jelas.

 DAN salah satu dari kriteria berikut :


 Ada klaster penyakit yang sama dalam periode 14 hari, tanpa memperhatikan
tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab
penyakit lain.
 Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat
pasien ISPA berat (SARI / Severe Acute Respiratory Infection), terutama
pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat
tinggal atau riwayat bepergian
 Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara
terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit
Kasus dalam penyelidikan/suspek (lanjutan)
B. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur
Tengah atau negara terjangkit dalam waktu 14 hari
sebelum mulai sakit selain ISPA (Pada pasien dengan
gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan
gejala tidak jelas)

C. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan


berbagai tingkat keparahan (ringan – berat) yang
dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki
riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau
kasus probable infeksi MERS-CoV yang sedang sakit

Tidak perlu menunggu hasil tes untuk


patogen lain sebelum pengujian untuk
MERS CoV.
Kasus Probable
Definisi dengan menggunakan kriteria klinis,
epidemiologis, dan laboratoris:
 Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan
bukti klinis, radiologis atau histopatologis
DAN
 Tidak tersedia pemeriksaan untuk MERS-CoV atau hasil
laboratoriumnya negative pada satu kali pemeriksaan spesimen
yang tidak adekuat.
 DAN
 Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus
konfirmasi MERS Co-V.
Perjalanan penyakit
Infeksi Pernapasan akut (ISPA)
 Demam > 38 C sakit tenggorokan, batuk, sesak/napas
cepat
 Kriteria napas cepat pada anak :
 Usia < 2 bulan : 60 x/menit atau lebih
 Usia 2-<12 bulan : 50x/menit atau lebih
 Usia 1 - <5 tahun : 40 x/menit atau lebih

Pneumonia berat
Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk,
frekuensi pernapasan > 30 kali/ menit, gangguan
pernapasan berat, saturasi oksigen (SpO2) <90%
Perjalanan penyakit
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
 Onset: akut dalam waktu 1 minggu dari timbulnya
gejala klinis atau perburukan gejala respirasi,
atau timbul gejala baru
 Gambaran radiologis (misalnya foto toraks atau
CT scan): opasitas bilateral, yang belum dapat
dibedakan apakah karena efusi, kolaps paru /
kolaps lobar atau nodul.
 Edema paru: kegagalan pernafasan yang belum
diketahui penyebabnya, apakah karena gagal
jantung atau overload cairan
Tingkat hipoksemia:
 ARDS ringan : 200 mm Hg
<PaO2/FiO2 ≤ 300 mm Hg
ARDS
dengan PEEP atau CPAP≥ 5
cm H2O;
 ARDS sedang : 100 mm Hg
<PaO2/FiO2 ≤ 200 mm Hg
dengan PEEP ≥ 5 cm H2O
 ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤
100 mm Hg dengan PEEP ≥ 5
cm H2O

Ketika PaO2 tidak tersedia,


rasio SpO2/FiO2 ≤ 315
menunjukkan ARDS.
Cont’
Sepsis
 Terbukti Infeksi atau diduga infeksi, dengan dua atau lebih
kondisi berikut:
 suhu> 38 ° C atau <36 ° C,
 HR> 90/min, RR> 20/min atau
 Pa CO2 <32 mm Hg,
 sel darah putih > 12 000 atau <4000/mm3 atau > 10% bentuk imatur
Sepsis berat
 Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi (asidosis laktat)
atau hipotensi.
 Disfungsi organ meliputi: oliguria, cedera ginjal akut, hipoksemia,
transaminitis, koagulopati, trombositopenia, perubahan kesadaran, ileus
atau hiperbilirubinemia.
Syok septik
 Sepsis yang disertai hipotensi (Sistole <90 mm Hg) meskipun
sudah dilakukan resusitasi cairan adekuat dan terdapat tanda
hipoperfusi.
Pemeriksaan laboratorium
Bahan pemeriksaan :
 Spesimen dari saluran napas atas (hidung,
nasofaring dan/atau swab tenggorokan)
 Spesimen saluran napas bagian bawah (sputum,
aspirat endotracheal, kurasan bronkoalveolar)
Tempat pemeriksaan :
Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta
Ambil spesimen serial dari beberapa tempat
dalam waktu beberapa hari (setiap 2-3 hari)
untuk melihat Viral shedding
Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan:
1. Kultur mikroorganisme sputum dan darah
2. Pemeriksaan virus influenza A dan B, virus
influenza A subtipe H1, H3, dan H5 (di negara-
negara dengan virus H5N1 ditemukan pada
unggas), RSV, virus parainfluenza, rhinoviruses,
adenonviruses, metapneumoviruses manusia, dan
corona virus baru
 Pemeriksaan spesimen coronavirus baru dilakukan
dengan menggunakan reverse transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR)
Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan juga:
 pemeriksaan darah untuk menilai viremia,
 swab konjungtiva jika terdapat konjungtivitis,
 urin
 tinja
 cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan

