Kebidanan Part 2
Eva Rosdiana, SST., M.K.M
Program Jaminan Mutu Pelayanan
Kebidanan
Program menjaga mutu adalah suatu upaya
yang dilakukan secara;
Dalam menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan
kesehatan berdasarkan standar
o berkesinambungan, yang telah ditetapkan, menetapkan
dan melaksanakan cara
o sistematis, penyelesaian masalah sesuai
dengan kemampuan yang tersedia,
o objektif serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran-saran tindak lanjut
o dan terpadu untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan
Manfaat Program Menjaga Mutu
Dapat menyelesaikan masalah
a) Dapat lebih meningkatkan efektifitas
yang tepat dengan cara yang
pelayanan kesehatan.
benar
Menyusun Rencana
Keberhasilan suatu upaya pendekatan jaminan mutu layanan
kesehatan memerlukan hal-hal berikut :
a. Kepuasan konsumen
Untuk dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, langkah awal yang
harus dilakukan adalah mengidentifikasi siapa pelanggan instansi pelayanan
kesehatan, apa kebutuhan dan keinginan mereka
Fokus Obsesi
Pada Pada
Pelanggan Kualitas
Pendeka Kebebasan
tan Yang
Ilmiah Terkendali
Perbaikan
Sistem Kerjasa
Secara
Berkesinam ma Tim
bungan
Pendidik Adanya
keterlibatan dan
an dan pemberdayaan
Latihan karyawan
Komitmen
Kesatuan
Jangka
Tujuan
Panjang
Creech (1996) menyatakan bahwa agar penerapan TQM berhasil, empat
kriteria berikut harus dipenuhi instansi pelayanan kesehatan yaitu :
b. Consistency (konsistensi)
Instansi pelayanan kesehatan harus menyediakan produk dengan kerja yang
consisten misalnya ketepatan spesifikasi, ketepatan jadwal, ketepatan
pengiriman dll
c. Competence (kompotensi)
Instansi pelayanan kesehatan harus menyediakan karyawan dengan
kemampuan atau kompotensi yang unggul untuk melaksanakan tugas-tugas
atau karyawanan sehingga mendukung pencapaian sasaran instansi
pelayanan kesehatan.
d. Contact (hubungan)
Instansi pelayanan kesehatan harus mampu menjalin hubungan baik
dengan consumen, karena tujuan instansi pelayanan kesehatan hádala
menyediakan produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan
consumen.
e. Communication (komuniksi)
Instansi pelayanan kesehatan harus mampu menjalin komunikasi yang
baik dengan consumen agara spesifikasi produk yang diinginkan
consumen bisa diterjemahkan dengan baik oleh instansi pelayanan
kesehatan
f. Credibility (kredibilitas)
Instansi pelayanan kesehatan harus memperoleh kepercayaan dari
consumen dan juga harus mempercayai consumen. Dengan adanya
saling percaya hubun`gan dan komunikasi akan berjalan dengan baik.
g. Compasion (perasaan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki rasa simpati terhadap konsumen
eksternal terutama menyangkut kebutuhan dan harapan mereka, konsumen
internal (pegawai) menyangkut haknya.
h. Courtesy (kesopanan)
Instansi pelayanan kesehatan melalau para karyawan harus menunjukkan
sikap sopan kepada consumen terutam karyawan yang langsung berhubungan
dengan consumen.
i. Cooperation (kerjasama)
Instansi pelayanan kesehatan harus bisa menciptakan iklim kerja yang baik
antar karyawan maupun antara instansi pelayanan kesehatan dengan
kosumen.
j. Capability (kemampuan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki kemampuan untuk melakukan
pengambilan keputusan dan melakukan tindakan yang berkaitan dengan
pelayanan.
k. Confidence (kepercayaan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki rasa percata diri bahwa instansi
pelayanan kesehatan mampu menyediakan produk atau layanan sesuai
kebutuhan dan harapan consumen. Rasa percata diri harus tertanam
keseluruh diri karyawan.
l. Criticism (kritik)
Instansi pelayanan kesehatan harus bersedia menerima kritican dari
siapapun, baik dari karyawan maupun dari eksternal terutama kritik dari
konsumen.
Hambatan dalam penerapan TQM
1. Pembentukan tim yang keliru
2. ujuan pembentukan yang tidak jelas
3. Seringnya terjadi pergantian tim padahal
penggantinya tidak pernah mengikuti pelatihan TQM
4. Kurangnya pemahaman tentang TQM
5. Komunikasi antar anggota tim yang tidak lancar
6. Identifikasi masalah tidak dilakukan berdasar prinsip-
prinsip TQM
7. Prinsip-prinsip TQM tidak dilaksanakan secara
menyeluruh pada semua lapisan manajemen.
8. Pimpinan puncak menghendaki pemecahan masalah
secara cepat, tanpa proses yang bertele-tele.
faktor penyebab kegagalan penerapan TQM menjadi 2 (dua)
yaitu :
Prinsip-prinsip
pokok program
menjaga mutu
prospektif
Perizinan Akreditasi
Prinsip-prinsip pokok program menjaga mutu
prospektif di antaranya yang penting adalah sebagai
berikut;
a. Standarisasi Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu, ditetapkanlah standarisasi institusi
kesehatan. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya
diberikan kepada institusi kesehatan yang memenuhi standar yang
telah ditetapkan. Dengan adanya ketentuan mengenai
standarisasi, yang lazimnya mencakup tenaga dan sarana,
berfungsi untuk menghindari institusi kesehatan yang tidak
memenuhi syarat.
b. Perizinan Sekalipun standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu
berarti mutu pelayanan selalu dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk mencegah pelayanan yang tidak bermutu, standarisasi
perlu disertai dengan perizinan yang ditinjau secara berkala. Izin
penyelenggaraan pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada
institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang tetap
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
c. Sertifikasi Sertifikasi adalah tindak lanjut dari
perizinan, yakni memberikan sertifikat
(pengakuan) kepada institusi kesehatan dan atau
tenaga pelaksana yang benar-benar telah dan
atau tetap memenuhi persyaratan.
d. Akreditasi Akreditasi merupakan bentuk lain
dari sertifikat yang nilainya dipandang lebih
tinggi. Lazimnya akreditasi tersebut dilakukan
secara bertingkat, yakni yang sesuai dengan
kemampuan institusi kesehatan dan atau tenaga
pelaksana yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
2. Program Menjaga Mutu Konkuren
(concurrent quality assurance)
• Program menjaga mutu konkuren adalah program menjaga mutu
yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan.
• Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan pada unsur
proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis dan non medis
yang dilakukan.
• Apabila kedua tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan kurang bermutu.
• Program menjaga mutu konkuren ini paling sulit dilaksanakan,
antara lain karena ada faktor tenggang rasa kesejawatan, kecuali
apabila kebetulan menyelenggarakan pelayanan kesehatan dalam
satu tim, atau apabila telah terbentuk kelompok kesejawatan (peer
group) yang bertanggung jawab menyelenggarakan program
menjaga mutu di institusi kesehatan masing-masing.