Anda di halaman 1dari 43

BUSINESS ETHICS – KELOMPOK 4

CHAPTER 5: ETHICS AND THE


ENVIRONMENT
C ASE: MALAPETAKA WARISAN LIMB AH FREEPORT

DISUSUN OLEH:
DANNY INDRA SETYAWAN 45R18006
RUDIYANTO 45R18023
THERESIA MARGARETH GULTOM 45R18025
1. THE DIMENSIONS OF POLLUTION
AND RESOURCE DEPLETION

Kerusakan lingkungan tidak diragukan lagi mengancam kesejahteraan manusia dan


juga binatang serta tumbuhan.Ancaman lingkungan berasal dari dua sumber:
• Polusi: Kontaminasi berbahaya bagi lingkungan akibat aktivitas manusia seperti
pembuangan limbah, pembakaran bahan bakar fosil, dll.
• Resource depletion: penyusutan atau menipisnya sumber daya yang tidak
terbarukan.
POLUSI UDARA

1. Polusi udara
• Global warming: gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida, nitrogen oksida,
metana dan klorofluorokarbon (CFC).
• Penipisan lapisan ozon akibat pelepasan gas CFC ke udara.
• Hujan asam akibat gas sulfur oksida dan nitrogen berkombinasi dengan uap air
di udara.
• Polusi yang dihasilkan pesawat: benzene, formaldehida, toluen, dan lainnya.
• Polusi udara yang diakibatkan kendaraan bermotor dan proses industri seperti
karbon monoksida.
POLUSI AIR DAN TANAH

2. Polusi air
• Sampah organik yaitu limbah yang berasal dari kotoran manusia, limbah industri
seperti makanan dan kertas, serta pakan ternak.
• Sampah anorganik seperti fosfat, logam berat, asbes dan bahan kimia radioaktif.
3. Polusi tanah
• Zat beracun: bahan kimia, logam anorganik, bahan pelarut mudah meledak.
• Limbah padat.
• Limbah nuklir.
RESOURCE DEPLETION

• Menyusutnya spesies dan habitat


• Menipisnya bahan bakar fosil
• Menipisnya cadangan mineral
2. THE ETHIC OF POLLUTION CONTROL

1. Pelaku bisnis menganggap udara dan air adalah barang gratis, dengan kata lain
tidak ada yang memiliki.
2. Bisnis melihat lingkungan sebagai barang tidak terbatas. “Daya tamping” alam
itu besar, dan sumbangan polusi dari masin-masing perusahaan pada sumber
daya ini relatif kecil dan tidak siginifikan.
ANTROPOSENTRISME

• Antroposentrisme: paham bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta, dan
hanya mausia yang memiliki nilai. Lingkungan alam dilihat sebagai alat pemuas
kepentingan dan kebutuhan manusia. Hanya memiliki nilai instrumental, yaitu
berharga sejauh melayani kepentingan manusia.

• Menurut Immanuel Kant: “Kekejaman terhadap hewan bertentangan dengan


kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri, karena mematikan dalam dirinya
perasaan simpati atas penderitaan mereka dan melemahkan moralitas dalam
hubungannya dengan manusia lain.”
Idenya yaitu bahwa kekejaman seseorang terhadap hewan itu salah bukan karena
rasa sakit yang dirasakan hewan itu sendiri, tetapi karena efeknya pada hubungan
moral seseorang dengan manusia lain.
ECOLOGICAL ETHICS

Bukan atau selain manusia sebagai bagian dari lingkungan memiliki nilai intrinsic
sendiri, sehingga manusia memiliki tugas untuk menghargai dan
mempertahankannya.