Data selama ini menunjukkan bahwa spesimen


saluran napas bawah cenderung lebih positif
daripada spesimen saluran napas atas.
Terapi
Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI
 Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi
napas berat, hipoksemia ( SpO2 <90%) atau syok.
 Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi
sampai SpO2 ≥ 90% pada orang dewasa yang tidak hamil
dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil.
 Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus
tersedia di semua tempat yang merawat pasien ISPA
berat/SARI .

JANGAN membatasi oksigen dengan alasan ventilatory drive


terganggu.
Terapi
Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia
Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga
terinfeksi MERS CoV, dapat diberikan antibiotik secara
empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis,
kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan.
Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien
ISPA berat/SARI tanpa syok
Pada pasien ISPA berat/SARI harus hati-hati dalam
pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan
secara agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama
dalam situasi terdapat keterbatasan ventilasi mekanis.
Terapi
 Jangan memberikan kortikosteroid
sistemik dosis tinggi atau terapi tambahan
lainnya untuk pneumonitis virus diluar
konteks uji klinis

 Pemantauan secara ketat pasien dengan


ISPA berat/SARI bila terdapat tanda-
tanda perburukan klinis, seperti gagal
nafas, hipoperfusi jaringan, syok dan
memerlukan perawatan intensif (ICU)
Pencegahan dan Pengobatannya
 Belum ada vaksin yang tersedia.
 Pengobatan yang bersifat spesifik belum ada,
dan pengobatan yang dilakukan tergantung
dari kondisi pasien.
 Pencegahan dengan PHBS, menghindari
kontak erat dengan penderita, menggunakan
masker, menjaga kebersihan tangan dengan
sering mencuci tangan dengan sabun dan
menerapkan etika batuk ketika sakit.
Pencegahan dan pengendalian infeksi
 Sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit flu
burung dan Emerging Infectious Disease lain yang
mengenai saluran napas
(Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya :
Kementerian kesehatan RI)
 Penerapan kewaspadaan standard,
kewaspadaan droplet
kewaspadaan airborne
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
• Pencegahan transmisi droplet.
• Pencegahan standar pada setiap pasien yang diketahui atau
dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien
dengan dicurigai, probable atau terkonfirmasi MERS-CoV
dimulai dari triase pada pasien dengan gejala infeksi
pernapasan akut yang disertai demam.
• Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1
meter antara setiap pasien yang tidak menggunakan APD.
• Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.
• Terapkan etika batuk.
Pengkajian Keperawatan
• RPS : Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot
aksesori, nadi cepat bersambungan, batuk, sputum purulen,
dan auskultasi bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi,
peningkatan suhu tubuh.
• Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
• Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau
kambuhan, tidak berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi
pleural, komplikasi jantung, dan superinfeksi.
• Psikososial : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang
dilakukan.
• Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena
penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit
pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
Diagnosa Keperawatan
• Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas.
• Kriteria Hasil :
1. Mampu demonstrasi batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten
3. Mampu identifikasi dan cegahfaktor
yang dapat menghambat jalan nafas
Intervensi Dx 1
• Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
• Monitor respirasi dan status O2
• Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
• Lakukan fisioterapi dada
• Posisikan pasien semifowler untuk
memaksimalkan ventilasi
• Kolaborasi pemberian bronkodilator
bila perlu
Defisit volume cairan berhubungan dengan
intake oral tidak adekuat, takipneu, demam.
Kriteria Hasil :
• Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal
• Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
• Tidak ada tanda tanda dehidrasi
Intervensi Dx 2
• Pertahankan intake dan output yang
akurat
• Monitor status hidrasi
• Monitor vital sign
• Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
• Monitor status nutrisi
• Kolaborasi pemasangan iv line
• Kolaborasi transfusi sesuai indikasi
SEKIAN TERIMA
KASIH,… WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai