Anda di halaman 1dari 42

CEDERA KEPALA

Oleh :
Ns. I Made Oka Adnyana,SKep
Definisi
Trauma kepala adalah suatu trauma
yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang
terjadi akibat injury baik secara
langsung maupun tidak langsung
pada kepala (Suriadi & Rita Yuliani,
2001).
 Menurut Brain Injury Association of
America, cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat
kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan atau
benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik (Langlois, Rutland-Brown,
Thomas, 2006).
Epidemiologi
Kegawatan paling sering
AS 1,7 juta kasus dg 52 rb
meninggal setiap tahun
Penyebab kematian ketiga usia
produktif di negara berkembang
Epidemiologi
 Di Indonesia kec. Lalin 31.186, rata-rata 84
orang meninggal krn CEDERA KEPALA
(data Polri 2010)
 IRD RSUP Sanglah, 2007 adalah 1417 orang
yang terdiri dari 70% CKR, 18% CKS, dan 10%
CKB serta 1066 orang diantaranya menjalani
rawat inap. Selama tahun 2008 jumlah
kunjungan 1761 orang, yaitu 69% CKR, 21%
CKS, dan 8,5% CKB, serta 1248 orang rawat
inap.
Epidemiologi
ICU RSUP Sanglah rata-rata pasien
cedera kepala 25-30 orang/bulan
(januari-nop. 2011) kasus
terbanyak
Jumlah kematian pasien cedera
kepala di RSUP Sanglah di ruang
ICU Januari 2009 sd November
2011 = 342 orang
Etiologi
Kecelakaan LALIN
Jatuh
kekerasan
MEKANISME CEDERA KEPALA

Akselerasi
Terjadi jika benda yang sedang
bergerak membentur kepala yang
diam
Deselerasi
Terjadi jika kepala membentur
objek yang diam
Rotasi
Patofisiologi

Calvaria

Basis
Cranii
Anatomi

Cerebrum

Mes.

Pons Cerebellum
Brain Stem

MO
Fisiologi

TIK : tekanan intra kranial


ditentukan :

• Volume Otak
• Volume LCS
• Volume Vaskular

Monro Kelly : TIK  V otak+V LCS + V Vask. ( + Massa !)


CPP = MAP - TIK Fisiologi

TIK

CPP=Cerbral Perfusion Pressue


MAP= 1 sistolik + 2 diastolik
MAPP 3
Menurut patofisiologi
Cedera kepala primer
Gegar kepala ringan, Memar otak, Laserasi

Cedera kepala sekunder


Hipotensi sistemik
Hipoksia
Hiperkapnea
Edema otak
Komplikasi pernapasan
Infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
Cedera primer
Auto regulasi otak terhambat
Kebutuhan oksigen dan glukosa
Cedera sekunder
KV, respirasi, metabolisme,
gastrointestinal, psikologis
Klasifikasi
Fraktur (rhinorrhea, raccoon’s eye)
Luka memar (kontosio)
CT-Scan atau MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
Laserasi (luka robek atau koyak)
Abrasi
Avulsi
Mekanisme
Trauma tumpul
Trauma tembus
Berdasarkan berat ringan

British Society of Rehabilitation


Medicine membagi cedera kepala
menjadi:

1. Cedera kepala ringan (GCS 14-15)


2. Cedera kepala sedang (GCS 9-13)
3. Cedera kepala berat (GCS 3-8)
Berdasarkan morfologi
Cedera kulit kepala
Fraktur Tengkorak
Cedera Otak
Commotio Cerebri (Gegar Otak)
Contusio Cerebri (Memar Otak)
Perdarahan Intrakranial (EDH, SDH, SAH, ICH)
Intrakranial hematoma
American Congress of Rehabilitation Medicine
mendefinisikan Cedera kepala ringan adalah
gangguan fungsi fisiologis otak akibat trauma
yang dimanifestasikan satu diantara berikut :

 Periode hilangnya kesadaran


 Hilangnya memori kejadian secara tiba–tiba
sebelum atau setelah kejadian.
 Gangguan mental saat terjadi kecelakaan
 Defisit neurologis fokal
Manifestasi klinis
 Battle sign (warna biru atau ekhimosis
dibelakang telinga di atas os mastoid)
 Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran
timpani telinga)
 Periorbital ecchymosis (mata warna hitam
tanpa trauma langsung)
 Rhinorrhoe
 Otorrhoe
 Triad Cushing (denyut jantung menurun,
hipertensi, depresi pernafasan).
Pemeriksaan fisik
Inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi
Head to toe
Glasgow Coma Scale (GCS)
1. Respon Membuka mata
Spontan :4
Perintah :3
Stimulus Nyeri :2
Tidak ada respon : 1
2. Respon Motorik
Mengikuti perintah :6
Lokalisasi terhadap nyeri :5
Pergerakan widrawl thd nyeri :4
Fleksor (dekortikasi) thd nyeri :3
Ekstensor (deserebrasi) thd nyeri :2
Tidak ada respon :1
3. Respon Verbal

Orientasi terhadap orang, tempat, waktu : 5


Bahasa kacau :4
Kata-kata tidak adekuat :3
Suara tidak dapat dimengerti :2
Tidak ada respon :1
Pemeriksaan Diagnostik
 CT Scan
 Rontgen
 Gas Darah Arteri ; mengetahui adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK
 Kimia/ elektrolit darah
 Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin
bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran
 Pungsi lumbal,CSS
 MRI : sama dengan CT Scan dengan/tanpa kontras
 Angiografi Serebral : Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral,
seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan,
trauma
 EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis
 BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : Menentukan fungsi
korteks dan batang otak
 PET (Positron Emission Tomografi) : menunjukkan perubahan
aktivitas metabolisme pada otak.
Indikasi Pasien yang dilakukan CT Scan :

- Koma setelah resusitasi


- Mamburuknya GCS
- Adanya fraktur tengkorak yang
disertai dengan :
1. Gangguan kesadaran
2. Kejang
3. Gangguan neurologis
- Fraktur tulang kepala terbuka
(Termasuk Basis Cranii)
MANAJEMEN CEDERA KEPALA
 MANAJEMEN CEDERA KEPALA PADA PASIEN TIDAK SADAR
Lakukan pengkajian lengkap airway, breathing dan sirkulasi (A,B,C)

1. Lakukan resusitasi jika perlu. Perlu diingat resusitasi yang tidak


adekuat menyebabkan injuri otak sekunder yang lebih berat.
- Panggil bantuan
- Pasang cervical collar
- Bersihkan jalan napas (keluarkan debris, dan pasang
orofaringeal)
- Berikan oksigen aliran tinggi
- Lakukan intubasi
- Pastikan pernapasan adekuat
-Pasang monitor jantung, catat HR, TD, RR dan temperature,
Apakah sirkulasi adekuat atau pasien dalam keadaan syok?.
-Atasi hipotensi dengan pemberian cairan kristaloid. Tapi perlu
diingat terlalu banyak cairan menyebabkan edema otak berat.
Hentikan pemberian jika ps normotensive
-Berikan darah bila perlu, periksa gula darah dg glukostik dan
berikan glukosa jika kadar GDA menurun
- Periksa BGA
2. Hiperkapnia menyebabkan vasodilatasi cerebral
dan meningkatkan TIK. Koreksi Ventilasi
3. Periksa adanya bradikardia dan hipertensi,
merupakan tanda peningkatan TIK
4. Kurangi faktor-faktor sistemik yang
menyebabkan cedera otak sekunder
5. Kaji riwayat trauma dengan menanyakan pada
crew ambulance, saksi, keluarga.
 Apakah pasien mengalami perubahan kesadaran
setelah trauma?
 Adakah riwayat obstruksi jalan napas?
 Bagaimana mekanisme injuri dan kecepatan saat
terjadi benturan?
 Kaji secara lengkap riwayat penyakit dan
pengobatan
6. Catat GCS dan periksa ulang secara
teratur (tiap 15 menit). Periksa respon
pupil
7. Periksa muka, kulit kepala, laserasi,
memar dan deformitas. Jangan lupa
pemberian tetanus profilaksis
8. Periksa telinga adakah darah, cairan
cerebrospinal atau hemotimpanum, mrp
tanda fraktur basis cranii.
9. Cek ulang jalan napas, hindari retensi
pada pasien lepaskan baju.
10. Lakukan pemeriksaan foto Ro, CT scan
MANAJEMEN TRAUMA KEPALA PADA PASIEN
SADAR