• Richard Routley terkait “The Last Man”


Pria ini, “The Last Man”, sebagai manusia terakhir dimana manusia yang lain sudah
punah, memutuskan untuk membunuh setiap hewan, tanaman, bakteri dan segala
sesuatu lainnya yang masih hidup.
ENVIRONMENTAL RIGHTS

• Menurut Blackstone terkait Environmental Rights:


Kepemilikan atas lingkungan yang nyaman dan layak huni merupakan hak bagi
setiap manusia. Bukan hanya hak, setiap manusia berkewajiban untuk
memungkinkan setiap manusia memilikinya dan tidak mengganggu hak tersebut.
Larangan terhadap polusi dan hal-hal yang merusak lingkungan adalah mutlak
dilakukan.
Kelamahan pandangan Blackstone:
1. Tidak dapat menjawab pertanyaan seperti “Seberapa besar pengendalian
polusi yang benar-benar diperlukan? Siapa yang diwajibkan membayar biaya
untuk mempertahankan kelestarian lingkungan?”
2. Menjadi dilema ketika biaya mengurangi polusi lebih tinggi dibanding benefit-
nya.
3. Kemungkinan pengaruh persyaratan penanganan polusi yaitu penutupan
perusahaan dan hilangnya lapangan kerja.
UTILITARIANISME DAN PENGENDALIAN
PARSIAL

Utilitarianisme memberikan cara guna menjawab pertanyaan yang tidak bisa


dijawab oleh teori Environmental Rights dari Blackstone. Jika suatu industri
mencemari lingkungan, harga pasar dari komoditas-komoditasnya tidak lagi
mencerminkan biaya sesungguhnya dalam proses produksi komoditas tersebut.
Hasilnya adalah kesalahan alokasi sumber daya, peningkatan jumlah limbah, dan
distribusi komoditas yang tidak memadai. Konsekuensinya masyarakat dirugikan
ketika kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan menurun. Berikutnya
menjelaskan argument utilitarian yang diberikan dari analisa biaya-keuntungan
utilitarian.
PRIVATE COST DAN SOCIAL COST

• Private cost: biaya yang dikeluarkan produsen untuk membeli faktor produksi
berkaitan dengan proses produksinya.
• Social cost: private cost ditambah biaya yang ditanggung masyarakat akibat
proses produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN PENDEKATAN ETIKA

(1) Pendekatan ekologi: selain manusia (makhluk hidup lainnya, lingkungan) juga
memiliki nilai intrinsik
(2) Pendekatan environmental right: manusia memili hak atas lingkungan yang layak
huni
(3) Pendekatan market: biaya eksternal yang harus dikeluarkan masyarakat akibat
dampak yang dirasakan (adanya limbah misalnya) harus diinternalisasi oleh
produsen, bagaimana caranya agar limbah tidak lagi berdampak buruk bagi
masyarakat (Contoh: limbah tahu dimanfaatkan untuk pakan ternak,
pembuatan keripik ampas tahu dan diolah menjadi biogas).
PENYELESAIAN: TUGAS-TUGAS
PERUSAHAAN

Penyelesaian masalah biaya eksternal, menurut argumen utilitarian:


- biaya polusi ditanggung oleh produsen dan diperhitungkan untuk menentukan
harga komoditas
Beberapa cara untuk menginternalisasi biaya eksternal dari polusi:
1) Meminta pihak yang menyebabkan polusi membayar ganti rugi, secara
sukarela atau secara hukum, pada pihak yang dirugikan
2) Mewajibkan perusahaan yang menjadi sumber polusi untuk menghentikan
polusi dengan memasang alat pengendali polusi
KEADILAN

Biaya eksternal polusi yang diinternalisasikan sejalan dengan persayaratan keadilan distributif sejauh
mendukung kesamaan hak
Polusi sering berpengaruh terhadap meningkatnya ketidakadilan:
- ketidakadilan lingkungan: biaya eksternal polusi sebagian besar ditanggung oleh kaum miskin
- rasisme lingkungan: semakin tinggi kaum minoritas yang tinggal di suatu wilayah, semakin besar pula
kemungkinan wilayah tersebut terkena polusi
Internalisasi biaya eksternal juga konsisten dengan persyaratan keadilan retributif dan kompensatif
Kedua pandangan ini mengimplikasikan bahwa:
1) biaya pengendalian polusi harus ditanggung oleh pihak yang menyebabkan polusi dan yang
memperoleh keuntungan darinya
2) keuntungan pengendalian polusi wajib diberikan kepada pihak yang menangung biaya eksternal polusi
BIAYA DAN KEUNTUNGAN

