Anda di halaman 1dari 3

Jabir ibnu Hayyan

Jabir ibnu Hayyan lahir tahun 721 dan di Barat dikenal


dengan nama Geber . Salah satu ciri khas eksperimen yang
dilakukannya bersifat kuantitatif. Ilmuwan Muslim berjuluk
'Bapak Kimia Modern' itu juga tercatat sebagai penemu sederet
proses kimia, seperti penyulingan/distilasi, kristalisasi, kalnasi,
dan sublimasi. Ilmuan muslim ini juga berhasil menciptakan
instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Selain itu, dia pun
mampu menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan,
pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan,
dan pemurnian.

Berkat jasanya pula, teori oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu kimia terungkap.
Senyawa atau zat penting seperti asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, dan asam asetat lahir
dari hasil penelitian dan pemikiran Jabir. Ia pun sukses melakukan distilasi alkohol. Salah satu
pencapaian penting lainnya dalam merevolusi kimia adalah mendirikan industri parfum. Dalam
bidang kimia, karya Jabir ibnu Hayyan mencapai lebih 500 buah, tapi hanya beberapa yang
sampai pada zaman Renaissance. Salah satu yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah,
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul Summa Perfectionis. Ide-ide eksperimen Jabir
sekarang lebih dikenal sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya
pada bahan metal, nonmetal dan penguraian zat kimia.
Abu Zakariyya al-Razi
Ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa melakukan
revolusi dalam ilmu kimia adalah Al-Razi yaitu Abu
Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai
Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran
yang lahir tahun 865 berhasil menghasilkan Kitab al-Asrar dan
kitab Sirr al-Asrar serta al-Madkhal al-Thalim yang masih
digunakan oleh para ahli kimia. Dalam karyanya berjudul, Secret
of Secret/Sirr al-Asrar, Al-Razi mampu membuat klasifikasi zat
alam yang sangat bermanfaat. Ia membagi zat yang ada di alam
menjadi tiga, yakni zat keduniawian, tumbuhan, dan zat binatang.
Soda serta oksida timah merupakan hasil kreasinya.

Al-Razi pun tercatat mampu membangun dan mengembangkan laboratorium kimia


bernuansa modern yang biasa disebut sebagai ilmuwan pelopor yang menciptakan
laboratorium modern. Bahkan, peralatan laboratorium yang digunakannya pada zaman
itu masih tetap dipakai hingga sekarang. Selain itu, Berkat Al-Razi pula industri
farmakologi muncul di dunia. Sehingga ia diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan
dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah salah satunya berkontribusi
dalam ilmu kedokteran.
Al-Majriti
Ilmuwan Muslim asal Madrid, Spanyol, ini berhasil menulis buku kimia bertajuk,
Rutbat Al-Hakim. Dalam kitab itu, dia memaparkan rumus dan tata cara pemurnian
logam mulia. Dia juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang membuktikan prinsip-
prinsip kekekalan masa --yang delapan abad berikutnya dikembangkan kimiawan
Barat bernama Lavoisier.

Al-Biruni
Sejarah peradaban Islam pun merekam kontribusi Al-Biruni (wafat 1051 M)
dalam bidang kimia dan farmakologi. Dalam Kitab Al-Saydalah (Kitab Obat-
obatan), dia menjelaskan secara detail pengetahuan tentang obat-obatan. Selain
itu, ia juga menegaskan pentingnya peran farmasi dan fungsinya.

Khalid bin Yazid


Ahli kimia Muslim bernama Khalid bin Yazid (wafat tahun 709 M) sudah mengenal
potassium nitrat (KNO3)--bahan utama pembuat mesiu--pada abad ke-7 M. Dua abad
lebih cepat dari Cina. Menurut Prof Ahmad Y Al-Hassan dalam bukunya bertajuk, Islamic
Technology an Ilustrated History (1986), potasium nitrat dikenal di dunia teknologi Islam
dengan beragam nama. Senyawa kimia itu pada awalnya digunakan dalam proses
metalurgi serta digunakan untuk membuat asam nitrat dan aqua regia.

Anda mungkin juga menyukai