 Kaji riwayat trauma, lakukan


pemeriksaan dan investigasi untuk
mengidentifikasi pasien
 Kaji apakah pasien dapat mengingat
kejadian, apakah terjadi amnesia
retrograd atau aterograd?
 Pd orang tua cedera kepala akan
menyebabkan gangguan jantung atau
cerebrovaskuler yang memerlukan
perhatian khusus.
Therapi
Cairan Intravena
Hyperventilasi
Manitol
Furosemid
Steroid
Barbiturat
Antikonvulsan
Komplikasi dan prognosis
Edema pulmonal, kejang, infeksi,
bocor cairan otak, hipertermia,
masalah mobilisasi.
Penderita lansia mempunyai
kemungkinan lebih rendah untuk
pemulihan dari cedera kepala.
Penderita anak-anak memiliki daya
pemulihan yang baik
Coup & Countercoup

Coup terjadi pada area yang


mengalami benturan langsung
pada kepala
Countrecoup terjadi pada sisi
berlawanan dari area yang
mengalami benturan.
 Peningkatan Tekanan Intra Kranial :
Trauma berat menyebabkan
peningkatan TIK, Peningkatan TIK juga
menyebabkan hipoksia serebral,
iskemia serebral, edema serebral,
hidrosefalus dan herniasi otak.
 Edema Otak
Edema disebabkan oleh peningkatan
transmiter neurochemical dan
peningkatan TIK
Kerusakan barier otak dan kelemahan
autoregulasi vasomotor menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak.
Hidrosefalus
Hidrosefalus komunikata lebih
sering terjadi pada cedera otak.
Herniasi Otak
Herniasi supratentorial dapat
mengiringi terjadinya kompresi
mekanik secara langsung dengan
adanya akumulasi massa atau
peningkatan TIK
Herniasi Cerebellar
Injuri ini ditandai dengan herniasi
infratentorial dimana tonsil
cerebellum terdorong melalui
foramen magnum dan menekan
medula yang menyebabkan
bradikardia dan gagal pernapasan
Lakukan pemeriksaan sama dengan
pasien yang mengalami cedera
kepala berat

Hati-hati pada pasien intoksikasi


karena alkohol atau obat.
Jika ragu lakukan observasi
PENGKAJIAN PASIEN CEDERA KEPALA

DATA SUBJEKTIF :
Keluhan pasien, tanyakan
mekanisme kejadian kepada saksi,
crew ambulance, keluarga, muntah,
amnesia, Riw penyakit.
 DATA OBJEKTIF

A : Airway ; Periksa kepatenan jalan napas pasien


B : Breathing ; Frekuensi pernapasan, Kualitas
pernapasan.
C : Circulation ; Frekuensi nadi, Kualitas, Tekanan
darah, Warna kulit, Akral dingin / hangat.
D : Disability ; GCS, Pupil
E : Eksposure ; Laserasi, hematom, Luka pemyerta.
F : Full Vital Signs ; TD, N, R, S.
G : Give Confort ; Apakah pasien memerlukan
pengaman, bidai, selimut ?
H : Head to Toe Assesment
I : Inspeksi ; Adakah trauma Tulang belakang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan perfusi jaringan
cerebral
Pola nafas tidak efektif
Kerusakan mobilitas fisik
Bersihan Jalan napas tidak
efektif
Defisit perawatan diri
Perubahan persepsi sensori
Resiko tinggi terjadinya infeksi

Anda mungkin juga menyukai