- Teknologi pengendalian polusi berhasil mengembangkan metode yang efektif, namun relatif mahal
- Ada kemungkinan perusahaan melakukan investasi terlalu besar untuk peralatan pengendalian
polusi
- Biaya pengendalian polusi berbanding terbalik dengan keuntungan dari penggunaan alat
pengendali polusi
- Thomas Klein memberikan ringkasan prosedur analisis biaya keuntungan:
1) Mengidentifikasi biaya dan keuntungan dari usulan program
2) Mengevaluasi biaya dan keuntungan dalam kaitannya dengan nilainya terhadap pihak yang
memberi dan menerima
3) Menambahkan biaya dan keuntungan untuk menentukan keuntungan sosial bersih dari suatu
program
(LANJUTAN)

 Muncul hambatan dasar dalam pendekatan utilitiarian:


- analisis biaya keuntungan mengasumsikan bahwa biaya dan keuntungan untuk
menangani polusi bisa dihitung secara akurat

 Masalah besar dalam penilaian polusi:


- ketika memperkirakan dan mengevaluasi risiko atau kemungkinan adanya akibat
yang merugikan di masa mendatang
- biaya finansial pertama dari pengendalian polusi cukup mudah diperoleh, tetapi
keuntungan yang dihasilkan dari pengeluaran tidak bisa dinilai secara akurat
- hambatan yang dihadapi oleh bisnis dalam upaya melakukan audit sosial
(LANJUTAN)

- Kegagalan melakukan penilaian memunculkan sejumlah persoalan teknis penting bagi


pendekatan utilitarian terhadap masalah polusi
- Penggunaan analisis utilitarian biaya keuntungan didasarkan pada asumsi yang tidak
konsisten dengan hak moral masyarakat
Dari semua masalah yang muncul dengan pendekatan utilitarian terhadap masalah
polusi, maka pendekatan alternatif lebih tepat digunakan:
- pelarangan mutlak atas polusi serta teori hak yang masih diberlakukan dalam
peraturan pemerintah federal
- memilih proyek yang tidak mengandung risiko kerusakan fatal
- mengidentifikasi pihak yang paling rentan dan yang harus menanggung beban paling
berat jika terjadi kesalahan, dan kemudian menjamin bahwa mereka dilindungi
- mengasumsikan hal paling buruk akan terjadi dan menetapkan pilihan untuk
mengetahui kapan hal itu terjadi
EKOLOGI SOSIAL, EKOFEMINISME, DAN
KEWAJIBAN UNTUK MEMELIHARA

- Pandangan ekologi sosial: apabila pola hierarki dan dominasi belum berubah, maka
tidak akan bisa menghadapi krisis lingkungan
- Sistem hierarki dan dominasi, menurut Bokchin, mendorong mentalitas budaya yang
mendukung dominasi segala bentuk, termasuk dominasi atas alam
- Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak bisa dihentikan sampai masyarakat menjadi
tidak terlalu hierarkis dan mendominasi
- Ekofeminisme: posisi terdapat hubungan penting antara dominasi kaum perempuan
dan dominasi atas alam
- Sebagian kaum ekofeminis menyatakan perspektif dominasi dan hierarki maskulin
yang merusak harus diganti dengan perspektif feminin yaitu caring atau memberi
perhatian
3. ETIKA KONSERVASI SUMBER DAYA
YANG DAPAT HABIS
 Konservasi: penghematan sumber daya alam untuk digunakan di masa depan, contoh:
pengendalian polusi
 Kita perlu menghemat sumber daya, karena:
1) Hak Generasi Mendatang
- Salah bila berpikir bahwa generasi mendatang juga punya hak yang sama atas sumber daya
terbatas
- Alasan yang diajukan untuk menunjukkan generasi mendatang tidak punya hak:
a) generasi mendatang tidak bisa dikatakan memiliki hak karena mereka saat ini belum ada dan
mungkin tidak akan pernah ada
b) jika generasi masa depan mempunyai hak, kita mungkin diarahkan menuju kesimpulan yang tidak
masuk akal
c) seseorang memiliki hak tertentu hanya jika kita tahu bahwa dia memiliki kepentingan tertentu
yang dilindungi oleh hak tersebut
(LANJUTAN)

2) Keadilan bagi Generasi Mendatang


- John Rawls menyatakan, meskipun tidak adil memberikan beban berat bagi
generasi sekarang, namun juga tidak adil bila generasi sekarang tidak
meninggalkan apa-apa sama sekali bagi generasi mendatang
- Robin Attfield, menyatakan utilitarianisme mendukung prinsip Locke, masing-
masing individu wajib memberikan warisan yang cukup dan baik bagi yang lain
(LANJUTAN)

- William Shepherd dan Clair Wilcox, memberikan alasan yang direpresentasikan oleh
pilihan dalam pasar dan gagalnya harga pasar untuk memperhitungkan kelangkaan
sumber daya di masa mendatang:
1) Akses beragam
2) Preferensi waktu dan myopia
3) Perkiraan yang tidak memadai
4) Pengaruh khusus
5) Pengaruh eksternal
6) Distribusi
(LANJUTAN)

3) Pertumbuhan Ekonomi
- Jika ingin menghemat sumber daya alam yang langka, maka perlu mengubah
sistem perekonomian secara substansial, dengan menekan usaha untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi
- Jika perekonomian didunia terus didasarkan pada tujuan pertumbuhan ekonomi,
maka permintaan akan sumber daya yang tidak dapat diperbarui terus meningkat
- Asumsi dari Club of Rome: tidak ada perubahan besar dalam hubungan fisik,
ekonomi, atau sosial yang secara historis memengaruhi perkembangan sistem
dunia
(LANJUTAN)

- Asumsi Club of Rome banyak mendapat kritikan dan penolakan:


• Asumsi tidak pasti tentang tingkat pertumbuhan populasi di masa depan
• Tidak ada kenaikan output per unit input di masa depan
• Ketidakmampuan kita menemukan bahan pengganti dari sumber daya yang
sudah habis
• Teknologi daur ulang yang tidak efektif
- Masalah lain: persoalan moral dari distribusi persedian energi yang semakin kecil
diantara penduduk dunia
CASE

MALAPETAKA WARISAN LIMBAH FREEPORT


TEMPO 28 JAN-3 FEB 2019 HAL 47-59
DAMPAK TAILING
FREEPORT
“Karena endapan tailing itu, kapal bisa
melewati airnya hanya ketika pasang,
terutama pada pagi. Saat air surut, dari 200
meter, lebar sungai itu menyusut menjadi 5
meter saja”

Sekretaris Kepala Kampung Atuka, Distrik


Mimika Tengah, Festus Tamawiu, mengatakan
kapal-kapal yang ada di pelabuhan itu hanya
melaut sehari sekali. “jika ketinggalan air
pasang, penumpang harus menunggu hari
berikutnya” ucapnya
RUSAKNYA KEBUN SAGU
DAN TERCEMARNYA IKAN
Partikel logam berat sisa produksi
tambang emas di kolam itu
merembes melalui pori-pori tanggul,
lalu mencemari habitat sungai dan
masuk ke ladang-ladang sagu.
Akibatnya, ladang sagu, yang
merupakan makanan pokok orang
Papua, juga rusak dan tak bisa
dipanen. “sejak sagu hilang, kami
makan ikan,” tutur Hendrik, bapak
dua anak
Hendrik mengaku sudah terlatih membedakan
ikan yang memakan racun limbah dengan yang
masih sehat. Sejak 1999 ia mencari ikan, kian
sulit mendapatkan satwa air yang masih segar
ketika ditangkap. “Saya tahu mana yang sudah
makan limbah,” ujarnya. “ikan kurus pasti sudah
tercemar

Hendrik mencari ikan untuk ia makan sendiri bersama


keluarganya. Menurut dia, ikan Sunga Ajkwa tak laku
dijual di pasar kabupaten karena pembeli sana sudah
tahu ikan dari sungai ini tercemar limbah sisa
pengolahan emas PT Freeport yang ditampung dikolam
yang hanya dipisahkan tanggul dari sungai tersebut
PR A K T EK PEMB U A N G AN
LIMB A H TA IL IN G D I D U N IA

• Only two other industrial-scale mines -- and a third, small operation -- are known to get rid of tailings as
Grasberg does, and they’re in Papua New Guinea, which occupies half of the island of New Guinea; Indonesia
owns the rest, which is home to the Freeport-run mine. In recognition of risks that could leave “a massive
environmental burden for future generations,” the practice has been phased out everywhere else, according
to the United Nations’ International Maritime Organization.

https://www.bloomberg.com/news/articles/2018-06-05/giant-waste-spewing-mine-turns-into-battleground-in-indonesia
Freeport-McMoran

SUMBER: HTTPS://LIPSUS.KONTAN.CO.ID/V2/FREEPORT/READ/302/MENGHITUNG -KONTRIBUSI-FREEPORT-BAGI-BUMI-PERTIWI

Kompensasi
Atas kebocoran tailing, Freeport memberikan uang kompensasi yang disahkan oleh Pemerintah Provinsi Papua
dan Pemerintah Kabupaten Mimika pada April 2012. Freeport memberikan masing-masing US$ 3 Juta per tahun.
BPK mencatat, hingga 2015, Freeport sudah mengeluarkan dana kompensasi Rp 155 M untuk Kab. Mimika dan Rp
187 M untuk Provinsi Papua.
Catatan Tempo:
Masyarakat di Kampung Manasari terakhir kali menerima dana partisipasi tailing pada 2015. Lewat Lembaga
Masyarakat Adat, mereka memperoleh Rp 900 juta. Setiap keluarga mendapat Rp 5 juta. Namun setelah itu tidak
mendapatkan uang kompensasi. Menurut pihak Freeport, mereka tidak mempunyai wewenang pengawasan
penggunaan karena sudah diserahkan ke Pemerintah Daerah.
Regulator

• Pemerintah Provinsi Irian Jaya pada tahun 1995 memberikan izin Freeport membuang tailing ke
Sungai Ajkwa – izin terbit sebelum Freeport menyertakan teknis pengelolaannya
• Pada 2005, Pemerintah Kab. Mimika mengizinkan pembukaan area tambang baru dan sejak itu
Freeport bisa membuang limbahnya memakai bantaran sungai Aghawagon, Otomona dan
Minarjewi yang mengalir ke sungai Ajkwa – Keputusan Bupati tersebut tidak sesuai dengan PP No.
8 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Bupati Mimika saat
itu, Klemen Tinal, sebelumnya adalah Kepala Administrasi PT. Freeport Indonesia. Dan sekarang
menjadi Wakil Gubernur Papua
• Menteri Lingkungan Hidup mengeluarkan Keputusan No. 431/2008 tentang pengelolaan tailing
Freeport. Syarat residu terlalut tailing sebesar 9000 mg/L. angka ini masih 45 kali lebih besar dari
batas residu yang diatur dalam Keputusan Menteri LHK 202/2004 tentang Baku Mutu Air Limbah
Ethical Consideration

Diskusi aspek Etika Lingkungan atas masalah limbah tailing Freeport

• Ecological Ethics ? – Non Human have Intrinsic Value


• Environmental Right ? – Human have a right to livable environment
• Market and Partial Control? – Internalization of External Cost
• Utilitarianism ?
SUMBER REFERENSI

• Velasquez, M.G. (2014). Business Ethics: Concepts and Cases, 7th Edition. Prentice
Hall.
• Tempo (2019). Malapetaka warisan Limbah Freeport. Majalah Tempo. 28 Januari-3
Februari 2019 (Halaman 47-59).
• Pebrianto, Fajar. KLHK: Limbah Freeport Bisa Dijadikan Batako Hingga Jembatan. 9
Januari 2019. https://bisnis.tempo.co/read/1163295/klhk-limbah-freeport-bisa-
dijadikan-batako-hingga-jembatan/full&view=ok
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai